Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132981 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lowly Cania Armys
"Dalam menjalankan operasional rumah sakit, diperlukan peran yang sangat penting dari Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK). Ketersediaan dan kompetensi tenaga kesehatan yang memadai sangat penting untuk memastikan pelayanan kesehatan yang efektif, aman, dan berkualitas. Tingginya tingkat pengajuan lembur di Unit Farmasi bisa menjadi salah satu tanda beban kerja yang tinggi, ketidakefisienan proses kerja, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor kerja lembur dan hubungannya dengan jam kerja lembur pegawai Unit Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada pegawai Unit Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia secara daring dengan metode pengisian self-administered questionnaire. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pegawai kerja lembur karena beban kerja yang tinggi, hal ini tidak sesuai dengan perhitungan analisis beban kerja yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil uji univariat dalam penelitian ini menyatakan bahwa pegawai bekerja lembur karena beban kerja yang tinggi, menyukai pekerjaan, dan untuk pengembangan diri. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja yang tinggi dan faktor kerja lembur untuk pengembangan diri terhadap jam kerja lembur pegawai.

In carrying out hospital operations, a very important role is needed from Health Human Resources (HRK). The availability and competence of adequate health personnel is very important to ensure effective, safe and quality health services. The high rate of overtime applications in the Pharmacy Unit can be a sign of high workload, inefficiency in work processes, and so on. This research aims to determine the factors of overtime work and their relationship with overtime working hours for employees of the Pharmacy Unit at the University of Indonesia Hospital using quantitative research methods. This research was carried out by distributing questionnaires to employees of the Pharmacy Unit at the University of Indonesia Hospital online using the self-administered questionnaire method. The results of this research showed that employees worked overtime because of the high workload, this was not in accordance with the workload analysis calculations that had been carried out previously. The results of the univariate test in this study stated that employees worked overtime because of the high workload, liked the job, and for self-development. In this research it can be concluded that there is a significant relationship between high workload and overtime work factors for self-development towards employee overtime working hours."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Lestari
"Waktu pelayanan resep obat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan farmasi yang diatur dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal, standar waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan ditetapkan £30 menit, sementara untuk obat racikan £60 menit. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif yang berfokus untuk mengkaji indikator mutu waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengambil sampel data yang terdapat di lapangan secara langsung dalam satu waktu. Berdasarkan hasil evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI pada periode Mei – Agustus 2022, rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah 45,25 menit ± 0,064. Terdapat sebanyak 40,43% resep obat jadi yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 59,57% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah 66,75 menit ± 0,037. Terdapat sebanyak 63,12% resep obat racikan yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 36,68% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai Standar Pelayanan Minimal.

Prescription service time is an indicator of the quality of pharmaceutical services regulated in the Hospital Minimum Service Standards. Based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Service Standards, the standard waiting time for non-concoction drugs service at outpatient pharmacy depots is set at £30 minutes, while for concoction drugs it is £60 minutes. This research is a descriptive non-experimental study that focuses on examining quality indicators of waiting time for prescription services at the Outpatient Pharmacy Depot at the University of Indonesia Hospital. Data collection in this study used a cross-sectional approach, by taking samples of data contained directly at one time. Based on the results of an evaluation of the waiting time for drug prescription services at the University of Indonesia Hospital Outpatient Pharmacy Depot in the period May – August 2022, the average waiting time for non-concoction drug services is 45.25 minutes ± 0.064. There were 40.43% of non-concoction drug prescriptions that were by the Minimum Service Standards and 59.57% of prescriptions with inappropriate service waiting times. The average waiting time for concoction drug service is 66.75 minutes ± 0.037. There were 63.12% of prescriptions for the concoction of drugs that met the Minimum Service Standards and 36.68% of prescriptions with service waiting times that did not comply with the Minimum Service Standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Kartika Ratri
"Fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan harus memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana, dan perbekalan farmasi yang memenuhi standar pelayanan. Mengelola perbekalan farmasi merupakan peran dari apoteker, termasuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dalam mengelola perbekalan farmasi, apoteker harus menjamin kualitas, fungsi, dan keamanannya. Banyak perbekalan farmasi seperti obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang tersedia dan/atau harus disediakan di depo farmasi IGD termasuk ke dalam kategori emergensi, sehingga dalam pengelolaan dan pengendaliannya harus menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengendalian perbekalan farmasi penting dilakukan di IGD untuk memastikan bahwa persediaan yang ada efektif dan efisien. Dalam melakukan pengendalian, dibutuhkan kontrol dan pengawasan yang lebih ketat pada persediaan fast moving karena barang-barang tersebut lebih sering dikeluarkan. Tujuan dilaksanakannya tugas khusus ini adalah melihat dan menentukan perbekalan farmasi (obat dan BMHP) di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas Indonesia (IGD RSUI) yang termasuk ke dalam kategori Fast Moving, kemudian menentukan kelompoknya berdasarkan penyerapan dananya yang didapat dari analisis ABC. Untuk melakukan hal tersebut, diambil data penggunaan obat dan BMHP di IGD RSUI selama bulan November 2022 sampai Januari 2023, kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis interpretasi. Total barang fast moving di Depo Farmasi IGD RS UI adalah sejumlah 356 item, dengan 238 item di antaranya adalah obat dan 118 item berupa BMHP. Dari seluruh barang fast moving, item dengan penyerapan dana paling besar adalah Desrem 100 mg Powder Injection, obat COVID-19 yang berisi Remdesivir. Obat ini memiliki harga yang relatif mahal dan penggunaannya meningkat pada November 2022 karena terjadi peningkatan kasus COVID-19 pada saat itu.

Health Care facilities that provide emergency services such as hospitals, must have human resources, facilities, infrastructure, and pharmaceutical supplies that meet service standards. Managing pharmaceutical supplies is mainly a pharmacist’s role, including those in the emergency department. In managing pharmaceutical supplies, pharmacists must guarantee their quality, function, and safety. Many pharmaceutical supplies such as medicines and consumable medical materials that are available and/or must be provided at the emergency department are included in the emergency category, hence the inventory control must ensure the quantity and type of the supplies to comply with the established list of emergency supplies. Therefore, it is important to control pharmaceutical supplies in the Emergency Department to ensure that existing supplies are effective and efficient. In carrying out inventory control, stricter supervision is especially needed on fast-moving items because those supplies are used more frequently. The aim of this project is to see and determine which pharmaceutical supplies (medisines and consumable medical materials) in the Emergency Department of the University of Indonesia Hospital (IGD RSUI) are in the Fast-Moving category, then determine the item’s group based on the absorption of funds obtained from the ABC analysis. To do this, pharmaceutical supplies usage data in the period of November 2022 to January 2023 in the IGD RSUI was taken, and then the data was processed and interpretation analysis were carried out. The total amount of fast-moving items at the IGD RSUI is 356 items, of which 238 items are medicines and 118 items are consumable medical materials. Of all the fast-moving items, the item with the largest absorption of funds is Desrem 100 mg Powder Injection, a COVID-19 medicine containing Remdesivir. This medicine has a relatively expensive price and its use was increased in November 2022 due to an increased case of COVID- 19 at that time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Theresa
"Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, salah satu contohnya adalah Rumah Sakit Universitas Indonesia. Secara umum, pelayanan kefarmasian di rumah sakit dibagi menjadi pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinis. Berfokus pada pengelolaan sediaan farmasi, kegiatan tersebut merupakan salah satu hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi keberlangsungan pelayanan hingga kesuksesan suatu instansi. Apabila tidak efektif maka dapat menyebabkan berkurangnya kebutuhan obat, overstock akibat adanya perencanaan yang tidak sesuai, hingga terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional. Overstock inilah yang nantinya akan menyebabkan kurangnya tempat penyimpanan obat yang baik hingga menimbulkan adanya dead stock sehingga menyebabkan pemborosan anggaran rumah sakit. Oleh karen itu, dalam hal untuk mengevaluasi dan mencegah adanya penumpukan sediaan farmasi di RSUI khususnya di Depo Farmasi IGD, maka dilakukan analisis untuk mengetahui sediaan obat dan BMHP yang termasuk ke dalam kategori dead stock beserta persentase jumlahnya yang berada di Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Indonesia pada periode Januari – Maret 2023. Kegiatan ini dilakukan dengan desain observasional yang diawali dengan melakukan studi literatur dan dilanjutkan dengan pengambilan data Stock Card Detail dan Stock on Hand (SOH) khususnya pada Depo Farmasi IGD RSUI periode Januari – Maret 2023 yang kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel. Sediaan obat dan BMHP yang masuk ke dalam kategori dead stock di Depo Farmasi IGD RSUI pada periode bulan Januari – Maret 2023 mencapai 1024 item dengan persentase 26,39%
A hospital is a health service institution that provides comprehensive individual health services that provide inpatient, outpatient, and emergency services, one example is the University of Indonesia Hospital. In general, pharmaceutical services in hospitals are divided into management of pharmaceutical preparations and clinical pharmacy services. Focusing on the management of pharmaceutical preparations, this activity is one of the most important things because it can affect the continuity of the successful service. If not effective, it can lead to reduced drug needs, overstock due to inappropriate planning, and irrational drug use. Those overstocks will lead to a lack of proper drug storage, which can lead to dead stock, resulting in a waste of the hospital budget. Therefore, in terms of evaluating and preventing the accumulation of pharmaceutical preparations in RSUI, especially in the Emergency Pharmacy Depot, an analysis is carried out to find out which drug preparations are included in the dead stock category along with the percentage of the amount in the Emergency Installation Pharmacy Depot at the University of Indonesia Hospital in the period January - March 2023. This activity was carried out with an observational design which began with conducting a literature study and continued with stock card detail and stock on hand (SOH) data collection, especially at the Emergency Pharmacy Depot for the January - March period 2023 then processed using Microsoft Excel. All drug preparations that fall into the dead stock category at the RSUI Emergency Pharmacy Depo in the January-March 2023period reached 1024 items with a percentage of 26.39%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dezh Nahda Athiyya
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan suatu metode yang bertujuan mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat (WHO, 2003). Evaluasi penggunaan obat merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 (Kementrian Kesehatan, 2016). Evaluasi penggunaan obat dapat melihat dan menilai penggunaan obat secara bijak. WHO telah merekomendasikan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) dalam mengevaluasi penggunaan obat. Metode ini mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik (WHO, 2021). Perbaharuan data kode ATC/DDD di Rumah Sakit Universitas Indonesia dilakukan dengan mengumpulkan data dari web WHO dan menghasilkan data yang berisi kode internasional obat (ATC), dosis harian (DDD), unit dose, dan rute pemberian obat yang dapat digunakan sebagai basis data untuk kebutuhan rumah sakit salah satunya dalam melakukan evaluasi penggunaan obat pasien Rumah Sakit Universitas Indonesia. Sebanyak 2.120 dari 2.331 sediaan farmasi telah terisi kode ATC/DDD yang terdiri dari 990 sediaan oral, 322 sediaan parenteral, 14 sediaan rektal, 3 sediaan transdermal, dan 3 sediaan vaginal.

Evaluation of drug use is a method that aims to identify problems related to drug use (WHO, 2003). Evaluation of drug use is one of the pharmaceutical service standards regulated in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 74 of 2016 (Ministry of Health, 2016). Evaluation of drug use can see and assess drug use wisely. WHO has recommended the Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) method in evaluating drug use. This method quantitatively measures the DDD value of antibiotic use (WHO, 2021). Updating ATC/DDD code data at the University of Indonesia Hospital is carried out by collecting data from the WHO website and producing data containing international drug codes (ATC), daily dose (DDD), unit dose, and route of drug administration which can be used as a database for One of the hospital needs is evaluating the use of medicines for patients at the University of Indonesia Hospital. A total of 2,120 of the 2,331 pharmaceutical preparations were filled with ATC/DDD codes, consisting of 990 oral preparations, 322 parenteral preparations, 14 rectal preparations, 3 transdermal preparations and 3 vaginal preparations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Salsabila Lutfi
"Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang bertujuan atau berorientasi kepada pelayanan pasien (patient oriented), penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu (quality) dan terjangkau (affordable) bagi semua lapisan masyarakat, termasuk pula di dalamnya pelayanan farmasi klinik (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan di rumah sakit yang harus memenuhi standar pelayanan minimal. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, salah satu indikator pelayanan farmasi yang diatur dalam standar pelayanan minimal (SPM) rumah sakit adalah waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Tercapainya pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan pemenuhan standar pelayanan minimal rumah sakit, termasuk di dalamnya pemenuhan standar pelayanan farmasi dengan indikator waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan. Evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia diharapkan dapat menggambarkan mutu pelayanan kefarmasian yang diberikan agar tercapai pelayanan yang bermutu dan berfokus pada pasien (patient oriented). Tujuan tugas khusus ini antara lain, mengetahui rata-rata waktu tunggu dan mengevaluasi kesesuaian waktu pelayanan resep pasien di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Pharmaceutical Service Standards in Hospitals emphasizes that pharmaceutical services in hospitals are an integral part of the hospital healthcare system aimed at providing patient-oriented care, offering quality and affordable pharmaceuticals, medical devices, and disposable medical materials to all segments of society, including clinical pharmacy services (Ministry of Health RI, 2014). Pharmaceutical services in hospitals are among those required to meet minimum service standards. According to Minister of Health Regulation Number 129 of 2008, one of the indicators of pharmaceutical services stipulated in the Minimum Service Standards of hospitals is the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications (Ministry of Health RI, 2008). The achievement of healthcare services is closely related to fulfilling the minimum service standards of hospitals, which includes meeting pharmaceutical service standards with indicators like waiting times for dispensing prescriptions. The evaluation of the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications at the Outpatient Pharmacy of the University of Indonesia Hospital is expected to illustrate the quality of pharmaceutical services provided to achieve high-quality and patient-centered care. The objectives of this paper include determining the average waiting time and evaluating the waiting times at the outpatient unit of the University of Indonesia Hospital with the Minimum Service Standards of Hospitals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Sondang Sagala
"Implementasi EMR merupakan kewajiban bagi setiap fasilitas pelayanan kesehatan, namun implementasi EMR masih menemui banyak kendala sehingga evaluasi menjadi hal yang penting untuk dilakukan, salah satunya dari sisi pengguna. Untuk itu RSUI merupakan salah satu rumah sakit yang telah menerapkan EMR dan belum ada penelitian yang dilakukan di rumah sakit ini. tujuan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan EMR berdasarkan perspektif tenaga kesehatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif-kuantitatif, dengan pengumpulan data primer melalui pengisian kuesioner oleh responden terpilih dengan cara purposive sampling dengan sampel 68 tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas informasi, kualitas sistem dan kualitas layanan berada pada kategori baik. Akan tetapi, terdapat beberapa indikator pada dimensi penelitian yang memiliki persentase kurang baik yang cukup tinggi yaitu kemudahan penggunaan (32,3%), keamanan (35,3%) dan kecepatan waktu respon (67,7%) pada kualitas sistem dan dukungan teknis berkaitan dengan panduan (57,3%) dan dukungan infrastruktur (30,9%) pada kualitas layanan. Sehingga, walaupun sudah berada pada kategori baik akan tetapi masih perlu dilakukan perbaikan khususnya pada indikator persepsi kurang baik dengan persentase cukup tinggi.

EMR implementation is an obligation for every health care facility, but EMR implementation still encounters many challenges so that evaluation becomes an important thing to do, one of which is from the user's perspective. For this reason, RSUI is one of the hospitals that has implemented EMR and no studies have been conducted at this hospital. The purpose of the study was to evaluate the implementation of EMR based on the perspective of health professionals at the University of Indonesia Hospital outpatient installation. This study used a descriptive quantitative analysis research design, with primary data collection through filling out questionnaires by selected respondents by purposive sampling with a sample of 68 health professionals. The results of this study indicate that information quality, system quality and service quality are in the good category. However, there are several indicators in the research dimensions that have a fairly high percentage of unfavorable, namely ease of use (32.3%), security (35.3%) and speed of response time (67.7%) in system quality and technical support related to guidance (57.3%) and infrastructure support (30.9%) in service quality. Thus, although it is already in the good category, improvements still need to be made, especially in the unfavorable perception indicator with a fairly high percentage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelia Champaca Firdausi
"Ketersediaan obat dan BMHP merupakan kebutuhan pokok yang harus dijaga. Pengendalian persediaan obat yang tidak tepat dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan stok, hal ini menjadi perhatian penting oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode Minimum-Maximum Stock Level (MMSL) pada efisiensi dan efektifitas persediaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia. Metode yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data penggunaan obat Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia diambil selama tiga bulan, yakni dari bulan Agustus hingga Oktober 2023. Metode pengendalian persediaan yang digunakan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUI adalah metode MMSL (Minimum-Maximum Stock Level). Metode MMSL ini adalah metode yang paling sederhana dalam pengendalian persediaan obat yang dapat diterapkan di instalasi farmasi rumah sakit. Jumlah pemesanan kembali dilakukuan ketika persediaan mencapai kondisi minimum, karena persediaan pada tingkat minimum disediakan untuk memenuhi persyaratan selama masa tenggang (waktu pengiriman). Periode penggunaan yang digunakan untuk menghitung stok minimum adalah 10 hari, sedangkan periode penggunaan yang digunakan untuk menghitung stok maksimum adalah 14 hari. Dalam jangka waktu Agustus sampai Oktober 2023, penggunaan BMHP terbanyak adalah BD Microfine 31G Insulin Needle New dengan rata rata penggunaan per harinya sebanyak 19 pieces.

Availability of medicines and BMHP is a basic need that must be maintained. Improper control of drug supplies can cause shortages or excess stock, this is an important concern for the University of Indonesia Hospital. The aim of this research is to determine the effect of the Minimum-Maximum Stock Level (MMSL) method on the efficiency and effectiveness of drug supplies in the Pharmacy Installation at the University of Indonesia Hospital. The method used is descriptive research with a quantitative approach. Data on drug use at the Outpatient Pharmacy Installation at the University of Indonesia Hospital was taken for three months, namely from August to October 2023. The inventory control method used at the RSUI Outpatient Pharmacy Installation is the MMSL (Minimum-Maximum Stock Level) method. The MMSL method is the simplest method for controlling drug supplies that can be applied in hospital pharmacy installations. The number of reorders is carried out when inventory reaches a minimum condition, because inventory at the minimum level is provided to meet requirements during the grace period (delivery time). The usage period used to calculate minimum stock is 10 days, while the usage period used to calculate maximum stock is 14 day. In the period from August to October 2023, the highest use of BMHP is BD Microfine 31G Insulin Needle New with an average use per day of 19 pieces.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Pengelolaan terhadap bahan medis habis pakai (BMHP) sangat penting untuk diperhatikan karena dalam menunjang fasilitas pelayanan terhadap pasien serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker perlu memahami berbagai macam BMHP beserta fungsi dan tingkat pemakaiannya. Namun, minimnya pengenalan calon apoteker dan paparan pengetahuan secara formal mengenai BMHP dapat menyulitkan calon apoteker dalam memahami dan mengelola BMHP sedangkan hal tersebut merupakan tanggung jawab apoteker, khususnya di RSUI dengan kapasitas pasien rawat inap yang relatif tinggi, tentu akan menggunakan banyak BMHP dan perlu dikelola dengan tepat. Oleh karena itu, penulis berminat untuk menelaah penggunaan kelompok BMHP umum dan set urin. Tujuan penulisan ini adalah mengenal berbagai macam BMHP umum dan set urin serta menganalisis laju pergerakan BMHP tersebut di Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Indonesia pada Desember 2022 – Januari 2023. Metode yang digunakan adalah observasi langsung, studi literatur dan menghitung penggunaan BMHP oleh pasien selama dua bulan terakhir. Hasil menunjukkan bahwa BMHP umum yang paling tinggi penggunaannya adalah Disposable Syringe with Needle 1; 3; 5; 10 CC/mL, Disposable Syringe without Needle 20 CC/mL dan BMHP set urin yang banyak digunakan adalah Urine Bag 2L, Underpad 60 x 90 cm, Foley Catheter 16 FR Rusch, Pediatric Urine Collector, Female Catheter 12 FR Aximed, Kondom Kateter M, Nelaton Catheter. Dapat disimpulkan bahwa berbagai macam BMHP umum dan set urin tersebut harus dijaga persediaannya dan BMHP yang termasuk kategori slow moving dapat direalokasikan ke depo lain yang lebih membutuhkan.

Management of consumable medical materials (BMHP) is important because it supports service facilities and improves the quality of life of patients. Pharmacists need to understand the various types of BMHP, as well as their functions and usage levels. However, the lack of knowledge and formal exposure about BMHP can make it difficult for future pharmacists to manage BMHP, meanwhile, this is the responsibility of the pharmacist, especially in RSUI with a relatively high capacity of inpatients, so a lot of BMHP need to be managed appropriately. Therefore, the author is interested in reviewing the use of general BMHP and urine sets. This paper aims to recognize various types of general BMHP and urine sets and to analyze the rate of movement of these BMHP at the Inpatient Pharmacy at the Universitas Indonesia Hospital in December 2022 – January 2023. The methods were direct observation, literature study, and calculating the use of BMHP for the last two months. The results showed that the most used BMHP was Disposable Syringe with Needle 1; 3; 5; 10 CC/mL, Disposable Syringe without Needle 20 CC/mL and BMHP urine sets were Urine Bag 2L, Underpad 60 x 90 cm, Foley Catheter 16 FR Rusch, Pediatric Urine Collector, Female Catheter 12 FR Aximed, Condom Catheter M, Nelaton Catheter. In conclusion, general BMHP and urine sets must be kept in stock and BMHP in the slow-moving category can be reallocated to other depots that are more in need."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Utami
"RSUI merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang menyelenggarakan standar pelayanan kefarmasian. Penyimpanan obat dilakukan untuk memelihara mutu dari sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan. Gap analysis dilakukan untuk melihat kesenjangan pelaksanaan teknik penyimpanan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di depo farmasi rawat jalan dan depo farmasi IGD RSUI dibandingkan dengan butir-butir Peraturan BPOM No. 24 Tahun 2021. Analisis dilakukan dengan cara mengobservasi dan menghitung jumlah kesenjangan. Hasil observasi menunjukkan masih terdapat kesenjangan pada sistem penyimpanan obat di Unit Farmasi RSUI. Persentase kesesuaian terhadap gap analysis yang ditemukan untuk sistem penyimpanan obat, dan bahan obat adalah 86,27%, sementara untuk sistem penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di depo farmasi rawat jalan dan IGD adalah 89,36%.

RSUI is a type B hospital that organizes pharmaceutical service standards. Drug storage is carried out to maintain the quality of pharmaceutical preparations, avoid irresponsible use, maintain availability, and facilitate search and control. A gap analysis was carried out to see the gaps in the implementation of drug storage techniques, medicinal ingredients, narcotics, psychotropics, and pharmaceutical precursors at outpatient pharmacy unit and emergency unit at RSUI compared to the points of BPOM Regulation No. 24 of 2021. The analysis was carried out by observing and calculating the number of gaps. The observation results show that there are still gaps in the drug storage system at the RSUI Pharmacy Unit. The percentage of compliance with the gap analysis found for storage systems for drugs and drug ingredients was 86.27%, while for storage systems for narcotics, psychotropics, and pharmaceutical precursors at outpatient pharmacy depots and emergency departments was 89.36%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>