Ditemukan 198871 dokumen yang sesuai dengan query
Nudzran Yusya
"Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan antara militant extremist mindset (MEM), ethos of conflict (EOC), dan self-uncertainty. Penelitian ini terdiri dari tiga studi dengan hipotesis utama bahwa EOC memediasi hubungan self-uncertainty dan MEM pada konteks konflik Aceh paska perjanjian damai. Studi awal mengeksplorasi representasi sosial mengenai konflik Aceh, musuh Aceh, dan perdamian di Aceh, yang mengkonfirmasi empat societal beliefs dari EOC pada masyarakat Aceh. Studi 1 menunjukkan terdapat hubungan postitif antara EOC dan MEM pada partisipan Aceh (N=95). Studi 2 dengan partisipan dari Provinsi Aceh (N=284) menunjukkan bahwa EOC memediasi secara penuh hubungan self-uncertainty dan MEM beserta dimensi Nastiness dan Grudge. Hasil penelitian ini menunjukkan self-uncertainty hanya bisa memprediksi mindset ekstremisme melalui EOC.
The purpose of this study is to explain the relationship between militant extremist mindset (MEM), ethos of conflict (EOC), and self-uncertainty. This study consists of three studies with the main hypothesis that EOC mediates the relationship between self-uncertainty and MEM in the context of the Aceh conflict post peace treaty. The preliminary study explores social representations of the Aceh conflict, Aceh’s adversary, and peacebuilding in Aceh, confirming four societal beliefs from EOC in Acehnese society. Study 1 shows a positive relationship between EOC and MEM from Aceh participants (N=95). Study 2 with participants from Aceh Province (N=284) shows that EOC fully mediates the relationship between self-uncertainty and MEM including Nastiness and Grudge dimension. The results of this study show that self-uncertainty can only predict extremist mindset through EOC."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Puti Marsha Diani
"
ABSTRAKTujuan dari penelitian ini berfokus pada peran mediasi dari pscychological capital dalam hubungan harmonious passion dan subjective well-being pada karyawan. Penelitian ini menggunakan conservation of resource theory COR sebagai teori yang menjelaskan bagaimana autonomi dan cognitive resource dari karyawan yang memiliki keinginan dan target untuk sukses merupakan suatu sumber daya individu yang dapat membantu karyawan dalam mengembangkan dan meningkatkan subjective well-being kepuasaan hidup yang tinggi, positif afek yang tinggi dan negatif afek yang rendah pada karyawan. Responden dari penelitian ini adalah 240 karyawan dari BPD X Bank Pembangunan Daerah . Penelitian ini menggunakan alat ukur yang telah diadaptasi dari alat ukur aslinya, yaitu Passion Scale 2003, Psychological Capital Questionnaire 2007 dan Satisfaction With Life Scale 1985. Hasil penelitian ini mendukung model penelitian mengenai pentingnya peran mediasi dari psychological capital dalam hubungan antara harmonious passion dan subjective well-being pada karyawan bank.
ABSTRACTThe purpose of this study is to extend knowledge about the role of psychological capital on relationship between harmonious passion and subjective well being on employees at work. The research model, grounded in conservation resource of theory on how autonomy and cognitive resources of employee with harmonious passion for reaching success can be associated with psychological capital and how psychological capital on employee may help them develop resources which may be associated with greater subjective well being higher life satisfaction, higher positive affect and lower negative affect. The sample of the study is 240 BPD X Bank Pembangunan Daerah employees. This study using an adaptation scale of Passion Scale 2003, Psychological Capital Questionnaire 2007 dan Satisfaction With Life Scale 1985. Result supported the research model, suggesting that psychological capital is an important mediator between harmonious passion and subjective well being on bank employee. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50579
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rina Juliani
"Penelitian ini bertujuan menguji harmonious passion dan obsessive passion sebagai proses psikologis yang menjembatani pengaruh task significance terhadap kinerja. Dengan menggunakan Self Determination Theory SDT untuk menjelaskan efek mediasi tersebut, pegawai yang memandang pekerjaannya memiliki dampak bagi hidup orang lain cenderung memiliki kinerja yang baik. Data diperoleh dari tenaga kesehatan yang bekerja di organisasi pemerintah di Indonesia N=434 dan analisis data menggunakan program PROCESS macro dari Hayes 2013 . Hasil analisis data menunjukkan task significance berhubungan positif dan signifikan dengan harmonious passion dan obsessive passion, harmonious passion berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja, namun obsessive passion tidak ditemukan berhubungan dengan kinerja. Selanjutnya, harmonious passion memediasi secara full hubungan task significance dan kinerja, sedangkan obsessive passion tidak memediasi hubungan tersebut.
This study aims to examined harmonious passion and obsessive passion as underlying psychological process influencing the effect of task significance on performance. Using self determination theory SDT to explaining the mediation effect, employees with high levels of task significance were more likely to have good performance. Data were collected from healthcare workers in Indonesia government organization N 434 , and were analyzed using Hayes PROCESS macro on SPSS. Result showed that task significance was found to be positively and significantly associated with harmonious passion and obsessive passion. Harmonious passion is positively and significantly correlated with performance, but obsessive passion was not found to be associated with performance. Furthermore, harmonious passion fully mediated the effect of task significance on performance, but obsessive passion did not mediate the relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48473
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Krisna Wardhana Djaling
"
ABSTRACTPenelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui peran mediasi makna hidup pada hubungan antara grit dengan kepuasan hidup. Data diambil menggunakan survei online pada mahasiswa perguruan tinggi di Kota Depok (N = 505). Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan The Grit Scale, Meaning in Life Questionnaire (MLQ), dan Satisfaction With Life Scale (SWLS). Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes. Temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa grit berpengaruh secara positif pada kepuasan hidup dan makna hidup, kemudian makna hidup berpengaruh secara positif pada kepuasan hidup. Terakhir, makna hidup secara parsial memediasi hubungan grit dan kepuasan hidup.
ABSTRACTThe current study aimed at examining the relationship between grit and life satisfaction through meaning in life. Data were taken using survey from university students in Depok city (N = 505). Variables were measured using The Grit Scale, Meaning in Life Questionnaire (MLQ), and Satisfaction With Life Scale (SWLS). Data were analyzed using simple mediation model on Hayes PROCESS macro on SPSS program. Results showed that grit was positive and significantly related with life satisfaction and meaning in life, respectively, and meaning in life positively and significantly related with life satisfaction. Lastly, meaning in life partially mediated the relationship between grit and life satisfaction."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ranti Maradhita Putri Lestari
"Psychological well-being remaja memiliki keterkaitan erat dengan parent attachment.
Hal ini dikarenakan secure attachment dapat menjadi landasan untuk mengembangkan rasa percaya pada orang tua dan lingkungan sekitarnya dan meningkatkan kemampuan mengembangkan strategi coping efektif yang pada akhirnya akan meningkatkan psychological well-being. Pengaruh attachment pada psychological well-being dapat terjadi secara langsung atau dimediasi oleh faktor lain yang relevan, salah satunya dispositional mindfulness. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dispositional mindfulness sebagai mediator hubungan antara parent attachment dan psychological well-being pada remaja. Partisipan berjumlah 352 remaja usia 13 – 18 tahun. Instrumen yang digunakan yaitu Ryff’s Scale of Psychological Well being(RPWB), Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R)-Parent Scale dan Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ketiga variabel saling berkaitan secara signifikan. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa dispositional mindfulness memediasi secara parsial hubungan antara parent attachment dengan psychological well-being pada remaja.
Psychological well-being is closely related to parental attachment. The reason is that a secure attachment can be a foundation for developing trust in parents and the surrounding environment, as well as increasing child's ability to develop effective coping strategies which will ultimately improve psychological well-being. The effect of attachment on psychological well-being can occur directly or mediated by other relevant factors, one of which is dispositional mindfulness. This study aims to determine the role of dispositional mindfulness as a mediator in the relationship between parent attachment and psychological well-being in adolescents. Participants in the study were 352 adolescents aged 13-18 years. The instruments used were Ryff's Scale of Psychological Well-being (RPWB), Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R)Parent Scale and Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS). The result of the correlation analysis shows that the three variables in this study are significantly related to each other. The result of the mediation analysis shows that dispositional mindfulness partially mediates the relationship between parent attachment and psychological well-being in adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Tantular, Agni
"
ABSTRACTPenelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perspektif masa depan dan kinerja karyawan dan peran komitmen pada tujuan sebagai mediator pada hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan Inventaris Perspektif Waktu milik Zimbaro untuk mengukur perspektif masa depan, Skala komitmen pada tujuan untuk mengukur komitmen pada tujuan dan Skala kinerja tugas untuk mengukur kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan kepada 245 responden yang merupakan karyawan perusahaan swasta di Jakarta dan Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perspektif masa depan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja. Selanjutnya, komitmen pada tujuan berperan sebagai partial mediation mediasi sebagian pada hubungan antara perspektif masa depan dan kinerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan saran dalam membantu organisasi merekrut karyawan dengan perspektif masa depan PMD.
ABSTRACTThe aim of this study is to examine the relationship between future time perspective and employee performance, and to investigate the mediating role of goal commitment on the future time perspective and employee performance relationship. This is a quantitative study which is using Zimbardo Time Perspective Inventory to measure future time perspective, Goal Commitment Scale to measure goal commitment and Task Performance Scale to measure employee performance. Data were collected from 245 employees working in various private company in Jakarta and Tangerang. Result showed that there was a positive and significant relationship between future time perspective and employee performance. Results also showed that goal commitment partially mediated future time perspective and employee performance relationship. Hopefully, result of this study could help company on recruiting employees with future time perspective. Theoretical and practical implications are further discussed. Perspective, Goal Commitment, Employee performance"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Kamil Akbar
"
ABSTRAKAbstrak
Penelitian ini membahas mengenai penyelesaian konflik norma peraturan perundang-undangan memlalui jalur mediasi yang dilakukan oleh lembaga Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 2 Tahun 2019 tentang Penyelesaian Disharmoni Peraturan Perundang-Undangan Melalui Mediasi. Berlakunya Permenkumham No. 2 Tahun 2019 ini kemudian memunculkan permasalahan, yang itu berkaitan degan kewenangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam menyelesaikan konflik norma peraturan perundang-undangan melalui mediasi dan mengenai mekanisme mediasi itu sendiri dan akibat hukum yang ditimbulkan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan, sejarah, dan konseptual. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Kemenkumham tidak memiliki kewenangan dalam menyelesaikan konflik norma peraturan perundang-undangan melalui mediasi dan penyelesaian konflik norma peraturan perundang-undangan melalui mediasi tidak termasuk dalam tugas dan fungsi Kemenkumham maupun Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan. Kemudian dalam hal mekanisme mediasi yang digunakan merupakan suatu kekeliruan, karena mediasi merupakan mekanisme yang biasa diterapkan dalam perkara yang bersifat privat, dimana para pihak bertindak untuk dan atas namanya sendiri. sehingga menjadi aneh apabila mediasi digunakan dalam penyelesaian konflik norma peraturan perundang-undangan yang normanya mengatur secara umum. Adapun hasil dari mediasi tersebut tidak memiliki kekuatan hukum mengikat dan tidak memiberikan dampak hukum terhadap keberlakuan dari norma peraturan perundang-undangan yang telah disepakati.
ABSTRACT
Abstract
This research discusses the conflict completion of legislative norm through mediation path which is held by Ministry of Justice and Human Rights based on Justice and Human Rights Ministry Regulation No. 2/2019 about Completion Disharmony of Regulation by Mediation. The validity of Justice and Human Rights Ministry Regulation No. 2/2019 brings some problems up which related to authority of Ministry of Justice and Human Right on completing conflict of legislative norm by mediation, the mediation mechanism, and legal consequences. This study is normative which used statute, historical, and conceptual approach. The result showed Ministry of Justice and Human Rights did not has any authority for completing legislative norm by mediation and conflict compelation of legislative norm through mediation is not include in duties and function of the Ministry of Justice and Human Rights or Directorate General of Legislation. Moreover, mediation mechanism used by Justice and Human Rights Ministry is a mistake. Mediation is a mechanism which is used on private cases, in which the parties act and to their name self. As a result, mediation is a weird feature if it used for completing legislative norm conflict which was created for general norm. Its outcomes have no binding legal force and no legal consequence on the validity of legislative norm which was agreed.
"
2019
T54377
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Gladys Shafa Maudina
"Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis mendorong perusahaan untuk mempertahankan karyawan yang memiliki kinerja tinggi sebagai strategi untuk bertahan di tengah kondisi yang berubah dengan cepat. Karyawan yang menunjukkan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) dianggap menjadi aset berharga karena berkontribusi pada kesuksesan perusahaan. Salah satu variabel yang berkorelasi positif secara signifikan dengan OCB yaitu authentic leadership, tetapi hubungannya lemah sehingga perlu dieksplorasi lebih jauh terkait dinamika hubungan antarvariabel. Penelitian ini bertujuan melihat peran organizational identification sebagai mediator dalam hubungan antara authentic leadership dan OCB pada karyawan di Indonesia. Sebanyak 111 karyawan terlibat sebagai partisipan dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan yaitu Authentic Leadership Questionnaire (ALQ), Organizational Citizenship Behavior Scale, dan Organizational Identification Scale (OIS). Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS macro SPSS v.27. menunjukkan bahwa organizational identification tidak memediasi hubungan antara authentic leadership dan OCB. Dengan kata lain, hipotesis penelitian tidak terbukti karena organizational identification tidak dapat memperkuat hubungan antara authentic leadership dan OCB. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa perusahaan perlu merancang pelatihan authentic leadership dan menciptakan lingkungan yang mendukung organizational identification untuk meningkatkan OCB karyawan.
The increasingly competitive business environment drives companies to retain high-performing employees as a strategy to survive amidst rapidly changing conditions. Employees demonstrating Organizational Citizenship Behavior (OCB) are considered valuable assets as they contribute to the company's success. One variable that shows a significant positive correlation with OCB is authentic leadership, although the relationship is weak, indicating the need for further exploration of the dynamics between these variables. This study aims to examine the role of organizational identification as a mediator in the relationship between authentic leadership and OCB among employees in Indonesia. A total of 111 employees participated in this study. The measurement tools used were the Authentic Leadership Questionnaire (ALQ), Organizational Citizenship Behavior Scale, and Organizational Identification Scale (OIS). The results of the mediation analysis using the PROCESS macro in SPSS v.27 showed that organizational identification did not mediate the relationship between authentic leadership and OCB. In conclusion, the research hypothesis is not supported, as organizational identification does not strengthen the relationship between authentic leadership and OCB. The findings suggest that organizations should develop authentic leadership training programs and create an environment that supports organizational identification to improve employee OCB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yayah Yarotul Salamah
"
ABSTRACTIntegrating mediation into the process of civil procedure in court can be one of effective instruments to overcome cases backlog problems in the court and to strengthen and maximise the function of the court in setting disputes in addition to the court process which is of adjudicatory nature. However, the implementation of the Supreme Court Regulation Number 02 of the year 2003 and also under the Supreme Court Regulation Number 01 of the year 2008 is still far behind expectation. The percentage of success mediate cases on this regulation in district court pilot project of the Supreme Court of Republic of Indonesia is below 2,5 %, in spite of the contradiction between the amicable tradition of Indonesian people. The constraints which have been hampering the implementation of court-annexed mediation in district court pilot project are categorized into three factor, such as structure, substance and legal culture. Although court-annexed mediation is still far behind expectation, there are still so many things to be optimal in the effort to make court-annexed mediation success in Indonesia. There is a need to improve the procedures of court-annexed mediation by involving all stakeholders. The big hope comes from judges, mediator, advocates and the nature of Indonesian people?s way resolving conflict or disputes through amicable settlemen."
Depok:
2009
D1077
UI - Disertasi Open Universitas Indonesia Library
Giyanto
"Rancangan tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dalam menangani konflik antar narapidana dengan menggunakan teknik mediasi. Teknik mediasi memposisikan petugas sebagai orang yang netral dalam mendamaikan pihak yang berkonflik. Konflik antar narapidana yang sering terjadi di Lembaga Pemasyarakatan berakibat langsung terhadap terciptanya stabilitas keamanan sehingga setiap permasalahan harus cepat diselesaikan. Kondisi keamanan yang kondusif menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan Lapas karena hal tersebut dapat mendukung terselenggaranya proses pembinaan narapidana.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan petugas saat ini dalam menangani masalah antar narapidana belum maksimal Pendekatan keamanan masih menjadi prioritas dalam mengambil tindakan. Data dilapangan juga menunjukkan sering terjadinya masalah-masalah pemerasan, perkelahian, dan penyalahgunaan obat terlarang.
Program ini berbentuk pelatihan yang akan diselenggarakan selama 6 hari dengan beberapa materi ketrampilan dasar yang harus dikuasai petugas pengamanan sebagai mediator. Dengan kegiatan tersebut diharapkan petugas pengamanan mampu untuk menangani konflik antar narapidana dan menyelesaikan secara damai tanpa ada pihak yang dirugikan. Hasil dari pelatihan dapat dilihat dari efektifitas petugas pengamanan yang telah mengikuti pelatihan ketika mengaplikasikan kemampuannya dalam menangani permasalahan di lapangan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18833
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library