Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61937 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raisha Ai Otsuka Mahpud
"Skripsi ini menyelidiki optimalisasi operasi perawatan badan bus melalui integrasi kerangka Maintenance Scorecard dan pendekatan DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). Sebuah studi kasus dilakukan di bengkel perawatan Carrosserie Bus, produsen bus utama di Indonesia. Analisis data perawatan mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan kualitas material, metode yang ketinggalan zaman, diagnosa yang tidak akurat, kurangnya protokol pencegahan, dan kendala ruang kerja. Strategi yang mencakup peningkatan rantai pasokan, adopsi alat canggih, pelatihan berkelanjutan, dan desain ulang infrastruktur diterapkan menargetkan setiap penyebab akar berikut metodologi DMAIC terstruktur. Pilot terfokus 3 bulan dalam unit perbaikan badan yang kurang optimal menyebabkan penyempurnaan sebelum implementasi selama 12 bulan di seluruh organisasi. Pengukuran kontrol termasuk prosedur operasi standar, audit berkelanjutan, dan pelacakan skor kartu memastikan keberlanjutan peningkatan kinerja dalam efektivitas, efisiensi dan keandalan. Penelitian ini memberikan kerangka kerja holistik langkah demi langkah yang menggabungkan penilaian kinerja dan perbaikan proses untuk mendorong keunggulan pemeliharaan di tengah tantangan yang kompleks. Rekomendasi praktis ditawarkan untuk membantu organisasi serupa meningkatkan ketersediaan aset. Arah penelitian ilmiah lebih lanjut disoroti termasuk pengembangan model prediktif dan perluasan aplikasi DMAIC ke fungsi terkait.

This thesis investigates the optimization of bus body maintenance operations through integrating a Maintenance Scorecard framework and the DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) approach. A case study was conducted at the maintenance workshop of Carrosserie Bus, a major bus manufacturer in Indonesia. Maintenance data analysis revealed issues related to material quality, outdated methods, inaccurate diagnostics, lack of preventive protocols, and workspace constraints. Strategies encompassing supply chain enhancements, advanced tool adoption, continuous training, and infrastructure redesign were implemented targeting each root cause following a structured DMAIC methodology. A focused 3-month pilot within the underperforming body repair unit led to refinements before a 12-month organization-wide rollout. Control measures including standard operating procedures, ongoing auditing, and scorecard tracking ensure sustainability of performance gains in effectiveness, efficiency and reliability. The research delivers a holistic step-by-step framework blending performance assessment and process improvement to drive maintenance excellence amidst complex challenges. Practical recommendations are offered to help similar organizations boost asset availability. Further scholarly directions are highlighted including predictive model development and expansion of DMAIC application to adjacent functions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karisa Zeisha Sahela
"Corrective maintenance merupakan pemeliharaan yang tidak dapat dihindari ketika kegagalan secara acak terjadi pada suatu asset. Lokomotif kereta api memiliki peran yang penting dalam menunjang kebutuhan trasnportasi darat di Indonesia. Banyaknya jumlah corrective maintenance yang terjadi sebanyak 353 peristiwa dan lamanya waktu untuk menyelesaikan corrective maintenance membuat terganggunya ketersediaan lokomotif. Sehingga, penanganan risiko terhadap corrective maintenance dibutuhkan agar banyaknya jumlah corrective maintenance dan lamanya waktu untuk menyelesaikan corrective maintenance dapat ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi penanganan risiko terhadap corrective maintenance lokomotif. Penelitian ini menggunakan metodologi Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC) yang melibatkan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) untuk menilai risiko, Pareto Chart untuk mengidentifikasi prioritas risiko, dan Impact Effort Matrix untuk memetakan strategi penanganan risiko. Hasil dari penelitian ini, yaitu terdapat 7 rumusan strategi penanganan risiko terhadap 28 prioritas risiko corrective maintenance pada lokomotif.

Corrective maintenance can not be avoided when failures occur randomly on the asset. Locomotives have an important role in supporting Indonesian land transportation. A large number of corrective maintenance that occurs as much as 353 events and the length of time to complete corrective maintenance make the availability of locomotives is decreasing. Thus, risk management of corrective maintenance is needed so that the number of corrective maintenance and the length of time to complete corrective maintenance can be eliminated. This study aims to formulate risk management strategies of corrective maintenance for Indonesian locomotives. This study uses Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC) approach involving Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) to assess risks, Pareto Chart to identify risks priority, and Impact Matrix Effort to map the strategies. The results of the study showed 7 formulation of risk management strategies of corrective maintenance for Indonesian locomotives."
2015
S62565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Cendana
"Penilaian kinerja pemeliharaan penting dilakukan karena pemeliharaan dianggap sebagai biaya terbesar. Pemeliharaan juga mengembalikan barang ke kinerjanya yang semula sehingga keberadaannya perlu dilakukan. Ada banyak tools dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja pemeliharaan, salah satunya adalah dengan Maintenance Scorecard. Kombinasi antara Six Sigma dengan Maintenance Scorecard membantu menilai kinerja pemeliharaan dalam bentuk perhitungan DPMO dan sigma level serta membantu pemeliharaan agar menuju tujuan yang ingin dicapai.
Six Sigma Maintenance Scorecard terbukti efektif dalam mengevaluasi kinerja pemeliharaan berdasarkan penelitian terdahulu. Six Sigma Maintenance Scorecard menggunakan Maintenance Key Performance Indicators British Standard. Terdapat 21 indikator yang relevan terhadap Perusahaan, namun hanya 9 indikator yang dimasukkan kedalam perhitungan pada penelitian ini karena keterbatasan.
Hasil dari penelitian ini adalah pengukuran kinerja dengan Six Sigma Maintenance Scorecard sementara pada PT Indopelita Aircraft Services. Six Sigma Maintenance Scorecard masih bersifat sementara dikarenakan adanya indikator-indikator lain yang seharusnya turut dihitung. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi aspek yang perlu ditingkatkan serta saran untuk penelitian kedepannya dan PT Indopelita Aircraft Services.

Maintenance performance assessment is important to be done because maintenance is still considered as the biggest cost. Maintenance turns thing into its best performance so it is necessary to do maintenance. There are many tools to evaluate maintenance performance, one of those is Maintenance Scorecard. Combination between Six Sigma and Maintenance Scorecard helps evaluating maintenance performance with the calculation of DPMO and sigma level. It also helps to obtain the desired purpose.
Six Sigma Maintenance Scorecard is proven to be an effective tool to evaluate maintenance performance according to previous research. Six Sigma Maintenance Scorecard uses Maintenance Key Performance Indicators British Standard. There are 21 relevant indicators to company, but only 9 of them were included in this research because of limitation.
Results are the measurement using temporary Six Sigma Maintenance Scorecard in PT Indopelita Aircraft Services. Six Sigma Maintenance Scorecard is still temporary because of there are indicators which should be included too. Furthermore, this research also gives recommendation of aspects which should be improved and suggestions for both future research and PT Indopelita Aircraft Services.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangihutan, Samuel
"Saat ini banyak perusahaan dalam pengelolaan asetnya menerapkan strategi untuk dapat berkompetisi dengan kompetitor-kompetitor mereka. Tetapi terkadang pengertian atau implementasi dari tujuan dan strategi-strategi perusahaan hanya sampai pada tingkat top management saja, sehingga setiap tujuan atau sasaran perusahaan tidak tercapai dengan baik. Strategi-strategi yang diambil juga terkadang tidak terukur, sehingga sangat sulit untuk melihat perkembangan perusahaan berdasarkan strategi yang diambil. Maintenance Scorecard (MSC) adalah suatu pendekatan yang didisain untuk membantu dalam pembuatan dan pengimplementasian strategi dalam pengelolaan aset-aset perusahaan, diaplikasikan melalui suatu hirarki tujuan atau pendekatan yang terstruktur melalui tiga level fundamental, yaitu corporate, strategic, dan functional. MSC melalui tiap indikator yang kuantitatif dalam tiap level perusahaan, mengukur performa dalam asset management tentang apa yang dilakukan, bagaimana kinerja selama ini, dan bagaimana performa setiap tindakan yang sudah dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan. Terdapat 6 perspektif pengukuran performa dalam MSC, yaitu productivity, cost effectiveness, safety, quality, learning, dan environmental perspective. Penelitian ini dilakukan untuk merancang Maintenance Scorecard pada PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perawatan pesawat. Hasil perancangannya adalah adanya usulan hirarki indikator (KPI) dari setiap level perusahaan yang terbagi dalam tiap perspektif MSC. Indikator tersebut digunakan untuk mengarahkan dan memonitor perubahan dalam perusahaan hingga mencapai tingkat performa yang diinginkan. Dari 6 perspektif pada maintenance scorecard dihasilkan sebanyak 37 usulan indikator performa yang relevan, yang terbagi menjadi: 12 indikator productivity, 6 indikator cost effectiveness, 5 indikator safety, 9 indikator quality, dan 5 indikator learning perspective.

Nowadays, there are lot of companies apply strategies in order to compete with their competitors. But sometimes both the understanding and the implementation of those strategies exist only in the top level of management. Besides, to see the company's progression toward the strategies taken is difficult to achieve, because sometimes the strategies is unmeasured. The result is none of the strategies are achieved well. Maintenance Scorecard (MSC) is a comprehensive approach used to develop and implement strategy in the area of asset management, applied via a hierarchy of objectives or a structured approach through 3 fundamental levels, namely corporate, strategic, and functional. MSC through the quantified measures or indicator of each company's level measures what they do, how well they do it, and how their actions further company goals. There are 6 types of performance measurements in MSC; they are productivity, cost effectiveness, safety, quality, learning, and environmental perspective. This research is conducted in order to design the implementation of maintenance scorecard at PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia, as one of the company that operate in maintenance field. The result of the research is the recommendation of Key Performance Indicators (K.PI) in each company's level which is divided in each MSC perspective. Those indicators used to drive change through the organization as well as to monitor the progress toward desired level of performance. There are 37 recommended indicators yielded from all maintenance scorecard perspective. They are divided into: 12 productivity indicators, 6 cost effectiveness indicators, 5 safety indicators, 9 quality indicator, and 5 learning perspective indicator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darliansa Hilmy
"Penelitian mengenai kinerja pemeliharaan telah banyak dilakukan dan hingga saat ini ada berbagai macam metode pengukuran kinerja. Metode pengukuran secara tradisional seperti produktivitas, efisiensi, dan efektivitas memiliki banyak keterbatasan yang membuatnya sulit untuk diterapkan pada lingkungan industri yang kompleks pada saat ini; dimana metode pengukuran tradisional tersebut tidak mampu memberikan sudut pandang yang seimbang terhadap keseluruhan sistem kinerja pemeliharaan. Metode pengukuran yang paling populer hingga saat ini adalah metode Balanced Scorecard (BSC). Metode BSC merupakan metode yang sangat komprehensif dimana pengukuran kinerja dipandang dari empat perspektif, yaitu perspektif konsumen, perspektif keuangan, perspektif proses internal, dan perspektif pertumbuhan & pembelajaran. Laporan penelitian akhir ini menjabarkan bagaimana merancang sistem pengukuran kinerja di Departemen Maintenance PT X yang bergerak di industri telekomunikasi dengan menggunakan metode BSC. Tujuan akhirnya adalah menentukan model BSC yang tepat untuk Departemen Maintenance PT X hingga penentuan bobot dari tiap sasaran strategis dan inisiatif apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan PT X.

Research on maintenance performance have been done in many ways and well advanced in many domains. Traditional measures such as productivity, efficiency, and effectiveness have many limitations that make them less applicable in today's complex industrial environment; whereas they do not provide a balanced viewpoint of maintenance system performance as a whole. One of the most popular performance measurement methods is a Balanced Scorecard (BSC). BSC performance measurement method is very comprehensive whereas the measurement is reviewed on four perspectives, which are consumer perspective, financial perspective, internal process perspective, and learning & growth perspective. This paper presents an explanation about how to design a performance measurement system in Maintenance Department of PT X ' a telecommunication company ' with BSC method. The objectives are to decide which BSC model is fit to Maintenance Department of PT X, determine weights of the strategic objectives, and formulate initiatives so it can increase the maintenance performance of PT X."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Siwi Nurhanifa
"Manajemen pemeliharaan memegang peranan penting dalam mendukung keberlangsungan sistem produksi di suatu industri manufaktur alas kaki. PT. X, salah satu industri manufaktur alas kaki mengalami isu kualitas produk akibat manajemen pemeliharaan mesin masih kurang baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem pengukuran kinerja yang baik dan terstruktur. Maintenance Scorecard (MSC) digunakan untuk mengukur kinerja sekaligus menerjemahkan tujuan perusahaan ke dalam berbagai ukuran atau indikator-indikator yang tersusun dalam enam perspektif: productivity perspective, cost effectiveness perspective, safety perspective, quality perspective, learning perspective, dan environmental perspective. Penelitian ini dilakukan untuk membuat rancangan maintenance scorecard untuk perusahaan manufaktur alas kaki yaitu PT. X Hasil perancangan ini adalah usulan KPI di tiap level perusahaan pada masing-masing perspektif MSC. Dihasilkan sebanyak 25 KPI yang relevan, meliputi 7 KPI Productivity, 4 KPI Cost Effectiveness, 4 KPI Safety, 3 KPI Environmental, 4 KPI Quality, dan 3 KPI Learning. Dari hasil pembobotan KPI yang dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Network Process dapat diketahui indikator yang paling besar bobot atau kontribusinya terhadap pancapaian tujuan perusahaan, yaitu Maintenance Cost Ratio (35%), Energy and Water Consumption per unit production (11%), Defect Production Rate (8%) dan Number of Claimed Product (8%).

Maintenance management plays an important role in supporting the sustainability of the production system in the footwear manufacturing industry. PT X, one of the footwear manufacturing industries, is experiencing product quality issues due to poor machine maintenance management. Therefore, a good and structured performance measurement system is needed. Maintenance Scorecard (MSC) is used to measure performance while translating company goals into various measures or indicators arranged in six perspectives: productivity perspective, cost effectiveness perspective, safety perspective, quality perspective, learning perspective, and environmental perspective. This research was conducted to create a maintenance scorecard design for a footwear manufacturing company, PT. X The result of this design is a KPI proposal at each company level in each MSC perspective. As many as 25 relevant KPIs are produced, including 7 Productivity KPIs, 4 Cost Effectiveness KPIs, 4 Safety KPIs, 3 Environmental KPIs, 4 Quality KPIs, and 3 Learning KPIs. From the results of KPI weighting carried out using the Analytical Network Process method, it can be seen that the indicators with the greatest weight or contribution to the achievement of company goals are Maintenance Cost Ratio (35%), Energy and Water Consumption per unit of production (11%), Defect Production Rate (8%) and Number of Claimed Product (8%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Synthia Maulani
"Penilaian kinerja pemeliharaan dapat menggunakan banyak metode, diantaranya adalah maintenance scorecards. Maintenance Scorecard adalah pendekatan menyeluruh yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi dalam area manajemen asset. Keterkaitan antara strategi departemen dengan perspektif-perspektif dalam Maintenance Scorecards dapat menilai kinerja departemen pemeliharaan secara menyeluruh. Hal ini sangat menguntungkan karena penilaian tidak dilakukan secara terpisah-pisah dan dapat selaras dengan strategi yang dibuat departemen.
Program departemen tidak selalu memiliki bobot yang sama antara satu dengan yang lainnya, sehingga dilakukan juga pembobotan pada program departemen dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process. Perancangan Maintenance Scorecard ini menghasilkan 10 strategi dan 23 Key Performance Indicators, diantaranya adalah 4 KPI pada perspektif efektifitas Biaya, 5 KPI pada perspektif Kualitas, 5 KPI pada perspektif Produktifitas, 2 KPI pada perspektif Lingkungan, 2 KPI pada perspektif Keselamatan, dan 5 KPI pada perspektif Pembelajaran.

Measuring maintenance performance can use so many methods, one of the are Maintenance Scorecards (MSC). Maintenance Scorecard is comprehensive approach used to develop and implement strategy in the area of asset management. Relationship between department strategy and maintenance scorecards perspective can give a comprehensive maintenance performance measurement. This is gives the benefit for assessment, because there is a comprehensive relation between strategy and performance measurement.
Analytic Hierarchy Process is used to give weighted score for department program which is doesn't have a same level. There are 10 strategies and 23 Key Performance Indicators become the result of Maintenance Scorecard design, where 4 KPI at Cost effectiveness Perspective, 5 KPI at Quality Perspective, 5 KPI at Productivity Perspective, 2 KPI at Environmental Perspective, 2 KPI at Safety Perspective, and 5 KPI at Learning Perspective.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51801
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhini Ayu Lukitaputri
"ABSTRAK
Tren Ekspor Perhiasan Indonesia yang terus meningkat belum sejalan dengan peningkatan Tren Output Produksi dari perusahaan di Industri Perhiasan Indonesia. Penelitian ini menggunakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur perhisasan di propinsi Bali sebagai studi kasus.
Penelitian ini menggunakan metode DMAIC yang bertujuan untuk dapat meningkatan produktivitas melalui fase terintegrasi dari sebuah proyek DMAIC. Pada tahap Define, digunakan diagram SIPOC. Kemudian pada tahap Measure, digunakan kuesioner untuk data primer dan data perusahaan untuk data sekundernya. Kuesioner didapat dari 4 Expert yang bergerak di bidang Continuous Improvement dan 5 Expert yang bergerak di bidang Industri Perhiasan. Pada tahap Analyze, digunakan metode kombinasi TOPSIS dan AHP, serta Decision Tree untuk melihat pendekatan berbeda. Terakhir, pada tahap Improve dan Control, digunakan pendekatan penggunaan Indikator Kinerja.
Dari penelitian ini dihasilkan faktor produktivitas terpenting yaitu faktor Produktivitas Tenaga kerja dengan urutan peringkat dari 9 Alternatif Peningkatan Produktivitas berdasarkan Solusi Ideal. Alternatif dengan rasio prioritas terbesar adalah Implementasi Sistem Perencanaan Harian (Daily Activity Planning) bagi seluruh Karyawan, dengan peningkatan produktivitas yang ditaksir sebesar 47%. Untuk menunjang alternatif tersebut diperlukan Implementasi Indikator Kinerja OWE.

ABSTRACT
Indonesia's exports of jewellery trends that continue to rise are not in line with the increase in Production Output Trends from companies in Indonesia’s industry. This research uses one of jewellery manufacturing company in Bali province as a case study.
This research used a Six Sigma DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) method which the objective is to improve productivity through integrated DMAIC phase of a project. On the Define phase, this research used a SIPOC (Supplier-Input-Process-Output-Customer) Diagram. On the following Measure phase, a questionnaire used to collect primary data and company data for the secondary data. The questionnaires obtained from 4 Experts in Continuous Improvement and 5 Experts in Jewellery Manufacturing Industry. On the Analyze phase, a combination of Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)-Analytic Hierarchy Process (AHP), and Decision Tree are used to be able to see a result from different approach. Lastly, at the Improve and Control phases, a Perfomance Indicator approach were used.
The obtained result from this research, are the most important Productivity Factor for a jewellery manufacturing company which is Labor Producitvity with the ranked order of 9 alternatives based on Ideal Solution on the increase of productivity. The chosen alternative with the highest priority ratio is the Implementation of the daily activity planning system for all employees, with an estimated increase in productivity at the level of 47%. To support the success of alternatif implementation Overall Worker Efficiency (OWE) performance indicator were being proposed."
2015
T44570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsu Dhuha
"ABSTRAK
Pada penelitian dirancang sebuah sistem manajemen Informasi untuk mendukung sistem Balanced Scorecard yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Unit Engine Maintenance - Garuda Maintenance Facility.
Dengan sistem informasi yang dikembangkan untuk sistem Balanced Scorecard Unit Engine Maintenance-GMF, diharapkan dapat membantu kerja operasional manajemen seperti percepatan prosedur penyampaiaan laporan, penyampaian laporan dalam bentuk jaringan intranet, penyampaian hasil kinerja dalam rapat-rapat yang otomatis langsung dapat diambil dari home page dan lain sebagainya.
Langkah awal yang dilakukan adalah pencarian dan pengumpulan data mulai dari visi, misi, dan strategi untuk tingkat SBU dan Unit Engine Maintenance. Setelah dijabarkan proses perancangan Balanced Scorecard yang dilakukan Unit Engine maintenance - GMP, langkah selanjutnya adalah pengembangan sistim informasi dengan menggunakan Microsoft Access 2000 untuk mempermudah dalam pemasukan data ( pembuatan desain Tabel dan desain Form ), pemrosesan data ( desain Query, desain Pivot Tabel dan desain Diagram Batang ) dan penampilan hasil data ( desain Report dalam bentuk Home Page). Tidak terdapatnya data tentang target kinerja untuk setiap ukuran performa perusahaan menyebabkan data yang dimasukkan kedalam sistem infonnasi adalah berupa data simulasi. Namun tujuan akhirnya akan tetap tercapai yakni untuk melihat bagaimana sistem informasi yang dikembangkan dapat berfungsi dengan baik
Dan hasil dari skripsi ini adalah, didapatnya suatu contoh nyata rancangan Sistem Informasi untuk mendukung sistem Balanced Scorecad pada Unit Engine Maintenance - Garuda Maintenance Facility. Diharapkan dengan adanya contoh rancangan ini, dapat dijadikan suatu acuan untuk pembuatan rancangan-rancangan Balanced Scorecard yang berbaaiskan tel-mologi informasi.

"
2001
S49964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Handika Anggi Kelana
"Pemborosan yang terdapat pada proses penanganan petikemas ekspor di TPK Koja dapat menyebabkan performa tidak efisien. Pemborosan tersebut dapat dieliminasi dengan perpaduan konsep DMAIC, konsep Lean dan Konsep diagram Fishbone. Konsep DMAIC digunakan sebagai panduan urutan untuk memudahkan pengolahan dan analisis data yang terdiri dari lima tahap yaitu : (1) Define, mendefinisikan masalah menggunakan konsep Lean untuk membuat Current Value Stream Mapping dan mengidentifikasi pemborosan yang ada di dalamnya; (2) Measure, penentuan pemborosan yang dapat dieliminasi yaitu pemborosan tipe excessive transportation yang diterjemahkan sebagai aktivitas pengangsuran petikemas; (3) Analyze, proses penyelesaian masalah dengan konsep diagram Fishbone untuk mengetahui akar permasalahan aktivitas pengangsuran petikemas; (4) Improvement, perbaikan yang dilakukan untuk menyelesaikan akar permasalahan aktivitas pengangsuran petikemas dan (5) Control, hasil akhir setelah dilakukan perbaikan dalam bentuk Future Value Stream Mapping yang menunjukkan adanya peningkatan efisiensi proses penanganan petikemas ekspor dalam bentuk penghematan waktu sebesar 105 detik.

Waste that founded in export container handling process at TPK Koja can causing an inefficient performance. The waste can be eliminated with a fusion concept of DMAIC concept, Lean concept and Fishbone Diagram concept. The DMAIC concept used as a guide to facilitate the processing and analysis data that composed of five stages which is : (1) Define, defining problems by using the Lean concept to make the Current Value Stream Mapping and identifying waste in it; (2) Measure, the waste determination process to find which waste that can be eliminated and the result of waste type that can be eliminated is excessive transportation that known as container shuffling activity; (3) Analyze, the problem solved process by using the Fishbone diagram concept to know root problem that cause the container shuffling activity; (4) Improvement, ideas that used to solve the root problems that cause the container shuffling activity and (5) Control, the final result after the improvement applied that showed the Future Value Stream Mapping and indicates there is an increasing of efficiency in export containers handling process at TPK Koja by saving 105 seconds."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>