Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147743 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Larissa Serafina Adiwijaya
"Kepemimpinan transformatif di lingkungan pendidikan sudah diteliti dari sudut pandang kepala sekolah dan dosen (Park et al., 2016; Bolkan & Goodboy, 2011), namun juga berpotensi untuk diterapkan oleh guru Sekolah Dasar (SD) dalam rangka meningkatkan efektivitas (Jovanovic & Ciric, 2016). Selain itu, di masa pandemi COVID-19, teacher well-being sebaiknya menjadi pertimbangan bagi guru juga (Suparman, 2018; Harms et al., 2017). Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran teacher well-being sebagai moderator hubungan antara kepemimpinan transformatif dan efektivitas guru. Pengambilan data dilakukan secara online dengan partisipan berupa guru SD (N = 147; 78.9% Perempuan; M usia = 38.9 tahun). Alat ukur yang digunakan meliputi Teacher Effectiveness Scale yang dikembangkan oleh Kyriakides et al. (2002), Multifactor Leadership Questionnaire yang dikembangkan oleh Mejia-Trejo et al. (2013), dan Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) yang dikembangkan oleh Renshaw et al. (2015). Penelitian ini tidak menemukan efek moderasi teacher well-being terhadap hubungan antara kepemimpinan transformatif dan efektivitas guru (b = -0.0699, 95% CI [-0.2277, 0.0279], t = -2.1544, p = 0.0329). Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi antara kepemimpinan transformatif guru dan teacher well-being tidak memprediksi efektivitas guru SD secara signifikan. Diskusi, limitasi, dan saran penelitian ini terlampir.

An amount of research has been conducted on the transformational leadership of school principals and university lecturers (Park et al., 2016; Bolkan & Goodboy, 2011). However, there is a chance that it could also be applied by teachers in order to increase teaching effectiveness (Jovanovic & Ciric, 2016). In addition, an important factor that can also affect teachers, especially during the COVID-19 pandemic, is teacher well-being (Suparman, 2018; Harms et al., 2017). This study was conducted to examine the role of teacher well-being as a moderator in the relationship between transformational leadership and the effectiveness of elementary school teachers. Data for this research were collected online from elementary school teachers (N = 147; 78.9% female; M age = 38.9 years). The measurements used were the Teacher Effectiveness Scale developed by Kyriakides et al. (2002), the Multifactor Leadership Questionnaire developed by Mejia-Trejo et al. (2013), and the Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) developed by Renshaw et al (2015). This study did not find a moderating effect of teacher well-being on the relationship between transformational leadership and teacher effectiveness (b = -0.0699, 95% CI [-0.2277, 0.0279], t = -2.1544, p = 0.0329). These results indicate that the interaction between transformational leadership and teacher well-being did not predict the effectiveness of elementary school teachers. The discussion of the results, as well as the limitations of this research, and suggestions for future research are featured in this paper."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhoutomo Putra Sutryarjoko
"Pengembangan kreativitas murid merupakan peran penting untuk guru. Namun, situasi pandemic dan berbagai tekanan mengancam menurunkan well-being guru. Terdapat indikasi well-being guru memiliki pengaruh terhadap perilaku guru untuk menumbuhkan krestivitas murid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara well-being guru dan Creativity Teaching Behavior (CFTB). Penelitian ini mengumpulkan sebanyak 285 partisipan guru sekolah menengah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) milik Renshaw et al. (2015) dan Creativity Fostering Teacher Index (CFTI) Scale milik Soh (2000). Hasil analisa korelasi statistik menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara well-being guru dengan CFTB (r = 0,503, p < 0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru mengenai kehidupan yang sehat dan sukses di tempat kerjanya memiliki hubungan dengan perilaku guru untuk menumbuhkan kreativitas murid.

Developing creativity in students are an important role for teacher. The pandemic and other pressure threatens to decrease the teacher’s well-being. There is an indication that teacher’s well-being effects their ability to foster creativity in students. Thus, this research is conducted to examine the correlation between teacher’s well-being dan Creativity Teaching Behavior (CFTB). The research has gathered 285 middle-school teachers as participants. Instrument used in this research is Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) from Renshaw et al. (2015) dan Creativity Fostering Teacher Index (CFTI) Scale from Soh (2000). The statistical analysis showed that there is a significant correlation between teacher’s well-being and CFTB (r = 0,503, p < 0,01). The results of this study indicate that there is a relationship between teachers' perceptions of a healthy and successful life in the workplace with teachers’ behavior to foster student creativity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
"ABSTRAK
Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Nur Meiliana
"Topik kesejahteraan pada guru menjadi pembahasan yang terus bergulir dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, guru masih dianggap sebagai salah satu profesi dengan tingkat stres yang cukup tinggi, tak terkecuali guru di sekolah dasar yang tugasnya lebih menantang dibandingkan guru di jenjang pendidikan lain. Padahal, stres pada guru dapat memengaruhi berbagai aspek, bukan hanya terhadap proses belajar siswa, melainkan juga pemenuhan kebutuhan personal guru itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki teacher subjective well-being yang baik. Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi teacher subjective well-being adalah self-compassion. Penelitian ini hadir untuk mengeksplorasi hubungan antara self-compassion dan teacher subjective well-being pada guru sekolah dasar dengan menggunakan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) dan Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Melalui 224 partisipan yang mengikuti penelitian ini, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara self-compassion dengan teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). Dalam hal ini, komponen-komponen positif dalam self-compassion mampu membantu guru sekolah dasar memaknai perannya lebih dalam sehingga teacher subjective well-being pada guru meningkat.

The topic of teacher well-being is commonly discussed over time. Up to this day, teacher is still mainly named as one of the most stressful job, not to mention elementary school teachers whose demands are more challenging than other secondary teachers. This topic is appealing since teacher’s stress influences some aspects, not only student’s learning process, but also teacher’s journey on personal growth. Therefore, it is important for teacher to maintain a good level of teacher subjective well-being. One of the factors expected to be affecting teacher subjective well-being is self-compassion. This study aimed to explore the correlation between self-compassion and teacher subjective well-being among elementary school teachers using Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) and Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Through the participation of 224 elementary school teachers, a positive, significant correlation is found between self-compassion and teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). In this case, the positive components of self-compassion can help elementary school teachers grasp the meaning of their own role, thus increasing their teacher subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hifza
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara gratitude dan teacher well-being pada guru Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan beragam ketunaan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 117 guru SLB. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan dua alat ukur, yaitu skala gratitude yang disusun oleh Listiyandini et al. (2015) dan Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) milik Renshaw et al. (2015) Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara gratitude dan teacher well-being pada guru SLB (r = -0.155, p = 0.095; p < 0,05), sehingga hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima.

This research aims to find out the relationship between gratitude and teacher well-being in Special School (SLB) teachers with various disabilities. The number of subjects in this research was 117 SLB teachers. The data collection method was carried out using a questionnaire with two measuring tools, namely the gratitude scale compiled by Listiyandini et al. (2015) and Renshaw et al.'s Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ). (2015) The results of this study show that there is no significant positive relationship between gratitude and teacher well-being in special school teachers (r = -0.155, p = 0.095; p < 0.05), so the hypothesis in this study is not accepted."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Ariesta Putri
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan kinerja guru. Pengukuran kinerja
mengunakan alat ukur yang diadaptasi dari dimensi Campbell (2012) yang
dikembangkan oleh Ratdityas (2013) dan pengukuran kepemimpinan
transformasional menggunakan alat ukur Multi Level Questionere Form 5x (MLQ
5x) yang dikembangkan oleh Bass dan Riggio (2005). Partisipan penelitian ini
adalah guru-guru yang mengajar di sekolah negeri di beberapa kota di Indonesia.
Total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 172 orang guru. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan kinerja guru.
ABSTRACT
This study was conducted to examine the relationship between transformational
leadership of principals and teacher performance. The measurement of
performance is using measurement tool adapted from the dimensions of Campbell
(2012) developed by Ratdityas (2013) and the measurement of transformational
leadership is using Multi Level Questionere Form 5x (MLQ 5x) instrument
developed by Bass and Riggio (2005). The total participants in this study were
172 teachers. The results of this study showed a significant relationship between
transformational leadership of principals toward teacher performanc;This study was conducted to examine the relationship between transformational
leadership of principals and teacher performance. The measurement of
performance is using measurement tool adapted from the dimensions of Campbell
(2012) developed by Ratdityas (2013) and the measurement of transformational
leadership is using Multi Level Questionere Form 5x (MLQ 5x) instrument
developed by Bass and Riggio (2005). The total participants in this study were
172 teachers. The results of this study showed a significant relationship between
transformational leadership of principals toward teacher performanc, This study was conducted to examine the relationship between transformational
leadership of principals and teacher performance. The measurement of
performance is using measurement tool adapted from the dimensions of Campbell
(2012) developed by Ratdityas (2013) and the measurement of transformational
leadership is using Multi Level Questionere Form 5x (MLQ 5x) instrument
developed by Bass and Riggio (2005). The total participants in this study were
172 teachers. The results of this study showed a significant relationship between
transformational leadership of principals toward teacher performanc]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Farhah
"Hubungan yang baik antara guru dengan siswanya dapat mempengaruhi well-being pada guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran moderasi dari pengalaman guru mengajar pada hubungan kedekatan guru dengan siswanya terhadap well-being guru. Hubungan kedekatan guru-siswadiukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup (2018), sedangkan well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik (Renshaw et al., 2015). Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP,SMA/Sederajat). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peran dari pengalaman guru mengajar dalam memperlemah atau memperkuat hubungan kedekatan guru-siswaterhadap well-being guru. Namun, hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan kedekatan guru-siswa dan well-being guru.

A good relationship between teachers and students can influence the well-being of teachers. This study was conducted to determine whether there is a moderating role of the teaching experience of the teacher in the relationship between the teacher and his students towards the teacher's well-being. The teacher-student closeness relationship was measured using Aldrup's (2018) Student-Teacher Relationship Scale (STRS), while the teachers well-being was measured by the teacher's Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) measuring instrument (Renshaw et al., 2015). Respondents in this study totaled 289 people who were teachers at the secondary school level (junior high school, high school / equivalent). The analysis technique used is simple regression analysis. The results of hypothesis testing in this study indicate that there is no role of the teaching experience of teachers in weakening or strengthening the close relationship between teacher-student and teacher well-being. However, the results of the correlation test in this study indicate that there is a positive relationship between the teacher-student closeness relationship and the teachers well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqilla Sekar Ningrum Prastyo
"Perubahan sistem belajar dari luring ke daring menjadi tantangan bagi para guru dalam menjalankan perannya secara efektif. Hal tersebut mengharuskan guru untuk bersikap terbuka dan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran grit sebagai mediator dalam hubungan antara openness to experience dan efektivitas pengajaran guru SMK saat masa pembelajaran jarak jauh di DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah 211 guru SMK di DKI Jakarta yang sedang mengajar secara jarak jauh. Partisipan merupakan 128 guru perempuan (60.7%) dan 83 guru laki-laki (39.3%). Partisipan didominasi oleh guru yang mengajar di Jakarta Timur dengan jumlah 64 guru (30.3%). Partisipan memiliki rentang pengalaman mengajar 1 tahun sampai 36 tahun (M = 3.25, SD = 2.05). Partisipan berusia 23 hingga 65 tahun (M = 43.94, SD = 11.46). Sebanyak 142 guru (67.3%) mengajar di sekolah negeri dan 69 guru (32.7%) mengajar di sekolah swasta. Penelitian ini menggunakan alat ukur Big Five Personality Inventory (John, 1990) untuk mengukur openness to experience guru, Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell & Christofidou, 2002) untuk mengukur efektivitas guru, dan Grit Short Scale (Duckworth & Quinn, 2009) untuk mengukur grit guru. Berdasarkan hasil analisis, terdapat hasil signifikan pada indirect effect (ab = .321, p < .01, 95% CI [.177, .487]) dan direct effect (c’ = 1.298, p < .01, 95% CI [.964, 1.633]). Hasil tersebut menunjukkan bahwa grit memediasi hubungan antara openness to experience dan efektivitas guru secara parsial. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa guru perlu memiliki openness to experience tinggi untuk meningkatkan grit sehingga efektivitas guru pun meningkat. Pemerintah maupun pihak sekolah dapat menyelenggarakan program pelatihan untuk meningkatkan openness to experience yang dapat meningkatkan grit sehingga efektivitas guru meningkat.

The change in the learning system from offline-based to online-based is a challenge for teachers in carrying out their roles effectively. This requires teachers to be open and adapt to the changes that occur. The purpose of this study was to investigate the role of grit as a mediator in the relationship of openness to experience and teacher effectiveness during the distance learning among vocational high school teachers in DKI Jakarta. This study involved 211 vocational high school teachers in DKI Jakarta who were currently conducting distance learning. The participants were 128 female teachers (60.7%) and 83 male teachers (39.3%). Participants are dominated by teachers who teach in East Jakarta with a total of 64 teachers (30.3%). Participants had a range of teaching experience from 1 year to 36 years (M = 3.25, SD = 2.05). Participants were aged 23 to 65 years (M = 43.94, SD = 11.46). A total of 142 teachers (67.3%) teach in public schools and 69 teachers (32.7%) teach in private schools. This study used the Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell & Christofidou, 2002) to measure teacher’s effectiveness, the Big Five Personality Inventory openness to experience dimension (John, 1990) to measure teacher’s openness to experience, and the Grit Short Scale (Duckworth & Quinn, 2009) to measure teacher’s grit. Based on the result of the analysis, there is a significant indirect effect ("
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulfani Nur Mawaddah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dan dimensi teacher efficacy dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Instrumen yang digunakan untuk mengukur teacher efficacy adalah Teachers? Sense of Efficacy Scale sedangkan untuk mengukur sikap guru terhadap pendidikan inklusif digunakan Multidimensional Atitude toward Inclusive Education Scale (MATIES). Subjek dari penelitian ini adalah guru-guru di sekolah dasar inklusif negeri (N=100).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara teacher efficacy dan sikap guru terhadap pendidikan inklusif. Dengan kata lain, ketika guru memiliki skor teacher efficacy yang tinggi, guru tersebut cenderung memiliki sikap yang positif terhadap pendidikan inklusif. Sebaliknya, ketika guru memiliki skor teacher efficacy yang rendah, maka guru tersebut cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap pendidikan inklusif.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan dimensi teacher efficacy ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada dimensi instructional strategies & student engagement dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Sebaliknya, untuk dimensi classroom management ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Untuk meningkatkan teacher efficacy yang dimiliki oleh guru di sekolah dasar inklusif negeri, pihak sekolah dapat menyediakan fasilitas seperti alat peraga dan guru pendamping khusus serta membatasi jumlah siswa di tiap kelas.

This research is conducted to find about the relationship between teacher efficacy and dimensions of teacher efficacy with attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. The instruments of this study were Teachers? Sense of Efficacy Scale (to measure teacher efficacy) and Multidimensional Atitude toward Inclusive Education Scale (MATIES) (to measure attitude teacher toward inclusive education). Participants of this study were teacher in public inclusive elementary school (N=100).
The result of research showed that there is a positive significant correlation between teacher efficacy and attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. This finding suggests when teachers have high score in teacher efficacy, they tend to have positive attitude toward inclusive education. On the contrary, when teachers have low score in teacher efficacy, they tend to have negative attitude toward inclusive education.
The results of research related to dimensions of teacher efficacy found that there is positive significant correlation between efficacy in student engagement and efficacy in instructional strategies dimensions with teacher attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. In the other hand, efficacy in classroom management dimension showed there is no positive significant correlation with attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. In order to increase teacher efficacy in public inclusive elementary school, schools can provide facilities such as property to teach, shadow teachers and also to limit the number of student in each class.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nuzul Raihan
"Saat ini, generasi Z sudah memasuki dunia kerja dan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi jika tidak diberikan lingkungan kerja yang mendukung. Jadi, penting untuk melihat gaya kepemimpinan atasan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif generasi ini, salah satu gaya kepemimpinan yang dinilai cukup efektif adalah gaya kepemimpinan transformasional. Maka dari itu, penelitian ini hendak melihat hubungan antara gaya kepemimpinan atasan yang transformasional dan kesejahteraan subjektif pada pekerja generasi Z. Dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 101 partisipan yang berusia 20-28 tahun di wilayah Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The PERMA-Profiler untuk mengukur kesejahteraan subjektif dan Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) 5X untuk mengukur kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan atasan yang transformasional dan kesejahteraan subjektif (r = 0,525; p < 0,001; one-tailed). Temuan ini menekankan pentingnya implementasi gaya kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja generasi Z.

Currently, Generation Z has entered the workforce and tends to experience higher stress levels if not provided with a supportive work environment. Therefore, it is important to identify the appropriate leadership style to enhance the subjective well-being of this generation, one leadership style considered effective is transformational leadership. This study investigates the relationship between superiors’ transformational leadership style and subjective well-being in Generation Z workers. Using a quantitative correlational method, this research involved 101 participants aged 20-28 in the Greater Jakarta area. The measurement tools used in this study are The PERMA-Profiler to measure subjective well-being and the Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) 5X to measure transformational leadership. The results showed a significant positive relationship between superiors’ transformational leadership style and subjective well-being (r = 0.525, p < 0.001, one-tailed). These findings highlight the importance of implementing transformational leadership to enhance the well-being of Generation Z employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>