Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gipta Galih Widodo
"Penyakit jantung penyebab kematian utama pada masyarakat adalah penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh atherotrombosis. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pencegahan primer pada kelompok individu asimptomatik dengan merubah gaya hidup, mengontrol kolesterol dan tekanan darah yang bertujuan untuk menurunkan faktor risiko. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan model edukasi perilaku pencegahan berbasis aplikasi smartphone. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model edukasi perilaku pencegahan atherotrombosis asimptomatik berbasis aplikasi smartphone yang berpengaruh terhadap faktor risiko atherotrombosis pada individu non diabetes. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen yang terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap I identifikasi masalah dengan studi kualitatif. tahap II yaitu penyusunan model dan uji coba model dan tahap III uji efektifitas model dengan quasi ekspertimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model edukasi perilaku pencegahan atherotrombosis berbasis aplikasi smartphone SEMAR terhadap penurunan tekanan darah, penurunan kadar kolesterol total, peningkatan pengetahuan dan penurunan skor risiko dengan nilai p<0,05. Sedangan kan hasil lain didapatkan tidak ada pengaruh model edukasi perilaku pencegahan atherotrombosis berbasis aplikasi smartphone SEMAR terhadap perilaku merokok, indeks massa tubuh, peningkatan aktifitas fisik, peningkatan kemandirian dan penurunan skala stress. Kesimpulan: Model edukasi perilaku pencegahan atherotrombosis asimptomatik non diabetes dapat menurunkan faktor risiko atherotrombosis. Rekomendasi: perlu dilakukan penerapan dari model edukasi perilaku pencegahan atherotrombosis berbasis aplikasi smartphone SEMAR ini pada tatanan layanan di puskesmas dan kader kesehatan.

The leading cause of death in society is coronary heart disease caused by atherothrombosis. The strategy that can be adopted to overcome this is by primary prevention in groups of asymptomatic individuals by lifestyle changes, cholesterol and blood pressure control that aim to reduce risk factors. One effort that can be made is to develop an educational model of preventive behavior based on smartphone application. The purpose of this study is to identify the effectiveness of the smartphone application-based asymptomatic atherotrombosis prevention behavior education model on atherotrombosis risk factors in non-diabetic individuals. This study uses a quasi-experimental research design consisting of three stages, namely stage I identification of problems with qualitative studies. stage II is the development of models and model trials, and stage III model effectiveness testing with quasi-experiments. The results of research show that there is an effect of the SEMAR smartphone application-based atherotrombosis prevention behavior education model on reducing blood pressure, reducing total cholesterol levels, increasing knowledge and reducing risk scores with a value of p <0.05. While other results obtained that there is no effect of the SEMAR smartphone application-based atherothrombosis prevention behavior education model on smoking behavior, body mass index, increased physical activity, increased independence, and decreased stress scale. Conclusion: The non-diabetic asymptomatic atherotrombosis prevention behavior education model can reduce atherotrombosis risk factors. Recommendations: It is necessary to implement the SEMAR smartphone application-based atherotrombosis prevention behavior education model in the service setting at the PHC and health cadres."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Dwita Kirana
"Covid-19 merupakan fenomena penyakit menular yang membuat kelompok-kelompok tertentu mengalami kerentanan. Adapun penyakit diabetes yang dikategorikan oleh para ahli kesehatan sebagai komorbid Covid-19, sehingga menjadikannya rentan secara fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengetahuan dan persepsi risiko Covid-19 pada penderita diabetes dalam pencegahan penularan Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan studi literatur sebagai data sekunder. Kasus ini menjelaskan bahwa penderita diabetes memiliki pengetahuan Covid-19 mencakup transmisi dan pencegahan penularan. Pengetahuan melalui proses memercayai, yang mana didapat melalui media dan pengalaman. Para penderita diabetes menganggap bahwa Covid-19 sebagai sesuatu yang berbahaya dan berisiko, dalam gejala yang dapat menjadi berat dan risiko kematian. Risiko Covid-19 salah satunya konsekuensi biaya perawatan Covid-19 dan tuntutan isolasi mandiri. Para penderita diabetes menganggap penting mengetahui pencegahan penularan serta risiko yang timbul sehingga tidak mengalami kerugian. Pengetahuan dan persepsi risiko pada penderita diabetes tidak terlepas dari latar belakang sosial budaya dan ekonomi. Pengetahuan menjadi bagian dari pembentukan persepsi dalam melihat risiko.

Covid-19 pandemic is an infectious disease phenomenon that makes some certain communities become vulnerable. Diabetes found of health professionals belongs morbidity group of Covid-19, that makes diabetics physically vulnerable. This research discusses about knowledge and risk perception of Covid-19 among diabetics prevent of Covid-19 transmission. The methods used in this research were in-depth interviews and secondary data collection. This diabetic case explain that diabetics had prevention of transmission knowledge. Knowledge shaped by ways of knowing process which came from media and experience. Covid-19 consider be dangerous and risky by diabetics because the probabilities of getting severe symptoms and death. Some of those risks of Covid-19 is the cost of treatment and self-isolation. It was considered important to have knowledge, transmission, and risks of Covid-19 and diabetes to decrease loss. Knowledge and risk perception are inseparable from socioeconomic background. Knowledge become a part of perceiving risk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Indriani
"Berkembangnya aplikasi mobile health, tentunya menjadi hal baik dalam perkembangan
layanan kesehatan, khususnya di Indonesia. Namun, dalam penggunaannya aplikasi
mobile health tentu juga harus dilandasi oleh kesiapan dari penggunanya agar penyaluran
layanan kesehatan ke pengguna dapat dilakukan dengan maksimal. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kesiapan apa saja yang memengaruhi mobile
health readiness pada penggunaan aplikasi mobile health di Indonesia dari sisi pengguna.
Empat dimensi yang dianalisis yaitu, technological readiness, people readiness,
motivational readiness, dan engagement readiness. Pendekatan penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Jumlah responden valid dari pengisian
kuesioner sebanyak 624 responden. Data dianalisis dan diolah menggunakan metode
covariance based structural equation modelling (CB-SEM) dengan bantuan tools AMOS
21.0. Pada penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa dimensi yang paling berpengaruh
terhadap mobile health readiness adalah dimensi technological readiness (faktor ease of
use dan affordability) dan dimensi motivational readiness (faktor trust, attitude/intention,
dan perceived usefulness). Dengan diketahuinya faktor-faktor kesiapan dari sisi
pengguna, diharapkan penyedia layanan mobile health lebih fokus dalam meningkatkan
layanan sesuai dengan faktor-faktor kesiapan dari pengguna, sehingga layanan yang
disediakan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan meningkatkan kesiapan pengguna
dalam penggunaan aplikasi mobile health.

The development of mobile health applications is certainly a good thing in the
development of health services, especially in Indonesia. However, the use of mobile
health applications must also be based on the readiness of its users so that the distribution
of health services to users can be done optimally. This study aims to analyze the factors
of readiness that affect mobile health readiness on the use of mobile health applications
in Indonesia from the user side. The four dimensions analyzed are technological
readiness, people readiness, motivational readiness, and engagement readiness. The
research approach used in this study is quantitative. The number of valid respondents
from filling out the questionnaire was 624 respondents. Data were analyzed and processed
using covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) methods with the help
of AMOS 21.0 tools. In this study, the authors conclude that the dimensions that most
influences on mobile health readiness are technological dimensions of readiness (ease of
use and affordability factors) and motivational readiness dimensions (factors of trust,
attitude/intention, and perceived usefulness). By knowing the readiness factors from the
user side, it is expected that mobile health service providers will focus more on improving
services following the readiness factors of the users so that the services provided can meet
user needs and increase user readiness in using mobile health applications.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sartika
"Perawat penting memiliki kesadaran diri dan perilaku ergonomis dalam mengendalikan bahaya ergonomis dari aktivitas asuhan keperawatan yang dapat menyebabkan Low Back Pain (LBP). Supaya angka keluhan LBP tidak terus meningkat dan memberikan dampak yang lebih buruk, diperlukan upaya pencegahan bahaya ergonomis. Belum adanya pengetahuan atau informasi tentang pendekatan yang mengintegrasikan komponen edukasi, pengingat (reminder) dan umpan balik (feedback) pada penelitian terdahulu, maka diperlukan sebuah penelitian dengan tujuan menciptakan model pencegahan bahaya ergonomis yang mengintegrasikan ketiga komponen tersebut menggunakan aplikasi smartphone untuk meningkatkan kesadaran diri dan perilaku ergonomis perawat. Desain penelitian tahap pertama adalah studi kualitatif dan observasi untuk menghasilkan model awal pencegahan bahaya ergonomis, tahap kedua adalah pengembangan model pencegahan bahaya ergonomis berbasis smartphone, dan tahap ketiga adalah quasi experiment untuk membuktikan pengaruh intervensi model terhadap kesadaran diri dan perilaku ergonomis. Besar sampel pada penelitian tahap ketiga yaitu 60 perawat care provider pada kelompok intervensi dan 59 perawat care provider pada kelompok kontrol. Model pencegahan bahaya ergonomis terdiri dari komponen edukasi, pengingat (reminder) dan umpan balik (feedback) kepala ruangan. Komponen edukasi dilaksanakan dengan pemberian edukasi dan informasi menggunakan media modul edukasi dan aplikasi. Komponen pengingat (reminder) dilaksanakan dengan kegiatan safety briefing dan difasilitasi dengan aplikasi. Komponen umpan balik (feedback) dilaksanakan pada kegiatan supervisi dan difasilitasi dengan aplikasi. Intervensi model pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna proporsi kesadaran diri, pengetahuan, sikap dan tindakan antara sebelum dengan sesudah intervensi (p<0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol hanya terdapat perbedaan bermakna proporsi pengetahuan antara sebelum dengan sesudah intervensi (p<0,05). Model ini terbukti dapat meningkatkan kesadaran diri dan perilaku ergonomis perawat. Penerapan model ini dapat menunjang peran dan fungsi manajemen kepala ruangan terutama dalam hal mengingatkan dan memberikan umpan balik kepada perawat untuk dapat meningkatkan kesadaran diri dan perilaku ergonomis dalam memberikan asuhan keperawatan.

Self-awareness and ergonomic behavior are vital for nurses to manage ergonomic hazards during nursing care activities which can lead to Low Back Pain (LBP). In order to prevent the increasing complaints of LBP and to avoid more severe consequences, preventive efforts for ergonomic hazards are necessary. There was no knowledge or information about approaches that integrate educational, reminder, and feedback components in previous research, therefore research is needed with the aim of creating an ergonomic hazard prevention model that integrates these three components using a smartphone application to increase self-awareness and ergonomic behavior of nurses. The research design for the first phase involved a qualitative study and observations to generate an initial model for preventing ergonomic hazards, the second phase involved the development of a smartphone-based ergonomic hazard prevention model, the third phase was a quasi-experiment to demonstrate the impact of the intervention model on self-awareness and ergonomic behavior. The sample size for the third phase consisted of 60 staff nurses in the intervention group and 59 staff nurses in the control group. The ergonomic hazard prevention model consists of educational components, reminders and feedback from the head nurses. The educational component was implemented by providing education and information using media in the form of educational modules and applications. The reminder component was implemented with a safety briefing activity and facilitated with an application. The feedback component was implemented in supervision activities and facilitated with applications. The intervention model for the intervention group showed significant differences in the proportions of self-awareness, knowledge, attitudes, and actions before and after the intervention (p < 0.05). Meanwhile, in the control group, only a significant difference was found in the proportion of knowledge before and after the intervention (p < 0.05). This model has been proven to enhance self-awareness and ergonomics behavior among staff nurses. The application of this model can support the role and function of head nurses, especially in terms of reminding and providing feedback to staff nurses to improve their self-awareness and ergonomics behavior in providing nursing care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 2002
362.196 WOR w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Ananda Rezky Ichwan
"Berkembangnya teknologi membuat munculnya banyak mobile application salah satunya aplikasi e-counselling kesehatan mental ABC. Aplikasi ABC memediasi konsultasi Kesehatan mental dan meditasi yang dapat dilakukan secara online. Karena layanan e- counselling kesehatan mental ini merupakan fenomena yang baru, sehingga belum ada gambaran yang jelas tentang perilaku pasca adopsi yaitu niat penggunaan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor-faktor penting yang menyebabkan pengguna terus menggunakan aplikasi kesehatan mental, terutama mengingat bahwa sebagian besar penelitian sebelumnya terutama berfokus pada konten, fitur, dan dampak aplikasi kesehatan. Penelitian ini membahas mengenai continuance intention aplikasi Kesehatan mental ABC dengan mengadopsi Integrated Theory Trust – ECM. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan populasi penelitian Komunitas X yang berjumlah 160 responden. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa hampir semua hipotesis dapat ditetima terkecuali pada hipotesis Confirmation – Trust dan Trust – Continuance Intention, kemudia hasil penelitian ini ditemukan bahwa aplikasi ABC manfaat pada kegunaan yang dirasakan pada pengguna merupakan indikator terpenting dalam mendorong niat penggunaan kembali pada aplikasi kesehatan mental ABC.

The development of technology has led to the emergence of many mobile applications, one of which is the ABC mental health e-counselling application. The ABC app mediates mental health consultations and meditations that can be done online. Because this mental health e-counselling service is a new phenomenon, there is no clear picture of post-adoption behavior, namely the intention to continue use. Therefore, it is important to know the important factors that cause users to continue to use mental health applications, especially considering that most of the previous research has mainly focused on the content, features, and impact of health applications. This study discusses the continuance intention of ABC mental health applications by adopting Integrated Theory Trust – ECM. This study uses quantitative methods with the research population of Community X, amounting to 160 respondents. From the results of the study, it was stated that almost all hypotheses could be accepted except for the Confirmation – Trust and Trust – Continuance Intention hypotheses, then the results of this study found that the ABC application benefited from the perceived usefulness of the user is the most important indicator in encouraging reuse intention in the ABC mental health application."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vebby Amellia Edwin
"Penyebab kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat setiap tahunnya. Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri yang ditunjukkan dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo merupakan salah satu Kecamatan di Jakarta Timur yang aktif melaksanakan deteksi dini terhadap faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Tujuan dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan variabel dependen (hipertensi) dan variabel independen (jenis kelamin, umur, obesitas, diabetes mellitus, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang dilakukan deteksi di Puskesmas.
Prevalensi hipertensi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur yaitu 67,8%. Faktor risiko yang berhubungan hipertensi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur yaitu jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, dan kurangnya aktivitas fisik. Risiko hipertensi pada responden laki-laki lebih tinggi 1,6 kali dibandingkan perempuan, risiko hipertensi pada responden yang berumur lebih dari 40 tahun lebih tinggi 3,3 kali dibandingkan responden yang berumur kurang dari 40 tahun, risiko hipertensi pada responden merokok 3 kali lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak merokok, dan risiko hipertensi pada responden dengan aktivitas fisik ringan 9 kali lebih tinggi dibandingkan pada responden dengan aktivitas fisik berat. Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini dan pola hidup sehat untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi.

The cause of death because of non-communicable diseases are increasing every year. Moreover, heart and blood vessel diseases, as an example of non-communicable diseases is the major cause of death in Indonesia. Hypertension is one of the major risk factors of cardiovascular disease. It is marked by an increase of blood pressure within the arteries, indicated by the amount of systolic pressure which is ≥ 140 mmHg and the diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg. Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo is one of health clinics in East Jakarta wich is actively implementing an early detection of risk factors for the cardiovascular disease.
This research applies cross-sectional study design with two variable wich are a dependent variable (hypertension) and independent variables (gender, age, obesity, diabetes mellitus, smoking habit, physical inactivity). The population in this research is the overall of people in Pasar Rebo district and people with 15 years and over.
The prevalence of hypertension in Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, East Jakarta, which is 67.8 %. The risk factors related to hypertension in the Pukesmas Kecamatan Pasar Rebo, East Jakarta are sex, age, smoking habit, and physical inactivity. Hypertension is more likely to occur to male respondents,which amount is 1.6 times higher than for female respondents. The hypertension risk of 40 years old respondents and over is 3.3 times higher than the respondents who have not reahed 40 years old. The hypertension risk of respondents with smoking habit 3 times higher that non-smoker. Meanwhile, the hypertension risk of people who do less activities is 9 times higher than the ones who have tight activities. Therefore, early detection is required and healthy lifestyle to prevent and control hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winnie Tunggal Mutika
"Prediabetes adalah toleransi glukosa terganggu, kadar glukosa darah puasa berkisar dari 100- 125 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gr berkisar 140-199 mg/dl. Skrining pada prediabetes diperlukan dapat rangka pengobatan dini serta pencegahan komplikasi. Peningkatan lingkar perut meningkatkan risiko mengalami kondisi prediabetes Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh obesitas sentral terhadap kejadian prediabetes. Pendekatan studi menggunakan desain kohort retrospektif. Diagnosis obesitas sentral menggunakan ukuran lingkar perut pria: ³ 90 cm wanita: ³ 80 cm sedangan diagnosis prediabetes menggunakan kadar gula darah pasca pembebanan 75 gr: 140-199 mg/dL dengan data studi kohor faktor risiko PTM yang dikelola oleh Balitbangkes Kemenkes RI di Kecamatan Bogor Tengah dalam enam tahun pemantauan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iniden kumulatif : 31,4% dan insiden rate: 49 per 1000 orang/tahun. Analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik antara obesitas sentral dengan kejadian prediabetes dengan HR: 1,67 (95% CI: 1,42 -1,97) dengan p-value = < 0,00. Pengaruh yang bermakna secara statistik antara obesitas sentral terhadap kejadian prediabetes dengan nilai 1,7 (95% CI 1,1-2,4) p-value = < 0,001 setelah dikontrol oleh variabel counfounder yaitu IMT dan adanya interaksi dengan variabel trigliserida dan status perkawinan. Trigliserida dan status perkawinan memberikan pengaruh pada obesitas sentral terhadap kejadian prediabetes. Trigliserida pada kategori kadar trigliserida tinggi nilai HR 1,7 (1,1-2,4). Status perkawinan pada kategori tidak menikah/janda/duda berkontribusi dalam meningkatkan risiko prediabetes untuk responden yang memiliki obesitas sentral dengan nilai HR 1,8 (95% CI: 1,2-2,9). Rekomendasi pencegahan prediabetes dilakukan dengan pemeriksaan trigliserida pada obesitas sentral supaya prognosis tidak jelek dan mudah diintervensi untuk dapat kembali ke keadaan normal.

Prediabetes is defined by a reduced ability to process glucose, with fasting blood glucose levels between 100-125 mg/dl and 2-hour post-load blood glucose levels of 140-199 mg/dl following the consumption of 75 grams of glucose. Early detection and treatment of prediabetes through screening is crucial in order to avert problems. An increase in waist circumference increases the risk of developing prediabetes. The study revealed that an increase in waist circumference is directly linked to a greater likelihood of developing prediabetes. The objective of this study is to examine the impact of central adiposity on an individual's ability to resist the development of prediabetes. The study employed a retrospective cohort design. The diagnosis of central obesity was established based on waist circumference measurements, with a threshold of ≥ 90 cm for men and ≥ 80 cm for women. Prediabetes was diagnosed by analyzing post-load blood glucose levels (ranging from 140-199 mg/dL) obtained from the 75-gram glucose load test. These diagnostic criteria were derived from a six-year monitoring of a cohort study on non-communicable disease risk factors, which the Health Research and Development Agency conducted under the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in Central Bogor District.
The results of this study show a cumulative incidence of 31.4% and an incidence rate of 49 per 1000 people/year. Bivariate analysis indicated a statistically significant association between central obesity and the incidence of prediabetes, with an HR of 1.67 (95% CI: 1.42-1.97) and a p-value ≤ 0.00. After controlling for confounding variables such as BMI and interactions with triglyceride levels and marital status, central obesity remained significantly associated with the incidence of prediabetes, with an HR of 1.7 (95% CI: 1.1-2.4) and a p-value ≤ 0.001. Triglyceride levels and marital status influenced the impact of central obesity on the incidence of prediabetes. High triglyceride levels had an HR of 1.7 (1.1-2.4), while being unmarried/widowed/divorced contributed to an increased risk of prediabetes in respondents with central obesity, with an HR of 1.8 (95% CI: 1.2-2.9). The recommendation is that prevention of prediabetes should involve monitoring triglyceride levels in individuals with central obesity to improve prognosis and facilitate interventions aimed at returning to a normal state.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Santoso
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan msyarakat yang serius bagi umat manusia di dunia. Saat ini diperkirakan 2,5 milyar manusia hidup di wilayah-wilayah endemis malaria dengan ± 300 juta kasus dan -+ 1juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit malaria. Di Indonesia pada periode tahun 2001-2004 mengalami penurunan Annual paracite incidence (API) di Jawa-Bali tahun 2001 (0,62%o), 2002 (0,47%0), 2003 (0,22%o) dan 2004 (0,15%0). Demikian pula annual malaria incidence (AMI) di War Jawa-Bali tahun 2001 (26,20%0), 2002 (22,30%0), 2003 (21,80960) dan 2004 (21,20%o), tetapi penyakit malaria masih menimbulkan KLB pada tahun 2004, di 5 propinsi pada 6 kabupaten dengan 1.959 penderita dan 33 penderita meninggal dunia_
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan dengan kejadian malaria dalam upaya mengidentifikasi karakteristik populasi lokal spesifik.
Desain penelitian adalah studi korelasi populasi, menggunakan data sekunder dari Depkes RI dan BPS Pusat. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian 108 namun dalam analisisnya menggunakan keseluruhan sampel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 46. Kasus adalah kelompok penderita dengan gejala klinis malaria yang sudah didiagnosis oleh petugas kesehatan, tinggal di propinsi Indonesia dan tercatat di Sub Direktorat Malaria Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000-2004. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni 2006. Variabel penelitian adalah faktor pelayanan kesehatan (puskesmas), perilaku (kualitas sumber daya manusia) dan lingkungan (lingkungan sosial ekonomi, lingkungan tingkat rural, lingkungan sosial demografi dan lingkungan fisik) yang berhubungan dengan terjadinya efek yang diteliti (kejadian malaria di propinsi Indonesia tahun 2000-2004).
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan sedang antara variabel puskesmas (1=0,335), sumber daya manusia (1=0,299), pemerataan (r=0,504), aspek lingkungan desa (r=-0,448), aspek pejamu desa (1=-0,493), kepadatan penduduk (1=-0,440) dan potensi perindukan nyamuk (r=-0,326) dengan kejadian malaria di Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2004. Variabel yang paling besar berhubungan dengan kejadian malaria di Indonesia tahun 2000-2004 adalah variabel proporsi aspek lingkungan desa dengan model persamaan proporsi kejadian malaria = 2,316 + 0,628 (proporsi puskesmas) + 0,396 (proporsi sumber daya manusia) + 0,037 (proporsi pemerataan ) - 0,335 (proporsi aspek lingkungan desa) - 1,074 (proporsi potensi perindukan nyamuk). Dengan setiap puskesmas memiliki program P2 malaria yang secara aktif menjalankan tugasnya dalam penemuan kasus, pemberantasan, pencegahan dan penyuluhan malaria maka peningkatan faktor pelayanan kesehatan (variabel proporsi puskesmas) akan diikuti dengan penurunan proporsi kejadian malaria.

Malaria is still a serious health problem at society for human being in the world, because of a highest prevalence especially in development countries. Today it is estimated almost 2,5 billions people live at malaria endemic by 300 millions cases and 1 million people died because of malaria disease every year. It decreased in Indonesia at period of 2001-2004, Annual Paracite Incidence in Java - Bali in 2001 (0,62 0/00), in 2002 (0,47 °/oo), in 2003 (0,22 °/oo), and in 2004 (0,15 °/00). Furthermore, Annual Malaria Incident in Java-Bali in 2001, (26,20 0/oo, in 2002 (22,30 °/oo), in 2003 (21,80 °/oo), and in 2004 (21,20 0100). Malaria disease is still an extraordinary occurrence in 2004, 5 provinces, 6 sub-provinces, by 1.959 patients and 33 of them died.
This research purpose is to know a relation between health services, behavior and environment factor with malaria occurrence in the effort of identifying a local population characteristic specifically.
Research used a correlated population design with secondary data from Indonesia Ministry of Health and Indonesia Statistic Bureau. This research conducted to 108 samples but its analysis used all of samples which were success collected by 46 samples. Cases were patient groups with clinic symptom of malaria which have been diagnosed by a health worker, living in province of Indonesia and noted in Sub Directorate of Malaria, General Directorate of Infectious Disease Prevention and Environment Health, Indonesia Ministry of Health in 2000-2004. Data collecting was conducted on June 2006. Research variables are health service (primary health care), behavior (human resources quality) and environment (social economic, rural level, social demography and physic environment) related to the assessed effect (malaria occurrence in province of Indonesia, 2000-2004).
Research result indicated that there was a medium relationship between primary health care (r=,335), human resources (r3,299), equity (r=0,504), district environment aspect (r),448), district host aspect (r),493), high population (r.1,440) and mosquito breeding places potency (r 0,326) variables with malaria occurrence in Indonesia, 2000-2004. The biggest variable related to malaria occurrence in Indonesia, 2000-2004 was proportion variable of district environment aspect with equity model of malaria occurrence proportion = 2,316 + 0,628 (proportion of primary health care) + 0,396 (proportion of human resources) + 0,037 (proportion of equity) - 0,335 (proportion of district environment aspect) -- 1,074 (proportion of mosquito breeding places potency). Each primary health care has a malaria eradication program which running their job actively on cases invention, eradication, prevention and counseling of malaria. Therefore, improvement of health service factor (proportion variable of primary health care) followed by proportion degradation of malaria occurrence.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Adzannur Dzuhuria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Manajemen Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Wilayah Kerja BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi menggunakan pedoman wawancara dan daftar periksa observasi. Data sekunder diperoleh dari hasil telaah dokumen. Penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat masalah dalam hal sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan peraturan. Empat dari lima kegiatan Prolanis bersifat rutin dilaksanakan di wilayah kerja FKTP BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor. Peneliti menyarankan agar BPJS melakukan tinjauan keuangan serta melibatkan partisipasi peserta dalam mengelola kekurangan dana, melengkapi SOP terdapat rincian jadwal kegiatan untuk setiap kegiatan prolanis, dan penciptaan sistem penghargaan untuk pencapaian target Prolanis.

This study aims to determine the implementation of the Chronic Disease Management Program (Prolanis) at the First Level Health Facility (FKTP) BPJS Kesehatan KCU Bogor City in 2018. This study is a qualitative study using primary and secondary data. Primary data were obtained from in-depth interviews and observations using interview guidelines and observation checklists. Secondary data is obtained from the results of document review. Research shows that there are still problems in terms of human resources, financial resources, and regulations. Four of the five Prolanis activities are routinely carried out in the work area of ​​the FKTP BPJS Kesehatan KCU Bogor City. Researchers suggest that BPJS conducts a financial review and involves participant participation in managing the lack of funds, completing SOPs there is a detailed schedule of activities for each prolanis activity, and creation of a reward system for achieving Prolanis targets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>