Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raveena Zahwa Annisa
"Artikel ini merupakan penelitian tentang childfree yang menjadi animo khusus terhadap sistem patriarki ditinjau dari pemikiran feminisme radikal libertarian yang berperan menjadi dasar teori untuk argumentasi kritis atas permasalahan yang dikaji. Childfree yang berkonotasi negatif karena ketidakpekaan masyarakat tertentu dengan persoalan perempuan childfree yang akhirnya dirugikan oleh sistem patriarki membuat para perempuan yang memilih childfree menjadi dibatasi, dihalangi, dan dirintangi hak dan pilihan hidupnya. Childfree tidak hanya menjadi masalah bagi otoritas tubuh, hak reproduksi, maupun otonomi kebebasan. Akar masalah yang lebih dalam juga muncul dari kaum perempuan lainnya, lantas fenomena childfree dipandang sebagai fenomena perempuan yang tidak berdaya. Permasalahan yang jarang disadari justru menjadi urgensi, seperti pengalaman perempuan yang memilih childfree mendapatkan situasi bermasalah. Pemberdayaan perempuan childfree membentuk diskursus baru terhadap sistem patriarki yang mengendalikan kehidupan ranah privat perempuan. Metode penelitian ini menggunakan metode kritis feminis untuk mengkritisi perdebatan childfree pada sisi pemberdayaan perempuan dan konformitas. Penelitian ini juga berdasar pada pengalaman, argumentasi, diskusi, dan kekhawatiran perempuan terhadap perdebatan childfree. Oleh karena itu, pilihan childfree harus kembali kepada perempuan yang memilih childfree tersebut dengan keputusan seorang perempuan menjadi haknya sebagai pribadi yang utuh dan memahami pemenuhan akan kebutuhannya sendiri.

This article is a research on childfree which is a special interest in the patriarchal system in terms of radical libertarian feminism which serves as a theoretical basis for critical argumentation on the issues studied. Childfree, which has a negative connotation due to the insensitivity of certain people to the problems of childfree women who are ultimately disadvantaged by the patriarchal system, makes women who choose childfree become restricted and obstructed by their rights and life choices. Childfree is not only a problem for body authority, reproductive rights, and freedom autonomy. The root of the deeper problem also arises from other women, then the childfree phenomenon is seen as a phenomenon of women who are powerless. Problems that are rarely realized actually become urgency, such as the experience of women who choose childfree to get problematic situations. The empowerment of childfree women forms a new discourse against the patriarchal system that controls women's private lives. This research method uses feminist critical methods to criticizethe childfree debate on the side of women's empowerment and conformity. This research is also based on women's experiences, arguments, discussions and concerns about the childfree. Therefore, the choice of childfree must return to the woman who chooses childfree with a woman's decision being her right as a whole person and understanding the fulfillment of her own needs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Thea Nirta Kumala
"Fenomena Childlessness yang berkembang pesat di seluruh dunia sudah menjadi perbincangan menarik di negara berkembang, terutama Indonesia. Memilih untuk tidak memiliki anak sebagai jalan hidup seseorang sudah mulai berkembang di Indonesia. Isu ini sangat menarik ketika melihat Indonesia sebagai negara dengan budaya yang berbeda dengan negara maju yang mendukung childfree sebagai kebebasan untuk bertindak dan hidup. Pilihan hidup ini masih merupakan stigma dan banyak menimbulkan kontroversi di Indonesia. Studi ini mempelajari bagaimana pendapat masyarakat umum mengenai penafsiran atas childlessness dengan cara mengukur hambatan dan dorongannya. Kami menerapkan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikumpulkan dari 430 responden yang tinggal di Jakarta, Indonesia, dan mengadopsi skala Likert sebagai ukuran variabel perilaku manusia. Kami menggunakan model multinomial logit logistic regression untuk mengestimasi karakteristik responden yang memilih untuk tidak memiliki anak (childless). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan keluarga merupakan hambatan utama childfree, sedangkan gerakan childfree, pengaruh dari negara Barat, dan kebebasan berkehendak menjadi dorongan utama atas childfree.

Childlessness discourse is interesting and important to be discussed since it has become a phenomenon, not only in developed countries but also in the developing world. Specifically, being childfree as a willing decision of childlessness has become pervasive in Indonesia. Indonesia is a country where cultures promote stigmas, which contradict the choice of childlessness which is now valued as the freedom to act and live. This study examines how the community is affected by the interpretation of childlessness by measuring its barriers and encouragement. We applied primary data collected using a survey questionnaire collected from 430 adults living in Jakarta, Indonesia, and adopted Likert scale questions as human attitude measure variables. We used a multinomial logit logistic regression model to estimate the characteristics of respondents who choose to be childless. The result showed that family pressures are the main barriers to childless behavior, while the childfree movement, Western influence, and freedom become prominent encouragements."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Kesuma
"Childfree merupakan keputusan untuk tidak memiliki anak atau tidak mengambil peran menjadi orang tua. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memahami bagaimana stigmatisasi terhadap perempuan childfree melalui komentar atas Instagram story @gitasav sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Penulisan ini menggunakan teori feminis radikal dan teori stigmatisasi dengan analisis isi kualitatif terhadap komentar tidak mendukung pilihan childfree perempuan pada unggahan akun Instagram @linetoday. Penulis mengidentifikasi sejumlah komentar menstigma berdasarkan komponen-komponen stigma Link dan Phelan (2001): labelling, stereotyping, separation, dan discrimination. Hasil analisis menunjukkan bahwa akar dari stigmatisasi terhadap perempuan childfree adalah konstruksi seksualitas perempuan, sistem seks/gender patriarki, dan heteronormativitas. Ketiga konstruksi turunan patriarki ini menjadi dasar lahirnya motherhood mandate bagi perempuan. Mandat ini telah terinternalisasi dalam norma-norma sosial sehingga pengaruhnya semakin kuat di masyarakat. Akibatnya, perempuan childfree mengalami diskriminasi dari masyarakat. Stigmatisasi terhadap perempuan childfree merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan. Di mana perempuan korban mengalami penderitaan, pemaksaan, dan perampasan kemerdekaan karena identitas biologis mereka sebagai perempuan. Stigmatisasi sebagai kekerasan terhadap perempuan memengaruhi semua perempuan dengan merampas kebebasan dan kadaulatan perempuan atas tubuhnya sendiri. Dalam hal ini, stigma menjadi alat yang digunakan untuk melanggengkan kekuasaan dan kontrol laki-laki atas perempuan dan tubuh perempuan.

Childfree is a decision not to have children or take the role of a parent. This writing aims to understand how stigmatization against childfree-woman through comments on @gitasav’s Instagram story can constitute violence against women. This writing utilizes the radical feminism and stigmatization theory with qualitative content analysis of comments that do not support women’s choice for childfree on the Instagram post of @linetoday. The writer identified several stigmatizing comments according to components of stigma by Link and Phelan (2001): labeling, stereotyping, separation, and discrimination. The result shows that this stigmatization is rooted from the construction of women's sexuality, patriarchy's sex/gender system, and heteronormativity. These patriarchy-derived constructions became the base of the emergence of the motherhood mandate. This mandate was internalized into social norms which strengthen its influence in society. The effect of that stigmatization is discrimination suffered by childfree women. Stigmatization of childfree-women is violence against women where they receive suffering, coercion, and deprivation of liberty because of their biological identity as women. Stigmatization as violence against women affects every woman by taking their sovereignty towards their body. In this case, stigma became a tool to perpetuate the power and control of men towards women and women's bodies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nathania
"Pemanfaatan radikal sulfat pada proses oksidasi lanjut belum banyak digunakan untukk mendegradasi limbah cair. Pada penelitian ini, akan dilakukan degradasi limbah amonia sintetik dengan proses oksidasi lanjut memanfaatkan radikal sulfat. Radikal sulfat ini disinyalir dapat mendegradasi amonia lebih efisien dibandingkan radikal hidroksil karena bekerja dengan 3 prinsip kerja yakni transfer elektron, pemutusan ikatan rangkap C, dan abstraksi hydrogen. Radikal sulfat didapatkan dari ion persulfat hasil ionisasi K2S2O8 kemudian radikal sulfat diaktifkan dengan menggunakan panas dari heater dengan memvariasikan suhu sebesar 27°C, 50°C dan 70°C.
Limbah amonia sintetik dibuat dengan memvariasikan konsentrasi awal amonia sebesar 10 mg/L, 25 mg/L, dan 50 mg/L dan tingkat keasaman (pH) juga divariasikan pada pH 4,7,dan 10 untuk merepresentasikan keadaan asam, netral dan basa limbah amonia sintetik untuk melihat apakah amonia dapat terdegradasi lebih baik dalam bentuk ion atau radikal. Kadar amonia akhir setelah proses oksidasi diukur dengan menggunakan amoniameter dengan prinsip colorimetri. Didapatkan hasil degradasi amonia yang paling baik adalah 22,7% dengan kondisi optimum suhu 50°C, pH 10, dan konsentrasi awal amonia sebesar 10 mg/L.

Degradation Technologies using Advanced Oxidation Process with sulfate radical has not been widely developed yet. This research will bring this technology to degrade sintetic amonia waste. Sulfate Radical may reduce ammonia more efficiently than hidroxyl radical mainly with 3 pathways, there are electron transfer, cut of unsaturated bond, and hydrogen abstraction. Sulfate Radical can be got from persulfate ion from Pottasium Persulfate that ionized and activated to be sulfate radical by heat from heater. Temperature of activation becomes one of the research variabel in 27°C, 50°C and 70°C.
Initial sintetic ammonia waste is varied from 10 mg/L, 25 mg/L, and 50 mg/L. Acidity is also varied in 4, 7, and 10 that present acid, neutral, and base condition to see whether the amonia will be well degraded as ionic or molecule. The end concentration of ammonia is measured with martini ammoniameter. The best result for this research is 22,7% of ammonia removal in 50°C, pH 10, and the first ammonia concentration of 10 mg/L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Rizkia Amalida
"Kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh wanita di wilayah perkotaan. Gaya hidup kurang baik, kurangnya riwayat menyusui serta genetis merupakan faktor resiko berkembangnya kanker payudara di wilayah perkotaan. Mastektomi merupakan salah satu terapi penyembuhan kanker payudara. Ansietas preoperatif dan nyeri pasca operatif merupakan masalah yang kerap menyertai mastektomi. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis implementasi pemberian terapi massase tubuh sebagai bentuk tindakan mandiri keperawatan dalam mengatasi masalah ansietas preoperatif dan nyeri pasca operatif. Massase tubuh dilakukan pada dua jam preoperatif dan satu hari pasca operatif selama 30 menit. Massase disertai dengan pemberian teknik relaksasi napas dalam pada tahap preoperatif dan dikombinasikan dengan pemberian medikasi anti nyeri pada tahap pasca operatif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat ansietas preoperatif klien berkurang, nyeri postoperatif tidak dialami dan tingkat relaksasi pasca operatif klien meningkat setelah dilakukan massase. Massase direkomendasikan dalam asuhan keperawatan dengan klien mastektomi.

Breast cancer is the most common health problem experienced by urban area's women. Poor lifestyle, lack of breasfeeding experience and genetic are risk factors for breast cancer in urban areas. Mastectomy is one form of treatment for breast cancer. Preoperative anxiety and postoperative pain are problems that appear during mastectomy. This research aims to analyze the implementation of body massage therapy as an independent nursing action in order to solve preoperative anxiety and postoperative pain problems. Massage was given two hours before mastectomy and one day postsoperative for 30 minutes. Massage was given along with deep breathing relaxation technique during preoperative phase dan combined with pain killer medication on postoperative phase. The results showed that preoperative anxiety levels decreased, postoperative pain isn't experienced and postoperative relaxation level increased after massage. Massage recommended on nursing care with mastectomy client.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arbentia Pratama Sumbung
"[ABSTRAK
Tesis ini akan membahas proyeksi dan antisipasi strategis situs-situs radikal pasca
kebijakan pemerintah menutup situs-situs tersebut. Situs-situs radikal adalah salah
satu instrumen yang digunakan oleh teroris dan pelaku jihad online untuk
menyebarkan berita provokatif, propaganda, dan juga perencanaan aksi terror.
Teori regulasi, model analisis antisipasi strategis dan proyeksi intelijen penegakan
hukum dan metode penelitian kualitatif digunakan dalam melakukan proyeksi and
antisipasi strategis dalam tesis ini. Penggunaan deep web, steganography, imitasi
spam, membentuk kafilah cyber bahkan perang psikologis terhadap pemerintah
diproyeksi akan dilakukan oleh teroris dan pelaku jihad online pada masa
mendatang. Antisipasi dapat dilakukan pemerintah melalui pemblokiran situs,
mengkaji kembali strategi kontra narasi, sindikasi situs, pelatihan soft skill
terhadap masyarakat, optimalisasi cyber army, memperkuat intelligence sharing,
penggunaan software dan juga membentuk undang-undang radikalisasi online.
Sebagai kesimpulan penelitian ini perkembangan situs-situs radikal akan tetap
berkembang seiring perkembangan teknologi dan tren maka pemerintah dan
aparat keamanan harus segera mengantisipasi dan mencegah tindak radikalisasi
online yang dilakukan oleh teroris maupun pelaku jihad online.

ABSTRACT
This thesis discusses on how to project and anticipate radical websites
strategically following government policy on shutting them down. Radical
websites are one of the instruments used by terrorists and online jihadists to
spread provocative news, propaganda, as well as to plan terror attacks. Regulation
theory, analysis model of strategic anticipation and projection of law intelligence
enforcement, and qualitative research method are used in projecting and
anticipating in this thesis. The use of deep web, steganography, spam mimicking,
establishment of cyber caliphate even a psychological warfare against the
government are projected to be carried out by terrorists and online jihadists in the
future. Anticipation can be done by the government through blocking,
reevaluating counter narrative strategy, websites syndication, soft skills training
for public, optimizing cyber army, strengthening the intelligence sharing, using
software and establishing a new constitution regarding online radicalization. As a
conclusion of this research, the development of radical websites will keep on
developing as technology and trend develop so that the government and law
enforcement have to anticipate and prevent online radicalization that have been
conducted by terrorists and online jihadists., This thesis discusses on how to project and anticipate radical websites
strategically following government policy on shutting them down. Radical
websites are one of the instruments used by terrorists and online jihadists to
spread provocative news, propaganda, as well as to plan terror attacks. Regulation
theory, analysis model of strategic anticipation and projection of law intelligence
enforcement, and qualitative research method are used in projecting and
anticipating in this thesis. The use of deep web, steganography, spam mimicking,
establishment of cyber caliphate even a psychological warfare against the
government are projected to be carried out by terrorists and online jihadists in the
future. Anticipation can be done by the government through blocking,
reevaluating counter narrative strategy, websites syndication, soft skills training
for public, optimizing cyber army, strengthening the intelligence sharing, using
software and establishing a new constitution regarding online radicalization. As a
conclusion of this research, the development of radical websites will keep on
developing as technology and trend develop so that the government and law
enforcement have to anticipate and prevent online radicalization that have been
conducted by terrorists and online jihadists.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayer, R. Andrew
Oxford ; Cambridge, Mass.: Blackwell, 1995
330 SAY r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aisha
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis polistirena melalui polimerisasi radikal terkontrol menggunakan metode Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) serta mempelajari pengaruh variasi waktu reaksi, variasi konsentrasi ligan, katalis, dan inisiator terhadap persen konversi, distribusi berat molekul, dan indeks polidispersitas. Variasi kondisi reaksi dilakukan untuk mendapatkan komposisi optimum sintesis polistirena dengan persen konversi tinggi, distribusi berat molekul sempit, dan indeks polidispersitas kecil (≈1). Polistirena telah berhasil disintesis dengan metode ATRP menggunakan ligan PMDETA, katalis CuBr, inisiator EBiB, dan pelarut sikloheksanon. Parameter keberhasilan dilihat dari persen konversi dan berbagai hasil karakterisasi seperti FTIR, GPC, dan DSC. Komposisi optimum sintesis polistirena yaitu pada konsentrasi ligan 4%, katalis 2%, dan inisiator 4% terhadap 100% mol stirena. Persen konversi polistirena pada komposisi optimum mencapai 91,4% dan diperoleh nilai indeks polidispersitas sebesar 1,17, rata-rata berat molekul 3.526 g/mol, dan suhu transisi gelas 72,42°C.

This research has been conducted synthesis of polystyrene through controlled radical polymerization by using Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) method and also studied about the influence of variation of time reactions, variation of ligand, catalyst, and initiator concentrations toward conversion percentage, molecular weight distribution, and polydispersity index. The condition of variation reactions has been done to obtain the optimum composition of reaction thus it got polystyrene with higher conversion percentage, a narrow range of molecular weight distribution, and small index of polydispersity (≈1). Polystyrene has been successfully synthesized by ATRP method using PMDETA as ligand, CuBr as catalyst, EBiB as initiator, and cyclohexanone as solvent. The parameter of successful can be seen from the percentage of conversion and various results of characterization such as FTIR, GPC, and DSC. The optimum composition to synthesis of polystyrene where the concentration of ligand is 4%, catalyst is 2%, and initiator is 4% against 100% mol of styrene. The conversion percentage of polystyrene at the optimum composition reached 91.4% and obtained the result of polydispersity index by 1.17, the average molecular weight is 3.526 g/mol, and the glass transition temperature is 72.42°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Dwilestari
"Huruf kanji yang digunakan di Jepang berasal dari Tiongkok, dengan adaptasi bentuk, pelafalan maupun makna. Setiap guratan huruf kanji merupakan tanda atau lambang yang merepresentasikan makna atau suatu konsep. Bagi pengguna Bahasa Jepang non penutur jati, rumitnya bentuk kanji menjadi salah satu kesulitan dalam memahami kanji. Tulisan ini membahas salah permasalahan yang dihadapi oleh penutur asing terkait kanji, yaitu bagaimana kontribusi makna komponen pembentuk kanji terhadap makna kanji. Apabila kanji memiliki komponen pembentuk kanji atau radikal, makna kanji tersebut memiliki perbedaan makna dengan kanji yang tidak memiliki komponen. Ini bisa membingungkan pengguna Bahasa Jepang non penutur jati yang mengetahui cara baca kanji namun tidak mengetahui perubahan makna kanji.
Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mencari keterkaitan makna atau konsep air yang direpresentasikan melalui radikal air. Penelitian ini difokuskan pada 19 buah kanji beradikal air yang muncul pada pembelajaran kanji dasar, dan dilakukan dengan menelusuri pembentukan kanji, menganalisis makna dan konsep air, melalui Teori Bushu, Teori Makna dan Teori Semiotika.
Kanji yang beradikal air memiliki tiga makna, yaitu makna air secara fisik, perluasan makna air, dan makna air secara tidak langsung. Makna air secara fisik yaitu makna yang memiliki arti langsung dan hubungan dengan air. Perluasan makna air memiliki makna air pada zaman dulu, namun sekarang kanji yang memiliki perluasan makna digunakan untuk sesuatu yang memiliki kesamaan. Makna air secara tidak langsung merupakan makna yang tidak ada hubungan atau arti air.

The kanji letters used in Japan come from China, with forms of adaptation, pronunciation and meaning. Each stroke of kanji letter is a sign or symbol that represents meaning or a concept. For non-Japanese speakers, the complexity of kanji forms is one of the difficulties in understanding kanji. This paper discusses the wrong problems faced by foreign speakers regarding kanji, namely how the contribution of the meaning of the kanji-forming components to the kanji meanings. If kanji has a kanji forming component or radical, the meaning of the kanji has a different meaning from the kanji which has no component. This can confuse non-Japanese speakers who know how to read kanji but do not know the changes in the meaning of kanji.
This study aims to analyze and look for the relevance of the meaning or concept of water represented by water radicals. This study focused on 19 water-based kanji which appeared in basic kanji learning, and was done by tracing kanji formation, analyzing the meaning and concept of water, through the Bushu Theory, Meaning Theory and Semiotic Theory.
Kanji, which has water radical, has three meanings, namely the meaning of water physically, the expansion of the meaning of water, and the meaning of water indirectly. The meaning of water is physically meaning that has direct meaning and relationship with water. The expansion of the meaning of water has the meaning water in ancient times, but now the kanji which has an expansion of meaning is used for something that has similarities with water. The meaning of water indirectly is a meaning that has no relationship or meaning of water.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shepriyani Miftajanna
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang dialektika pada pasangan suami-istri yang menjalani keputusan childfree serta memperoleh pemahaman akan pola komunikasi pasangan suami-istri dalam menjalani keputusan childfree dan upaya mengelola dialektika yang dilakukan pasangan dalam hubungan pernikahan itu sendiri. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi dengan informan penelitian yang terdiri dari dua pasangan suami-istri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan childfree mengalami variasi dialektika dalam analisis internal dan eksternal. Pasangan pertama (P dan R) menghadapi dialektika keterpisahan dan kebersamaan (autonomy-connection), dengan P ingin hidup tanpa anak sementara R ingin memiliki anak. Pasangan kedua (W dan I) menghadapi dialektika kepastian dan ketidakpastian (certainty-uncertainty), dengan W meragukan komitmen childfree mereka karena I menyukai anak kecil. Dalam dialektika eksternal, pasangan childfree menghadapi ketegangan pengungkapan dan penyembunyian (revelation-concealment). Secara umum, pasangan cenderung tidak ingin secara terbuka mengungkapkan pilihan mereka karena adanya stigma negatif masyarakat terhadap childfree. Pada intinya teori dialektika relasional menawarkan diskusi rasional di antara pasangan ketika menghadapi ketegangan terkait menjalani keputusan childfree dari pengaruh secara internal dan eksternal. Diskusi rasional yang dilakukan pasangan adalah dengan mengelola kontradiksi-kontradiksi yang ada secara seimbang. Pengelolaan dialektika internal cenderung menggunakan strategi seleksi dan integrasi berupa reframing, sementara dialektika keterbukaan dan ketertutupan (openness-closedness) menggunakan strategi segmentasi dan diskualifikasi dalam masalah finansial. Dalam dialektika eksternal, pasangan menggunakan strategi netralisasi dan alterasi siklik yang sesuai dengan kategori dialektika yang dihadapi. Upaya kompromi dan pergantian menjadi ciri khas pasangan dalam mengungkapkan dan menyembunyikan (revelation-concealment) keputusan childfree kepada lingkungan sosial.

This study aims to gain knowledge about dialectics in married couples who undergo childfree decisions and understand the communication patterns of married couples in undergoing childfree decisions and efforts to manage dialectics carried out by couples in the marriage relationship itself. The research method for this study is qualitative with a case study approach. Research data were obtained through in-depth interviews and observations with research informants consisting of two married couples. The results of this study indicate that childfree couples experience dialectical variations in internal and external analysis. The first couple (P and R) face a dialectic of autonomy-connection, with P wanting to live without children while R wanting to have children. The second couple (W and I) face a dialectic of certainty and uncertainty, with W doubting their childfree commitment because I likes small children. In the external dialectic, childfree couples face the tension of revelation-concealment. In general, couples tend not to want to openly express their choices because of the negative social stigma against childfree. In essence, the theory of relational dialectics offers a rational discussion between partners when facing tensions related to making decisions child-free from internal and external influences. The rational discussion conducted by the pair is to manage the contradictions that exist in a balanced way. Management of internal dialectics tends to use selection and integration strategies as reframing, while openness-closedness uses segmentation and disqualification strategies in financial matters. In the external dialectic, the couple uses neutralization and cyclic alteration strategies that are appropriate to the dialectical category they are facing. Attempts to compromise and change are characteristic of couples in revelation-concealment childfree decisions to the social environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>