Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghianina Yasira Armand
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk memahami dan mengeksplorasi secara mendalam persepsi orang tua terhadap hubungan anak Gangguan Spektrum Autisme (GSA) dengan saudara kandung tipikal, serta upaya mereka dalam mengelola hubungan tersebut. Penelitian ini melibatkan enam partisipan orang tua yang setidaknya memiliki satu anak kandung terdiagnosa GSA dan setidaknya satu anak kandung dengan perkembangan tipikal di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur yang berlangsung selama 60-90 menit untuk menggali pengalaman pribadi dan sudut pandang partisipan mengenai interaksi sehari-hari anak tipikal dengan saudara kandungnya yang memiliki GSA. Analisis tematik digunakan untuk menganalisis temuan wawancara yang mengungkapkan lima tema utama: pengalaman pasca diagnosis saudara kandung, hubungan saudara kandung, dampak kondisi GSA terhadap saudara kandung, dukungan orang tua, dan harapan dan ekspektasi orang tua di masa depan. Hasil dari penelitian ini menghasilkan implikasi klinis yang menekankan pentingnya program intervensi anak GSA yang melibatkan saudara kandung, serta ketersediaan dukungan psikologis untuk saudara kandung dan orang tua dari anak GSA.

The aim of this research is to understand and explore in depth parents' perceptions of the quality of their children's relationships with Autism Spectrum Disorders (ASD) with typical siblings, as well as their efforts in managing these relationships. This research involved six parent participants who had at least one biological child diagnosed with GSA and at least one biological child with typical development in Indonesia. Using a qualitative methodology approach, data was collected through semi-structured interviews lasting 60-90 minutes, exploring participants' personal experiences and perspectives regarding the daily interactions of typical children with their autistic siblings. Thematic analysis was used to analyze the interview findings, revealing five main themes: post-diagnosis experiences, quality of sibling relationships, impact of ASD towards siblings, parental support for siblings, and parental hopes for the future. The results of this study reveal clinical implications that assert the importance of interventions for children with ASD that involve siblings, as well as the availability of psychological support for siblings and parents of children with ASD.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Arasekar Kinanthi
"ABSTRAKCT/b>
Skripsi ini mendeskripsikan tentang ragam pengasuhan dalam empat keluarga dengan anak autis. Pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga bertujuan supaya anak autis bisa diterima di masyarakat seperti anak normal pada umumnya. Keempat keluarga memiliki cara pengasuhan yang diyakini dapat meminimalisasi kebutuhan khusus anak autis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dan pengamatan terlibat untuk mengetahui cara pengasuhan yang dilakukan masing-masing keluarga terhadap anak autis. Skripsi ini juga menjelaskan tentang adaptasi yang dilakukan asisten rumah tangga sebagai fictive kin sehingga mereka bisa bekerja mengasuh anak autis dalam jangka waktu yang lama.

ABSTRACT
This thesis describes the variety of parenting in four families with children with autism. Parenting is done by the family aims so that children with autism can be accepted like normal children in the society. The four families have their own way of parenting that is believed to minimize the special needs of children with autism. The data was collected with qualitative research method, by in depth interviews and observations participation to find out how each family cares for the children with autism. This thesis also explains the adaptation for housekeepers as fictive kin for children with autism for long periods of time. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Shinta Dewi Prameswari
"Jumlah anak yang didiagnosis dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) semakin meningkat setiap tahunnya. GSA merupakan suatu gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan yang bertahan dalam komunikasi dan interaksi sosial, serta munculnya pola tingkah laku, minat, serta aktivitas yang berulang. Menjadi orang tua dari anak dengan Spektrum Autisme (SA) menyajikan tantangan tersendiri. Meski bukan pengasuh utama, ayah juga turut terlibat dalam pengasuhan dan menghadapi berbagai tantangan yang dapat membuat mereka mengalami stres. Namun demikian, penelitian mengenai stres pada ayah yang memiliki anak dengan SA masih terbatas. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran yang mendalam mengenai stres pengasuhan ayah yang memiliki anak dengan SA. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi terhadap 4 orang ayah yang memiliki anak laki-laki dengan SA yang berusia remaja hingga dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ayah mengalami stres yang bersumber dari berbagai tantangan yang muncul pada tiap tahapan perkembangan anak mereka. Salah satu sumber stres yang sering disebut adalah finansial. Penerimaan terhadap kondisi anak dan cara yang digunakan dalam menangani stres sangat memengaruhi tingkat stres yang dirasakan oleh ayah. Melalui pengalaman mereka mengasuh anak dengan SA, para ayah juga mengalami berbagai perubahan positif dalam hidupnya.

The number of children diagnosed with Autism Spectrum Disorder (ASD) is increasing every year. ASD is a developmental disorder characterized by persistent deficits in communication and social interaction, and the emergence of repetitive behavioral patterns, interests, and activities. Being a parent of children with Autism Spectrum (AS) presents its own challenges. Although not the primary caregiver, fathers are also involved in parenting and facing various challenges that can make them experience stress. However, research on stress in fathers who have children with AS is still limited. For this reason, this study was carried out to obtain an overview of parenting stress of fathers who have children with AS. This research was conducted with a qualitative method using semi-structured interviews and observations of 4 fathers who have teenager to young adult boys with AS. The results of the study showed that fathers experienced stress resulting from various challenges that arose at each stage of their childs development. One of the most commonly mentioned stressor is financial. Acceptance of the childs condition and the coping strategy used to deal with stressor greatly influences the level of stress felt by the father. Through their experience in raising children with AS, fathers also experienced positive changes in their life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Cesaratri
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan parenting stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita, serta mengetahui hubungan family resilience dengan parenting stress. Parenting stress diukur dengan menggunakan alat ukur Parenting Stress Index Short Form PSI-SF, dan family resilience diukur dengan menggunakan alat ukur Family Resilience Assessment Scale FRAS. Partisipan dalam penelitian ini adalah 31 pasang ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita yang sedang bersekolah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting stress p > 0.05 pada ayah dan ibu yang memiliki anak autistic spectrum disorder atau tuna grahita, dan juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara family resilience dengan parenting stress r = 0.433, p < 0.01 pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita. Berdasarkan hasil tersebut, family resilience berperan untuk menekan tingkat parenting stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autistic spectrum disorder atau tuna grahita.

This research aims to describe the differences of parenting stress and family resilience among fathers and mothers of children with Autistic Spectrum or mental retardation, and investigate the correlation between family resilience and parenting stress. Parenting stress was measured by Parenting Stress index ndash Short Form PSI SF, and family resilience was measured by Family Resilience Assessment Scale FRAS. Participants in this research were 31 pairs of fathers and mothers with autistic spectrum disorder or children with mental retardation who study at school.
The results of this research show that there are no differences on parenting stress p 0.05 among fathers and mothers of children with autistic spectrum disorder or mental retardation, and it also show a positive and significant correlation between family resilience and parenting stress r 0.433, p 0.01. Based on these results, family resilience has a role to suppress parenting stress levels on fathers and mothers of children with autistic disorder or mental retardation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Hapsari
"Autisma merupakan gangguan perkembangan yang kompleks dan berat, yang ditandai dengan gejala-gejala tertentu yang muncul sebelum usia tiga tahun. Gejalagejala yang diperlihatkan oleh penyandang autisma berupa defisit pada perkembangan bahasa, pada interaksi sosial, dan adanya perilaku-perilaku repetitif. Kelainan ini menyebabkan penyandang autisma mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain dan berhubungan dengan dunia luar. Anak penyandang autism memiliki hambatan yang nyata dalam interaksi sosial. Ketrampilan sosial anak penyandang autisma dapat ditingkatkan melalui interaksi yang intensif dengan saudara sekandung.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai peran saudara sekandung terhadap perkembangan interaksi sosial anak autis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai alat pengumpul data utama serta observasi sebagai alat pengumpul data penunjang. Subyek penelitian adalah keluarga yang memiliki anak penyandang autisma yang berusia prasekolah dan memiliki saudara sekandung dengan jarak usia dekat. Yang menjadi subyek untuk diwawancara adalah ibu dan saudara sekandung anak autis.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata peran saudara sekandung cukup besar dalam meningkatkan interaksi sosial. Namun peran saudara sekandung ini ditentukan sekali oleh peran ibu dalam melibatkan saudara sekandung dan adiknya yang autis. Ditemukan ibu dengan disiplin yang tinggi dan memberikan tanggung jawab yang cukup besar bagi saudara sekandung untuk selalu berinteraksi dengan adiknya maka interaksi keduanya menjadi cukup intensif dan terlihat peningkatan interaksi sosial yang signifikan dari anak penyandang autisma. Namun ibu yang memiliki kontrol yang lemah terhadap hubungan antar saudara sekandung, ditemukan interaksi keduanya sangat sedikit, dan ini memiliki pengaruh terhadap perkembangan interaksi sosial anak penyandang autisma yang tetap minim tanpa peningkatan. Namun faktor -faktor seperti: jarak usia, perilaku dan taraf kemampuan anak penyandang autisma, sikap dan perasaan saudara sekandung terhadap perlakuan khusus kepada anak penyandang autisma, konteks keluarga secara keseluruhan berkontribusi dalam menentukan peran saudara sekandung tersebut.
Ditemukan juga dalam penelitian bahwa saudara sekandung tidak hanya berperan pada bidang interaksi sosial anak autis tetapi juga turut membantu terapi adiknya yang berupa kemandirian dalam bidang bina diri, kemampuan akademis serta terapi okupasi. Ini berhubungan dengan subyek anak autis yang berusia prasekolah dan sedang melakukan terapi intensif sehingga ibu sering memberikan tugas kepada saudara sekandung yang berhubungan dengan membantu terapi.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan observasi sebagai metode utama kedua sehingga dapat diperoleh gambaran peran saudara sekandung dalam kesehariannya secara utuh. Dalam pemilihan subyek penelitian juga bisa saudara sekandung dan anak autis yang berusia remaja. Selain itu mungkin penting untuk mendapatkan informasi yang memadai mengenai kehidupan perkawinan keluarga yang diteliti sehingga didapatkan gambaran dalam lingkungan keluarga seperti apa saudara sekandung ini berada. Selain itu sebaiknya penelitian yang akan datang dapat memfokuskan kepada keluarga yang memiliki status ekonomi menengah ke bawah."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S2851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feoda Inayah
"Skripsi ini membahas mengenai pemberian dukungan sosial terhadap anak autis. Penelitian ini menggambarkan bagaimana dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua maupun sekolah terhadap anak autis. Anak autis yang diteliti ialah siswa di SD Khusus Talenta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.
Hasil dari penelitian ini yaitu adanya berbagai macam bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada anak autis baik dari orang tua maupun sekolah. Menggambarkan bahwa ada keterlibatan dari lingkungan sekitar anak autis yaitu orang tua serta sekolah dalam memberikan dukungan sosial.

This thesis deals with the granting of social support to autistic children. This research describes how social support given by parents and schools to an autistic children. Autistic children are examined are students in Special Talent Elementary School. This research used the qualitative approach with this type of case study research.
The results of this research, namely the existence of various forms of social support provided to autistic children from both the parents and the school. Describe that there are involvement of the environment around the autistic children namely parents and schools in providing social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidah Fathi Dini
"Anak autistik memiliki gangguan sensorik yang membuatnya beranggapan bahwa ruang di luar dirinya memiliki stimulan sensorik berlebihan yang membuatnya tidak nyaman saat berada dalam suatu ruang, akibat rasa tidak nyaman tersebut anak cenderung menarik diri dari ruang tempat ia berkegiatan. Padahal ruang, dalam konteks belajar, menentukan kualitas belajar seorang anak. Oleh karena itu, anak harus dilatih agar gangguan sensoriknya dapat berkurang sehingga kualitas belajar anak dapat meningkat. Sekolah alam menyediakan dua ruang belajar bagi anak autistik yaitu ruang belajar di dalam ruangan dan di alam. Ruang belajar di dalam ruangan memiliki intensitas stimulan sensorik yang sedikit sehingga dapat digunakan anak untuk kegiatan belajar yang membutuhkan fokus yang tinggi. Ruang belajar di alam memiliki intensitas stimulan sensorik yang lebih besar dan digunakan untuk kegiatan belajar yang dominan bergerak aktif. Kedua ruang yang berbeda ini dapat memfasilitasi gangguan sensorik anak autistik sehingga anak dapat berkegiatan dengan nyaman sekaligus melatih respon sensoriknya agar terus berkembang ke arah yang lebih baik.

Autistic children have sensory difficulties that make children think that the space outside him had exaggerated sensory stimulants that make them feel uncomfortable when doing activities in a space, because of this inconvenience, children tend to withdraw from the space where they perform activities. Whereas space, in the context of learning, determine the quality of a child's learning. Therefore, children should be trained to reduced their sensory diffculties, so that the quality of children's learning can be increased Nature school provides two learning space for autistic children that is learning space in the room and in nature. Learning space in the room has a sensory stimulant intensity slightly so that it can be used for learning activities which require high focus. Learning space in nature has an intensity greater sensory stimulant and used for learning that require active movements. Both of these different spaces can facilitate sensory difficulties in autistic children so that the children can do activities with ease at once, trained sensory response in order to continue to be better.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virra Priscilla Ayuningtyas
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan tingkat parenting stress dan coping stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam proses pengumpulan data. Tingkat parenting stress diukur melalui Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF dan coping stress melalui Brief COPE. Partisipan penelitian ini berjumlah 37 pasang ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting stress p = 0.850, p > 0.05 dan coping stress p = 0.899, p > 0.05 yang pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme.

ABSTRACT
This research was conducted to decrypt the differences of parenting stress and coping stress in fathers and mothers of children with autism. This research used quantitative and qualitative design for collecting data. Level of parenting stress was measured by Parenting Stress Index Short Form PSI SF and coping stress was measured by Brief COPE. The participants of this research are 37 pairs of fathers and mothers of children with autism. The main result of this research showed that there are no differences of parenting stress p 0.850, p 0.05 and coping stress p 0.899, p 0.05 on fathers and mothers of children with autism."
2017
S68739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan harus dimulai dari mitra komunikasi (dalam hal ini keluarga), bagaimana mitra komunikasi memodifikasi gaya komunikasi atau perilakunya dapat secara signifikan mempengaruhi perilaku anak (komunikasi personal, 2000). Oleh karena itu keluarga sebagai lingkungan anak yang terdekat, dan sistem pendukung yang sangat penting dalam proses penyembuhan anak autisme harus bisa menerapkan pola komunikasi yang sehat yaitu pola komunikasi fungsional. Sesuai dengan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga anak autisme. Penelitian dilakukan di Yamet, Avanti, dan SLB Halim dengan sampel sebanyak 20 orang dan menggunakan desain deskriptif sederhana. Hasil penelitian menunjukan perbandingan penggunaan pola komunikasi yang seimbang pada keluarga anak autisme, yaitu 50% menggunakan pola komunikasi fungsional dan 50% yang lainnya menggunakan pola komunikasi disfungsional."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5394
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Churniatun
"Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana komunikasi dan penanganan konflik yang terjadi antara suami dan isteri khususnya dari sisi atribusi yang diberikan suami/isteri terhadap pasangannya dalam upaya peningkatan hubungan antar pribadi ketika mengetahui anak mereka menderita autis. Autis sendiri merupakan suatu penyakit yang belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dengan paradigma konstruktivis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Komunikasi dan konflik tidak dapat dilepaskan dan segala aspek kehidupan rumah tangga. Perkawinan yang bahagia tidak ditentukan oleh ada tidaknya konflik, melainkan pada bagaimana mereka menangani konflik tersebut. Dalam suatu peristiwa yang tidak diinginkan orang seringkali berusaha mencari penyebab dari terjadinya peristiwa tersebut. Disisi lain proses atribusi yang diberikan sate pihak kepada pihak lain sangat menentukan strategi penyelesaian masalah yang dihadapi. Hasil dan penyelesaian konflik tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepuasan yang dicapai oleh suami isteri dan selanjutnya tingkat kepuasan akan memperkuat komitmen dan meningkatkan hubungan menjadi lebih erat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan informan dalam penelitian ini memiliki beberapa daya tarik sehingga mereka makin yakin dalam menjalani hubungan perkawinan yang terjadi. Pasangan informan juga mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menjaga keutuhan hubungan perkawinan tersebut. Kehadiran anak autis menimbulkan konflik yang lebih bersifat karena keadaan yang tidak diinginkan oleh masing-masing informan. Pertentangan antara harapan dan kenyataan ini menimbulkan bermacam reaksi. Sebagaimana diketahui penyebab autis sangat beragam dan tidak dapat ditentukan secara pasti sehingga masing-masing informan menentukan atribusi yang beragam pula. Atribusi ini diberikan baik pada penyebab antis maupun pada perilaku, baik perilaku diri sendiri maupun perilaku pasangannya. Proses ini sangat menentukan strategi penyelesaian konflik yang digunakan oleh masing-masing informan.
Dari penelitian ini didapat beberapa kesimpulan, yaitu usaha peningkatan hubungan antar pribadi terkait dengan keefektifan komunikasi yang terjadi, dimana usaha tersebut makin mudah dilakukan apabila komunikasi dapat berjalan efektf karena komunikasi yang efektif memungkinkan mereka melakukan keterbukaan, saling berempati dan bersikap positif. Pemberian atribusi yang positif juga akan mendukung strategi penyelesaian konflik yang bersifat win win solution. Kemampuan suami/isteri untuk bertahan pada tuduhan yang tidak benar dan tidak adil (negative assertion) sangat membantu pasangan suami isteri dalam menghadapi konflik. Kekuatan komitmen suami/istri terhadap perkawinan juga menentukan keberhasilan pasangan suami istri dalarn mempertahankan dan meningkatkan hubungan antar pribadi diantara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>