Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186924 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofyan Dwi Fathurrahman
"Chronic kidney disease (CKD) yang prevalensinya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seringkali berdampak pada penurunan sensasi, edema, anemia, hingga penurunan kesadaran atau koma. Kondisi-kondisi tersebut meningkatkan risiko terjadinya pressure ulcer. Selain merugikan bagi health outcome pasien, kejadian pressure ulcer juga memberikan dampak negatif dari aspek costeffectivenes dan mutu pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan terjadinya pressure ulcer, salah satunya dengan penerapan topikal ekstra virgin olive oil (EVOO) pada area-area yang berisiko tinggi pressure ulcer. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan EVOO untuk mencegah pressure ulcer, khususnya pada area sakrum, regio trokanter, dan tumit. Pada karya ilmiah ini, pasien dirawat selama enam hari. Hasil pengkajian menunjukan pasien berisiko tinggi mengalami risiko gangguan integritas kulit dengan faktor risiko adanya edema, anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan sensasi, dan imobilitas. Intervensi keperawatan yang dilakukan antara lain, evaluasi berkala integritas kulit dan reposisi dua jam sekali. Selain itu, diaplikasikan juga EVOO sebanyak dua kali sehari selama lima hari dan dilakukan setiap kali pengaplikasian. Hasil evaluasi pressure ulcer mampu dicegah pada sebagian besar area yang diintervensi, sehingga penerapan EVOO secara topikal dapat menjadi salah satu pilihan bagi perawat sebagai intervensi keperawatan mandiri untuk mencegah terjadinya pressure ulcer.

Chronic kidney disease (CKD), whose prevalence has increased in recent years, often results in decreased sensation, edema, anemia, and loss of consciousness or coma. These conditions increase the risk of pressure ulcers. In addition to being detrimental to the health outcomes of patients, the incidence of pressure ulcers also has a negative impact from the aspects of cost-effectivenes and quality of hospital services. Therefore, efforts are needed to prevent the occurrence of pressure ulcers, one of which is by applying topical extra virgin olive oil (EVOO) to areas at high risk of pressure ulcers. This paper aims to describe the effectiveness of EVOO application to prevent pressure ulcers, especially in the sacrum area, trochanter region, and heel. In this scientific work, the patient was treated for six days. Assessment results showed that the patient was at high risk of skin integrity impairment with risk factors for edema, anemia, fluid and electrolyte imbalance, decreased sensation, and immobility, electrolytes, decreased sensation, and immobility. Nursing interventions that carried out include periodic evaluation of skin integrity and repositioning every two hours. In addition, EVOO was also applied twice a day for five days and done every time the five days and was done every time the application was done. The evaluation results showed that pressure ulcers prevented in most of the intervened areas, so topical application of EVOO can be an option for nurses as an independent nursing intervention to prevent pressure ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Mawaddah
"Luka tekan merupakan fenomena umum yang sering terjadi pada pasien tirah baring dengan tingkat kejadian yang tinggi. Dampak negatif luka tekan meliputi penurunan kualitas hidup pasien, peningkatan angka kesakitan, perpanjangan lama rawat serta peningkatan biaya perawatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi pencegahan dengan intervensi kombinasi pengaturan posisi dan penggunaan pelembab minyak zaitun pada bagian tubuh yang berisiko mengalami luka tekan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian intervensi kombinasi pengaturan posisi dan penggunaan pelembab minyak zaitun sebanyak 2 kali sehari setiap sehabis mandi pagi dan sore selama masa perawatan di rumah sakit. Evaluasi kondisi kulit dipantau setiap hari dengan hasil terdapat perbaikan kondisi kulit meliputi perbaikan warna kulit, suhu kulit, kelembaban, dan tekstur kulit. Perawat disarankan untuk menerapkan intervensi kombinasi pengaturan posisi dan penggunaan pelembab minyak zaitun secara topikal sebagai intervensi mandiri keperawatan dalam pencegahan luka tekan.

Pressure ulcers are a common phenomenon that often occurs in bed rest patients with a high incidence rate. The negative impacts of pressure sores include decreasing the patient's quality of life, increasing morbidity, extending the length of stay and increasing treatment costs. Therefore, it is necessary to carry out a prevention strategy with a combination of positioning interventions and the use of olive oil moisturizer on parts of the body that are at risk of developing pressure sores. This writing aims to determine the effectiveness of providing a combination of positioning interventions and the use of olive oil moisturizer twice a day after showering in the morning and evening during the hospital treatment period. Evaluation of skin condition is monitored every day with the result that there is improvement in skin condition including improvement in skin color, skin temperature, moisture and skin texture. Nurses are advised to implement a combination intervention of positioning and topical use of olive oil moisturizer as an independent nursing intervention in preventing pressure ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanun Isna Mutia
"Luka tekan merupakan isu asuhan keperawatan yang sering terjadi di rumah sakit atau pelayanan kesehatan karena dapat menyebabkan berbagai kerugian. Kerusakan kulit akibat luka tekan terutama pada anak dapat menyebabkan peningkatan biaya dan waktu rawat di rumah sakit. Oleh karena itu, pencegahan luka tekan perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberi gambaran asuhan keperawatan klien dengan risiko luka tekan dan mengidentifikasi keefektifan pemberian virgin coconut oil untuk mencegah luka tekan. Identifikasi risiko luka tekan dilakukan dengan skala Braden Q. Intervensi dilakukan pada klien yang memiliki risiko luka tekan dengan pemberian virgin coconut oil VCO dengan memandikan menggunakan air hangat sebelumnya disertai pemijatan pada area yang berisiko mengalami luka tekan.
Hasil dari intervensi yang dilakukan adalah luka tekan pada klien dapat dicegah. Perawat bersama dengan keluarga dapat melakukan pemberian VCO sebagai intervensi untuk mencegah luka tekan.

Name Hanun Isna MutiaStudy programme Nursing scienceTitle Analysis of Nursing Care for Client with Risk of Pressure Ulcer with Virgin Coconut Oil in Infectious Disease Ward RSUPN Cipto MangunkusumoPressure ulcer is a nursing care issue that often occur in hospitals or health care because they can cause a variety of losses. Skin damage caused by pressure ulcer especially in children can lead to increased costs and time nurse at the hospital. Therefore, prevention of pressure ulcer should be done by health workers, especially nurses.
This paper aims to provide an overview of nursing care for clients with risk of pressure ulcer and identify the effectiveness of the administration of virgin coconut oil to prevent pressure ulcer. Risk identification of pressure ulcer can be assesed with Braden Q scale. Intervention carried out on clients who have a risk of pressure ulcer by administering virgin coconut oil VCO with warm water bathing and massage on the area at risk of developing pressure ulcer.
The results of the interventions are pressure sores on the client can be prevented. Nurses with the family can do VCO Award as interventions to prevent pressure sores. Nurses with the family can do provision of VCO as interventions to prevent pressure ulcer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Luka tekan merupakan fenomena umum yang sering terjadi pada pasien tirah baring dengan tingkat kejadian yang tinggi. Dampak negatif luka tekan meliputi penurunan kualitas hidup pasien, peningkatan angka kesakitan, perpanjangan lama rawat serta peningkatan biaya perawatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi pencegahan salah satunya dengan perawatan kulit secara topikal menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) pada bagian tubuh yang berisiko mengalami luka tekan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian VCO pada pasien risiko luka tekan. Pasien diberikan VCO sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari setelah mandi selama tiga hari berturut-turut. Evaluasi kondisi kulit dipantau setiap hari dengan hasil terdapat perbaikan kondisi kulit meliputi perbaikan warna kulit, suhu kulit, kelembaban, dan tekstur kulit. Perawat disarankan untuk memberikan VCO secara topikal sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam pencegahan luka tekan.

Pressure sores are a common phenomenon that often occurs in bedrest patients with a high incidence rate. The negative impacts of pressure sores include decreasing the patient's quality of life, increasing morbidity, prolonging the length of stay and increasing treatment costs. Therefore, it is necessary to carry out prevention strategies, one of which is topical skin care using Virgin Coconut Oil (VCO) on parts of the body that are at risk of developing pressure sores. This writing aims to determine the effectiveness of giving VCO to patients at risk of pressure sores. Patients are given VCO twice in the morning and evening after bathing for three consecutive days. Evaluation of skin conditions is monitored every day with the result that there are improvements in skin conditions including improvements in skin color, skin temperature, moisture, and skin texture. Nurses are advised to give VCO topically as one of the independent nursing interventions in preventing pressure sores."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Mandiara
"Kebiasaan dalam jangka waktu yang lama akan pola diet yang tidak sehat pada masyarakat perkotaan menjadi salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi. Penyakit ini menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik. Pasien gagal ginjal kronik sering terjadi kelebihan volume cairan akibat kerusakan fungsi filtrasi glomerolus. Oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan cairan yang ketat, efektif dan efesian untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan upaya pemantauan intake dan output cairan. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan fluit intake output chart dan dibuktikan bahwa pemantauain ini efektif untuk menangani kelebihan volume cairan dibuktikan dengan tidak bertambahnya komplikasi yang terjadi pada pasien.

Long lasting habits of unhealthy diet in urban society is becoming one of hypertension risk factor. This disease has become a factor causing kidney damage, which can lead to chronic kidney failure. Chronic kidney failure patients commonly experience volume overload due to damage in glomerular filtration function. Hence, fluid restriction is needed as effective and efficient to prevent complication by monitoring fluid intake and output. This scientific writing uses case study method by using fluid intake-output chart to prove that this monitoring method is effective in handling fluid overload by looking at the occurrence of complication in patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Megasari Yanuar Wisudawati
"Pembatasan cairan merupakan masalah yang belum optimal dilakukan oleh pasien penyakit ginjal kronik. Rasa haus sering muncul pada pasien yang harus melakukan pembatasan cairan. Studi kasus ini mendeskripsikan proses berkumur dengan mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus akibat pembatasan cairan. Hasil yang didapatkan setelah penggunaan mouthwash mint pada pasien bahwa skala haus pasien berkurang dari skala 5 menjadi skala 3. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik penting dilakukan sebagai manajemen rasa haus. Karya ilmiah ini merekomendasikan perawat untuk mengajarkan takaran yang tepat dalam penggunaan mouthwash mint non alcohol kepada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus.

Fluid restriction is a problem that has not been optimally performed by patients with chronic kidney disease. Thirst distress usually appears in patient with fluid restriction. This case study describes the process of gargling with mint mouthwash in chronic kidney disease patients to reduce thirst due to fluid restriction. The evaluation of using mint mouthwash in patients showed that the patient's thirst scale reduced from 5 to 3. The results of this study showed that mint mouthwash in patients with chronic kidney disease is important as thirst management. This paper recommend nurses to educate chronic kidney disease patients for using right dose in the use of non alcoholic mint mouthwash to reduce thirst.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumi Rahmah Maulidiah
"Satu dari empat penduduk Indonesia atau sebesar 24,1% penduduk di Indonesia melakukan perilaku menetap yang tidak sehat lebih dari 6 jam/hari. Perilaku menetap yang tidak sehat (PMTS) adalah salah satu faktor risiko terjadinya masalah penurunan kesehatan seperti kelebihan berat badan. PMTS merupakan perilaku yang terjadi pada saat duduk atau berbaring dan membutuhkan pengeluaran energi yang sedikit. Tujuan dari peneltiain ini adalah untuk mengetahui hubungan antara PMTS dengan kelebihan berat badan pada pekerja di Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Cengkareng. Desain penelitian cross sectional ini melibatkan 78 pekerja kantor di DKPPU. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner mengenai karakteristik responden, Baecke Physical Activity Scale untuk menilai aktivitas fisik idan Adult Sedentary Behaviors Surveyuntuk menilai PMTS. Uji statistik yang dilakukan menggunakan software SPSS dan menggunakan uji chi square untuk analisis bivariat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa 53,8% memiliki PMTS ringan dan 52,6% memiliki IMT tidak normal. Hasil analisis menujukan terdapat hubungan antara PMTS dengan kelebihan berat badan (p value= 0,000). Pekerja dengan PMTS ringan memiliki 10,35 kali lebih besar memiliki IMT yang normal dibandingkan dengan pekerja dengan PMTS berat (OR: 10,35). Saran penelitian ini diharapkan pekerja memiliki aktivitas fisik yang seimbang, meningkatkan kebiasaan olahraga,dan mengurangi PMTS pada saat waktu luang.

One in four Indonesian population or 24,1% of the population in Indonesia spend ≥6 hours in sedentary behavior. Sedentary behavior (SB) is one of the risk factors of health problems such as being overweight. SB is a behavior of sitting or lying down that requires little energy in a daily basis. The goal of this research is to identify the relationship between SB and overweight occurrence on Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU)s employees, Cengkareng. This research used cross sectional method and involved 78 employees of DKPPU. Questionnaire used in this research assessed respondent characteristic, Baecke Survey Activity Scale to assess physical activity, and Adult Sedentary Behavior Survey to assess SB. Chi-squared test was used to analyze the relationship between two variables. The result showed that 53.8% employees have low level of SB and 53.6% of them have abnormal BMI score. The analysis test showed that there was a significant relationship between SB and overweight occurrence (p: 0.001). Employees with low level of SB were having 10.35 times bigger chance of developing normal range of BMI than the employees with high level/ severe SB level (OR: 10.35). This result suggested all workers to have a balance physical activity, increase their exercise, and limit their SB.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Rahma Wati
"Penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang cukup kompleks dan menimbulkan beberapa tanda dan gejala yang membuat ketidaknyaman dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pruritus merupakan salah satu gejala yang cukup sering terjadi pada pasien CKD terutama pasien dengan hemodialisis. Penyebab munculnya pruritus karena disregulasi kekebalan tubuh, xerosis, hiperparatiroidisme, akumulasi toksin uremik, disfungsi saraf, mekanisme histamin, dan mekanisme opioid. Masalah ini jika tidak diselesaikan maka akan menimbulkan masalah lain seperti ketidaknyamanan, gangguan tidur, luka bekas garukan, dan menurunkan kualitas hidup pasien. Masalah integritas kulit yang terjadi dapat ditangani dengan penerapan intervensi pemberian lotion pada pasien. Karya ilmiah ini akan menjelaskan terkait intervensi pemberian lotion berbasis ceramide pada pasien CKD dengan pruritus. Pemberian intervensi dilakukan setiap hari selama 7 hari rawat di ruang rawat inap secara rutin dan evaluasi dilakukan dengan Numeric Rating Scale setelah dilakukan perawatan penuh. Hasil intervensi menunjukkan perubahan skor gatal yang dirasakan pasien yaitu dari skala 10 menjadi skala 1. Kesimpulannya adalah penerapan lotion berbasis ceramide direkomendasikan untuk mengurangi pruritus pada pasien CKD dan meningkatkan kesejahteraan pasien selama masa perawatan.

Chronic kidney disease (CKD) is one of complex diseases which can cause signs and symptoms affecting the patient's comfort and quality of life. Pruritus is one of the most common symptoms of CKD patient undergoing hemodialysis. The causes of pruritus are for example immune system dysregulation, xerosis, hyperparathyroidism, toxic uremia accumulation, nervous dysfunction, histamine mechanism, and opioid use mechanism. This problem if left untreated can give rise to a number of other problems such as discomfort, sleep problems, wounded skin from scratching, and overall decease in quality of life. Skin integrity impairment can be treated with a lotion use intervention for the patient. This scientific paper will explain the intervention on the use of ceramide-based lotion for CKD patient with pruritus. The intervention is performed routinely every day for seven days in the inpatient ward with the evaluation using Numeric Rating Scale after intervention completion. The result of the intervention shows the reduction of itchiness score from 10 to 1. The conclusion is that the use of ceramide-based lotion is recommended to reduce pruritus in CKD patient to increase quality of life during hospitalization period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Hadi Suwarno
"Penderita penyakit ginjal kronis stadium lanjut akan mengalami beberapa gejala yang mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Mual dan muntah merupakan gejala yang paling umum dan ditemukan pada penyakit gagal ginjal. Penyebab mual sangat beragam seperti gangguan metabolisme, masalah gastrointestinal, dan efek dari obat-obatan tertentu. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronis yang mengalami mual. Akupresur merupakan salah satu bagian dari terapi non farmakologi yang berbasis bukti dan telah digunakan untuk mengurangi mual. Area penekanan pada terapi akupresur ini adalah titik P6 (Pericardium 6). Terapi ini diberikan selama 7 hari perawatan dan dievaluasi secara subyektif dengan menggunakan Numerik Rating Scale (NRS) setelah pemberian intervensi. Dari hasil intervensi akupresur pada pasien didapatkan adanya penurunan rasa mual dari skala 5 menjadi skala 3. Kesimpulannya, penerapan akupresur direkomendasikan untuk mengurangi mual pada pasien CKD.

Patients with advanced stage chronic kidney disease will experience some disturbing symptoms and affect their quality of life. Nausea and vomiting are the most common symptoms and are found in chronic kidney disease. The causes of nausea are as varied as metabolic disorders, gastrointestinal problems, and the effects of certain medications. The purpose of this paper is to analyze interventions in providing nursing care to chronic kidney disease patients who experience nausea. Acupressure is a part of evidence-based non-pharmacological therapy and has been used to reduce nausea. The area of emphasis in this acupressure therapy is point P6 (Pericardium 6). This therapy was given for 7 days of treatment and evaluated subjectively using the Numeric Rating Scale (NRS) after the intervention. The results of the acupressure intervention in patients showed a decrease in nausea from a scale of 5 to a scale of 3. In conclusion, the application of acupressure is recommended to reduce nausea in CKD patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trisni Untari Dewi
"ABSTRAK
Latar belakang: Sepsis merupakan masalah kesehatan penting yang dapat menyebabkan insidens kematian sampai 50% pada pasien dengan sepsis berat. Antibiotik aminoglikosida
terutama amikasin semakin banyak digunakan untuk mengobati infeksi kuman Gram negatif pada pasien sepsis di ICU, meskipun penggunaan obat tersebut pada dosis
terapi dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal sekitar 10-25%. Pemantauan kadar lembah amikasin serta biomarker dini diperlukan untuk mencegah kerusakan ginjal pada pasien sepsis yang dirawat di ICU. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar lembah amikasin pada pasien ICU dewasa yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang diberikan amikasin 1000 mg/hari dengan
peningkatan kadar KIM-1 normalisasi dalam urin yang merupakan biomarker dini nefrotoksisitas.
Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada 12 pasien sepsis dewasa yang dirawat di ICU RSCM dan diberikan amikasin 1000 mg/hari pada bulan Mei-September 2015. Kadar lembah amikasin dosis ketiga dihubungkan dengan peningkatan kadar KIM-1 normalisasi yang diukur melalui urin 24 jam setelah pemberian amikasin dosis pertama/kedua dan dosis ketiga.
Hasil:
Dari 12 subyek penelitian, didapatkan 3 subyek penelitian dengan kadar lembah amikasin di atas 10 g/mL, sedangkan 9 subyek penelitian kadar lembahnya ada dalam batas aman (di bawah 10 g/mL). Delapan dari 12 subyek penelitian (66,7%) mengalami peningkatan kadar KIM-1 normalisasi dalam urin hari ketiga dibandingkan hari pertama. Tidak ada hubungan antara kadar lembah amikasin dengan peningkatan kadar KIM-1 normalisasi dalam urin (p=0,16; r=0,43).
Kesimpulan:
Pasien sepsis yang mendapat amikasin 1000 mg/hari di ICU RSCM selama 3 hari memperlihatkan kadar lembah amikasin plasma dalam batas aman untuk ginjal.

ABSTRACT
Background: Sepsis is a common caused of mortality which may account for up to 50% death rate in patients with severe sepsis. Aminoglycoside antibiotics, especially amikacin, are the most commonly used antibiotics in the septic patients with Gram-negative bacterial infections, despite these drugs may induce nephrotoxicity in 10-25%
patients. Hence, it is essential to monitor amikacin trough plasma concentration and to detect nephrotoxicity as early as possible. The aim of this study is to find out the correlation between amikacin trough plasma concentration with normalized KIM-1 concentration in the urine as a sensitive and specific biomarker.
Methods:
This is a pilot study conducted in 12 septic patients treated with amikacin 1000 mg/day from May, 2015 to September, 2015. The correlation between amikacin
trough plasma concentrations measured at the third doses with the elevation of urine normalized KIM-1 concentrations measured at the first/second and the third doses were evaluated.
Results:
We observed 3 patients with amikacin trough plasma concentration above the safe level (>10 g/mL), while 9 patients had amikacin concentrations within the safe
plasma level (<10 g/mL). Furthermore, we observed 8 out of 12 patients with higher normalized KIM-1 concentrations measured at third doses compared to normalized KIM-1 concentrations measured at first/second doses. There was no correlation between amikacin trough concentration with elevated urine normalized KIM-1
concentration (p=0,16; r=0,43).
Conclusion:
Septic patients treated with amikacin 1000 mg/day hospitalized in ICU RSCM for 3 days have amikacin safe trough plasma concentration.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>