Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Rahayu Marion
"Hubungan antara persepsi ageisme dengan kesepian pada lansia menggabungkan aspek psikologis dan sosial. Ketika lansia mengalami ageisme, kesejahteraan psikososial mereka dapat terpengaruh, termasuk kesepian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional, sampel terdiri dari 115 lansia di Jakarta Timur yang dipilih melalui cluster random sampling. Data dikumpulkan menggunakan Perceived Ageism Questionnaire (PAQ) dan UCLA Loneliness Scale Version 3. Hasil menunjukkan hubungan signifikan antara persepsi ageisme negatif dan kesepian dengan p-value = <0,001 dan koefisien korelasi (ρ) sebesar 0,373. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara persepsi ageisme positif dengan kesepian dengan p-value = 0,544 dan koefisien korelasi (ρ) sebesar 0,057. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa ageisme negatif yang dipersepsikan oleh lansia secara signifikan berhubungan dengan kesepian yang dialami oleh lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hasil temuan penelitian, di antaranya: adaptasi terhadap lingkungan di kota; pemanfaatan teknologi; dukungan sosial yang lebih kuat; akses terhadap layanan kesehatan mental; dan kesempatan untuk berkontribusi. Pentingnya kemampuan berkomunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat adalah salah satu upaya pemberian dukungan sosial bagi para lansia di kota-kota besar, khususnya di Kota Jakarta Timur.

The relationship between perceptions of ageism and loneliness among the elderly encompasses both psychological and social aspects. When elderly individuals experience ageism, their psychosocial well-being can be affected, including feelings of loneliness. This study employs a descriptive correlational design with a cross-sectional approach, with a sample consisting of 115 elderly individuals in East Jakarta selected through cluster random sampling. Data were collected using the Perceived Ageism Questionnaire (PAQ) and the UCLA Loneliness Scale Version 3. The results show a significant relationship between negative perceptions of ageism and loneliness, with a p-value < 0.001 and a correlation coefficient (ρ) of 0.373. Additionally, there was no relationship between positive perceptions of ageism and loneliness, with a p-value of 0.544 and a correlation coefficient (ρ) of 0.057. These results indicate that the negative ageism perceived by the elderly is significantly related to the loneliness they experience. The study highlights several factors influencing the findings, including adaptation to the urban environment, the utilization of technology, stronger social support, access to mental health services, and opportunities to contribute. The importance of therapeutic communication skills performed by nurses is one effort to provide social support for the elderly in large cities, particularly in East Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnita Afriyani Adam
"Persentasi populasi lansia Indonesia kian meningkat dari waktu ke waktu memunculkan tantangan serta dampak sosial-ekonomi. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak-hak lansia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses kebijakan Kartu Lansia Jakarta keterkaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasar lansia dan ageism. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juni 2022 melalui wawancara mendalam dengan 9 (sembilan) informan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kebijakan Kartu Lansia Jakarta didasarkan pada adanya peningkatan populasi penduduk lanjut usia di Provinsi DKI Jakarta dan melaksanakan amanat Peraturan Gubernur Nomor 100 Tahun 2019 tentang Pemberian Bantuan Sosial PKD terhadap Lanjut Usia. KLJ ini diformulasikan dengan melakukan koordinasi dengan pihak terkait, seperti Dinas Sosial, Bappeda, BPKD, DPRD serta Bupati/Walikota, Camat dan Lurah, dan Bank DKI. Sosialisasi KLJ dilakukan melalui media online, pendamping sosial, penyuluh sosial dan juga RT/RW. Implementasi kebijakan KLJ ini dinilai sudah tepat sasaran, dengan melakukan verifikasi dan musyawarah kelurahan untuk menentukan penerima KLJ. Tanggapan terhadap KLJ juga mendapat respon positif karena dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia, seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan perlindungan dan kebutuhan sosial lansia. Namun, KLJ belum dapat memenuhi kebutuhan lansia atas penghargaan dan kebutuhan aktualisasi. Belum terpenuhinya kebutuhan tersebut ternyata berkaitan dengan adanya ageism pada proses kebijakan Kartu Lansia Jakarta. Adanya ageism berupa streotipe implisit terhadap kondisi lansia antara lain terungkap dari kenyataan tidak dilibatkannya lansia secara langsung dalam tahapan formulasi dan evaluasi kebijakan. 

The percentage of Indonesia's elderly population is increasing from time to time, creating challenges and socio-economic impacts. Therefore, a policy that is in accordance with the needs and rights of the elderly is needed. This study aims to describe the Jakarta Lansia Card policy process in relation to meeting the basic needs of the elderly and ageism. This research is a descriptive research with qualitative method. Data collection was carried out during June 2022 through in-depth interviews with 9 (nine) informants. The selection of informants was done by purposive sampling. The results showed that the Jakarta Elderly Card policy process was based on an increase in the elderly population in DKI Jakarta Province and carried out the mandate of Governor Regulation Number 100 of 2019 concerning the Provision of PKD Social Assistance to the Elderly. This KLJ is formulated by coordinating with related parties, such as the Social Service, Bappeda, BPKD, DPRD as well as Regents/Mayors, Camat and Lurah, and Bank DKI. KLJ socialization is carried out through online media, social assistants, social instructors and also RT/RW. The implementation of this KLJ policy is considered to have been right on target, by conducting verification and village meetings to determine the recipient of the KLJ. The response to KLJ also received a positive response because it can meet the basic needs of the elderly, such as physiological needs, protection needs and social needs of the elderly. However, KLJ has not been able to meet the needs of the elderly for appreciation and actualization needs. The unfulfilled need is apparently related to the ageism in the Jakarta Elderly Card policy process. The existence of ageism in the form of implicit stereotypes on the condition of the elderly is revealed, among others, from the fact that the elderly are not directly involved in the formulation and evaluation stages of policies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Martina Suminar
"ABSTRAK
Kesepian merupakan masalah psikis yang sering terjadi pada lansia sebagai akibat dari berbagai perubahan akibat proses penuaan. Masalah ini merupakan salah satu faktor penentu kualitas tidur pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kesepian dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Abadijaya. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan cluster sampling pada 107 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen Skala Kesepian UCLA untuk mengukur kesepian dan Indeks Kualitas Tidur Pisttsburgh untuk mengukur kualitas tidur. Hasil penelitian ini berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kualitas tidur lansia di Desa Abadijaya (p value = 0,295; α = 0,05). Perawat komunitas perlu menjaga tingkat kesepian yang rendah pada lansia dengan meningkatkan kegiatan sosial lansia seperti posyandu lansia.
ABSTRACT
Loneliness is a psychological problem that often occurs in the elderly as a result of various changes due to the aging process. This problem is one of the determinants of sleep quality in the elderly. The purpose of this study was to determine the relationship between loneliness and sleep quality in the elderly in Abadijaya Village. This research method used a cross sectional approach with cluster sampling on 107 respondents. Data collection used the UCLA Loneliness Scale instrument to measure loneliness and the Pisttsburgh Sleep Quality Index to measure sleep quality. The results of this study based on the results of the chi-square analysis found that there was no significant relationship between loneliness and sleep quality in the elderly in Abadijaya Village (p value = 0.295; α = 0.05). Community nurses need to maintain a low level of loneliness in the elderly by increasing social activities for the elderly such as posyandu for the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jundi Afif Utomo
"Penelitian ini membahas hubungan antara partisipasi di Posbindu Lansia dengan tingkat kesepian lansia di kelurahan Depok Jaya Kota Depok. Hasil penelitian menemukan bahwa pengaruh partisipasi lansia dalam kegiatan posbindu sebesar hampir 5 kali terhadap tingkat kesepian lansia. Sementara dukungan keluarga dan partisipasi hanya sebesar 2 kali pengaruhnya terhadap kesepian lansia. Hal ini disebabkan kegiatan posbindu lansia yang sangat banyak dan bervariasi. saran saya selaku peneliti adalah sebagai berikut: (1) pengembangan lebih lanjut kegiatan posbindu yang sudah ada (2) partisipasi pemerintah dalam penyelanggaraan dan pengembangan kegiatan sosial-keagamaan (3) pengembangan program pemberdayaan lansia dengan sasaran keluarga lansia.

This study examines the relationship between Elderly participation in Posbindu with elderly loneliness levels at urban kelurahan Depok Jaya, Kota Depok. The study found that the effects of participation in the activities Posbindu elderly by almost 5 times the rate of lonely elderly. While family support and participation by only 2 times the effect on the lonely elderly. This is due to the activities Posbindu elderly are many and varied, such as the activities of theatre or music. Based on the findings above, my advice as a researcher is as follows: (1) develop further government Posbindu activities that have been held in each kelurahan. (2) participate in development of socio-religious activities. (3) develop empowerment programs targeting elderly seniors family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Melinda
"Kesepian merupakan perasaan yang umum terjadi pada lansia yang tinggal di suatu institusi. Kesepian adalah perasaan yang bersifat subjektif. Tujuan dari literatur review ini yaitu untuk mengetahui kesepian yang terjadi pada lansia yang tinggal di institusi perawatan lansia. Literature review ini dicari dengan menggunakan 4 database (Scholar, Ebsco, ProQuest, Science Direct). Penelusuran literatur dilakukan pada bulan Juni-Juli 2020. Metode PRISMA digunakan dalam literature review ini untuk menilai judul, abstrak, full-text, juga metodologi. Terdapat 10 studi dari literatur yang ditemukan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Studi dilakukan diberbagai negara. Sampel pada penelitian ini minimal 11 dan maksimal 250. Lansia yang tinggal di Panti merasa kesepian. Kesepian digambarkan sebagai perasaan sedih, sendiri, bosan, tidak menyenangkan. Faktor yang mempengaruhi kesepian terdiri dari usia, jenis kelamin, tempat tinggal, status pernikahan, kontak sosial, keterlibatan sosial, kepuasan hidup, status pekerjaan, penyakit atau gangguan fungsional, serta dukungan sosial.

Loneliness is a feeling that is common in the elderly who live in nursing homes, feelings that are subjective. The purpose of this review literature is to find out the loneliness that occurs in the elderly who live in the nursing homes. This literature review was searched four online databases (Scholar, Ebsco, ProQuest, Science Direct). Literature search was conducted in June-July 2020. The PRISMA method guided review, title, abstract, full-text, and methodology. There are 10 studies from the literature found which met inclusion criteria. Studies conducted in various countries. The sample in this study is a minimum of 11 and a maxium of 227. Elderly describes loneliness as feeling sad, alone, bored, not a lot of fun. Factors affecting loneliness include age, sex, residence, marital status, social contact, social involvement, life satisfaction, work status, illness or functional impairment, and social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sopi Puji Astuti
"Stres lansia pada masa pensiun merupakan hal yang wajar ketika lansia tidak mempunyai pekerjaan, jabatan, keuangan, dan kehormatan yang dimiliki oleh lansia. Lansia yang mengalami stres mmepunyai respon pertahanan tubuh untuk melawan stressor. Pertahanan tersebut disebut koping. Koping yang digunakan lansia yaitu koping adaptif dan maladaptif.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan tingkat stres dan koping lansia pada masa pensiun. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melibatkan 84 lansia pensiun yang diambil menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 55,95% lansia pada masa pensiun memiliki tingkat stres sedang dan 51,2% lansia pada masa pensiun menggunakan koping maladaptif. Penelitian ini memberikan implikasi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan, penelitian selanjutnya, dan lansia dalam menjalani kehidupan pada masa pensiun.

Stress got by elderly in retirement is a proper case when they do not have a job, department, finances, and the honor. The elderly who suffer from stress have immune response to against the stressor. It is named coping. The copings used by elderly namely adaptive and maladaptive.
This study was aimed to explain or describe the level of stress and coping suffered by them. Design of this study employed a descriptive study involving 84 riterement elderly, determined by using total sampling technique.
The results showed 56.0% elderly in retirement have moderate level of stress and 51.2% were maladaptive coping. This study proposed some implications to improve the quality of nursing care, nursing education, further studies, and life of the elderly in retirement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Dewina
"Kesepian merupakan salah satu gangguan psikososial yang disebabkan oleh isolasi sosial dan emosional. Pandemi COVID-19 memberikan dampak berupa isolasi sosial akibat dari pembatasan sosial. Lansia termasuk dalam kelompok rentan terdampak COVID-19. Selama masa pandemi COVID-19 lansia mengalami pembatasan interaksi sosial sehingga berdampak mengalami kesepian. Kesepian dapat diatasi oleh beberapa faktor diantaranya dengan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesepian dengan dukungan sosial pada lansia di Pelayanan Kesehatan Sosial di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 95 lansia (> 60 tahun), dikumpulan dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah The University of California Los Angeles Loneliness Scale version 3 dan Social Support Quistionaire. Hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05). Sehingga, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kesepian dengan dukungan sosial pada lansia. Dukungan sosial dapat dtingkatkan selama masa transisi dan atau sudah mulai selesainya PPKM untuk mnegurangi risiko kesepian pada lansia.

Loneliness is one of the psychosocial disorders caused by social and emotional isolation. The COVID-19 pandemic has had an impact in the form of social isolation due to social distancing. The elderly are among the vulnerable groups affected by COVID-19. During the COVID-19 pandemic, the elderly experienced restrictions on social interactions, which resulted in experiencing loneliness. Loneliness can be overcome by several factors including social support. This study aims to identify the relationship between loneliness and social support in the elderly at the Social Health Service in Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-sectional design. The number of respondents to this study was 95 elderly (> 60 years), collected using purposive sampling techniques. The instruments used are The University of California Los Angeles Loneliness Scale version 3 and Social Support Quistionaire. The results of the study obtained a p value of 0.000 (p<0.05). Thus, it can be concluded that there is a relationship between loneliness and social support in the elderly. Social support can be increased during the transition period and or the completion of PPKM to reduce the risk of loneliness in the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Raniaputri Hendraswara
"Hubungan sosial di tempat kerja adalah hal yang vital untuk kesejahteraan karyawan. Pengaturan kerja pada karyawan memiliki potensi untuk memengaruhi dinamika hubungan sosial karyawan. Hubungan sosial karyawan di berhubungan dengan kesejahteraan karyawan. Penelitian ini mengeksplorasi peran moderasi dari variabel persepsi dukungan sosial pada hubungan kesepian di tempat kerja dengan kelalahan emosional pada karyawan di Indonesia yang mempunyai pengaturan kerja yang beragam akibat dari adanya pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode survei menggunakan alat ukur adaptasi dari MBI-GS oleh Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) untuk mengukur kelelahan emosional, alat ukur adaptasi WDQ oleh Morgenson & Humprey (2006) untuk mengukur persepsi dukungan sosial, dan alat ukur adaptasi LAWS oleh Wright, Burt, & Strongman (2006) untuk mengukur kesepian di tempat kerja. Hasil uji hipotesis melalui analisis regresi menggunakan PROCESS Model by Hayes di software SPSS pada 201 karyawan dari berbagai organisasi di Indonesia yang menjadi partisipan, menghasilkan temuan utama penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial memainkan peran moderasi yang signifikan dalam hubungan antara kesepian di tempat kerja dan kelelahan emosional. Implikasinya menekankan perlunya perhatian terhadap aspek dukungan sosial dalam lingkungan kerja untuk mengurangi kesepian untuk bisa melindungi karyawan dari kelelahan emosional terutama dalam era kerja yang terus berubah dan bervariasi.

Social relationships in the workplace are vital to employee well-being. Employees' work arrangements have the potential to influence the dynamics of employees' social relationships. Employee social relations are related to employee welfare. This research explores the moderating role of the variable perceived social support on the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion in employees in Indonesia who have diverse work arrangements as a result of the Covid-19 pandemic. This research is a non-experimental study with a survey method using the MBI-GS adaptation measuring instrument by Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) to measure emotional exhaustion, the WDQ adaptation measuring instrument by Morgenson & Humphrey (2006) to measure perceptions of support social, and the LAWS adaptation measuring tool by Wright, Burt, & Strongman (2006) to measure loneliness in the workplace. The results of hypothesis testing through regression analysis using the PROCESS Model by Hayes in SPSS software on 201 employees from various organizations in Indonesia who were participants, produced the main research findings showing that perceived social support plays a significant moderating role in the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion. The implications emphasize the need to pay attention to aspects of social support in the work environment to reduce loneliness in order to protect employees from emotional exhaustion, especially in an era of work that continues to change and vary."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Shiny Frederika
"Kesepian umum terjadi pada individu dewasa awal, usia yang penuh perubahan dan instabilitas. Meski umum, kesepian berdampak buruk bagi kehidupan individu sehingga perlu diatasi. Penerapan mindfulness, salah satunya yaitu, interpersonal mindfulness, diusulkan dapat mengatasi kesepian dalam konteks relasi sosial. Penelitian ini melihat hubungan antara interpersonal mindfulness dan kesepian pada 149 individu berusia 18-25 tahun. Kesepian diukur dengan UCLA Loneliness Scale Revised Version 3 dan interpersonal mindfulness dengan Interpersonal Mindfulness Scale. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara interpersonal mindfulness dan kesepian. Temuan ini menunjukkan bahwa interpersonal mindfulness tidak berkaitan langsung dengan tingkat kesepian pada individu dewasa awal.

Loneliness commonly occurs in young adults, a period marked by change and instability. Despite its prevalence, loneliness adversely impacts individuals' lives and requires intervention. Mindfulness practices, such as interpersonal mindfulness, are suggested to address loneliness within social relationships. This study examines the relationship between interpersonal mindfulness and loneliness in 149 individuals aged 18-25 years. Loneliness was assessed using the UCLA Loneliness Scale Revised Version 3, while interpersonal mindfulness was measured using the Interpersonal Mindfulness Scale. The research findings indicate no significant relationship between interpersonal mindfulness and loneliness. These findings suggest that interpersonal mindfulness does not directly correlate with loneliness levels in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Annisa
"Lansia berisiko tinggi mengalami kualitas tidur buruk sehingga banyak masalah kesehatan yang mungkin muncul karena penurunan kepuasan tidur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada lansia. Studi cross sectional dilakukan di empat Panti Sosial Tresna Werdha PSTW wilayah DKI Jakarta. Sampel penelitian berjumlah 103 lansia dengan rentang usia 60 sampai 111 tahun dan rerata 71,06 tahun. Instrumen yang digunakan berupa Sleep Hygiene Index SHI untuk menilai sleep hygiene dan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI untuk mengkaji kualitas tidur pada lansia.
Hasil penelitian menunjukkan 51,5 lansia memiliki sleep hygiene buruk dan 81,6 mengalami kualitas tidur yang buruk. Ada hubungan yang signifikan antara sleep hygiene dan kualitas tidur p = 0,0001; r 0,321; OR 7,834; 95 CI 2,121 ndash;29,005 . Lansia dengan sleep hygiene baik memiliki peluang 7,8 kali lebih besar mengalami kualitas tidur baik daripada lansia dengan sleep hygiene buruk.
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut terkait faktor yang paling berpengaruh terhadap gangguan tidur lansia berdasarkan komponen pengkajian kualitas tidur PSQI yang dipengaruhi sleep hygiene. Praktik sleep hygiene memengaruhi baik atau buruknya kualitas tidur lansia di panti. Perawat berperan dalam program promotif terkait sleep hygiene pada lansia sehingga kualitas tidurnya dapat meningkat.

Older adults have a high risk of poor sleep quality and so many health problems that may occur due to decreased sleep satisfaction. This study purposes to determine the relationship of sleep hygiene and sleep quality in elderly. The cross sectional study was conducted at four Elderly Care Institutions in DKI Jakarta. This research sample consisted of 103 elderly people who ranged from 60 to 111 years and mean age was 71,06. Data were collected with two instruments, Sleep Hygiene Index SHI for measuring sleep hygiene and the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI for assessing sleep quality in the elderly.
The results showed 51,1 of elderly had poor sleep hygiene and 81,6 experienced poor sleep quality. It was explored that there was a significant relationship between sleep hygiene and sleep quality p 0,0001 r 0,321 OR 7,834 95 CI 2,121 ndash 29,005. The elderly with good sleep hygiene has a 7,8 times greater chance of experiencing better sleep quality than the elderly with poor sleep hygiene.
Further research is expected to conduct for the most influential factors to elderly sleep disorders based on the sleep qualities components PSQI which are influenced by sleep hygiene. Sleep hygiene practice can influence a good or poor sleep quality of elderly in institution. The nurses have a role by promoting sleep hygiene among elderly people and thus the quality of sleep should be increased.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>