Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihaloho, Rona Monika
"Program Badan POM Goes to Community merupakan program inovasi untuk mengkampanyekan/mempromosikan Cek KLIK kepada masyarakat, agar selalu menerapkan Cek KLIK saat membeli/memilih, mengonsumsi/menggunakan produk obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetik yang aman, bermanfaat dan bermutu sehingga terhindar dari produk yang mengandung BKO/bahan berbahaya dan TIE yang merugikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kader pada kegiatan KIE beserta determinannya, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross-sectional pada 90 kader program Badan POM Goes to Community yang dipilih dengan cara simple random sampling. Data variabel dependen dikumpulkan dengan metode wawancara, sedangkan data variabel independen dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri melalui link google form. Seluruh data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan jumlah kader yang berperan aktif lebih banyak daripada kader yang berperan kurang aktif. Motivasi sebagai faktor yang berhubungan dengan peran kader (p-value = 0,037; OR = 2,762) dimana kader yang memiliki motivasi tinggi berpeluang 2,8 kali untuk berperan aktif pada kegiatan KIE dibandingkan kader yang memiliki motivasi rendah setelah dikontrol oleh pelatihan dan insentif yang merupakan confounding pada hubungan tersebut. Motivasi kader dapat ditingkatkan melalui perlombaan kreativitas dalam rangka mempromosikan Cek KLIK dan pendampingan berkesinambungan dari mentor Badan POM kepada kader.lic

The NA-DFC Goes to Community program is an innovative program to campaign/promote Check KLIK to the pub, so that they always apply Check KLIK when buying/choosing, consuming/using traditional medicine products, health supplements and cosmetics that are safe, useful and of high quality so as to avoid products containing BKO/hazardous ingredients and TIE that are harmful to health. This study aims to analyze the role of cadres in IEC activities and its determinants, using a quantitative approach with a cross-sectional design on 90 cadres of the NA-DFC Goes to Community program selected by simple random sampling. Data on the dependent variable were collected by interview method, while data on the independent variable were collected by filling out the questionnaire independently through the google form link. All data were analyzed univariately, bivariately and multivariately. The results of analysis showed that the number of cadres who played an active role was more than cadres who played a less active role. Motivation as a factor associated with the role of cadres (p-value = 0,037; OR = 2,762), where cadres who have high motivation are 2,8 times more likely to play an active role in IEC activities than cadres who have low motivation after controlling for training and incentivies, which are confounding the relationship. The motivation of cadres can be increased by holding creativity contests to promote Check KLIK and by providing mentoring from NA-DFC mentors of cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dignan, Mark B.
Philadelphia: Lea & Febiger, 1981
613.07 DIG i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Eriska
"Mahasiswa sering memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sebagai wujud pengabdian. Namun beberapa fakta dan hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kegiatan tersebut tidak didukung dengan upaya mahasiswa untuk menjaga kesehatan diri sendiri. Responden penelitian adalah 149 mahasiswa yang aktif sebagai pengurus departemen pengabdian masyarakat BEM se-UI (total sampling). Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi gambaran upaya menjaga kesehatan pada responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 29,5% responden yang memiliki perilaku baik dalam menjaga kesehatan. Hasil ini tidak sesuai dengan aktivitas yang sering dilakukan oleh responden, sehingga peneliti menyarankan kepada pengurus departemen pengabdian masyarakat perlu lebih memperhatikan kesehatan pada diri sendiri agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan optimal.

Students often give health education to the community as a matter of social caring. However, some facts and results of other studies have shown that the activity is not supported by the efforts of students in maintaining their own health. The respondents were 149 students who actively joined the community services department at BEM UI (total sampling). The research used a simple descriptive design. The purpose of this study is to identify the health care effort of the respondents. The instrument of this study was questionnaire.
The results showed that only 29,5% of respondents had good behavior in maintaining health. These results does not correspond to activities that are performed by the respondents, so researcher suggested the respondent to increase their health care effort in order to give the community service optimaly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43261
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmono Widagdo
"Salah satu kebijaksanaan pemerintah dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat adalah Posyandu. Dalam kegiatan KIA di Posyandu kader mempunyai tiga peranan, yaitu memimpin, mengelola, dan sebagai pengguna sendiri. Kader diharuskan untuk membaca dan secara bertahap mempelajari buku KIA yang merupakan petunjuk nasional setelah mereka melakukan kegiatan Posyandu sebagai evaluasi atas apa yang telah mereka kerjakan. Penggalian buku KIA dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas, Kedungadem, Bojonegoro masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ciri-ciri dan peran kader Posyandu yang berkaitan dengan buku KIA di wilayah kerja Puskesmas. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan populasi 64 kader Posyandu sebagai sampel di wilayah kerja Puskesmas. Analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi, dan bivariat dengan Chi-square untuk mengetahui hubungannya. Variabel-variabel yang berpengaruh dites dengan multiple logistic-regression. Hasil penelitian: responden usia kurang dari 35,2 tahun (56%), lama bekerja dirumah kurang dari 8 jam per hari (58%), pendapatan keluarga kurang dari upah minimal daerah (66%), sekolah dasar (81%), lama bekerja 8 tahun/lebih (52%), mengikuti pelatihan lebih dari 2 kali (81%), pengetahuan buruk (56,25%), berperan sebagai pengawas buku KIA (76,56%), Variabel-variabel yang berhubungan dengan penggalian buku KIA adalah lama bekerja di rumah (p=0,017), peran sebagai pengawas (p=0,016), dan peran sebagai pengelola (p=0,003). Variabel yang paling berpengaruh terhadap penggunaan buku KIA adalah peran pengawas (p=0,032) dengan EXP (B)= 6,630. Karakteristik umur dan lama bekerja di rumah berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA. Karakteristik pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, masa kerja kader, frekuensi pelatihan, dan tingkat pengetahuan kader tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA. Saran bagi Puskesmas adalah meningkatkan pengetahuan kader Posyandu melalui konseling dan pada pertemuan di Puskesmas mereka diharuskan untuk hadir secara rutin, berpartisipasi secara aktif dalam setiap program dan melaksanakan perannya sesuai dengan kegiatan di Posyandu.

One of the government policies for maternal and child health (KIA) service based on community is Posyandu (Primary Health Care). In the activity of KIA in Posyandu cadres have three roles, such as executive, manager and consumer or user. Cadres have to read and gradually to study KIA book as national guidance after they have finished their activities in Posyandu as the evaluation to what they have done. In the KIA activities in Posyandu the exploration of KIA book in the working area at Puskesmas (Public Health Centre), Kedungadem, Bojonegoro is still low. The research aim is to analyze the influence of Posyandu cadre characteristics and roles concerning with the KIA Book in the working area of Puskesmas. This research has been done by cross sectional approach, with the population of 64 Posyandu cadres as sample in the working area of Puskesmas. The univariate analyzis has been done for the frequency distribution, the bivariate analyzis tested by Chi Square to know the relation. Variables which statistically significant tested by the multiple logistic regression-multivariate. Research results: respondent ages < 35.2 years old (56%), working duration at home < 8 hours per day (58%), family income less than regional minimum income (66%), elementary education (81%) year of service ≥ 8 year (52%), training ≥ 2 times (81%), poor knowledge (56.25%), good role as executor of the KIA book (76.56%), good role as the KIA book manager (56,25%), the exploration of the KIA book (56.25%). Related variables in the exploration of the KIA Book are the working duration at home (p=0.017), role as executor (p=0.016), role as manager (p=0.003). The most influenced variable of the use of KIA book is the role as executor (p=0.032), EXP (B)= 6.630). Age and working duration at home influence the utilization of KIA book by Posyandu Cadres. Family income, education level, length of service, training frequency, and knowledge do not affect the utilization of KIA book. Suggestion to Puskesmas is to increase the Posyandu cadre knowledge through counselling and at the time of meeting in Puskesmas, they have to be present and to joint routinely, active participation and conducting the role according to the duty in Posyandu."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengalaman belajar lapangan (PBL) merupakan salah satu dari program pembelajaran berbasis masyarakat yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (FK UNIMAL). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang paling mempengaruhi nilai akhir mata ajaran PBL. Kuesioner dibagikan kepada seluruh mahasiswa FK UNIMAL yang mengambil FES pada semester genap tahun 2007. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 September 2007. Data dianalisis dengan STATA versi 9.0 menggunakan metode regresi Cox. Penelitian ini diikuti oleh semua mahasiswa FK UNIMAL sebanyak 108 orang. Gender, nilai kumulatif, dan ketepatan mahsiswa mengikuti PBL mempengaruji nilai akhir PBL. Mahasiswa yang mempunyai nilai kumulatif sebelumnya yang tinggi dibandingkan dengan yang rendah berpeluang 72% untuk mendapat nilai akhir PBL yang tinggi [risiko relatif suaian (RRa) = 1,72; 95% intrval kepercayaan (CI) = 1,22-2,43). Sedangkan mahasiswa perempuan dibandingkan mahsiswa laki-laki mempunyai kemungkinan 39% mendapat nilai yang lebih besar (RRa = 1,39; 95% CI = 0,93-2,09; P = 0,111). Mahasiswa yang mengambil PBL tepat waktu dibandingkan dengan tidak tepat waktu mempunyai peluang 29% nilai FES lebih baik (RR = 1,29; CI = 0,96-1,73; P = 0,088). Pada PBL, perhatian khusus perlu diberikan kepada mashasiswa dengan nilai kumulatif sebelumnya yang kurang untuk meningkatkan nilai performa mereka.

Abstract
Field experience study (FES) is one of the Community Based Medicine Education Programs that has done in Faculty of Medicine University of Malahayati. The aims of this study were to identify several factors related to final FES score. The questionnaires were given for all field study participants. It consisted of students? characteristics and perception on field study. This FES was conducted on 3 September 2007. Cox regression was used to analyze data using STATA version 9.0. Gender, previous GPA, time of taking FES was dominant risk factors related to risk of FES score. The students who had higher cumulative Grade Point Average (GPA) had 72% higher on final FES score [adjusted relative risk (RRa) = 1.72; 95% Confidence interval (CI) = 1.22-2.43). Female than male students had 39% higher final FES score (RRa = 1.39; 95% CI = 0.93-2.09; P = 0.111), and the students who took than who did not take FES on recommended year of study had 29% higher final FES score (RR = 1.29; 95% CI = 0.96-1.73; P = 0.088). While conducting FES, special attention should be given to students who had previous GPA in order to increase their final FES score."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Malahayati, Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rosnini Savitri
"Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 390 per 100.000 Kelahiran hidup (SDKI, 1994) dan Angka Kematian Bayi 54 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 1997), sementara itu di Sumatera Barat Angka Kematian Ibu 330/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 47/1000 kelahiran hidup (BPS 1998).
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi pemerintah melaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah melalui kegiatan kesehatan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mutu proses KIE di Posyandu dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Padang Pariaman.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel penelitian adalah kader Posyandu yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman dan pengambilan sampel studi kuantitatif dilaksanakan dengan cara stratifikasi random sampling sebanyak 110 kader Posyandu dan studi kualitatif diambil secara purposif sebanyak 4 orang kader Posyandu dan 4 orang pembina lapangan (Bidan Desa).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,3 % mutu proses KIE kurang, 36,4 % sedang dan 16,4 % baik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar Posyandu di Kabupaten Padang Pariaman memiliki mutu proses KIE yang masih rendah. Faktor pengetahuan kader, pembinaan kader dan supply sarana penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna (p< 0.05) dengan mutu proses KIE di Posyandu. Disamping itu faktor pengetahuan kader mempunyai hubungan yang paling kuat dengan mutu proses KIE setelah faktor lain dikontrol.
Penelitian ini menyarankan adanya pelatihan kader dan penyegaran kader secara berkala dalam rangka meningkatkan pengetahuan kader, meningkatkan pembinaan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, bantuan dana untuk melengkapi sarana penyuluhan terutama media penyuluhan dalam rangka meningkatkan mutu proses KIE di Posyandu tersebut.

Quality Analysis of Posyandu Communication Information and Education Process and its related factors in Padang Pariaman regency West Sumatra Province 2000.Maternal Mortality Rate in Indonesia is 390 per 100.000 live births (SDKI, 1994) and the Infant Mortality Rate is 54 per 1.000 live births (Indonesian Health Profile, 1997). Meanwhile in West Sumatra the Maternal Mortality Rate is 330/100.000 live birth and infant Mortality Rate 47/1.000 live birth (BPS 1998).
In order to decrease the maternal mortality and infant mortality rate, the government has performed various people empowerment programs. One of the programs is through health activities in Posyandu (Integrated Service Point).
This research is intended to obtain the profile of Communication Information and Education process quality in the Posyandu and its related factors. This research was performed in Regency of Padang Pariaman.
The research design is Cross Sectional Survey. The research samples are Posyandu personnel that are available in Padang Pariaman Regency and sampling method was stratified random sampling towards 110 personnel and the qualitative sampling was done purposively towards 4 Posyandu personals and 4 field workers (Village Midwives).
The result of this research indicates that 47.3% the Communication Information and Education quality process is poor, 36.4% is moderate and 16.4% is good. This concludes that quality of KIE process still slow. Furthermore, this study showed cadres skills, supervision of cadres and support of media supplies are factors related significantly to the quality of Communication information and Education process. By using multiple logistic regressions, it is shown that cadres skills is the most important factors.
This research recommends that Puskesmas (and other higher health responsibilities) to always provide support to improve knowledge & skills of cadres in Communication Information and Education / Health promotion. Furthermore, it is impentive that each Posyandu is provided well with health promotion media, such as rehearsal promotion sheets/posters.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Herawati
"ABSTRAK
Program Dokter Kecil merupakan upaya pendekatan edukatif dalam rangka mewujudkan perilaku sehat diantaranya perilaku kebersihan perorangan, dimana anak didik dilibat-aktifkan sebagai pelaksananya. Kotamadya Yogyakarta telah melaksanakan program ini sejak tahun 1984, namun sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi sejauh mana program tersebut telah dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan program Dokter Kecil dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktek kebersihan perorangan siswa-siswa SDN di Kotamadya Yogyakarta.
Untuk keperluan tersebut diatas dilakukanlah penelitian dengan rancangan pra Eksperimen dan menganalisa hasil pengukuran dari kelompok expose setelah mendapat perlakuan dan hasil dari kelompok non expose yang tidak mendapat perlakuan ( Ex Post Facto Analysis). Penelitian ini dengan tujuan : a) Diperolehnya informasi ada tidaknya perbedaan bermakna pengetahuan, sikap dan praktek kebersihan perorangan antara siswa-siswa SDN yang telah melaksanakan program Dokter Kecil dengan siswa-siswa SDN yang belum melaksanakan program Dokter Kecil, b) Diperolehnya informasi ada tidaknya hubungan program Dokter Kecil di SDN dengan pengetahuan, sikap dan praktek kebersihan perorangan siswa-siswa SDN.
Hasil penelitian ini adalah bahwa :a) Pengetahuan dan praktek kebersihan perorangan pada siswa-siswa SDN yang telah melaksanakan program Dokter Kecil lebih baik secara bermakna dari pada siswa-siswa SDN yang belum melaksanakan program tersebut. Sedangkan sikap kebersihan perorangan pada siswa-siswa SDN yang telah melaksanakan program Dokter Kecil tidak lebih baik secara bermakna dari pada siswa-siswa SDN yang belum melaksanakan program tersebut, b) Ada hubungan yang bermakna antara program Dokter Kecil dengan pengetahuan dan praktek kebersihan perorangan siswa SDN, namun hubungan Program Dokter Kecil dengan sikap kebersihan perorangan siswa tidak bermakna.
Saran ditujukan kepada SDN yang telah melaksanakan program Dokter Kecil agar : a) Mengirimkan 6 - 12 anak didiknya pada penataran Dokter Kecil secara berkesinambungan setahun sekali. b) Melengkapi Dokter Kecilnya dengan buku catatan kegiatan baik milik perseorangan maupun kolektif, c) Memberi kesempatan kepada Dokter Kecil untuk melakukan penyuluhan pada siswa-siswa lainnya. d) Menyediakan fasilitas penunjang kebersihan perorangan secara kontinyu, e) Melibat-aktifkan Dokter Kecil dalam penyuluhan dan pemeriksaan kebersihan perorangan, f) Membuatkan jadwal kegiatan untuk Dokter Kecil, g) Membimbing Dokter Kecil agar mau dan mampu melakukan penyuluhan pada siswa-siswa lainnya .
Saran juga ditujukan kepada Team Pembina Program UKS dan Dokter Kecil ditingkat kecamatan agar : a) Mengadakan penataran UKS dan refreshing bagi guru-guru UKS mininal 1 tahun sekali, b) Membimbing guru-guru UKS /ORKES dalam melaksanakan kegiatan Dokter Kecil di sekolah, c) Mendorong Sekolah-sekolah Dasar yang belum melaksanakan program Dokter Kecil? agar segera memulainya dengan menatar anak didiknya menjadi Dokter Kecil. d) Menyelenggarakan anjangsana ke sekolah-sekolah Dasar yang telah melaksanakan program Dokter Kecil dengan balk. Kepada Team Pembina UKS tingkat II, tingkat I dan Pusat, agar a) Tetap mengupayakan dana stimulan untuk penataran Dokter Kecil di daerah, b) Mengembangkan program Dokter Kecil.
Bagi penelitian lain yang berminat pada program UKS dan Program Dokter Kecil agar meneliti lebih lanjut hubungan program Dokter Kecil dengan Sikap kebersihan perorangan siswa-siswa SDN."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Faktor politik, ekonomi, historis, sosial-budaya dapat menimbulkan masalah kesehatan pada masyarakat migran. Di dunia terdapat beberapa lokasi migran, di antaranya di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar yang diperkirakan lebih dari 1 juta orang Myanmar bermigrasi ke Thailand. Area tersebut merupakan tempat dengan prevalensi tertinggi malaria di Asia dan peningkatan jumlah penderita Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Thailand dan Myanmar mengadakan pertemuan untuk kerjasama untuk menang-gulangi masalah kesehatan masyarakat di perbatasan tersebut. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, Organisasi Kesehatan se Dunia (WHO) yang ditunjang United Kingdom Department for International Development (DFID), menyediakan dana aktifitas program terebut. Hal ini termasuk diadakannya Program Kesehatan Perbatasan yang dimulai pada tahun 2001. Program ini untuk meningkatkan taraf kesehatan penduduk migrant. Salah satu elemen kunci ialah ialah pengumpulan data dan membuat sistem, koordinasi, pelatihan dan distribusi informasi. Implikasi keberhasilan program terkait dengan koordinasi yang sedang berjalan dengan beberapa pelaku program, termasuk pemerintah, lembaga sosial masyarakat, donor, peneliti, dan beberapa agensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Beberapa hasil program tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran di tempat serupa yang lain, dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Abstract
Migrant populations are often vulnerable, and various political, economic, cultural, historical and social situations can make it especially challenging to address public health issues. Not attending to these issues poses increased risks for the migrants, the people in the country they live in, eventually, the rest of the world. There are many locations high density with density population migrants throughout the world, amongst there are the Thailand/Myanmar border it is estimated more than one million migrants have crossed from Myanmar into Thailand. This area has one of Asia?s highest malaria infection rates and an increased prevalence of tuberculosis. In 2000, the Ministers of Health of Thailand and Myanmar met jointly to address the public health issues in the border area. Following this meeting the World Health Organization, supported by United Kingdom Department for International Development (DFID), provided funding to support program activities. This included the establishment of the Border Health Program which was initiated in 2001. The Thai/Myanmar Border Health Program sought to improve the health of the most vulnerable populations on the border, and key elements of the program were data collection and system development, coordination, training and information distribution. Implicit to the success of the program was ongoing coordination with the various players, including the governments, non-governmental organizations (?NGOs?), donors, researchers and UN agencies. Several lessons were learned which can be applied in similar settings, and needs for research and study were identified."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, WHO Thai/Myanmar Border Health Program Officer], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Turner, C.E.
St. Louis: Mosby, 1963
613.07 TUR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arsyad
"Program PHBS adalah salah satu kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1997, program ini meliputi 5 settling yakni setting rumah tangga, tempat kerja, tempat umum, institusi sekolah dan tempat ibadah. Promosi kesehatan ini diarahkan kepada perubahan perilaku mengenai hidup bersih dan sehat, untuk itu dilakukan strategi-strategi yang dikenal dengan S2PHBS (Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Menurut L. Green (1984), promosi kesehatan merupakan kombinasi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, sumber daya organisasi dan upaya kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk memunculkan perilaku yang menguntungkan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Eksperimen Sernu, Sekolah Dasar Negeri 008 Sidodadi Kecamatan Wonomulyo sebagai kelompok eksperimen dan Sekolah Dasar Negeri 003 Lampa Kecamatan Mapilli sebagai kelompok kontrol. Jumlah sampel pada kelompok eksperimen sebesar 122 murid dan kelompok kontrol 107 murid. Metode pendidikan kesehatan yang dipilih adalah metode ceramah, tanya jawab, alat peraga, bermain peran dan dinamika kelompok.
Hasil perlakuan program PUBS menunjukkan hubungan bermakna pada pengetahuan murid mengenai hidup bersih dan sehat pada kemaknaan < 0,05 dengan P-value sebesar 0,01 dan sikap P-value sebesar 0,01 < 0,05, sedangkan pada praktek secara statistik terbukti tidak adanya hubungan program PHBS terhadap perilaku murid mengenai hidup bersih dan sehat dengan kemaknaan ? 0,1 dengan hasil uji statistik P. value sebesar 0,13 menurut pengamatan orang tua dan 0,38 menurut pengamatan guru di sekolah.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai pengetahuan murid mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, minimum 28 dan maksimum 39 dengan rata-rata 35. Nilai sikap, minimum 10 dan maksimum 47 dengan nilai rata-rata 38,37 sedangkan nilai pada praktek menurut gum minimum 13 dan maksimum 26 dengan nilai rata-rata 22,37 dan menurut orang tua nilai minimum 14 dan maksimum 26 dengan nilai rata-rata praktek 21,96.
Dengan demikian penelitian ini menyarankan kepada institusi kesehatan agar melakukan strategi-strategi yang lebih mendalam seperti pembuatan model-model kepercayaan kesehatan yang lebih kondusif dalam usaha-suaha peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada setting institusi pendidikan.

The Effect of Improving Health Behaviour Program for Knowledge, Attitude and Practice about Improving Health Behaviour on State Primary School 008 Sidodadi pupils Wonomulyo District Polewali Mamasa Regency South Sulawesi Province by the year 2000.Program for Improving Health Behavior was one of policy of The Center for Health Education, Health Department Republic of Indonesia by year the 1997, this program involved home setting, schools, health institution, work place, and public place. The health promotion focussed for behavior changing how to improve health behavior, therefor have been done strategy for improving health behavior (Known with S2PHBS). According L. Green (1998), said that health promotion form health education combination, health service, organization resource, and health environment effort, which have objective for appearance a conducive health behavior.
This research use Quasi Experimental, State Primary School 008 Sidodadi Wonomulyo District Polewali Mamasa Regency was intervention group and State Primary School 003 Lampa Mapilli District Polewali Mamasa Regency was control group. Intervention group 122 respondents, control group 107 respondents. Health and group dynamic.
Intervention shown relationship on pupils knowledge about improving health behavior < 0,05 p = 0,01 and attitude P = 0,01 while practice by statistic no relationship with improving health behavior with significant > 0,1 p =0,13 according to teacher and p=0,38 according to pupils' parents.
Researched known report pupils knowledge about how to improve health behavior, according to pupils' teacher minimum 28 and maximum 39 with average 35. Attitude, minimum 10 and maximum 47 with average 38,37, while practice minimum 13, maximum 26, average 22,37. According to pupils' parents minimum 14, maximum 26 with average 21,96.
This research recommendation for health department will do strategies making health models more conducive by strategy for improving health behavior in school setting and education institution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>