Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Erlin
"Selama kehamilan terjadi perubahan sistem imun, sistem hormonal dan metabolisme yang menyebabkan penurunan keanekaragaman mikrobiota usus ibu hamil dan berdampak pada kesehatan ibu di kemudian hari. Penelitian tentang kualitas diet dan keanekaragaman mikrobiota usus telah dilakukan tetapi dengan hasil yang masih berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kualitas diet dan keragaman mikrobiota usus. Enumerator yang telah dilatih mengumpulkan data karakteristik sosiodemografi, menilai kualitas diet menggunakan 24-hour recall yang akan dihitung menggunakan Alternate Healthy Eating Index (AHEI-P) dan mengumpulkan sampel tinja sesuai protokol yang telah ditetapkan. Keanekaragaman mikrobiota usus dinilai menggunakan indeks keanekaragaman alfa Shannon, Chao1, dan Faith Phylogenetic Diversity (PD) menggunakan analisis Next Generation Sequencing (NGS) 16S rRNA. Regresi logistik multivariat dilakukan untuk menilai hubungan antara kualitas diet dengan indeks keanekaragaman alfa mikrobiota usus yang disesuaikan dengan faktor perancu. Rerata skor kualitas diet menggunakan AHEI-P adalah 49,2 ± 9,75 dan dibagi menjadi tiga tertile. Indeks median Shannon adalah 6,5 (6,1-6,8), indeks Chao1 adalah 551,3 (12,2) dan Faith PD adalah 41,8 (36,7-47,1). Filum mayoritas adalah Firmicutes (68,2% dari total bakteri dalam sampel). Tiga genus dengan frekuensi relatif tertinggi adalah Prevotella, Faecalibacterium, Blautia. Setelah melakukan analisis multivariat dengan faktor perancu yang potensial yaitu usia, pendapatan dan indeks massa tubuh sebelum hamil, tampak bahwa peluang partisipan dengan pola makan tertile ketiga memiliki nilai Faith PD lebih dari 36,9 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan partisipan dengan tertile pertama (aOR 0,2, 95% CI 0,04-0,8, p = 0,024). Setelah dilakukan analisis multivariat dengan faktor perancu potensial yaitu suku, indeks massa tubuh sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan, terlihat bahwa peluang partisipan dengan kualitas diet tertile ketiga memiliki indeks Shannon lebih dari 6,54 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan partisipan dengan tertile pertama (aOR 0,29, 95% CI 0,1-1,0, p = 0,042). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas diet dengan Chao1 (aOR 0,4, 95% CI 0,1-1,2, p = 0,10). Kualitas diet tertile ketiga berhubungan dengan keragaman mikrobiota usus yang lebih rendah pada ibu hamil di lingkungan urban. Penyuluhan mengenai kualitas diet yang baik untuk menjaga keragaman mikrobiota usus sangat penting dilakukan sejak perencanaan kehamilan bagi wanita di wilayah perkotaan pada negara dengan pendapatan menengah ke bawah.

During pregnancy, there are changes in the immune system, hormonal system and metabolism which causes a decrease in the diversity of the gut microbiota of pregnant women and babies which affects the health of the mother in the future. Research on diet quality and gut microbiota diversity were conducted but with conflicting results. We assessed association between diet quality and gut microbiota diversity. Trained field enumerators collected sociodemographic characteristic, assessed diet using 24 hour recall which would be calculated to Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) and collected fecal sample. Fecal microbiota diversity was assessed using the alpha diversity index Shannon, Chao1, and Faith Phylogenetic Diversity(PD) using the Next Generation Sequencing (NGS) analysis 16S rRNA. Multivariat logistic regression was performed to assess relation between diet quality and gut microbiota alpha diversity index adjusted with confounding factors. The mean of diet quality score using AHEI-P was 49.2±9.75 and divided to three tertile. The median Shannon index was 6.5(6.1-6.8), Chao1 index was 551.3(12.2) and Faith PD was 41.8(36.7-47.1). The majority phylum was Firmicutes (68.2% from total bacteria in sampels). The 3 highest relative frequency in genus level was Prevotella, Faecalibacterium, Blautia. After conducting a multivariate analysis with potential confounding factors, namely age, income and pre pregnancy body mass index, it appears that the participants with the third tertile diet quality had a phylogenetic diversity index of more than 36.9 significantly higher compared to participants with the first tertile diet quality(aOR 0,2, 95%CI 0,04-0,8, p=0,024). After conducting a multivariate analysis with potential confounding factors, namely ethnicity, body mass index pre pregnancy and gestational weight gain, it appears that the participants with the third tertile diet quality had a Shannon Index of more than 6.54 significantly higher compared to participants with the first tertile diet quality (aOR 0,29, 95%CI 0,1-1,0, p=0,042). No significant relationship between diet quality and Chao1 (aOR 0,4, 95% CI 0,1-1,2, p=0,10). Third tertile diet quality was associated with lower gut microbiota diversity among pregnant women in an urban community. It is very important to provide education to maintain diet quality since pregnancy planning, in the low middle income country urban area."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Diasty Rahayu
"Kelimpahan relatif dan rasio Firmicutes/Bacteroidetes mikrobiota usus dipengaruhi oleh asupan makan dan mempengaruhi kesehatan anak dan dewasa. Namun, penelitian pada ibu hamil di daerah urban masih terbatas dan hasil yang dihubungkan dengan pola makan masih berbeda-beda, terutama di negara berpenghasilan rendah-menengah. Penelitian ini menilai hubungan antara pola makan dengan kelimpahan relatif mikrobiota usus (filum dan genus) dan rasio Firmicutes/Bacteroidetes. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di Puskesmas di empat kota di Jakarta (Pusat, Tengah, Barat dan Utara) merekrut 90 ibu hamil yang datang pada kunjungan Ante Natal Care (ANC). Data asupan makan ibu dengan menggunakan semi quantitative food frequency questioner (SQ-FFQ) diambil oleh enumerator yang sudah ditraining. Data asupan makan dianalisis menggunakan principal component anlysis (PCA) yang akan membentuk pola makan. Sampel feses diambil dan dianalisis dengan Next Generation Sequencing (NGS) 16S rRNA untuk mendapatkan hasil kelimpahan relatif mikrobiota usus . Terbentuk 4 pola makan yaitu pola makan tinggi sumber protein, pola makan tinggi sumber susu dan produk susu, pola makan tinggi sumber karbohidrat dan serat serta pola makan tinggi sumber buah-buahan. Dua filum terbesar yaitu (Firmicutes dan Bacteroidetes) dan 3 genus terbanyak yaitu Prevotella, Faecalibacterium dan Blautia dengan rerata kelimpahan relatif berurutan 69,5%, 12,6%, 5,98%, 8,59% dan 6,59%. Pola makan tinggi karbohidrat dan serat, namun tidak dengan pola makan lain, memiliki nilai p signifikan dengan kelimpahan relatif Faecalibacterium setelah disesuaikan dengan Pendidikan dan suku pada analisis multivariat (β 1,01, CI 95% 0,27-1,73 dan p=0,008). Kesimpulannya, setiap kenaikan pola makan tinggi sumber karbohidrat dan serat dapat menaikkan kelimpahan relatif dari Faecalibacterium sebesar 1,01%. Edukasi tentang pemilihan pola makan yang sehat dan baik untuk serta asupan karbohidrat dan serat yang bervariasi sangat penting dilakukan.

Relative abundance influenced by diet and affect children and adults’ health. However, evidence among urban pregnant women is limited and results on the link of this outcome with dietary pattern is conflicting especially in low-middle income nations. We assessed the relationship between maternal dietary pattern and the relative abundance of gut microbiota and Firmicutes/Bacteroidetes ratio. A cross-sectional study was conducted in primary health care in four districts in Jakarta (Central, East, West and North areas) recruiting 90 pregnant women during their ante natal care visits. Maternal food intake was assessed using a semi-quantitative food frequency questionnaire by trained enumerators and analyzed using principal component analysis to form a dietary pattern. Fecal samples were collected and analyzed with the Next Generation Sequencing (NGS) 16S rRNA to obtain the relative abundance of gut microbiota results. Four eating patterns were formed, namely a high protein sources diet, a high milk and dairy products sources diet, a high carbohydrates and fiber sources diet and a high fruit sources diet. Two largest phyla (Firmicutes and Bacteroidetes) and three largest genera (Prevotella, Faecalibacterium and Blautia) were identified with an average relative abundance value of 69.5%, 12.6%, 5.98%, 8.59% and 6.59%, respectively. High carbohydrate and fiber sources diet, not the other patterns, had a significant value with Faecalibacterium abundance after adjusting for education and ethnicity in multivariate model (β 1.01, CI 95% 0.27- 1.73 and p=0.008). In conlussion, increase high carbohydrate and fiber source diet could increase the relative abundance of Faecalibacterium by 1.01%. Education to choose healthy diet and variety carbohydrate and fiber sources will be needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Deviana Ayushinta Sani
"Prevalensi hipertensi dan diabtes saat kehamilan meningkat setiap tahunnya. Diet adalah salah satu factor resiko yang dapat dirubah dapat berpengaruh terhadap komplikasi saat kehamilan, tetapi data terkait kualitas diet dan pengarunya terhadap tekanan dan gula darah dianatara ibu hamil masih sedikit. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet dengan tekanan darah dan gula darah pada ibu hamil di Jakarta. Studi potong lintang ini adalah bagian dari projek Brain Probiotic and LC-PUFA Intervention for Optimum Early Life (BRAVE) yang melibatkan 174 ibu hamil yang direkrut secara consecutive sampling berlokasi di tiga area di Jakarta. Kualitas diet di tentukan dengan menggunakan skor Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy diperoleh dari 2 hari 24-hour recall. Gula darah kapiler puasa digunakan untuk mengukur konsentrasi gula darah pada responden, sedangkan tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer otomatis. Karakteristik subjek dinilai menggunakan kuesioner terstruktur. Hubungan antara kualitas diet dengan tekanan darah dan gula darah dianalisis menggunakan multiple linear regression. Mayoritas subjek berada pada rentang usia 20 dan 34 tahun (75.9%), multiparitas (61.5%), tidak memiliki riwayat gestational diabetes (97.1%) dan hipertensi (93.1%). Nilai median dari skor kualitas diet sebesar 47.44 (19.18-76.6). Tidak terdapat hubungan yang ditemukan antara kualitas diet dengan gula darah (β 1.02, p=0.36) setalah dilakukan penyesuaian terhadap edukasi, riwayat diabetes mellitus dan riwayat gestational diabetes mellitus. Selanjutnya, hubungan total skor dari kualitas diet dengan tekanan darah sistolik tidak ditemukan (β-0.16, p=0.87), namun terdapat hubungan yang hampir signifikan dengan tekanan darah diastolik β-1.23, p=0.09) setalah dilakukan penyesuaian terhadap merokok, riwayat hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi. Kesimpulannya kualitas diet memiliki hubangan yang hampir signifikan dengan kualitas diet.Kualitas diet menjadi salah satu faktor resiko dari pola hidup yang dapat dimodifikasi untuk mepertahakan kesahatan ibu hamil. Selama hamil dan sebelum melahirkan, ibu perlu menjada kualitas dietnya.

Prevalence of gestational hypertension and diabetes in pregnancy are increasing over the years. Diet is modifiable risk factor that may influence these problems, but data regarding diet quality affecting blood pressure and glucose profile-among pregnant women remain scarce. We assessed associations of diet quality with blood pressure and glucose level among pregnant women in Jakarta. This cross-sectional study was part of preliminary study of Brain Probiotic and LC-PUFA Intervention for Optimum Early Life (BRAVE) project, which recruited 176 pregnant women by using consecutive sampling in three districts of Jakarta. Socio-demographic characteristics of participants were identified by trained field-enumerators using a structured questionnaire. Diet quality indicated by Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) score was obtained from the calculation of multiple 24-hour recalls. Blood pressure was measured using automated sphygmomanometer, while fasting capillary glucose was performed to assess blood glucose level. The associations between diet quality with blood pressure and glucose levels were analyzed using multiple linear regression. Most of women were between 20 and 34 years old (76%), do not have history of gestational diabetes (97%) and hypertension (93%). The median score of dietary quality was 47.4 (19.1-76.6). There was no association between AHEI-P score with blood glucose (β 1.02, p=0.36) after adjustment for education, history of diabetes mellitus and history of gestational diabetes mellitus. Furthermore, association between total score of diet quality and systolic blood pressure was not found (β-0.16, p=0.87), however there was a borderline significant association with diastolic blood pressure β-1.23, p=0.09) after adjustment for smoking, education, history of hypertension and family history hypertension. In conclusion, diet quality had borderline significant association with blood pressure among pregnant women, whereas diet quality was not significantly associate with blood glucose among pregnant women in Jakarta, even though after adjustment for confounding factors. Diet quality is one of lifestyle risk factor that can be modified during pregnancy in order to maintain optimal health of the mother. Pregnant women should maintain quality of the diet, as well as prior pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novalda Ardheliza Ekawijaya
"Ketidaknyamanan fisik yang dirasakan selama kehamilan yang dapat menyebabkan berbagai dampak, salah satunya adalah dapat memperburuk kualitas tidur serta menimbulkan kecemasan pada ibu hamil. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara ketidaknyamanan fisik selama kehamilan dengan kualitas tidur serta tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional dengan metode consecutive sampling untuk mengumpulkan total 115 sampel. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik pasien atau data demografi, kuesioner Maternal Physical Discomfort Scale (MPDS), Sleep Quality Index (PSQI), dan Pregnancy Related Anxiety Questionnaire (PRAQ). Mayoritas responden mengalami ketidaknyamanan fisik sedang (53,9%), kualitas tidur yang buruk (55,7%), serta tingkat kecemasan ringan (51,3%). Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketidaknyamanan fisik selama kehamilan dengan kualitas tidur (p value = 0,004) dan tingkat kecemasan (p value = 0,00). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan asuhan keperawatan maupun program kesehatan pada ibu hamil terutama yang sudah memasuki trimester III yang berkaitan dengan ketidaknyamanan fisik, kualitas tidur, serta kecemasan selama kehamilan.

The physical discomfort felt during pregnancy can cause various impacts, one of which is that it can worsen sleep quality and cause anxiety in pregnant women. Therefore, this study aims to determine the relationship between physical discomfort during pregnancy and sleep quality and anxiety levels in third trimester pregnant women in DKI Jakarta. This research is a quantitative cross-sectional study with consecutive sampling method to collect a total of 115 samples. The questionnaire used in this study consisted of patient characteristics or demographic data, the Maternal Physical Discomfort Scale (MPDS) questionnaire, the Sleep Quality Index (PSQI), and the Pregnancy Related Anxiety Questionnaire (PRAQ). The majority of respondents experienced moderate physical discomfort (53.9%), poor sleep quality (55.7%), and mild anxiety (51.3%). Based on the results of the Spearman correlation test, it was found that there was a significant relationship between physical discomfort during pregnancy and sleep quality (p value = 0.004) and anxiety levels (p value = 0.00). The results of this study can be used as a reference for developing nursing care and health programs for pregnant women, especially those who have entered the third trimester related to physical discomfort, sleep quality, and anxiety during pregnancy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Halim Santoso
"Berat badan bayi merupakan salah satu variabel epidemiologi yang berhubungan dengan mortalitas di tahun pertama kehidupan bayi. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) maupun besar masa kehamilan (BMK) berisiko mengalami gangguan pada usia lebih lanjut. Berat badan bayi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain asupan gizi ibu dan status gizi ibu. Asupan zat gizi yang optimal akan bermanfaat untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin. Peningkatan berat badan ibu juga merupakan faktor ang menentukan outcome bayi. Ibu hamil dengan peningkatan berat badan yang kurang selama kehamilan akan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur. Mikrobiota adalah kumpulan mikroorganisme yang hidup berdampingan dengan inangnya. Ditenggarai adanya peran mikrobiota terhadap berat badan lahir bayi. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang bertujuan untuk melihat korelasi antara jumlah mikrobiota usus dan asupan zat gizi ibu hamil trimester ketiga dengan berat badan lahir bayi di Jakarta Timur.
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di 10 puskesmas kecamatan se Jakarta Timur pada bulan Februari-April 2015. Dari 315 subjek ibu hamil trimester ketiga yang sesuai kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian dengan menanda tangani informed consent, didapatkan 52 subjek yang dapat dianalisis. Subjek yang dapat dianalisis dilakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), wawancara asupan makanan, pengukuran sampel feses dan pengukuran berat badan lahir bayi. Sebaran data karakteristik menunjukkan 82,7% subjek berpendidikan menengah rendah, 59,6% memiliki pendapatan dibawah UMP, 82,7% subjek tidak mendapatkan asupan energi yang cukup per harinya, dan 73,1% status gizi trimester pertama subjek tergolong berlebih hingga obese. Pada penelitian ini tidak didapatkan korelasi antara asupan zat gizi ibu hamil trimester ketiga dengan berat badan lahir, dan tidak didapatkan korelasi antara mikrobiota Bifidobacterium (r = 0,134; p>0,05), Lactobacillus (r = -0,118; p>0,05) dan Staphylococcus (r = 0,43; p>0,05) ibu hamil dengan berat badan lahir bayi.

Baby birth weight is one epidemiological variables associated with mortality in the first year of life. Both baby with low birth weight (LBW) and large for gestational age (LGA) posses risk of having complication at later age. Birth weight is affected by many factors, such as maternal nutritional intake and nutritional status. Optimal intake of nutrients would be beneficial to support fetal growth and development. Maternal weight gain is also a factor determining the outcome of baby . Pregnant women with less weight gain during pregnancy are at greater risk of premature birth.Microbiota is a group of microorganism coexist with its host. It was suspected that there is a role of the microbiota on birth weight. This study is part of the research in department of nutrition, faculty of medicine, university of Indonesia that aims to see the correlation between the number of guy microbiota and nutritional intake in third semester pregnant women with birth weight in East Jakarta.
This study was a cross-sectional study conducted in 10 distriect health centers throughout East Jakarta in February to April 2015. Of the 315 subjects enrolled, 52 subjects could be analysis. Subjects were measured for body weight (BW), height, food intake interviews, fecal sample measurement and birth weight measurement. Characteristic of the subjects showed that 82,7% has middle to lower education level and 59,6% has revenue under provincial minimal wage. More than eighty percent of subjects did not receive adequate energy intake per day, and 73,1% subjects were categorized as overweight to obese. In this study, there are no correlation between nutrition intake and birth weight. There is also no correlation between gut microbiota Bifidobacterium (r = 0,134; p>0,05), Lactobacillus (r = -0,118; p>0,05) and Staphylococcus (r = 0,43; p>0,05) and birth weight.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Siti Rodhiah
"Social eating, defined as eating companion and eating practice, is correlated with modern dietary habits, which was characterized by a diet high in saturated fats, sugar, refined products, low fiber-rich foods, and thus, a low quality diet. This study aimed to assess the association between social eating and diet quality in women of reproductive age. This study used data collected from the SCRIPT study conducted by SEAMEO RECFON in 6 provinces (Jakarta, West Java, East Java, West Sumatera, Bali, and South Sulawesi). Dietary and social eating data was collected using a 24-H food recall. The diet quality was measured by the HEI-2015 Score. Eating companion is defined as eating alone and eating together, while eating practice was defined as eating outside, at home, and at home but the meal comes from outside. Both variables were defined for breakfast, lunch, and dinner. The analysis used to determine the association between variables was compare the mean differences (Independent T-test/Mann-whitney and ANOVA/Khruskal-walis) and Spearman correlation test, then multivariate analysis used the stepwise method to obtain the dominant factors that affect the diet quality in women of reproductive age. The mean HEI-2015 score was 39.78. Most subjects had the lowest consumption for total fruits, whole fruits, whole grains, dairy, and fatty acids. In contrast, the consumption of refined grains was high. Eating out of home was practiced by 9.4%, 10.7%, and 5.6% for breakfast, lunch, and dinner respectively; while the practice of eating at home but the meal comes from outside was 31.6%, 23.2%, and 32.3% respectively. Eating alone was practiced by 61.2%, 58.4%, and 47.4% for breakfast, lunch, and dinner respectively. Eating at home during breakfast was associated significantly with diet quality, but there was no significant association between eating companion and diet quality. The dominant factors associated with diet quality among women of reproductive age were income level and eating practice during breakfast. The present study results are useful that provide an overview of the diet quality in women of reproductive age in Indonesia and its factors. This can be used as a basis for improving the diet quality in women of reproductive age, especially the information of food groups that need to be improved and food groups that need to be limited in consumption.

Social eating didefinisikan sebagai eating companion dan praktik makan, telah terbukti berhubungan dengan kebiasaan diet modern, yang ditandai dengan diet tinggi lemak jenuh, gula, produk olahan, makanan rendah serat dan dengan demikian, diet berkualitas rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara social eating dengan kualitas diet pada wanita usia subur (18-45 tahun). Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari studi SCRIPT oleh SEAMEO RECFON di 6 provinsi (Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan). Data diet dan social eating dikumpulkan menggunakan food recall 1x24 jam. Kualitas diet diukur dengan Skor HEI-2015. Eating companion dibagi menjadi makan sendiri dan makan bersama, sedangkan praktik makan dibagi menjadi makan diluar, di rumah, dan di rumah dengan makanan dari luar. Kedua variabel dilihat untuk waktu sarapan, makan siang, dan makan malam. Analisis yang digunakan untuk menentukan hubungan antar variabel adalah membandingkan perbedaan rerata (Independent T-test/Mann-whitney dan ANOVA/Khruskal-walis) dan Spearman correlation test, selanjutnya analisis multivaraite dengan metode stepwise untuk mendapatkan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas diet pada wanita usia subur. HEI-2015 adalah 39,78. Sebagian besar subjek memiliki konsumsi terendah untuk total buah, buah utuh, biji-bijian, susu, dan asam lemak. Sebaliknya, konsumsi biji-bijian olahan tinggi. Makan di luar rumah masing-masing sebesar 9,4%, 10,7% dan 5,6% untuk sarapan, makan siang, dan makan malam; sedangkan praktik makan di rumah dengan makanan yang berasal dari luar masing-masing sebesar 31,6%, 23,2% dan 32,3%. Makan sendiri sebesar 61,2%, 58,4% dan 47,4% masing-masing untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Makan di rumah saat sarapan berhubungan secara signifikan dengan kualitas diet, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara eating companion dan kualitas diet. Faktor dominan yang berhubungan dengan kualitas diet pada wanita usia subur adalah tingkat pendapatan dan pola makan saat sarapan. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kualitas diet pada wanita usia subur di Indonesia dan faktor-faktor yang berhubungan. Hasil ini dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kualitas diet pada wanita usia subur, terutama informasi terkait konsumsi kelompok makanan yang perlu ditingkatkan dan kelompok makanan yang perlu dibatasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rishka Purniawati
"Saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan berbagai mikronutrien salah satunya adalah seng. Asupan seng yang adekuat selama kehamilan berperan dalam kesehatan janin. Namun, defisiensi seng sebagai akibat dari asupan yang tidak adekuat atau bioavailabilitas seng yang rendah masih menjadi masalah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara asupan seng dalam diet dengan kadar seng serum ibu hamil trimester satu dalam rangka menurunkan angka defisiensi seng di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang dengan jumlah subjek penelitian adalah 62 ibu hamil trimester satu dipilih melalui simple random sampling.
Dari penelitian ini diperoleh nilai media asupan seng pada ibu hamil trimester satu adalah 2.26 (0.3-51.8) mg/hari. Sebanyak 90.3% subjek penelitian tidak memenuhi asupan seng sesuai rekomendasi AKG. Nilai median kadar seng serum ibu hamil trimester satu dalam penelitian ini adalah 61.29 (39.0-102.0) ug/dL.
Terdapat korelasi negatif lemah dan bermakna secara statistik antara kadar seng serum dan asupan seng dalam diet ibu hamil trimester satu (r = -0.266, p = 0.037). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar seng serum perlu dipertahankan dalam interval normal, antara lain dengan kecukupan asupannya dari makanan dan suplementasi, khususnya selama masa kehamilan

There is an increasing need in micronutrient including zinc as adequate zinc intake plays role in fetal health. Nevertheless, zinc deficiency as a result of insufficient intake or low bioavailability is a problem in developing countries including Indonesia. This research observe the association between zinc intake and the serum level of zinc in first trimester pregnancy with the goal to reduce zinc deficiency in Indonesia. There are 62 subjects of first trimester pregnant women and this study is done using cross-sectional design with simple random sampling.
It is found that the median of zinc intake in first trimester pregnant women is 2,26 (0,3-51,8) mg/day. This research found that 90,3% of subjects did not fulfill the recommended dietary allowances for zinc intake. The median serum level of zinc in first trimester pregnant women is 61,29 (39,0-102,0) ug/dL. There is weak inverse correlation that is significant statistically between zinc serum level and zinc intake in first trimester pregnant women (p = 0,037, r = -0,266). It is concluded that zinc serum level must be maintained in the normal interval, such as an adequate intake and supplementation, especially during pregnancy
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahmawati
"Ibu hamil trimester tiga seringkali mengalami gangguan tidur karena kecemasan dan depresi menjelang persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kecemasan dan depresi dengan kualitas tidur ibu hamil trimester tiga.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan melibatkan 110 ibu hamil trimester tiga di UPT Puskesmas Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya. Pengambilan data menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale, The Zung Self-Rating Depression Scale, dan The Pittsburgh Sleep Quality Index.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan kualitas tidur (p value < 0,05) namun tidak ada hubungan yang signifikan antara depresi dengan kualitas tidur (p value > 0,05) pada ibu hamil trimester tiga. Peneliti merekomendasikan perawat dan tenaga kesehatan lainnya agar dapat memberikan edukasi mengenai manajemen kecemasan dan kualitas tidur ibu hamil khususnya pada periode trimester tiga.

Third trimester pregnant women often have sleep disturbances because of the anxiety and depression before labor. The purpose of this study was to identify the correlation between anxiety and sleep quality, as well as between depression and sleep quality of third trimester pregnant women.
This study used descriptive correlation design with cross sectional approach. The sampling technique used was consecutive sampling which involved 110 third trimester pregnant women in UPT Puskesmas Kecamatan Cimanggis and Sukmajaya. To obtain the data, Zung Self-Rating Anxiety Scale, The Zung Self-Rating Depression Scale, and The Pittsburgh Sleep Quality Index instrument were used.
The result showed that there was a significant correlation between anxiety and sleep quality but there was no significant correlation between depression and sleep quality of third trimester pregnant women. It is recommended that nurses and other health providers should give an education about anxiety management and quality of sleep to pregnant women in third trimester of pregnancy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nindiana Pertiwi
"Pada masa kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan janin dan perubahan fisiologis tubuh ibu. Kurangnya asupan gizi pada masa kehamilan dapat menyebabkan malnutrisi dan masalah kesehatan pada ibu dan janin. Kalsium merupakan salah satu mikronutrien yang berperan penting dalam mempertahankan kepadatan tulang ibu dan pertumbuhan tulang dan gigi bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara kadar kalsium darah dengan asupan kalsium harian khususnya pada ibu hamil trimester pertama. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 62 yang merupakan data sekunder dari penelitian primer yang dilakukan pada ibu hamil trimester pertama di beberapa rumah sakit di Jakarta. Data asupan diperoleh dengan menggunakan food frequency questionnaire, sedangkan kadar kalsium darah diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan flame atomic absorption spectrophotometry (AAS). Data diolah melalui uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Spearman dengan software SPSS versi 22 Mac OS X. Dari penelitian didapatkan sebanyak 93,5% subjek memiliki kadar kalsium normal dan sebagian besar (91,9%) subjek tidak mencapai angka kecukupan kalsium harian. Tidak didapatkan korelasi antara kadar kalsium darah dengan asupan kalsium ibu hamil trimester pertama (p=0,803). Dibutuhkan penelitian yang lebih komprehensif terkait faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar kalsium darah ibu hamil trimester pertama.

During pregnancy, the needs for most nutrients are increased to meet the demands of growing fetal and physiologic changes of the mother. Nutrient deficiency in pregnancy causes malnutrition and several problems of maternal and fetal health. Calcium is needed for maintaining bone density of mother and fetal development of bone and teeth. This research helps to find out the correlation between blood calcium level and daily calcium intake in first trimester pregnant women. This is a cross sectional research with 62 samples gathered from secondary data by the primary research done to pregnant women in several hospitals in Jakarta. The data of calcium intake is acquired from food frequency questionnaire, while blood calcium level is acquired from cilinical laboratory measurement by using flame atomic absorption spectrophotometry (AAS). The data is analyzed using Kolmogorov-Smirnov and Spearman’s test in SPSS for Mac OS X version 22 software. It is found that 93,5% of the subjects have normal blood calcium level, but 91,9 % of them do not meet the minimum requirement of daily calcium intake. There is no correlation between blood calcium level and daily calcium intake (p=0.803). More comprehensive studies associated to other factors determining blood calcium level are needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Dewi Kusumaningrum
"Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Ibu hamil mengalami adaptasi fisik dan psikososial, yang salah satunya mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur selama masa kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kecemasan dan kesejahteraan spiritual dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester tiga. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 114 orang ibu hamil trimester tiga, yang dilakukan secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index untuk kualitas tidur, Spiritual Well-Being Scale untuk mengukur kesejaheraan spiritual, dan Zung-Self Anxiety Scale yang telah dimodifikasi untuk mengukur kecemasan. Analisis yang digunakan adalah chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur p value = 0,031 yaitu bahwa semakin tinggi kecemasan maka semakin buruk kualitas tidurnya dan adanya hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kualitas tidur p value = 0,001 yaitu bahwa semakin tinggi kesejahteraan spiritual maka semakin baik kualitas tidurnya. Direkomendasikan agar perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada ibu hamil juga memperhatikan kesejahteraan spiritual, serta memberikan intervensi untuk menurunkan kecemasan, sehingga kualitas tidur ibu hamil meningkat.

Sleep is a basic human need that must be fulfilled. Pregnant women experience physical and emotional changes that affect the fulfillment of sleep needs during pregnancy. This study aimed to identify the correlation between anxiety, spiritual well being and sleep quality in the third trimester pregnant women. The design of this study was cross sectional. The sample were 114 pregnant women selected by consecutive sampling. The instruments used were the Pittsburg Sleep Quality Index for sleep quality, the Spiritual Well Being Scale for measuring spiritual well being, and the Zung Self Anxiety Scale that had been modified to measure anxiety. Data were analyzed using chi square.
The results of the study showed a significant correlation between anxiety and sleep quality p value 0.031, the higher anxiety, the lower the quality of sleep also the correlation between spiritual well being and sleep quality p value 0.001 the higher spiritual well being, better the quality of sleep. It is recommended that nurses in providing nursing care for pregnant women to also pay attention to their spiritual well being, as well as giving intervention to decrease anxiety level, so that the pregnant womens quality of sleep can be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>