Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Herlina Ali Sopiah
"

Tingkat caregiver burden yang tinggi salah satunya diakibatkan oleh beban yang berat dalam merawat pasien kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial, self-efficacy terhadap caregiver burden pasien kanker. Metode yang digunakan cross sectional yang dilakukan kepada 231 caregiver pasien kanker dengan variabel bebas dukungan sosial dan self-efficacy sedangkan variabel terikat caregiver burden. Menggunakan instrumen ESSI (Enriched Social Support Instrument) untuk mengukur dukungan sosial, kuesioner CGI (Caregiver Inventory) untuk mengukur self-efficacy dan kuesioner ZBI (Zarit Burden Interview). Analisis yang digunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa caregiver mempunyai dukungan sosial rendah (55%), tingkat self-efficacy rendah (51,9%), dan caregiver burden tinggi (51,1%). Burden pada caregiver dipengaruhi secara signifikan oleh stadium kanker (0,001). Kesimpulan dukungan sosial dan self-efficacy mempunyai hubungan yang signifikan terhadap caregiver burden.


The high caregiver burden is the heavy burden of caring for cancer patients. This study aims to determine the relationship between social support and self-efficacy on caregiver burden in cancer patients. The method used was cross sectional which was carried out on 231 caregivers of cancer patients with the independent variables being social support and self-efficacy while the dependent variable was caregiver burden. Using the ESSI (Enriched Social Support Instrument) instrument to measure social support, the CGI (Caregiver Inventory) questionnaire to measure self-efficacy and the ZBI (Zarit Burden Interview) questionnaire. The analysis used is multiple logistic regression. The results showed that caregivers had low social support (55%), low levels of self-efficacy (51.9%), and high caregiver burden (51.1%). Caregiver burden was significantly influenced by cancer stage (0.001). In conclusion social support and self-efficacy have a significant relationship with caregiver burden.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsania Alicia Rafli
"Merawat anggota keluarga yang memiliki penyakit kanker dapat menjadi sebuah tantangan bagi seorang family caregiver. Tidak jarang family caregiver merasakan caregiver burden atau beban perawatan selama proses perawatan berlangsung. Caregiver self-efficacy atau kepercayaan diri caregiver terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas perawatan dengan baik dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dari caregiver burden. Dengan begitu, penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 86 family caregiver pasien kanker di Indonesia yang diperoleh dari convenience sampling dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada teman, keluarga terdekat, dan beberapa komunitas kanker di Indonesia melalui media sosial. Hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur Caregiver Inventory dan Zarit Burden Interview menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Dengan arti, apabila family caregiver pasien kanker memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi maka tingkat caregiver burden akan menurun dan sebaliknya. Peneliti menduga partisipan memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi diakibatkan oleh beberapa faktor dan karakteristik partisipan, salah satunya adalah memiliki perasaan mampu untuk dapat menyelesaikan tugas perawatan dengan baik sehingga memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit dan mengalami caregiver burden yang lebih rendah. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya mengenai pentingnya caregiver self-efficacy pada family caregiver pasien kanker untuk mencegah dan menghadapi caregiver burden.

Caring for a family member who has cancer can be a challenge for a family caregiver. It is not uncommon for the family caregiver to feel caregiver burden or burden of care during the treatment process. Caregiver self-efficacy or caregiver’s confidence in their ability to perform caring tasks well can be one of the protective factors for family caregiver from caregiver burden. Thus, this correlational study aimed to examine the relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. This study involved 86 family caregivers of cancer patients in Indonesia obtained from convenience sampling by distributing questionnaires to friends, closest family, and several cancer communities in Indonesia through social media. The results of the study used the Caregiver Inventory and Zarit Burden Interview measuring instruments showed that there was a significant negative relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. In other words, if the family caregiver of cancer patient has a high level of caregiver self-efficacy, the caregiver's burden will decrease and vice versa. Researchers suspected that participants have a high level of caregiver self-efficacy due to several factors and participant characteristics, one of which is having a feeling of being able to complete care tasks well so that they have the ability to be able to deal with difficult situations and experience a lower caregiver burden. This finding can be the basis for further research regarding the importance of caregiver self-efficacy for family caregiver of cancer patient to prevent and deal with caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Aulia Putri
"Kemampuan dan kepercayaan diri orang tua saat pengobatan anak yang mengidap kanker dapat dilihat dari tingkat efikasi diri. Dibutuhkan dukungan untuk membantu orang tua agar lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan selama perawatan. Pada era digital ini, dukungan sosial secara online sedang marak digunakan untuk memperkuat rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan online social support dengan efikasi diri orang tua dari anak kanker. Desain penelitian ini bersifat cross-sectional dengan jenis consecutive sampling dan melibatkan 133 responden orang tua dari anak kanker usia 0-18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa online social support secara signifikan memiliki hubungan yang kuat (p < 0,001) dengan tingkat efikasi diri orang tua dari anak kanker. Peneliti merekomendasikan institusi pelayanan kesehatan untuk membentuk grup dukungan online yang dimoderasi oleh perawat profesional untuk memberikan informasi yang valid dan berbasis bukti.

Parents' ability and confidence during the treatment of children with cancer can be observed through their level of self-efficacy. Support is needed to help parents become more confident in facing challenges during the treatment process. In this digital era, online social support has become widely used to strengthen confidence in facing various challenges. This study aims to determine the relationship between online social support and self-efficacy of parents of cancer children. This research design is cross-sectional with a consecutive sampling method, involving 133 respondents of parents of cancer children aged 0-18 years. The results showed that online social support significantly had a strong relationship (p < 0.001) with the self-efficacy level of parents of cancer children. Researchers recommend health care institutions to establish online support groups moderated by professional nurses to provide valid and evidence-based information."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awanda Putri Puspita Sari
"Kanker payudara adalah salah satu penyebab utama kematian terkait kanker pada wanita di dunia. Kanker payudara dapat menyebabkan rasa nyeri akibat pengobatan kanker atau pertumbuhan sel kanker. Nyeri ini akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi pengetahuan dan self efficacy pasien terhadap pengontrolan nyeri sebagai dasar untuk menentukan intervensi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan self efficacy terkait pengontrolan nyeri pada pasien kanker payudara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sebanyak 68 responden dikumpulkan dengan menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,1% pasien kanker payudara memiliki pengetahuan yang kurang baik dan 51,5% pasien kanker payudara memiliki self efficacy yang tinggi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan dan efikasi diri terhadap pengendalian nyeri pada pasien kanker payudara.

Breast cancer is one of the leading causes of cancer-related death in women in the world. Breast cancer can cause pain due to cancer treatment or the growth of cancer cells. This Pain will affect the health and quality of life. Therefore, it is necessary to identify the patient's knowledge and self-efficacy of pain control as the baseline for deciding the appropriate intervention. This study aims to identify the knowledge and self-efficacy of pain control in breast cancer patients. This study was descriptive with a cross-sectional design. A total of 68 respondents were collected using consecutive sampling. The results showed that 44,1% of breast cancer patients had poor knowledge and 51.5% of breast cancer patients have high self-efficacy. Futher research increasing knowledge and self-efficacy of pain control on breast cancer patients is needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rofiqoh
"ABSTRACT
Kanker merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia. Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian kanker pada perempuan. Penderita kanker payudara membutuhkan efikasi diri yang tinggi agar patuh dalam menjalani kemoterapi oral. Pada 45 responden di RS Kanker Dharmais, Jakarta didapatkan hasil bahwa efikasi diri pasien kanker payudara yang tinggi tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan pasien dalam menjalani kemoterapi oral dengan nilai p value > 0,05 p value = 1,000. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa karakteristik stadium kanker memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat efikasi diri p=0,001 . Sedangkan riwayat pernah menjalani kemoterapi IV memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan p=0,002.

ABSTRACT
Cancer is the second leading cause of death in Indonesia. Breast cancer has first as a cause of cancer death in women. Breast cancer patients need high self efficacy to adhere to oral chemotherapy. In 45 respondents at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta, it was found out that self efficacy of high on breast cancer patients, but did not have relationship with patient adherence in oral chemotherapy with p value 0,05 p value 1,000. The results of the analysis also showed that the characteristics of the stage of cancer have a significant relationship to the level of self efficacy p 0.001 . While the history of undergoing intravenous chemotherapy has a significant relationship to adherence p 0.002. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizatul Aini
"Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit pernapasan kronik yang menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Penyakit ini bersifat progressif dan irreversible, menjadi beban penyakit baik fisik, psikologi, sosial dan spiritual menyebabkan penurunan kualitas hidup bagi penderitanya. Banyak pasien PPOK yang menerima perawatan paliatif belum memadai. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri, symptom burden, kecemasan, dukungan sosial dan spiritual dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien PPOK. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan purposive sampling sebanyak 143 orang. pengumpulan data menggunakan kuesioner dan medical record, kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif, uji bivariat dan uji multivariat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien (55,9%) membutuhkan perawatan paliatif, sebagian besar memilikiefikasi diri tinggi (87,4%), symptom burden sedang (72%), kecemasan rendah (92,3%), dukungan sosial tinggi (64,3%) dan spiritual sedang (76,9%). terdapat hubungan yang signifikan efikasi diri, kecemasan dan dukungan sosial dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan p value= <0,05, sementara symptom burden dan spiritual menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan p value= >0,05. Berdasarkan hasil uji regresi logistik hubungan yang paling dominan dengan kebutuhan perawatan paliatif adalah dukungan sosial (p=0,020). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah perawatan paliatif harus diintegrasikan sejak awal pasien terdiagnosa PPOK dan pentingnya edukasi terhadap pasien dan keluarga untuk mendapatkan perawatan dan penatalaksanaan komprehensif sesuai dengan kondisi penyakit.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic respiratory condition that represent one of the leading causues of morbidity and mortality. This disease is progressive and irreversible, resulting in physical, psychological, social and spiritual burden that lead to a decline in the quality of life ffor those affected. Many COPD patients who receive palliative care do not receive adekuquate treatment. The objective of this study was to identify the relationship between self-effycacy, symptom burden, anxiety, social support and spirituality with the need for palliative care in COPD patients. This study used across-sectional design with purposive sampling, involving 143 participants. Data ware collected using questionare and medical records, and subsequently analyzed using descriptive statistics, bivariate tests and multivariate tests. The findings showed that the mayority of patients (55,9%) required palliative care, most had high self-efficacy (87,4%), moderate symptom burden (72%), low anxiety (92,3%), high social support (64,3%), and moderate spirituality (76,9%). Significant relationship were found between self=efficacy, anxiety and social support with the need for palliative care with p-values <0,05. However, symptom burden and spirituality showed no significant relationship with the need for palliative care, with p-values >0,05. Based on the logistic regression analysis, the most dominant factor influencing the need for palliative car should be integrated from the outset of COPD diagnosis, and it is assential to educate both patients and their families to recieve comprehensive care and management according to the disease's condition."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Oktaviani
"Kanker pada anak memengaruhi kualitas hidup anak, dan keluarganya. Orang tua anak dengan kanker harus mampu beradaptasi dengan kondisi penyakit dan efek samping pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri orang tua dengan kualitas hidup anak kanker usia 8-12 tahun. Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional dilakukan pada 39 orang tua dan 39 anak kanker yang dipilih dengan metode consequtive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Efficacy Parenting Task Index (SEPTI) diisi oleh orang tua, dan The Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQLTM). Alat ukur PedsQLTM yang digunakan terdiri dari dua, yaitu: PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale dan secara khusus dengan menggunakan PedsQLTM 3.0 Cancer Module versi Indonesia diisi oleh anak kanker. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil menunjukkan efikasi diri orang tua dengan kualitas hidup anak generik berkorelasi kuat dan arah korelasi positif (r=0,680), selanjutnya efikasi diri orang tua dengan kualitas hidup anak modul kanker juga berkorelasi kuat dan arah korelasi positif (r=0,715). Hasil penelitian ini merekomendasikan supaya orang tua dan anak kanker mendapat intervensi manajemen efek samping pengobatan kanker yang adekuat untuk meningkatkan efikasi diri dan kualitas hidup anak dengan kanker.

Cancer in children affects the children quality of life, and their families. Parents of children with cancer must be able to adapt the disease conditions and treatment side effects. This study aims to determine the relationship between parental self-efficacy and the quality of life children with cancer aged 8-12 years. The quantitative study using a cross sectional design was carried out on 39 parents and 39 cancer children who were selected by consequtive sampling method. The measuring instrument used are the Self-Efficacy Parenting Task Index (SEPTI) filled by parents, and The Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQLTM). The PedsQLTM measuring instrument used consists of two, namely: PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale and specifically using PedsQLTM 3.0 Cancer Module Indonesian version, filled by children with cancer. Data analysis using Pearson correlation test.
The results showed that parents self-efficacy with the children quality of life generic core scale correlated strongly and have positive correlation (r=0.680), then the parents self-efficacy with the children quality of life cancer module also correlated strongly and have positive correlation (r=0.715). The results of this study recommends that parents and children with cancer have adequate management of cancer treatment and side effects to improve self-efficacy and quality of life for children with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Anisa Syahriel
"Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian otak. Stroke merupakan penyakit kronis yang tidak hanya berdampak pada fisik tapi juga psikososial seperti ansietas. Ansietas yang dialami oleh pasien stroke membuat pasien stroke membutuhkan sistem pendukung yang baik untuk beradaptasi dengan realitas dan keadaannya, baik secara psikososial maupun fisiologis. Sistem pendukung tersebut dapat berasal dari efikasi diri dan dukungan keluarga, sehingga proses rehabilitasi dapat efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan keluarga dengan ansietas pada pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Metode yang digunakan yaitu desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 69 orang. pengumpulan data menggunakan kuesioner Stroke Self-efficacy Questionnare (SSEQ), Perceived Social Support From Family (PSS-Fa), dan GAD-7. Analisis data bivariat menggunakan uji Spearman Rank. Hasil penelitian menujukkan ada hubungan antara efikasi diri dengan ansietas (p-value 0.000 < 0.05). Sementara hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan ansiets pada pasien stroke (p-value 0.206 > 0.05). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah efikasi diri yang tinggi dapat menurunkan ansietas pada pasien stroke. Meskipun dukungan keluarga tidak menunjukkan adanya hubungan dengan ansietas, namun keluarga memiliki peran yang penting dalam merawat pasien stroke yang mengalami ansietas. Saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke yang mengalami ansietas serta mengoptimalkan sumber koping yang dimiliki oleh pasien stroke.

Stroke is a term used to describe neurological changes caused by disruptions in blood supply to the brain. It is a chronic condition that impacts not only physical but also psychosocial aspects such as anxiety. The anxiety experienced by stroke patients necessitates a strong support system for them to adapt to their reality, both psychosocially and physiologically. This support system can come from self-efficacy and family support, enabling an effective rehabilitation process. The goal of this research is to explore the relationship between self-efficacy, family support, and anxiety in stroke patients at the National Brain Center Hospital. The method employed is a correlational descriptive design with a cross-sectional approach. The sample consists of 69 stroke patients from the National Brain Center Hospital selected through purposive sampling. Data collection involves the Stroke Self-efficacy Questionnaire (SSEQ), Perceived Social Support From Family (PSS-Fa), and GAD-7 questionnaire. Bivariate data analysis is conducted using the Spearman Rank test. The research results indicate a significant relationship between self-efficacy and anxiety (p-value 0.000 < 0.05). However, there is no significant relationship between family support and anxiety in stroke patients (p-value 0.206 > 0.05). The conclusion drawn from the research is that high self-efficacy can reduce anxiety in stroke patients. Although family support does not show a direct correlation with anxiety, families play a crucial role in caring for anxious stroke patients. Suggestions related to this research include conducting studies on family knowledge regarding caring for stroke patients experiencing anxiety and optimizing coping resources available to stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Susilowati
"Self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan. Individu yang tidak memiliki keyakinan untuk mencapai tujuan dapat menimbulkan stres karena kurangnya kepercayaan diri sehingga akan memperburuk kondisi kesehatannya dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa intervensi self-management program, dapat meningkatkan self-efficacy pada pasien hemodialysis. Teori Barbara menyebutkan ekspektasi hasil dan self-efficacy sama-sama penting menentukan perilaku kesehatan dan perlu memperhatikan keempat sumber self-efficacy. Tujuan penelitian: mengetahui efektivitas penerapan intergrasi program edukasi manajemen diri yang terintegrasi (website, WA grup, Message WA, Konseling) terhadap self-efficacy pasien kanker buli yang menjalankan hemodialisis. Metode penerapan EBN dengan melibatkan 5 pasien kanker buli yang menjalani hemodialisis, kemudian diberikan intervensi. Pengukuran self efficacy dengan instrument The chronic kidney disease self-efficacy (CKD-SE). Hasil penelitian: intergrasi program edukasi manajemen diri berbasis web berpengaruh terhadap self-efficacy pasien kanker buli yang menjalankan hemodialisis. Terjadi peningkatan skor sebesar 97% pada pengukuran ke-1, dan sebesar 0.85% pada pengukuran ke-2. Sub variabel yang memiliki nilai mean terbesar adalah sub variabel otonom, skor peningkatan terbesar pada pengukuran ke-1 adalah sub variabel dukungan sosial (103%). Sedangkan, pada pengukuran ke-2 peningkatan terbesar yaitu sub variabel intergrasi diri (2,29%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjut untuk melihat dampak efikasi tersebut.

Bladder cancer patients are the second largest cancer case (11.28%) in the hemodialysis unit and in 2023, there is an increase in bladder cancer cases, which is 12.63%, so bladder cancer patients need to be managed by providing good nursing care, one of which is by providing patient self-management education/intervention by applying Barbara's self-efficacy theory which looks at aspects of self-efficacy sources by providing enactive attainment, role models, verbal persuasion and psychological reciprocity. Residents apply Evidence-Based Practice Nursing (EBPN) in caring for five bladder patient cases. The EBPN used aims to overcome self-efficacy problems in buli cancer patients undergoing hemodialysis. The method used as a nursing intervention is an Integrated Self-Management Program (Website, WhatsApp group, Message by SMS/ WA and faceto-face/counseling). The intervention of an integrated self-management program in the management of five managed cases has a significant effect in increasing patient selfefficacy. Increasing the score of 97% in the first measurement, and by 0.85% in the second measurement. The sub-variable that has the largest mean value is the autonomous, the largest increase score is the social support (103%) in the first measurement. Meanwhile, the second measurement is the self-integration (2.29%). The nursing implication is encouraging nurses to strengthen patients' confidence in performing daily care, such as medication management, wound care, or health monitoring independently and holistically."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Venbora Br.
"Orang tua yang merawat anak dengan kanker mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, stres, dan tantangan spiritual karena menurunnya kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada keluarga selama terapi. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara spiritualitas dan efekasi diri pada orang tua yang merawat anak dengan kanker. Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 153 orang tua yang merawat anak dengan kanker. Spiritualitas diukur dengan menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS), dan efikasi diri diukur dengan menggunakan Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI). Temuan: Mayoritas (54,2%) responden memiliki spiritualitas rendah. Demikian pula, 51% responden melaporkan efikasi diri yang rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas dan efikasi diri orang tua yang merawat anak dengan kanker (p-value = 0,001 pada CI 95% OR 5,115 (2,565;10,201). Ini berarti bahwa orang tua dengan spiritualitas rendah memiliki kemungkinan 5,11 kali lebih besar untuk memiliki efikasi diri yang rendah dibandingkan dengan orang tua yang memiliki spiritualitas tinggi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa spiritualitas memainkan peran penting bagi orang tua dalam menghadapi tantangan dalam merawat anak.

Parents caring for children with cancer experience psycological disturbance such as anxiety, depression, stress, and spiritual challenges due to decreased independence and increased reliance on family during therapy. Study Objective: The study aims to explore the relationship between spirituality and self-efficacy among parents of children with cancer. Methodology: The study utilized a cross-sectional approach involving 153 patients. Spirituality was measured using the Spiritual Well Being Scale (SWBS), and self-efficacy was measured using the Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI). Findings: A majority (54.2%) of respondents had low spirituality. Similary, 51% of respondents reported low self-efficacy. There was a significant relationship between spirituality and self-efficacy among these parents (p-value = 0.001 at 95% CI OR 5.11 (2.565;10.201)). This means that parents with low spirituality were 5.11 times more likely to have low self-efficacy compared to those with high spirituality. Conclusion: The study concludes that spirituality plays a crucial role for parents in coping with the challenges of caring for children with cancer. It suggests that healthcare professionals should support and enhance parental spiritualty to help them maintain their spiritual activities and cope better."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>