Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulaika Rosalin
"Pendahuluan: Kanker ginekologi adalah kanker yang dimulai pada organ reproduksi wanita. Lima jenis utama kanker ginekologi adalah kanker serviks, kanker ovarium, kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva. Nyeri kanker merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien kanker, lebih dari 70% individu dengan kanker stadium lanjut menderita nyeri sedang hingga berat (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) sehingga menimbulkan kesulitan dalam merawat diri sendiri dalam melanjutkan aktivitas hidup sehari-hari dan stress. Penggunaan opioid pada pasien yang mengalami nyeri kanker diketahui memberikan efek analgesia yang memadai untuk nyeri yang lebih berat, namun memiliki efek samping dan dapat menimbulkan kecanduan. Elektroakupunktur dapat berfungsi sebagai terapi komplementer untuk menghilangkan rasa sakit terkait kanker dan pengobatan kanker.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal multisenter dilakukan pada 54 pasien nyeri kanker ginekologi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak sesuai kriteria eksklusi. Subjek penelitian dirandomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu 27 subjek kelompok elektroakupunktur dan terapi standar dan 27 subjek kelompok terapi standar. Kelompok elektroakupunktur dan terapi standar akan mendapatkan terapi satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut, terapi selama 30 menit dengan gelombang continuous, frekuensi 2 Hz, titik akupunktur yang digunakan adalah LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Intensitas nyeri dengan skor VAS, kualitas hidup pasien dengan EORTC QLQ-C30 dan dosis analgetik merupakan luaran primer yang dinilai.
Hasil: Perbandingan rerata penururnan skor VAS hari pertama lebih besar pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dengan nilai p = 0,009, Perbaikan skor kualitas hidup pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar lebih baik daripada kelompok terapi standar saja pada status fungsi fisik, fungsi model diri, fungsi emosi, fungsi kognitif, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Sedangkan penilaian pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar pada hari pertama dan hari ketujuh didapatkan hasil bermakna pada status kesehatan menyeluruh, fungsi fisik, fungsi emosi, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, nyeri, insomnia, konstipasi, perbaikan nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Serta penurunan total dosis anlagetik harian lebih besar pada kelompok terapi elektroakupunktur dan terapi standar.
Kesimpulan: Terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dapat menurunkan skor VAS serta dosis analgetik harian disertai perbaikan pada kualitas hidup pasien.

Introduction: Gynecological cancer is cancer that starts in the female reproductive organs. The five main types of gynecological cancer are cervical cancer, ovarian cancer, uterine cancer, vaginal cancer, and vulvar cancer. Cancer pain is a common symptom in cancer patients, more than 70% of individuals with advanced cancer suffer from moderate to severe pain (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) which causes difficulty in caring for themselves in continuing daily life activities and stress. . The use of opioids in patients experiencing cancer pain is known to provide adequate analgesia for more severe pain, but has side effects and can cause addiction. Electroacupuncture may serve as a complementary therapy for cancer-related pain relief and cancer treatment.
Methods: A multicenter single-blind randomized clinical trial was conducted on 54 patients with gynecological cancer pain who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The research subjects were randomized into 2 groups, namely 27 subjects in the electroacupuncture and standard therapy group and 27 subjects in the standard therapy group. The electroacupuncture and standard therapy groups will receive therapy once a day for three consecutive days, therapy for 30 minutes with continuous waves, frequency 2 Hz, the acupuncture points used are LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Pain intensity with VAS score, quality of life of patients with EORTC QLQ-C30 and analgesic dose were the primary outcomes assessed.
Results: Comparison of the mean reduction in VAS score on the first day was greater in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy with a p value = 0.009, Improvement in score The quality of life in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy was better than the standard therapy group alone in the status of physical function, self-model function, emotional function, cognitive function, social function, fatigue, nausea and vomiting, shortness of breath, appetite with a p value < 0.05. Meanwhile, the assessment in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy on the first day and the seventh day showed significant results on overall health status, physical function, emotional function, social function, fatigue, nausea and vomiting, pain, insomnia, constipation, improvement in appetite with values p < 0.05. And the reduction in total daily analgesic dose was greater in the electroacupuncture therapy and standard therapy groups.
Conclusion: Combination therapy of electroacupuncture and standard therapy can reduce VAS scores and daily analgesic doses accompanied by improvements in the patient's quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryamin
"Pendahuluan : Nyeri kanker bukan hanya terjadi akibat dari kanker itu sendiri namun mencakup pengobatan, efek samping pengobatan, proses diagnosis dan hal lain yang tidak berhubungan dengan penyakit kanker itu sendiri. Dalam penanggulangan nyeri banyak obat analgetik yang digunakan sehingga menimbulkan efek samping. Baik nyeri yang tidak teratasi maupun efek samping pengobatan nyeri dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan nyeri kanker. Salah satu pendekatan terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah menambahkan akupunktur pada terapi standar nyeri. Akupunktur telah terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri. Namun, aplikasi pada pasien kanker masing jarang dilakukan dalam praktek rawat inap rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas manual akupunktur dalam mengurangi intensitas nyeri yang dinilai dengan skor Visual Analog Scale (VAS) dan peningkatan kualitas hidup yang dinilai dengan The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ-C30)pada pasien nyeri kanker ginekologi yang dirawat inap .
Metode : Desain studi ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal dengan kontrol terapi standar. Penelitian ini diikuti oleh 58 pasien kanker ginekologi yang mengalami nyeri pada saat rawat inap. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=29) dan kontrol (n=29). Pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar diberikan terapi akupunktur pada titik LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong dan ST36 Zusanli, dilakukan setiap hari selama 3 hari, sementara pasien pada kelompok kontrol pasien hanya menerima terapi standar berupa obat analgetik saja.
Hasil : Penambahan terapi manual akupunktur dalam terapi standar didapatkan perbedaan signifikan dalam intensitas nyeri pada hari pertama, penurunan nyeri pada hari pertama dan kedua bila dibanding dengan hanya terapi standar. Pada penilaian kualitas hidup didapatkan peningkatan kualitas hidup yang lebih menyeluruh dengan penambahan manual akupunktur pada terapi standar dibanding hanya terapi standar saja. Penggunaan analegetik pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar lebih sedikit dibanding terapi standar
Kesimpulan : Penambahan manual akupunktur pada terapi standar meningkatkan penurunan intensitas nyeri, meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan dosis obat analgetik.

Introduction: Cancer pain does not only occur as a result of cancer itself but includes treatment, side effects of treatment, the diagnosis procedure and other things that are not related to cancer itself. In treating pain, many analgesic drugs are used which can cause side effects. Both unresolved pain and side effects of pain treatment can affect the quality of life of patients with cancer pain. One non-pharmacological therapy approach that can be used is adding acupuncture to standard pain therapy. Acupuncture has been proven to reduce pain intensity. However, its application to cancer patients is rarely carried out in hospital inpatient. The aim of this study was to assess the effectiveness of manual acupuncture in reducing pain intensity as assessed by the Visual Analog Scale (VAS) score and patient quality of life assessed by The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ- C30) in hospitalized gynecological cancer pain patients.
Methods: The design of this study is a single randomized controlled clinical trial with standard therapy controls. This study followed 58 gynecological cancer patients who experienced pain during hospitalization. Research subjects were randomly allocated into treatment (n=29) and control (n=29) groups. In the manual acupuncture and standard therapy groups, acupuncture therapy was given at points LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong and ST36 Zusanli, carried out every day for 3 days, while patients in the control group only received standard therapy in the form of analgesic drugs.
Results: The addition of manual acupuncture therapy to standard therapy resulted in a significant difference in pain intensity on the first day, a decrease in pain on the first and second days when compared with standard therapy alone. In assessing the quality of life, it was found that there was a more comprehensive improvement in quality of life with the addition of manual acupuncture to standard therapy compared to standard therapy alone. The use of analgesics in the manual acupuncture and standard therapy groups was less than standard therapy
Conclusion: The addition of manual acupuncture to standard therapy increases pain intensity reduction, improves quality of life and reduces the dose of analgesic drugs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvita Ratnasari
"Pendahuluan: Nyeri merupakan salah satu gejala terpenting pasien kanker, dengan hampir 40% dari semua pasien kanker mengalami nyeri sedang hingga berat. Pasien Onkologi Ginekologi dengan perawatan paliatif memiliki keluhan utama nyeri atau mual/muntah yang signifikan. Direkomendasikan kuat oleh WHO mengenai penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), parasetamol, dan opioid baik sendiri atau dalam untuk nyeri terkait kanker pereda nyeri tergantung pada penilaian klinis dan keparahan . kupunktur telinga adalah metode yang sederhanadan aman yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan bentuk perawatan kesehatan lainnya Saat ini belum ada penelitian tentang keefektifan terapi akupunktur telinga BFA dalam pengobatan nyeri kanker ginekologi untuk mengatasi berdasarkan konsistensi pemilihan titik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan terapi akupunktur telinga BattleField Acupuncture (BFA) dalam pengobatan nyeri kanker ginekologi.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal atau single blinded randomized control trial. Penelitian dilakukan di Rawat Inap RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah sakit Umum Pusat Persahabatan dan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada bulan Juli 2023 sampai dengan Desember 2023 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat 2 kelompok studi yaitu Kelompok akupunktur telinga ditambah dengan terapi standar dibandingkan dengan kelompok terapi standar saja. Pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan jarum tempel pada titik MA-IT1 Cingulate Gyrus, MA-AT2 Thalamus, MA-H2 Omega 2, MA-H1 Point Zero, MA-TF1 Shenmen pada kedua sisi telinga. Jarum diretensi selama tiga hari dan dilakukan perangsangan pada lokasi pemasangan jarum tempel dengan cara penekanan pada titik akupunktur telinga yang telah terpasang jarum tempel pada kedua sisi, 1 menit pada setiap titik , empat kali sehari, selama 3 hari berturut dan jarum tempel dilepas pada hari ke 3.
Hasil: Terdapat perbedaan hasil untuk intensitas nyeri, perubahan dosis analgetik, dan kualitas hidup, pada pasien dengan nyeri kanker ginekologi pada kelompok yang mendapatkan akupunktur telinga BFA ditambah dengan terapi standar dibandingkan dengan terapi standar saja.
Kesimpulan: Terapi akupunktur telinga BFA ditambah dengan terapi standar berpengaruh padaintensitas nyeri, perubahan dosis analgetik, dan kualitas hidup, pada pasien dengan nyeri kanker ginekologi dibandingkan dengan terapi standar saja.

Introduction: Pain is one of the most important symptoms of cancer patients, with almost40% of all cancer patients experiencing moderate to severe pain. Gynecologic Oncology patients on palliative care have a chief complaint of significant pain or nausea/vomiting.There are strong recommendations by WHO regarding the use of non- steroidal anti- inflammatory drugs (NSAIDs), paracetamol, and opioids either alone or in cancer-related pain relief depending on clinical assessment and severity. Ear acupuncture is a simple and safe method that can be used alone or in combination with other forms of health care.Currently there has been no research on the effectiveness of BFA ear acupuncture therapyin the treatment of gynecological cancer pain to overcome based on the consistency of point selection, so it is necessary to conduct research on the effectiveness of acupuncture therapy BattleField Acupuncture (BFA) Ear in the treatment of gynecologic cancer pain.
Method: The design of this research is a single blinded randomized control trial. The research was conducted at the Inpatient Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo, Friendship Center General Hospital and Fatmawati Hospital Jakarta from July 2023 to December 2023 who meet the inclusion and exclusion criteria. There were 2 study groups, namely the ear acupuncture group plus standard therapy compared to the standard therapy alone group. In the treatment group, needles were placed at the MA-IT1 CingulateGyrus, MA-AT2 Thalamus, MA-H2 Omega 2, MA-H1 Point Zero, MA-TF1 Shenmen points on both sides of the ear. The needle is retained for three days and stimulation is carried out at the location where the needle is inserted by pressing the ear acupuncture points where the needle has been installed on both sides, for 1 minute at each point, fourtimes a day, for 3 consecutive days and the needle is removed at day 3.
Results: There were differences in outcomes for pain intensity, changes in analgesic dose,and quality of life, in patients with gynecological cancer pain in the group who received BFA ear acupuncture plus standard therapy compared with standard therapy alone.
Conclusion: BFA ear acupuncture therapy plus standard therapy has an effect on pain intensity, changes in analgesic dose, and quality of life, in patients with gynecological cancer pain compared with standard therapy alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Kannesia Dahuri
"Pendahuluan : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) adalah pilihan utama untuk batu ginjal yang berukuran lebih dari 2 cm. Tindakan ini dapat menimbulkan nyeri pasca operasi yang merupakan masalah yang sering terjadi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Prevalensi nyeri pasca PCNL di Indonesia bervariasi. Penanganan nyeri pasca operasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan efek samping yang minimal. Saat ini, metode standar dalam menangani nyeri pasca operasi yang digunakan di seluruh dunia adalah dengan penggunaan opiod. Namun penggunaan opioid memiliki banyak efek samping dan dapat mempengarui kualitas hidup pada pasien. Sehingga diperlukan tatalaksana yang aman, nyaman dan efektif dalam mengatasi nyeri pasca PCNL, salah satunya adalah dengan Elektroakupunktur telinga Battlefield Acupuncture (BFA).
Metode : Desain studi ini adalah serial kasus dengan jumlah sampel 8 pasien PCNL. Studi dilakukan dari November 2023 sampai Januari 2024. Elektroakupunktur telinga BFA dilakukan selama 30 menit pada kedua telinga, satu jam sebelum PCNL. Luaran yang dinilai adalah skor nyeri ( VAS ), kualitas hidup dengan kuesioner Short Form-36 (SF-36) ,penggunaan analgesik juga efek samping yang dialami pasien dicatat pada studi ini
Hasil : Terapi elektroakupunktur telinga BFA dapat menurunkan skala nyeri berupa Visual Analog Scale ( VAS ) pada pasien operasi PCNL batu ginjal. Pada 24 jam pasca PCNL dan EA BFA, 7 dari 8 pasien dengan presentase 87,5% pasien mengalami penurunan skor VAS dan pada 7 hari pasca PCNL dan EA BFA, ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien mengalami penurunan skor VAS. Terapi elektroakupunktur telinga BFA juga dapat meningkatkan kualitas hidup pada 7 hari pasca tindakan yang diukur dengan menggunakan short form 36 ( SF36 ) pada pasien pasca PCNL dan EA BFA. Terapi elektroakupunktur telinga BFA aman, tidak menimbulkan efek samping dan pada pasien hanya mendapatkan tambahan terapi Paracetamol 1000mg .
Kesimpulan : Terapi Elektroakupunktur BFA dapat diberikan pada pasien PCNL dengan keamanan yang terbukti baik pada ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien tidak mengalami efek samping pasca EA BFA.

Introduction : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is the main choice for kidney stones larger than 2 cm. This procedure can cause post-operative pain, which is a problem that often occurs and can affect the patient's quality of life. The prevalence of post-PCNL pain in Indonesia varies. Postoperative pain management aims to reduce or eliminate pain with minimal side effects. Currently, the standard method of treating post- operative pain used throughout the world is the use of opioids. However, the use of opioids has many side effects and can affect the patient's quality of life. So safe, comfortable and effective treatment is needed to treat post-PCNL pain, one of which is Battlefield Acupuncture (BFA) ear electroacupuncture.
Methods : The design of this study was a case series with a sample size of 8 PCNL patients. The study was conducted from November 2023 to January 2024. BFA ear electroacupuncture was performed for 30 minutes on both ears, one hour before PCNL. The outcomes assessed were pain scores (VAS), quality of life with the Short Form-36 (SF-36) questionnaire, use of analgesics as well as side effects experienced by patients recorded in this study.
Results : BFA ear electroacupuncture therapy can reduce the pain scale in the form of a Visual Analog Scale (VAS) in kidney stone PCNL surgery patients. At 24 hours after PCNL and EA BFA, 7 of 8 patients with a percentage of 87.5% of patients experienced a decrease in VAS scores and at 7 days after PCNL and EA BFA, all 8 patients with a percentage of 100% of patients experienced a decrease in VAS scores. BFA ear electroacupuncture therapy can also improve quality of life 7 days after the procedure as measured using the short form 36 (SF36) in patients after PCNL and EA BFA. BFA ear electroacupuncture therapy is safe, does not cause side effects and patients only receive additional 1000mg Paracetamol therapy.
Conclusion : BFA Electroacupuncture therapy can be given to PCNL patients with proven safety in 8 patients with a 100% percentage of patients not experiencing side effects after EA BFA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tulangow, Indri Winny
"Nyeri merupakan masalah utama yang sering di alami oleh pasien kanker ginekologi yang berdampak pada berbagai aspek baik biopsikososio dan spiritual pasien, di laporkan ada 70 % pasien yang menderita kanker ginekologi, mengalami nyeri pada berbagai tingkat nyeri bahkan 33% pada pasien yang dinyatakan sembu. Meskipun tersedia agen farmakologis yang efektif dan pedoman manajemen nyeri berbasis bukti, nyeri kanker terus menjadi gejala yang menantang terkait dengan hambatan pengendalian nyeri yang berasal dari sikap terhadap pengendalian nyeri, sumber sistem, dan peraturan terkait ras, sosial dan ekonomi maupun hal yang berkaitan dengan kepercayaan atau keagamaan. Pendekatan manajemen yang efektif sangat di butuhkan dan terapi SEFT merupakan salah satu terapi non farmakologi yang di usulkan sebagai metode potensial untuk mengurangi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dalam manajemen nyeri pada pasien kanker ginekologi. Metode penelitian yang digunakan menggunakan desain RCT dengan rancangan parallel. Jumlah sampel sebanyak 48 partisipan yang diacak dengan blok randomisasi ke dalam 24 kelompok kontrol dan 24 kelompok intervensi. Penelitian yang di lakukan di RS R.D. Kandou Manado. Dengan memberikan terapi SET selama 15-20 menit pada kelompok intervensi dan pemberian leaflet pada kelompok kontrol. Pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale dilakukan selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi SEF mampu menurunkan skala nyeri pada pasien kanker ginekologi di bandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai P=0,000 (α<0,05). Penerapan terapi SEFT dapat menjadi acuan perawat onkologi dalam memberikan terapi non-farmakologi untuk menurunkan nyeri, stres serta meningkatkan kesejahteraan spiritual pasien terutama pasien kanker ginekologi.

Pain is the main problem often experienced by gynecological cancer patients which has an impact on various aspects, both biopsychosocial and spiritual of the patient. It is reported that 70% of patients suffering from gynecological cancer experience pain at various levels of pain, even 33% of patients who are declared cured. Despite the availability of effective pharmacologic agents and evidence-based pain management guidelines, cancer pain continues to be a challenging symptom associated with barriers to pain control stemming from attitudes toward pain control, system resources, and racial, social and economic regulations and beliefs. or religious. An effective management approach is urgently needed and SEFT therapy is one of the non-pharmacological therapies proposed as a potential method for reducing pain. This study aims to identify the effectiveness of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy in pain management in gynecological cancer patients. The research method used was an RCT design with a parallel design. The total sample was 48 participants who were randomized by block randomization into 24 control groups and 24 intervention groups. Research conducted at R.D. Hospital. Kandou Manado. By providing SEFT therapy for 15-20 minutes in the intervention group and giving leaflets to the control group. Pain scale measurements using the Numeric Rating Scale were carried out for 5 days. The results showed that SEFT therapy was able to reduce the pain scale in gynecological cancer patients compared to the control group with a value of P=0.000 (α<0.05). The application of SEFT therapy can be a reference for oncology nurses in providing non-pharmacological therapy to reduce pain, stress and improve the spiritual well-being of patients, especially gynecological cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Erlangga Putra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Di Indonesia diperkirakan ada 100 pasien kanker baru per 100.000 penduduk setiap tahun dan nyeri menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi pasien dengan kanker. Paint Management Index (PMI) adalah suatu instrumen untuk menilai tingkat kesesuaian terapi nyeri kanker yang dibuat berdasarkan panduan terapi nyeri kanker WHO dan Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR). Kesesuaian terapi nyeri dinyatakan baik bila pemberian obat analgesik sesuai dengan kualitas nyeri yang dikeluhkan pasien.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan latar belakang dokter PPDS dengan tingkat kesesuaian terapi nyeri pada pasien kanker berdasarkan PMI.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah pasien kanker yang berobat rawat jalan maupun rawat inap di RSCM. Sampel diambil dengan metode consecutive. Data penelitian didapatkan melalui wawancara Subjek penelitian. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan nilai p yang dianggap bermakna apabila kurang dari 0,05.
Hasil: Sampel sebanyak 98 pasien kanker dengan rerata usia 47,2 ± 13,4 tahun dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (52%). Lokasi kanker tertinggi pada daerah genital (23,5%) dengan stadium kanker terbanyak pada stadium 3 (38,7%). Median intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi ada pada skala nyeri 4 (1-9) dan 1 (0-6). Latar belakang pendidikan dokter berasal dari 5 departemen dengan tahun pendidikan terbanyak pada tahun ketiga (54,1%). Proporsi kesesuaian terapi Antinyeri (Skor PMI ≥ 0) sebesar 54,1%. Hubungan antara kesesuaian terapi nyeri dengan latar belakang pendidikan dokter PPDS (p<0,001) dan tahun pendidikan (p=0,022).
Simpulan: Proporsi kesesuaian terapi nyeri pada pasien kanker di RSCM sebesar 54,1% dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan latar belakang pendidikan dokter PPDS dalam kesesuaian terapi nyeri kanker.

ABSTRACT
Background: In Indonesia, there are an estimated 100 new cancer patients per 100.000 populations every year and pain becomes one of the major problems faced by patients with cancer. Paint Management Index (PMI) is an instrument to assess the suitability of cancer pain therapy which is based on the WHO cancer pain treatment guidelines and Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR). Suitability of pain therapy is considered good when giving analgesics according to the pain quality which complained by the patient.
Aim: To know the relationship between level of education and background of doctors who participate in specialist medical education program with the suitability of pain therapy in cancer patients based on PMI.
Method: This study used a cross-sectional design. The study population was outpatients or inpatients with cancer at the RSCM. Samples were taken with consecutive sampling. Data were obtained through interview with the subjects. Data were analyzed using chisquare test and p values were considered significant if lower than 0.05.
Result: There were 98 cancer patients with a mean age of 47.2 ± 13.4 years and most were female (52%). Highest location of cancers was in the genital area (23.5%) and cancer stage mostly in stage 3 (38.7%). Median of pain intensity before and after the therapy were 4 (1-9) and 1 (0-6) respectively. Doctors? educational background came from 5 different departments with the highest level of education was in the third year (54.1%). Suitability of anti-pain therapy (PMI Score ≥ 0) was 54.1%. The relationship between the suitability of pain therapy by doctors who participate in specialist medical education program (p <0.001) and level of education (p = 0.022).
Conclusion: Suitability of anti-pain therapy in cancer patients in RSCM was 54,1% and there was association between the suitability of pain therapy by doctors who participate in specialist medical education program and level of education.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Estu Renaning Tyas
"Pendahuluan: Di Amerika Serikat kanker pada anak terjadi pada 2% dari seluruh kasus kanker. Setelah trauma, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak-anak usia lebih dari satu tahun. Beberapa tahun belakangan, kemajuan protokol terapi memberikan perbaikan yang signifikan terhadap prognosis pada pasien kanker anak. Selain itu juga menimbulkan permasalahan baru salah satunya adalah nyeri kanker. Studi klinis terbaru menunjukkan bahwa hampir 50% pasien kanker rawat jalan mengalami nyeri yang belum tertangani dengan baik. Efek samping dari nyeri yang tidak tertangani dengan baik seperti : menurunnya kualitas hidup, susah tidur, peningkatan sensitivitas terhadap nyeri, dan kesulitan dalam tindakan medis, hambatan dalam aktivitas sosial, dan berkembangnya masalah perilaku dan emosional. Akupunktur telah terbukti merupakan terapi tambahan yang efektif jika dilakukan bersama pengobatan farmakologi konvensional untuk mengatasi nyeri kanker dan dapat mengurangi dosis analgetik dan efek sampingnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan obat analgetik, perubahan skor VAS intra kelompok, dan keberhasilan terapi pada kelompok akupunktur dan medikamentosa dan kelompok medikamentosa saja pada nyeri kanker anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan mengambil data di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien anak dengan nyeri kanker yang dirawat di Gedung Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara pada bulan Januari 2022- Juli 2023.
Hasil: Kedua kelompok dapat menurunkan skor VAS dan terdapat beda signifikan. Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi penggunaan jenis obat analgetik, penggunaan ekstra obat dan pengurangan dosis total morfin harian, namun diperlukan penelitian lebih lanjut. Kedua kelompok memberikan hasil yang baik pada luaran keberhasilan terapi
Kesimpulan: Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi obat analgetik, mengurangi skor VAS, dan memberikan hasil yang baik untuk keberhasilan terapi, namun diperlukan penelitian lebih lanjut.

Introduction: In the United States, childhood cancer occurs in 2% of all cancer cases. After trauma, cancer is the second leading cause of death in children over one year old. In recent years, advances in therapeutic protocols have provided significant improvements in the prognosis of pediatric cancer patients. Apart from that, it also creates new problems, one of which is cancer pain. Recent clinical studies show that nearly 50% of outpatient cancer patients have untreated pain. Side effects of pain that is not handled properly include: decreased quality of life, difficulty sleeping, increased sensitivity to pain, and difficulties in medical procedures, obstacles in social activities, and the development of behavioral and emotional problems. Acupuncture has been shown to be an effective adjunctive therapy when performed alongside conventional pharmacological treatment to treat cancer pain and can reduce analgesic doses and associated effects. The aim of this study was to determine the use of analgesic drugs, changes in intra-group VAS scores, and the success of therapy in the acupuncture and medication group and the medication alone group for childhood cancer pain.
Methode: This study used a retrospective cohort design by taking data at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The reachable population for this study is children with cancer pain who are treated at the Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara in January 2022-July 2023.
Results: Both groups can reduce the VAS score and there is a significant difference. Acupuncture and medication have the opportunity to reduce analgesic drugs, reduce extra drug use and reduce the total daily dose of morphine, but further research is needed. Both groups gave good results in terms of therapeutic success.
Conclusion: Acupuncture and medication have the opportunity to reduce the use of analgesic drugs, reduce VAS scores, and provide good results for successful therapy, but further research is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlly Surijadi
"Ansietas adalah sensasi ketakutan disertai gejala otonom. Prevalensi di Indonesia 6-7%, menyebabkan hendaya sosial-pekerjaan. Psikoterapi dan medikamentosa bertujuan mengembalikan keseimbangan neurotransmiter, namun memiliki kendala akses dan efek samping, sehingga pasien sering mencari terapi lain. Akupunktur diharapkan menjadi salah satu terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh elektroakupunktur terhadap kadar serotonin darah dan tingkat ansietas pasien dengan gejala ansietas, sebelum dan sesudah terapi. Desain uji klinis terandomisasi, jumlah sampel 38 responden dengan skor HARS 14-27, dibagi menjadi kelompok terapi=19, kontrol=19.
Hasil: skor HARS kelompok terapi menurun 14±3,62 (p<0,001) dengan keberhasilan 100%, lebih besar bermakna dibanding kontrol yang menurun 1,31±1,49 (p=0,001) dengan keberhasilan 63%; kadar serotonin darah sebelum dan sesudah terapi berbeda bermakna, pada kelompok terapi 47(-68)-(124) (p=0,005) dengan keberhasilan 100%, sedangkan kontrol 49(-92)-(252) (p=0,025) dengan keberhasilan 93%, tapi tidak berbeda bermakna antar kelompok (p=0,804).

Anxiety is a fear sensation, accompanied by autonomic symptoms. Indonesia prevalence 6-7%, causing social-occupational impairment. Psychotherapy and pharmacological restore neurotransmitters balances, but have access dan side effect constraints, resulting patients looking for other therapies. Acupuncture expected to be one of the therapy. The study determine electroacupuncture effect on blood serotonin levels and levels of anxiety in patients with anxiety symptoms before-after therapy. Randomized clinical trials design, sample size 38 respondens with HARS scores 14-27, divided into treatment=19, control=19.
Results: HARS scores decrease in the treatment group 14±3.62 (p<0.001) with success rate 100%, are significantly greater than control 1.31±1.49 (p=0.001) with success rate 63%; blood serotonin levels significantly different between before and after therapy, treatment group 47(-68)-(124) (p=0.005) with success rate 100%, control 49(-92)-(252)(p=0.025) with success rate 93%, not significantly different compared between group (p=0.804).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Ariyanti
"Kanker prostat merupakan salah satu penyakit keganasan pada saluran kemih atau organ reproduksi pria yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada pria di dunia. Salah gejala yang dirasakan oleh pasien kanker adalah nyeri. Manajemen nyeri yang adekuat diperlukan agar nyeri dapat dikontrol dengan baik. Karya Ilmiah Akhir Ners ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk melaporkan kasus pasien dengan kanker prostat dan penerapan intervensi terapi musik pada manajemen nyeri. Salah satu intervensi yang digunakan dalam manajemen nonfarmakologi adalah terapi musik. Musik dapat menstimulasi pelepasan endorphin dan sistem neuro-hormonal, bereaksi pada reseptor spesifik di otak yang dapat mengubah emosi, mood, fisiologis dan psikologis dimana dapat berpengaruh terhadap respon dan persepsi pasien terhadap nyeri yang dirasakan. Hasil yang didapatkan setelah intervensi selama enam (6) hari didapatkan terdapat penurunan skala nyeri.

 


Prostate cancer is a cancer of the urinary system in the male reproductive organs, which is one of the biggest causes of death in men in the world. One of the symptoms of cancer patients is pain. Adequate pain management is required so that pain can be well controlled. This Paper is a case study which aims to report cases of patients with prostate cancer and the application of music therapy interventions to pain management. One of the interventions used in nonpharmacological management is music therapy. Music can stimulate the release of endorphins and the neuro-hormonal system, reacting to specific receptors in the brain that can change emotions, moods, physiology and psychology which can affect the patients response and perception of pain. The results obtained after the intervention for six (6) days showed a decrease in the pain scale"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandy
"Nyeri kanker timbul pada sekitar 40% pasien kanker dan meningkat hingga 75-80% saat kankernya menyebar. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dengan opioid dapat menimbulkan efek samping, toleransi dan adiksi, sehingga diperlukan modalitas lain dalam mengatasi nyeri kanker. Akupunktur merupakan suatu modalitas terapi yang banyak digunakan untuk membantu kondisi ini. Penelitian terhadap penggunaan akupunktur aurikular sebagai terapi untuk nyeri kanker masih sedikit, dan belum terdapat suatu tinjauan sistematis untuk menilainya. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui efektivitas akupunktur aurikular pada nyeri kanker. Tinjauan sistematis ini menggunakan daftar periksa PRISMA. Dari 3 studi yang dianalisis, semuanya menunjukkan penurunan intensitas nyeri dan terdapat luaran tambahan berupa pengurangan dosis analgesik harian, jumlah obat, dan posisi dalam WHO analgesic ladder. Kualitas studi yang dinilai dengan Cochrane Risk of Bias Tool terbaru dan GRADE mengungkapkan bahwa meski terdapat risiko bias yang digunakan pada dua studi, namun masih termasuk dalam rekomendasi Moderate, sementara studi oleh Ruela dkk (2018) mendapat rekomendasi High. Dapat disimpulkan, meskipun studi yang dianalisa masih sedikit, namun kualitasnya cukup baik dalam memaparkan efektivitas akupunktur aurikular pada nyeri kanker.

Cancer pain occurs in about 40% of cancer patients and increases to 75-80% when the cancer spreads. Pharmacological pain management with opioids can cause side effects, tolerance and addiction, so other modalities are needed in dealing with cancer pain. Acupuncture is a widely therapeutic modality to help this condition. There is little research of auricular acupuncture as a therapy for cancer pain, and there is no a systematic review to assess it. The purpose of this paper is to determine the effectiveness of auricular acupuncture on cancer pain. This systematic review uses the PRISMA checklist. Of the 3 studies analyzed, all showed a decrease in pain intensity and additional outcomes that is a reduction in the daily analgesic dose, drug amount, and position in the WHO analgesic ladder. The quality of the study assessed by Cochrane Risk of Bias Tool and GRADE revealed that although there was a risk of bias used in the two studies, it was still included in the Moderate recommendation, while the study by Ruela (2018) received a High recommendation. It can be concluded, although the studies analyzed are still few, they are of good quality in describing the effectiveness of auricular acupuncture in cancer pain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>