Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208578 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilmah Yanuarti Barmawi
"Latar belakang : Stres kerja ini dilaporkan terjadi secara global dan menempati posisi utama sebagai penyebab stres yang paling sering terjadi di antara penyebab stres lainnya. Pekerjaan sebagai terapis anak autis (Akanaeme et al., 2021)adalah salah satu pekerjaan paling sering meningkatkan stres, karena menghadapi anak autis dengan gangguan tumbuh kembang yang kadang bersifat agresif dan impulsif. Hal ini dapat terjadi juga pada terapis anak autis di Yayasan Tumbuh Kembang Anak Shine Kids Ministry Indonesia Kota Jakarta Selatan . Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada terapis anak autisme di Yayasan Tumbuh Kembang Anak Shine Kids Ministry Indonesia Kota Jakarta Selatan Tahun 2024. Metode : penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan 51,7% terapis anak autis di di Yayasan Tumbuh Kembang Anak Shine Kids Ministry Indonesia mengalami stres kerja berat, sedangkan 48,3% terapis mengalami stres kerja ringan. Berdasarkan hasil uji chi square faktor beban kerja, konflik peran, faktor komunikasi efektif dan faktor konflik keluarga berhubungan secara signifikan dengan stres kerja. Berdasarkan uji regresi logistik multivariat didapatkan hasil faktor yang paling dominan berhubungan terhadap stres kerja adalah faktor konflik keluarga (p-value 0,003) dan faktor konflik peran (p-value 0,012). Kesimpulan : Faktor konflik keluarga dan faktor konflik peran merupakan faktor yang paling dominan berhubungan terhadap stres kerja pada penelitian ini. Diperlukan mitigasi stres kerja dengan meningkatkan pemahaman mekanisme koping stres sebagai strategi pengeloaan stres kerja pada terapis anak autis di Yayasan Tumbuh Kembang Anak Shine Kids Ministry Indonesia Kota Jakarta Selatan.

Background: Occupational stress is reported occur globally and occupies a leading position as the most frequent stressor among other stressors. According to Akanaeme et al (2021), work as a therapist for autistic children is one of the most common jobs that increase stress, because they face autistic children with developmental disorders who are sometimes aggressive and impulsive. This can also happen to autistic child therapists at the Shine Kids Ministry Indonesia Child Development Foundation, South Jakarta City. Objective: To determine the factors associated with work stress in autistic children therapists at the Shine Kids Ministry Indonesia Children's Growth and Development Foundation, South Jakarta City in 2024. Method: quantitative research using cross sectional design. Results: The results showed 51.7% of autistic children therapists at the Shine Kids Ministry Indonesia Foundation experienced severe work stress, while 48.3% of therapists experienced mild work stress. Based on the results of the chi square test, workload factors, role conflict, effective communication factors and family conflict factors are significantly related to work stress. Based on the multivariate logistic regression test, the most dominant factors related to work stress are family conflict factors (p-value 0.003) and role conflict factors (p-value 0.012). Conclusion: Family conflict factors and role conflict factors are the most dominant factors related to work stress in this study. It is necessary to mitigate work stress by increasing understanding of stress coping mechanisms as a strategy for managing work stress in autistic child therapists at the Shine Kids Ministry Indonesia Child Growth and Development Foundation, South Jakarta City. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James H.D.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Susanto
"Pertambangan merupakan salah satu sektor yang mempunyai tingkat distres yang tinggi terutama pada pekerja kontraktor di area tambang bawah tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor organisasi sebagai variabel bebas terhadap stres kerja (distres) sebagai variabel terikat pada pekerja kontraktor tambang bawah tanah PTFI. Desain penelitian ini adalah kuantitatif cross sectional dengan menggunakan instrumen kuesioner demografi dan work stressor questionaire dari American Institute Preventive Medicine (AIPM). Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 400 pekerja. Analisis data penelitian menggunakan metode statistik regresi logistik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30.5% responden mengalami distres dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor pekerjaan meliputi overload (POR=9,96), underload (POR=14,29), kejenuhan (POR=14,44), dan faktor organisasi meliputi permasalahan dengan atasan (POR=5.36), konflik deskripsi pekerjaan (POR=32,04), tekanan pekerjaan (POR=17,67) dan masalah job security (POR:13,83) mempunyai pengaruh signifikan dalam menyebabkan distres pada pekerja kontraktor tambang bawah tanah. Tidak ditemukan adanya pengaruh faktor individu yang signifikan terhadap distres. Untuk itu kami merekomendasi membuat seluruh deskripsi kerja, pembuatan analisis beban kerja, pelaksanaan rotasi kerja, coaching oleh supervisor dan pekerja senior serta aplikasi KPI untuk perpanjangan kontrak pekerja untuk mengurangi tingkat distres pada pekerja.

The mining industry is a sector that has a high level of distress, especially for contractor workers in underground mining areas. This research aims to analyze individual, job, and organizational factors that influence work stress (distress) among PTFI underground mining contractors. This quantitative research design is cross-sectional, using demographic questionnaire instruments and work stressor questionnaires from the American Institute of Preventive Medicine (AIPM). The number of respondents who participated in this research was 400. Research data analysis uses the logistic regression statistical method to determine the effect of the independent variable on the dependent variable. The results showed that 30.5% of respondents experienced distress, and the variables overload (POR: 9.96), underload (POR: 14.29), boredom (POR: 14.44), problems with superiors (POR: 5.36), job description conflict (POR:32.04), pressure employment (POR:17.67), and job security issues (POR:13.83) influence worker distress. The research concluded that there was no influence of individual factors on distress. For this reason, we recommend provide job descriptions to all job profile, create workload analyses, implementing work rotation, coaching by supervisors and senior employees, and using KPI as the basis for extending worker contracts to reduce the level of work stress and distress for underground mining contractors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Cesaratri
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan parenting stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita, serta mengetahui hubungan family resilience dengan parenting stress. Parenting stress diukur dengan menggunakan alat ukur Parenting Stress Index Short Form PSI-SF, dan family resilience diukur dengan menggunakan alat ukur Family Resilience Assessment Scale FRAS. Partisipan dalam penelitian ini adalah 31 pasang ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita yang sedang bersekolah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting stress p > 0.05 pada ayah dan ibu yang memiliki anak autistic spectrum disorder atau tuna grahita, dan juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara family resilience dengan parenting stress r = 0.433, p < 0.01 pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita. Berdasarkan hasil tersebut, family resilience berperan untuk menekan tingkat parenting stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita.

This research aims to describe the differences of parenting stress and family resilience among fathers and mothers of children with Autistic Spectrum or mental retardation, and investigate the correlation between family resilience and parenting stress. Parenting stress was measured by Parenting Stress index ndash Short Form PSI SF, and family resilience was measured by Family Resilience Assessment Scale FRAS. Participants in this research were 31 pairs of fathers and mothers with autistic spectrum disorder or children with mental retardation who study at school.
The results of this research show that there are no differences on parenting stress p 0.05 among fathers and mothers of children with autistic spectrum disorder or mental retardation, and it also show a positive and significant correlation between family resilience and parenting stress r 0.433, p 0.01. Based on these results, family resilience has a role to suppress parenting stress levels on fathers and mothers of children with autistic disorder or mental retardation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Shinta Dewi Prameswari
"Jumlah anak yang didiagnosis dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) semakin meningkat setiap tahunnya. GSA merupakan suatu gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan yang bertahan dalam komunikasi dan interaksi sosial, serta munculnya pola tingkah laku, minat, serta aktivitas yang berulang. Menjadi orang tua dari anak dengan Spektrum Autisme (SA) menyajikan tantangan tersendiri. Meski bukan pengasuh utama, ayah juga turut terlibat dalam pengasuhan dan menghadapi berbagai tantangan yang dapat membuat mereka mengalami stres. Namun demikian, penelitian mengenai stres pada ayah yang memiliki anak dengan SA masih terbatas. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran yang mendalam mengenai stres pengasuhan ayah yang memiliki anak dengan SA. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi terhadap 4 orang ayah yang memiliki anak laki-laki dengan SA yang berusia remaja hingga dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ayah mengalami stres yang bersumber dari berbagai tantangan yang muncul pada tiap tahapan perkembangan anak mereka. Salah satu sumber stres yang sering disebut adalah finansial. Penerimaan terhadap kondisi anak dan cara yang digunakan dalam menangani stres sangat memengaruhi tingkat stres yang dirasakan oleh ayah. Melalui pengalaman mereka mengasuh anak dengan SA, para ayah juga mengalami berbagai perubahan positif dalam hidupnya.

The number of children diagnosed with Autism Spectrum Disorder (ASD) is increasing every year. ASD is a developmental disorder characterized by persistent deficits in communication and social interaction, and the emergence of repetitive behavioral patterns, interests, and activities. Being a parent of children with Autism Spectrum (AS) presents its own challenges. Although not the primary caregiver, fathers are also involved in parenting and facing various challenges that can make them experience stress. However, research on stress in fathers who have children with AS is still limited. For this reason, this study was carried out to obtain an overview of parenting stress of fathers who have children with AS. This research was conducted with a qualitative method using semi-structured interviews and observations of 4 fathers who have teenager to young adult boys with AS. The results of the study showed that fathers experienced stress resulting from various challenges that arose at each stage of their childs development. One of the most commonly mentioned stressor is financial. Acceptance of the childs condition and the coping strategy used to deal with stressor greatly influences the level of stress felt by the father. Through their experience in raising children with AS, fathers also experienced positive changes in their life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Calista Pradnyadevi
"Artikel ini membahas tentang edukasi efektif dan strategi pengajaran yang tepat untuk sekolah di Indonesia terkait pendampingan siswa penyandang Autistic Spectrum Disorder (ASD). ASD adalah bentuk kecacatan otak yang biasanya didiagnosa pada usia dini. Orang dengan ASD diketahui memiliki cara berbeda untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga kesulitan menggunakan dan memahami komunikasi nonverbal, seperti kontak mata, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kemampuan komunikasi sejak dini dari pihak sekolah, sehingga anak ASD dapat memperoleh pendidikan yang layak dan terlibat dalam interaksi sosial. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan, analisis terhadap 136 tanggapan kuesioner dari guru dan terapis pendidikan menunjukkan bahwa meskipun hanya sebagian kecil yang mengetahui, atau telah dilatih dalam intervensi autisme yang mapan, anak-anak dengan autisme diajar di sekolah-sekolah Indonesia (Budiyanto et al. ., 2020). Ini berarti bahwa sebagian besar sekolah dengan siswa ASD kurang mengembangkan keterampilan komunikasi sejak dini yang dapat mempengaruhi cara mereka berkomunikasi lebih jauh di masa mendatang. Teori motivasi sosial menyebutkan bahwa tingkat motivasi individu dipengaruhi oleh faktor perilaku, biologis, dan evolusi (Chavallier, 2012). Hipotesis motivasi sosial berpendapat bahwa individu dengan gangguan spektrum autisme (ASD) menganggap rangsangan sosial kurang bermanfaat daripada orang dengan aktivitas neurotypical, itulah sebabnya siswa dengan ASD membutuhkan dorongan dari lingkungan, terutama guru, untuk mengembangkan interaksi sosial mereka. Artikel ini bertujuan untuk menyoroti kurangnya pelatihan yang tepat bagi guru di Indonesia untuk menangani siswa ASD dan untuk membahas betapa pentingnya bagi para guru untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka.

This article discusses the incapacity of schools in Indonesia regarding assisting students with Autistic Spectrum Disorder (ASD). ASD is a form of disability of the brain which is usually diagnosed at an early age. People with ASD are known to have different ways to interact with other people. They also have trouble using and understanding nonverbal communication, like eye contact, gestures and facial expressions. Therefore, early development in communication skills is needed from the school, so that students with ASD can receive proper education and engage in social interaction. Based on previous research conducted, an analysis of 136 questionnaire responses from teachers and educational therapists indicated that although only a minority was aware of, or had been trained in, established autism interventions, children with autism are being taught within Indonesian schools ( Budiyanto et al., 2020). This means that most schools with ASD students lack early development in communication skills which can impact their way of communicating further in the future. The social motivation theory mentions that individuals' levels of motivation are influenced by behavioural, biological, and evolutionary factors ( Chavallier, 2012). The social motivation hypothesis posits that individuals with autism spectrum disorder (ASD) find social stimuli less rewarding than do people with neurotypical activity, which is why students with ASD need encouragement from their surroundings, particularly teachers, to develop their social interaction. This article aims to highlight the lack of proper training for teachers in Indonesia to handle ASD students and to discuss how critical it is for teachers to develop their communication skills.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rosaline Darwis
"ABSTRAK
Awak kapal feri mempunyai karakteristik kerja yang unik, jadwal kerja 24 jam
terus menerus di kapal dengan libur hanya 3 hari sebulan, terpajan risiko kondisi
lingkungan kerja yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres kerja. Stres kerja
awak kapal jika tidak ditanggulangi akan berpengaruh terhadap kesehatannya serta
keselamatan kapal dan penumpang. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh
gambaran faktor pekerjaan (job content-job context), yang berhubungan dengan
stres kerja pada awak kapal feri non perwira di pelabuhan Telaga Punggur.
Metode yang digunakan adalah Cross Sectional Descriptive Research, pengukuran
data menggunakan kuesioner, analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
Dari hasil penelitian didapatkan 35 % responden mengalami stres kerja dan 65 %
tidak mengalami stres kerja. Hasil uji statistik menunjukkan faktor yang
mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja adalah kondisi lingkungan
kerja, dimana awak kapal yang mempunyai persepsi bahwa kondisi lingkungan
kerja di kapal berbahaya mempunyai peluang lebih besar mengalami stres kerja
dibanding awak kapal yang menganggap lingkungan kerja di kapal tidak
berbahaya.
ABSTRACT
The ferry's crew has a unique job characteristics, 24 hours work schedule
continuously on the ship with only three days off a month, being exposed to the risk
of working environment conditions that can cause an incidence of work stress.
Work stress of the crew will have an effect on their health and also to the safety of
the ship and its passengers. The purpose of the research was to gain an overview of
work factors (job content-job context) related to work stress on the ferry crew in
The Telaga Punggur Port 2013. The method used is Cross Sectional Descriptive
Research, measurement data using questionnaires, analysis of the data done by
univariate and bivariat. Research results obtained 35% of ferry crew experienced a
stressful job and 65% are not subjected to the stress of work. Results of statistical
tests indicate factor that have a meaningful relationship with work stress is a
condition of the work environment, where the crew had the perception that the
environmental conditions of work on board is harmfull has a chance of greater
stress than crew who consider the work environment on board is not harmfull."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ludia Safitri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres dan faktor-faktor konten pekerjaan dan konteks pekerjaan yang berhubungan dengan stress kerja pada karyawan Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan pada Juni 2013 dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian melibatkan 100 responden yang bekerja di PAUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28% responden mengalami stres berat, 31% stres sedang dan 41% stres ringan. Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa faktor konten pekerjaan yang berhubungan dengan stress karyawan adalah beban kerja dan karya desain (p <0,05), sedangkan secara signifikan faktor konteks pekerjaan yang berhubungan dengan stres karyawan adalah hubungan interpersonal. Tidak ada hubungan antara stres kerja dengan faktor konteks pekerjaan lain yang diteliti, yaitu lingkungan fisik kerja, gaji dan pengembangan karir (p>0,05).

This study aims to analyze the level of stress and the relationship between stress and job content and job context factors in employees Administration Center Universitas Indonesia. The study was conducted in June 2013 with cross sectional study design. There are 100 respondents who work in PAUI. The results show that 28% of respondents experiencing high stress, 31% middle stress and 41% low stress. Results of chi square analysis show that job content factors related to stress employees are work load and work design (p<0.05), whereas significantly job content factor related to stress is interpersonal relationship. There is no relation between stress employee and others job context factors, those are physical work environment, salary and career development (p>0.05).;This study aims to analyze the level of stress and the relationship between stress and job content and job context factors in employees Administration Center Universitas Indonesia. The study was conducted in June 2013 with cross sectional study design. There are 100 respondents who work in PAUI. The results show that 28% of respondents experiencing high stress, 31% middle stress and 41% low stress. Results of chi square analysis show that job content factors related to stress employees are work load and work design (p<0.05), whereas significantly job content factor related to stress is interpersonal relationship. There is no relation between stress employee and others job context factors, those are physical work environment, salary and career development (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Ronggo Dwi Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah perawat di rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner online dan wawancara. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan uji analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 24,4% perawat mengalami stres kerja dan terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, usia, jenis kelamin, masa kerja dengan stres kerja. Pihak rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak diharapkan agar memperhatikan tingkat stres kerja yang dialami perawatnya dan membuat strategi serta tindakan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat berhubungan stres kerja.

This study aims to analyze the description of work stress and the factors of work-related stress on nurses at Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak in 2022 Hospital. This research uses quantitative research methods with a cross sectional study design approach. The sample of this study were nurses at Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Hospital. Data were collected by filling out online questionnaires and interviews. Data analysis was carried out by descriptive and inferential statistics using logistic regression analysis. The results showed that as many as 24.4% of nurses experienced work stress and there was a significant relationship between workload, role ambiguity, interpersonal relationships, age, gender, years of employment with work stress. The Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Hospital is expected to pay attention to the level of work stress experienced by nurses and make strategies and actions to control factors that can relate to work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Churniatun
"Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana komunikasi dan penanganan konflik yang terjadi antara suami dan isteri khususnya dari sisi atribusi yang diberikan suami/isteri terhadap pasangannya dalam upaya peningkatan hubungan antar pribadi ketika mengetahui anak mereka menderita autis. Autis sendiri merupakan suatu penyakit yang belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dengan paradigma konstruktivis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Komunikasi dan konflik tidak dapat dilepaskan dan segala aspek kehidupan rumah tangga. Perkawinan yang bahagia tidak ditentukan oleh ada tidaknya konflik, melainkan pada bagaimana mereka menangani konflik tersebut. Dalam suatu peristiwa yang tidak diinginkan orang seringkali berusaha mencari penyebab dari terjadinya peristiwa tersebut. Disisi lain proses atribusi yang diberikan sate pihak kepada pihak lain sangat menentukan strategi penyelesaian masalah yang dihadapi. Hasil dan penyelesaian konflik tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepuasan yang dicapai oleh suami isteri dan selanjutnya tingkat kepuasan akan memperkuat komitmen dan meningkatkan hubungan menjadi lebih erat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan informan dalam penelitian ini memiliki beberapa daya tarik sehingga mereka makin yakin dalam menjalani hubungan perkawinan yang terjadi. Pasangan informan juga mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menjaga keutuhan hubungan perkawinan tersebut. Kehadiran anak autis menimbulkan konflik yang lebih bersifat karena keadaan yang tidak diinginkan oleh masing-masing informan. Pertentangan antara harapan dan kenyataan ini menimbulkan bermacam reaksi. Sebagaimana diketahui penyebab autis sangat beragam dan tidak dapat ditentukan secara pasti sehingga masing-masing informan menentukan atribusi yang beragam pula. Atribusi ini diberikan baik pada penyebab antis maupun pada perilaku, baik perilaku diri sendiri maupun perilaku pasangannya. Proses ini sangat menentukan strategi penyelesaian konflik yang digunakan oleh masing-masing informan.
Dari penelitian ini didapat beberapa kesimpulan, yaitu usaha peningkatan hubungan antar pribadi terkait dengan keefektifan komunikasi yang terjadi, dimana usaha tersebut makin mudah dilakukan apabila komunikasi dapat berjalan efektf karena komunikasi yang efektif memungkinkan mereka melakukan keterbukaan, saling berempati dan bersikap positif. Pemberian atribusi yang positif juga akan mendukung strategi penyelesaian konflik yang bersifat win win solution. Kemampuan suami/isteri untuk bertahan pada tuduhan yang tidak benar dan tidak adil (negative assertion) sangat membantu pasangan suami isteri dalam menghadapi konflik. Kekuatan komitmen suami/istri terhadap perkawinan juga menentukan keberhasilan pasangan suami istri dalarn mempertahankan dan meningkatkan hubungan antar pribadi diantara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>