Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arni Budi Meisa Ndari
"Perawatan alat pacu jantung sementara (APJS) yang melalui insersi tranfemoralis mengharuskan pasien untuk tirah baring sampai APJS di lepas. Hal ini menyebabkan penekanan pada punggung yang berakibat nyeri pada punggung bagian bawah sehingga dibutuhkan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi efek memberikan bantal penyangga di punggung bagian bawah selama 6 jam tiap 24 jam dan diberikan selama 2 hari perlakuan. Desain penelitian menggunakan quasi-experiment with control group pada 50 pasien dengan cara consecutive sampling. Pengukuran skor nyeri dengan menggunakan VAS dan skor kenyamanan dengan ICQ. Hasil penelitian ini adalah selisih skor nyeri berbeda secara signifikan pada pengukuran hari kedua antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p-value<0,05). Pemberian bantal penyangga berpengaruh signifikan pada skor nyeri dan kenyamanan pada kelompok intervensi (p-value<0,05). Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh signifikan pemberian bantal penyangga terhadap skor nyeri. Pemberian intervensi menurunkan skor nyeri dan kenyamanan pada pengukuran berulang. Bantal penyangga dapat direkomendasikan untuk mengatasi permasalahan nyeri dan kenyamanan pasien dengan APJS.

Temporary pacemaker transfemoral requires the patient to be on bed rest during treatment to prevent complication, which can cause low back pain due to prolonged supine position. The study aims to alleviate pain and improve patient comfort by using a support pillow for 2 days, apllied fro 6 hours within a 24-hour period on the lower back. The research method used is quasi-experiment with control group with pre-test and post-test on 25 patients in intervention group and 25 patients ini control group in the cardiac intensive care unit. Pain scores were measured using the VAS Score ruler and comfort scores using the ICQ questionnaire. The result showed a significant effect on difference in pain score in the intervention group compared to control group (p value = 0,041), but no significant difference in comfort score (p value = 0,297). There was significant difference in repeated measurements of pain score in the intervention group, but no difference in control group (p value = 0,026; p value = 0,677). There was a significant difference in comfort scores before compared to after treatment in intervenstion group, but no difference in control group (p value = 0,013; p value = 0,294). A support pillow can be recommended to alleviete pain and improve comfort for patients with temporary pacemaker."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Yuni Sunaryanti
"Nyeri merupakan masalah yang sering dialami pasien setelah menjalani operasi bedah ortopedi. Intervensi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan setelah menjalani operasi bedah ortopedi yaitu pemberian terapi komplementer dan alternatif. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh kompres dingin (cold pack) terhadap nyeri dan kenyamanan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah. Desain penelitian quasi eksperimen pretest posttest with control group. Metode pemilihan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 32 responden, dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan kompres dingin menggunakan media cold pack, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan intervensi standar rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kompres dingin (cold pack) terhadap skor nyeri dan kenyamanan setelah diberikan intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p < 0,05; α 0.05). Kompres dingin memberikan pengaruh terhadap nyeri dan kenyamanan, sehingga dapat direkomendasikan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah.

Pain is a common problem experienced by patients after undergoing orthopedic surgery. Several interventions to reduce pain and increase comfort after undergoing orthopedic surgery include the provision of complementary and alternative therapies. This research sought to investigate the effect of applying cold pack on pain and comfort of post-operative lower extremity fracture patients. This research employed a quasi-experimental design, using pretest posttest with control group. The samples were selected through consecutive sampling technique, with a total of 32 respondents assigned into intervention and control groups. The respondents in the intervention group were given cold compresses using cold pack, while the control group respondents received standard hospital intervention. The research results revealed that there is a significant effect of cold pack on pain and comfort scores after the intervention was given between the control group and the intervention group (p < 0.05; 0.05). Cold compress affects pain and comfort of experienced by patients, so it can be recommended as a therapy to reduce pain levels and increase comfort in post-operative lower extremity fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervin Septian Dewi
"Pendahuluan: Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang baik secara komplit maupun tidak yang dapat memengaruhi mobilitas dan persepsi sensorik. Penatalaksanaan secara operatif akan menimbulkan nyeri pascaoperasi. Menggabungkan strategi mind-body therapies, seperti meditasi mindfulness, relaksasi, dan musik dengan sifat imersif Virtual Reality (VR) membuka kemungkinan baru untuk analgesia multimodal dan memiliki potensi untuk secara bersamaan meminimalkan nyeri pascaoperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian intervensi COMFORT yang merupakan kombinasi terapi musik, meditasi mindfulness, relaksasi Benson, dan distraksi visual berbasis Virtual Reality (VR) terhadap nyeri dan kenyamanan pasien fraktur pascaoperasi. Metode: desain penelitian adalah quasi eksperimen pretest-posttest dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian adalah pasien pascaoperasi fraktur dengan total 74 responden. Nyeri diukur menggunakan Visual Analog Scale (VAS), kenyamanan dengan modifikasi General Comfort Questionnaire (GCQ) Kolcaba oleh Nuriya (2014), dan media Virtual Reality (VR) yang mengkombinasikan visual pemandangan alam, relaksasi Benson dan meditasi mindfulness (napas dan body scan). Hasil: Rerata skor nyeri pada kelompok intervensi menurun dari 6.69 menjadi 4.15. Median skor kenyamanan pada kelompok intervensi meningkat dari 53 menjadi 57. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh yang signifikan intervensi COMFORT VR terhadap nyeri dan kenyamanan (p=<0.001). Kesimpulan: COMFORT VR memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri dan peningkatan kenyamanan pada pasien fraktur pascaoperasi.

Introduction: A fracture is a complete or incomplete break in the continuity of the bone structure which can affect mobility and sensory perception. Operative management will cause postoperative pain. Combining mind-body therapy strategies, such as mindfulness meditation, relaxation, and music with the immersive nature of Virtual Reality (VR) opens up new possibilities for multimodal analgesia and has the potential to simultaneously minimize postoperative pain. This study aims to determine the effect of providing the COMFORT intervention, which is a combination of music therapy, mindfulness meditation, Benson relaxation, and Virtual Reality (VR)-based visual distraction, on the pain and comfort of post-operative fracture patients. Method: The research design is a quasi-experimental pretest-posttest with a control group. The research sample was post-operative fracture patients with a total of 74 respondents. Pain was measured using the Visual Analog Scale (VAS), comfort with Kolcaba's modification of the General Comfort Questionnaire (GCQ) by Nuriya (2014), and Virtual Reality (VR) media which combines visual natural views, Benson relaxation and mindfulness meditation (breathing and body scan). Results: The mean pain score in the intervention group decreased from 6.69 to 4.15. The median comfort score in the intervention group increased from 53 to 57. The results of bivariate analysis showed that there was a significant effect of the COMFORT VR intervention on pain and comfort (p=<0.001). Conclusion: COMFORT VR has a significant effect on reducing pain and increasing comfort in postoperative fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriya
"ABSTRAK
Keluhan utama pasien dengan fraktur adalah nyeri. Nyeri yang dialami pas1en
dapat menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan pada pasien fraktur.
OJ;otherapy merupakan aplikasi zat pada tubuh yang dapat menurunkan suhu
jaringan dan menurunkan nyeri. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
cryotherapy terhadap nyeri dan kenyamanan pada pasien fraktur tertutup. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment one group
pretest-posttest design dan teknik sampling yang digunakan yaitu non probability
sampling dengan metode concecutive sampling. Besar sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 25 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
cryotherapy dengan p value= 0.0001. Nilai kenyamanan pasienjuga menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara kenyamanan sebelum dan sesudah
diberikan cryotherapy dengan p value = 0.043. Penelitian ini merekomendasikan
penerapan cryotherapy untuk membantu pasien fraktur menurunkan nyeri dan
meningkatkan kenyamanannya.

ABSTRACT
Pain is the most common problem on patient with fracture. Pain becomes one
aspect that makes patient with fracture experience discomfmt. Cryotherapy is a
treatment to decrease pain by applying substances to lowering temperature of the
body (skin) surface. The purpose of this study was to examine the influence
cryotherapy to pain and level of comfmt in patient with closed fracture. This is
quasi experiment one group pretest-posttest study using non probability sampling
(consecutive sampling) recruiting 24 respondents. The result shows that there was
a significant difference in pain level before and after cryotherapy (p val ue=O. 00 1).
There was also significant difference on level of comfm1 before and after
cryotherapy (p value=0.043). It is recommended that cryotherapy should be
applied to decrease pain and level of discomfort in patient with fracture."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman
"ABSTRAK
Angka kejadian kanker payudara di Indonesia tertinggi diantara jenis kanker pada
wanita dengan prevalensi nyeri diperkirakan 40-89%. Tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan dengan strategi
coaching dan mengidentifikasi pengaruhnya terhadap derajat nyeri, kenyamanan, dan
kualitas hidup pasien kanker payudara. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap,
yaitu tahap 1 berupa penelitian deskriptif kualitatif dan pengembangan model, serta
tahap 2 berupa penelitian kuasi eksperimen pre-post test control group design.
Metode sampling tahap 1 digunakan purposive sampling dengan 11 partisipan. Tahap
2 sampel dipilih secara consecutive sampling dengan jumlah 64 responden (32 pasien
kelompok intervensi dan 32 pasien kelompok kontrol). Hasil penelitian tahap satu
teridentifikasi 12 tema dan dihasilkan model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan
beserta perangkatnya. Hasil penelitian tahap dua membuktikan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan dengan strategi
coaching terhadap penurunan derajat nyeri, peningkatan kenyamanan, peningkatan
status fungsional dan perbaikan status gejala pasien kanker payudara. Namun, tidak
ada pengaruh pada status kesehatan/kualitas hidup global. Rekomendasi penelitian
hendaknya perawat menerapkan model pengelolaan nyeri berbasis kenyamanan
sebagai bentuk nyata pengelolaan nyeri kanker secara holistik dalam pelayanan
keperawatan.

ABSTRACT
Incidence of breast cancer in Indonesia is still the highest among the other type of
cancer deseases on women with the prevalence of pain estimated from 40 ? 89
per cent. The purpose of this research was to develop model of pain management
based on comfort with coaching strategy and identify its effect on pain severity,
comfort, and quality of life patient breast cancer. This study was conducted in two
stages. The first stage was descriptive qualitative research and the development of
model. The second stage was quasi-experimental research with pre - post test control
group design. The sampling method that used to stage 1 was purposive sampling
with 11 partisipants. Sampling method on stage 2 this study was consecutive
sampling with 64 breast cancer patients (32 respondents as intervention group and 32
respondents as control group). The first stage of the study resulted 12 themes and has
resulted the model of pain management based on comfort and its devices. The second
stage of research proved that there were significance effects from the model of pain
mnagement based on comfort with coaching strategy toward decreasing pain
severity, increasing comfort and functional status, and repairing symptom status for
breast cancer patients. However, there was no effect on global health status/quality of
life. This study recommends that nurse should apply the model of pain management
based on comfort as a concrete holistic cancer pain management in setting practice of
nursing care."
2016
D2210
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amri Husna
"ABSTRAK
Pengalaman nyeri saat dilakukan pelepasan selang dada banyak dikeluhkan oleh pasien yang terpasang Water Sealed Drinage WSD . Keefektifan terapi farmakologi dalam mengurangi nyeri saat pelepasan selang dada dapat menimbulkan perbaikan, namun penggunaan terapi non-farmokologi merupakan tanggung jawab perawat dan diperlukan untuk mengurangi penggunaan analgesik yang berlebihan pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh kompres dingin dan inhalasi minyak lavender dalam mengurangi nyeri saat pelepasan selang dada. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen menggunakan pendekatan post-test only non equivalent control group. Penelitian dilakukan di RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RS Paru Provinsi Jawa Barat, RSUD Gunung Jati dan RSUD Waled. Teknik pengambilan sampel menggunakan concecutive sampling dan didapatkan 26 responden. Pengukuran nyeri menggunakan skala nyeri Present Pain Intensity dari Short-Form McGill Pain Questionnaire SF-MPQ . Hasil uji Mann Whitney menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri saat pelepasan selang dada dengan p value yaitu 0,010 p

ABSTRACT
The experience of pain during chest tube removal was much complained by the patient who installed Water Sealed Drinage WSD . The effectiveness of pharmacological therapy in reducing pain during chest tube removal can lead to improvement, but the use of non pharmacological therapy is the responsibility of the nurse and is needed to reduce the excessive use of analgesic in the patient. This research aimed to identify the effect of the cold compression and the inhalation of lavender oil on the pain reduction. This research was performed quantitatively using the quasi experimental design with post test only non equivalent control group in RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RS Paru Provinsi Jawa Barat, RSUD Gunung Jati and RSUD Waled. The sampling technique used consecutive sampling from 26 respondents. Measurement of pain using pain scale Present Pain Intensity of Short Form McGill Pain Questionnaire SF MPQ . The results used Mann Whitney test showed that there are significant effects on the pain reduction during the removal of the chest tube with the p value of 0.010 p"
Depok: 2018
T49541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rahmasari
"Perilaku perawat tentang self-care behavior yang tepat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi akibat pemasangan permanent pacemaker, seyogyanya selalu dilakukan dalam membantu adaptasi pasien dengan permanent pacemaker. Namun, hal tersebut masih didapatkan belum optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku perawat tentang self-care behavior pada pasien terpasang permanent pacemaker. Penelitian ini dilakukan kepada 131 perawat pelaksana di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta dengan menggunakan desain cross sectional, teknik purposive sampling, analisis uji chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan perawatan permanent pacemaker dengan perilaku perawat tentang self-care behavior pada pasien terpasang permanent pacemaker (p-value = 0,000; α = 0,05; OR = 20,63). Pengetahuan tentang perawatan permanent pacemaker perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan perilaku perawat terkait self care behavior pada pasien dengan permanent pacemaker.

Nurses' behavior regarding proper self-care behavior is needed to prevent complications due to the installation of a permanent pacemaker. It should always be done in helping patients adapt to a permanent pacemaker. However, this is still not optimal. Therefore, this study aims to identify the factors that influence nurses' behavior about self-care behavior in patients with permanent pacemaker attached. This research was conducted on 131 nurses at Harapan Kita Heart and Blood Vessel Hospital Jakarta using a cross-sectional design, purposive sampling technique, chi square test analysis and multiple logistic regression. The results showed that there was a significant relationship between knowledge of permanent pacemaker care with nurses' behavior about self-care behavior in patients with permanent pacemaker installed (p-value = 0,000; α = 0.05; OR = 20.63). Knowledge about permanent pacemaker care needs to be done regularly to improve nurse behavior related to self-care behavior in patients with permanent pacemaker."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Amalia
"Tatalaksana tindakan invasif berupa pemasangan ETT dan ventilator dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien secara tidak langsung akan berdampak pada keamanan dan kenyamanan fisiologis pasien. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan tekanan reflek faring dan laring serta penurunan reflek batuk pasien yang berakibat adanya akumulasi sekret berlebih sebagai penyebab terjadinya iritasi/trauma mekanis dan peningkatan resiko VAP pada pasien. Tindakan clapping dan suction yang dilakukan merupakan beberapa upaya rehabilitative dalam meminimalisir dampak negatif yang muncul.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh clapping + suction dan suction terhadap saturasi oksigen dan kenyamanan pada pasien yang terpasang ventilator di ruang intensive. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 responden yang dibagi menjadi 18 responden kelompok intervensi 1 (clapping dan suction) dan 18 responden kelompok intervensi 2 (suction). Metode  penelitan ini adalah quasy eksperiment dengan desain Pre test and post test pada kedua kelompok intervensi. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna  terhadap parameter SpO2 pasien pada kelompok intervensi 1 dan kelompok intervensi 2 (p value 0, 029 ) dimana pada pada kelompok intervensi 1 memiliki perubahan skor rerata lebih tinggi dibanding pada kelompok intervensi 2, sedangkan pada parameter kenyamanan pasien tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi 1 dan kelompok intervensi 2 ( p value 0, 078 ). Dengan tindakan clapping dan suction akan memaksimalkan airway pasien dalam meningkatkan status oksigenasi dan fungsi fisiologis paru pasien. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi suatu gold standar baru berupa pemberian intervensi clapping dan suction khususnya pada pasien dengan penggunaan ventilator diruang intensive.

Management of invasive measures in the form of ETT and ventilator installation in meeting the patient's oxygenation needs will indirectly have an impact on the safety and physiological comfort of the patient. This is due to an increase in pharyngeal and laryngeal reflex pressure and a decrease in the patient's cough reflex which results in the accumulation of excess secretions as a cause of mechanical irritation/trauma and an increased risk of VAP in patients. The clapping and suction actions taken are some of the rehabilitative efforts in minimizing the negative impacts that arise. The purpose of this study was to determine the difference in the effect of clapping + suction and suction on oxygen saturation and comfort in patients who are on a ventilator in the intensive care unit. The sample in this study amounted to 36 respondents who were divided into 18 respondents in the intervention group 1 (clapping and suction) and 18 respondents in the intervention group 2 (suction). This research method is a quasi-experimental design with pre-test and post-test in both intervention groups. The results of this study indicate that there is a significant difference in the SpO2 parameter of patients in the intervention group 1 and intervention group 2 (p value 0.029) where the intervention group 1 has a higher mean score change than in the intervention group 2, while the patient comfort parameter there was no significant difference between intervention group 1 and intervention group 2 (p value 0.078). Clapping and suctioning will maximize the patient's airway in improving the oxygenation status and physiological function of the patient's lungs. The results of this study are expected to become a new gold standard in the form of providing clapping and suction interventions, especially in patients using ventilators in the intensive room."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiif Ahmidati
"Guided imagery sebagai intervensi komplementer untuk mengurangi nyeri diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kinesiofobia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas guided imagery terhadap nyeri, kenyamanan, dan kinesiofobia pada pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre-test dan post-test. Sampel dipilih dengan metode consecutive sampling berjumlah 60 responden, terdiri dari 30 untuk kelompok kontrol dan 30 untuk kelompok intervensi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah mengalami fraktur ekstremitas bawah dan telah menjalani pembedahan pada hari pertama, mendapatkan ketorolak, berusia lebih dari 18 tahun, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, tanda vital dalam rentang stabil, sadar penuh, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah ada gangguan pendengaran, multiple fracture, dirawat di ICU, mengalami diabetes mellitus dan neuropati perifer. Kelompok kontrol diberi analgetik, sedangkan kelompok intervensi diberi analgetik dan guided imagery selama 3 hari dengan durasi selama 20 menit. Pengukuran hasil dilakukan sebelum intervensi dan 3 hari setelah intervensi menggunakan Visual Analog Scale (VAS), Shortened General Comfort Questionnaire (SGCQ), dan TAMPA Scale for Kinesiophobia (TSK). Penelitian ini diikuti oleh responden laki-laki (61,7%), berpendidikan SMA (45,0%), memiliki riwayat nyeri pembedahan sebelumnya (68,3 %), dan mengalami fraktur femur (46,7 %). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna selisih rerata skala nyeri, skor kenyamanan, dan skor kinesiofobia sebelum dan setelah intervensi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p < 0,05; α 0,05). Selisih rerata skala nyeri, skor kenyamanan, dan kinesiofobia sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Disimpulkan, guided imagery dapat menurunkan skala nyeri dan skor kinesiofobia, serta meningkatkan skor kenyamanan, sehingga perawat dapat mengimplementasikan guided imagery pada pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan.

Guided imagery as a complementary intervention can reduce post-operative pain, increase comfort, and reduce kinesiophobia. The purpose of this study is to identify the effectiveness of guided imagery on pain, comfort, and kinesiophobia in post-operative lower extremity fracture patients. The research design used was quasi-experiment with pre-test and post-test. Samples were selected by consecutive sampling method totaling 60 respondents, consisting of 30 for control groups and 30 for intervention groups. The inclusion criteria were having a lower extremity fracture and had undergone surgery on the first day, received ketorolac, were more than 18 years old, able to communicate in Indonesian, vital signs in the stable range, fully conscious, and willing to participate in the study. The exclusion criteria for this study were hearing loss, multiple fractures, being treated in the ICU, had diabetes mellitus and peripheral neuropathy. The control group was given analgesics, while the intervention group was given analgesics and guided imagery for 3 days with a duration of 20 minutes. Outcome measurements were taken before the intervention and 3 days after the intervention using Visual Analog Scale (VAS), Shortened General Comfort Questionnaire (SGCQ), and TAMPA Scale for Kinesiophobia (TSK). This study was attended by male respondents (61.7%), high school education (45.0%), had a history of previous post-operative pain (68.3%), and had femur fracture (46.7%). The results of this study showed a significant difference in the mean difference in pain scale, comfort score, and kinesiophobia score before and after the intervention between the control group and the intervention group (p < 0.05; α 0.05). The mean difference in pain scale, comfort score, and kinesiophobia before and after treatment in the intervention group was greater than that in the control group. It was concluded that guided imagery can reduce pain scales and kinesiophobia scores, and increase comfort scores, so nurses can implement guided imagery in post-operative lower extremity fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmala Dewi
"Nyeri merupakan kondisi yang umum terjadi pada pasien di ruang perawatan intensif, khususnya pasien yang terpasang ventilator. Pemberian terapi nonfarmakologi yang dikombinasikan dengan terapi farmakologi efektif dalam mengurangi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian murottal terhadap intensitas nyeri pada pasien yang terpasang ventilator saat dilakukan tindakan suction. Penelitian yang dilakukan merupakan quasi experimental pretest posttest dengan consecutive sampling pada 44 pasien yang menggunakan ventilator dengan kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan penurunan intensitas nyeri (p=0,000), frekuensi napas (p=0,006) secara statistik dan klinis dan frekuensi nadi (p=0,764) secara klinis setelah pemberian terapi murottal sedangkan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rerata intensitas nyeri (p=0,000) dan perubahan intensitas nyeri (p=0,000) Pemberian murottal memberikan pengaruh positif terhadap nyeri pasien dengan ventilator sehingga direkomendasikan untuk dikombinasikan dengan terapi farmakologi nyeri.

Painful conditions are common in patients in the intensive care unit, especially patients on ventilators. Giving non-pharmacological therapy combined with pharmacological therapy is effective in reducing pain. This study aims to see the effect of giving murottal on pain intensity in patients who are attached to a ventilator when suctioning is performed. The research was a quasi-experimental pretest posttest with consecutive sampling on 44 patients using a ventilator with the intervention and control groups. The results showed a statistical and clinical decrease in pain intensity (p=0.000), respiratory rate (p=0.006) while pulse frequency (p=0.764) decreased clinically after murottal therapy, Between control group and the intervention group there was a significant difference to the mean pain intensity (p = 0.000) and changes in pain intensity (p = 0.000). Administration of murottal therapy has a positive effect on the pain of patients on ventilators so it is recommended to be combined with pharmacological pain therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>