Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131615 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Afif Vargas Pramono
"Latar Belakang: Stroke merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, dengan tingkat kematian yang bervariasi di berbagai wilayah. Negara-negera berkembang, seperti Indonesia, mengalami tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke. Penanganan yang terlambat adalah salah satu penyebab kematian/kecacatan yang cukup sering terjadi dalam kasus stroke. Oleh karena itu, manajemen pra-rumah sakit yang efektif sangat penting untuk proses penyembuhan yang optimal. Dalam beberapa studi-studi sebelumnya, kesadaran keluarga terhadap stroke telah dibuktikan berperan penting dalam manajemen pra-rumah sakit. Studi yang kami lakukan sekarang bertujuan untuk mengevaluasi dampak kesadaran stroke keluarga lebih lanjut. Metode: Studi analitis komparatif ini menilai kesadaran keluarga terhadap stroke pada dua kelompok: kelompok dengan pasien yang tiba di rumah sakit dalam period emas (<4.5 jam dari awal muncul gejala) dan mereka yang tiba setelahnya. Studi ini, dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menggunakan kuesioner kesadaran stroke yang didistribusikan kepada kerabat pasien. Kerabat yang menerima kuesionar berada di ruang gawat darurat, ruang perawatan, atau dikontak melalui panggilan telepon. Analisis statistik melibatkan independent samples t-test dan multivariable binary logistic regression untuk mengendalikan faktor selain kesadaran stroke. Hasil: Studi ini melibatkan 50 subjek, dengan 25 partisipan di grup periode emas dan pasca periode emas. Hasil independent t-test menunjukkan bahwa kerabat dengan kedatangan periode emas memiliki skor kesadaran stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tiba setelah periode emas (p = 0,007). Multivariable binary logistic regression menunjukkan bahwa kesadaran stroke dan waktu perjalanan dari tempat tinggal mempengaruhi waktu kedatangan ke rumah sakit secara signifikan (p = 0,035 untuk kesadaran stroke dan p = 0,016, untuk waktu perjalanan). Model ini mengklasifikasikan 78% kasus dengan akurat, dengan kesadaran stroke meningkatkan peluang kedatangan dalam periode emas sebesar 2,11 kali. Pengatahuan terhadap pusat panggilan darurat 112/119 berkorelasi positif dengan kedatangan dalam periode emas, meskipun sebagian besar subjek memilih transportasi pribadi. Tantangan dalam rujukan pasien paling besar bagi kerabat pasien adalah ketidaktahuan terhadap gejala stroke (28%) dan kesulitan transportasi (22%). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan adanya korelasi signifikan antara kesadaran stroke yang tinggi pada keluarga dan kedatangan dalam periode emas. Waktu perjalanan dari tempat tinggal adalah faktor tambahan yang mempercepat kedatangan pasien ke rumah sakit.

Introduction: Stroke poses a significant global health challenge, with mortality rates varying across regions. Developing countries, such as Indonesia, experience high stroke-related mortality rates. A fairly frequent cause of high mortality/disability is over delayed stroke treatment. Effective prehospital management is therefore essential for optimal outcomes, as it emphasizes on fast treatment delivery. Family awareness has been suggested to play a pivotal role in prehospital management, as it can influence the rate of stroke symptom recognition and emergency responses. Evaluating the validity of this suggestion will be the main objective of this research. Methods: This comparative analytical study assesses family stroke awareness among two groups - those with patients arriving within the golden period (<4.5 hours after symptomatic onset) and those arriving beyond it. The study, conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, utilizes a stroke awareness questionnaire distributed to relatives in the emergency room, nursing rooms, or through phone calls. Statistical analyses include an independent t-test and multivariable binary logistic regression to control for potential confounding factors. Results: The study, involving 50 subjects, reveals that relatives with golden period arrivals exhibit significantly higher stroke awareness scores compared to those with post-golden period arrivals (p = 0.007). Multivariable binary logistic regression indicates that stroke awareness and travel time from residence significantly influence arrival times (p = 0.035 and p = 0.016, respectively). The model accurately classifies 78% of cases, with stroke awareness increasing the odds of golden period arrival by 2.11 times. Awareness of the emergency call center positively correlates with golden period arrivals, despite a majority opting for private transportation. Challenges in patient referral include relatives' unawareness of stroke symptoms (28%) and transportation difficulties (22%). Conclusion: This research establishes a significant correlation between higher family stroke awareness and golden period arrivals, emphasizing the crucial role of family education in improving prehospital stroke management. The study also suggests that reducing travel time from residence is an additional factor promoting timely hospital arrival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holiness Berti
"ABSTRAK
Kejadian stroke berulang semakin meningkat dan menjadi penyumbang kematian utama kecacatan dan kematian pada pasien stroke. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran diri (self awareness) pasien stroke terhadap faktor-faktor risiko stroke yang dimilikinya, diperlukan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi stroke terstruktur berbasis audiovisual terhadap self awareness stroke berulang pada pasien stroke. Desain penelitian ini quasi eksperimen dengan pre test and post test non equivalent control group pada 32 responden (n intervensi = n kontrol = 16) yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan setelah diberikan edukasi stroke terstruktur berbasis audiovisual terhadap peningkatan self awareness stroke berulang dengan p value <0,0001. Penelitian ini merekomendasikan bahwa edukasi stroke terstruktur berbasis audiovisual dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan mandiri dalam upaya preventif dan promotif pencegahan stroke berulang.

 


The incident of recurrent stroke is increasing and is a major contributor to disability and death in stroke patient. This is caused by the lack of self awareness of stroke patients about the risk factors they have, so efforts are needed to overcome them, including by providing education. This study was aimed to determine the effect of Audiovisual-Based Structured Stroke Education on recurrent Stroke self awareness in stroke patients. Design of this study was quasi-experimental with a pre-test and post-test non equivalent control group with 32 respondents (n intervention = n control = 16) taken by consecutive sampling technique. Result of analysis shows significant effect of audiovisual-based structured stroke education on recurrent stroke self-awareness with p value < 0,0001. This study recommends that audiovisual-based structured stroke education can be one of independent nursing interventions in preventive and promotive efforts to prevent recurrent strokes.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianah
"Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian. Stroke memiliki berbagai faktor risiko mayor yang dapat diubah (modifiable risk factor) antara lain hipertensi, diabetes melitus, atrial fibrilasi, dan hiperkolesterol. Pengetahuan mengenai tanda dan gejala stroke, faktor risiko, dan perilaku pencegahan faktor risiko stroke dapat dikembangkan menjadi sikap waspada yang menjadi dasar dalam mengambil tindakan yang sesuai apabila terjadi serangan stroke sehingga menurunkan kejadian morbiditas dan mortalitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kewaspadaan pada pasien risiko tinggi stroke dengan penanganan prehospital stroke. Kewaspadaan pada pasien risiko tinggi stroke diukur menggunakan kuesioner Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) of Stroke. Sedangkan, penanganan prehospital stroke menggunakan kuesioner The Stroke Action Test (STAT). Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan teknik purposive sampling yang melibatkan 144 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia terbanyak responden berada pada rentang 36-40 tahun, sebanyak 56,3% berjenis kelamin perempuan, 53,5% memiliki jenjang pendidikan perguruan tinggi, 42,4% adalah suku jawa, 43,8% memiliki penghasilan perbulan �Rp3.300.000, sebanyak 45,8% mengenal seseorang yang mengalami stroke, 87,5% bukan perokok dan 38,2% adalah pasien hipertensi. 47,9% responden memiliki kewaspadaan tinggi, 52,1% responden memiliki kewaspadaan yang rendah, sebanyak 49,3% memiliki penanganan prehospital yang sesuai dan 50.7% responden memiliki sikap penanganan prehospital yang tidak sesuai.  Terdapat hubungan bermakna antara kewaspadaan pada pasien risiko tinggi stroke dengan penanganan prehospital stroke (p=0,000; �±=0,05). Edukasi mengenai tanda gejala dan faktor risiko stroke penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penanganan prehospital stroke apabila terjadi serangan stroke.

Stroke is one of the major cause of death. Stroke has a variety of major risk factors that can be changed (modifiable risk factors), including hypertension, diabetes mellitus, atrial fibrillation, and hypercholesterolemia. Knowledge about the signs and symptoms of stroke, risk factors, and prevention behaviour of stroke risk factors can be developed into awareness that is the basis for taking appropriate action in the event of a stroke to reduce the incidence of morbidity and mortality. This study aims to identify the relationship between awareness among patients at high risk for stroke and prehospital stroke action. Stroke awareness was measured by the Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) of Stroke instrument. Meanwhile, prehospital stroke action was measured by the Stroke Action Test (STAT) instrument. This study used a cross-sectional design and purposive sampling technique involving 144 respondents. The result shows that most respondents were in the range of 36-40 years, 56.3% were female, 53.5% had tertiary education, 42.4% were Javanese, 43.8% had a monthly income of � IDR 300,000, 45.8% knew someone who had stroke, 87.5% were non-smokers, and 38.2% were hypertensive patients. 47,9% of respondents had high awareness, 52,1% of respondents had low awareness, 49,3% respondent had corresponding prehospital stroke action, and 50,7% of respondents had noncorresponding prehospital stroke action. There was a significant relationship between awareness among patients at high risk for stroke and prehospital stroke action (p-value = 0,000; �± = 0.05). The higher awareness stroke, the better management of prehospital. Based on these findings, Education and information are needed among patients at high risk for stroke to increase stroke awareness and develop their ability of prehospital stroke action."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Juliandi
"ABSTRAK
Stroke iskemik berdampak negatif berupa cacat tetap. Cacat ini dapat dihindari dengan trombolisis cepat dengan aktivator plasminogen tipe rekombinan (rtPA). Pasien yang datang dengan onset > 6 jam dinyatakan mengalami pre-hospital delay. Keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien berperan penting dalam membantu pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke iskemik. Penelitian dengan desain cross sectional ini melibatkan 154 keluarga pasien stroke iskemik yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke iskemik (p = 0,000; <0,05). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa keluarga pasien yang memiliki tingkat pengetahuan baik memiliki peluang 14,6 kali untuk tidak mengalami keterlambatan pra-rumah sakit dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pengetahuan kurang baik. Penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan keluarga merupakan faktor penting dalam membantu pengambilan keputusan pasien stroke iskemik untuk dibawa ke IGD.
ABSTRACT
Ischemic stroke has a negative impact in the form of permanent disability. This defect can be avoided by rapid thrombolysis with recombinant type plasminogen activator (rtPA). Patients who came with onset > 6 hours were stated to have pre-hospital delay. The family as the closest person to the patient plays an important role in helping decision making. This study aims to determine the relationship between family knowledge and prehospital delay in ischemic stroke patients. This study with a cross sectional design involved 154 families of ischemic stroke patients obtained through purposive sampling technique. The results of this study found that there was a significant relationship between family knowledge and prehospital delay in ischemic stroke patients (p = 0.000; <0.05). Further analysis showed that the patient's family who had a good level of knowledge had a 14.6 times chance of not experiencing pre-hospital delays compared to families who had poor knowledge. This study proves that family knowledge is an important factor in helping ischemic stroke patients make decisions to be brought to the ER."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanny Sustrani
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003
616.81 LAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006
616.81 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati M. Rasyid
"Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah salah satu biomarker prognostik yang sudah banyak dipakai untuk memprediksi luaran klinis berbagai penyakit. Nilai RNL yang tinggi berhubungan dengan luaran klinis yang buruk pada pasien stroke iskemik. Asupan energi dan protein yang cukup selama rawatan di rumah sakit (RS) dapat membantu menurunkan kadar RNL yang tinggi saat admisi. Asupan nutrisi yang cukup selama rawatan membantu mempertahankan sistem imun, meningkatkan proliferasi limfosit dan produksi antibodi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kecukupan energi dan protein selama rawatan di RS terhadap perubahan nilai RNL pada pasien stroke iskemik di RSCM dan RSUI. Penelitian menggunakan desain kohort prospektif pada subjek berusia ≥18 tahun yang dirawat di RSCM dan RSUI. Diperoleh 52 subjek dengan kelompok cukup asupan energi dan protein sebanyak 26 subjek dan kelompok yang tidak cukup sebanyak 26 subjek. Rerata usia subjek 62,34 + 11,8, laki – laki 61,5%, subjek dengan status nutrisi obesitas derajat 1 berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) 23,1%, dan faktor risiko hipertensi sebanyak 82,7%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan energi dan protein dengan penurunan nilai RNL selama rawatan. Namun, sebagian besar subjek yang mendapat asupan cukup energi dan protein mengalami penurunan nilai RNL. Penelitian lanjutan diperlukan dengan menggunakan subjek lebih banyak dan menganalisis faktor – faktor lain yang dapat memengaruhi penurunan nilai RNL dan asupan makan pada pasien stroke iskemik yang dirawat.

Neutrophil-lymphocytes ratio (NLR) is one of the prognostic biomarkers that has been widely used to predict clinical outcomes of various diseases. High NLR values are associated with poor clinical outcomes in ischemic stroke patients. Adequate energy and protein intake during hospitalization can help reduce high NLR levels at admission. Adequate nutritional intake during treatment helps maintain the immune system, increase lymphocyte proliferation and antibody production. This study aims to look at the relationship between energy and protein adequacy during hospitalization and changes in NLR values in ischemic stroke patients at RSCM and RSUI. The study used a prospective cohort design on subjects aged ≥18 years who were hospitalized at RSCM and RSUI. Total 52 subjects and then divided into two groups, an adequate energy and protein groups 26 subjects and an insufficient groups 26 subjects. The mean age of the subjects was 62.34 + 11.8, male 61.5%, subjects with nutritional status of grade 1 obesity based on body mass index (BMI) 23.1%, and risk factors for hypertension were 82.7%. There was no significant relationship between energy and protein adequacy group and the decrease in NLR values during hospitalization. However, most subjects who received energy and protein adequate experienced a decrease in NLR. Further research is needed by using more subjects and analyzing other factors that can affect the decrease in NLR value and food intake in stroke patients during hospitalization."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Liza
"ABSTRAK
Modifikasi gaya hidup merupak:an salah satu cara untuk mengendalikan faktor risiko stroke untuk mencegah terjadinya stroke berulang. SEP merupakan program edukasi yang melibatkan pasien dan keluarga sebagai caregiver informal yang diberikan ketika pasien dirawat dan setelah pulang ke rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efekti:fitas program SEP terhadap peran family caregiver dalam modi:fikasi gaya hidup pasien stroke. Penelitian ini menggunakan design quasi experiment dengan pendekatan post-test nonequivalent control group. Penelitian dilakukan di RS Stroke Nasional Bukittinggi dengan jumlah sampel 40 orang ( 21 kontrol, 19 intervensi). Hasil analisis dengan independent t-test menunjukkan program SEP efektif terhadap meningkatkan peran family caregiver dalam. modi:fikasi gaya hidup pasien stroke (p=O,OO1). Variabel perancu tidak mempengaruhi peranfamily caregiver pada kelompok intervensi. SEP dapat diadopsi dan diterapkan perawat dalam memberikan edukasi pada pasien stroke dan keluarga sebagai caregiver.

ABSTRACT
Modifying patient's life style is one option to control stroke risk factors in preventing the recurrence of stroke episode. Stroke Education Program (SEP) is the education program that involving patient and their family as caregiver which is given during inpatient and after patient discharge from hospital. The purpose of this study is to determine the effectiveness of Stroke Education Program (SEP) on Family Caregiver's Role in Modifying Patient's Life Style. Quasi-Experiment with post-test nonequivalent control group was used with sample of 40 respondents (21 control and 19 intervention) from Stroke National Hospital, Bukittinggi. Independent t-test was used to analyze the data.The result shows that Stroke Education Program (SEP) can effectively improving Family Caregiver's Role on Modifying Patient's Life Style (p=O,OOl). Confounding variables did not influenced Family Caregiver's Role on intervention group. Stroke Education Program (SEP) can be adopted and implemented by the nurses along with educating stroke patients and family members as caregiver."
2012
T44142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Erlinda Widyaastuti
"Stroke dapat menyebabkan perubahan atau kerusakan neurologis berupa gangguan tidur insomnia. Gangguan tidur insomnia pada pasien pasca stroke akan mempengaruhi rehabilitasi dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan relaksasi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromatherapi: Kenanga (Cananga odorata) terhadap gangguan tidur insomnia pada pasien stroke di RSUD Pangkalpinang dan Sungailiat. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pre dan postest design dan melibatkan 38 orang responden yang dikelompokkan menjadi intervensi dan kontrol. Pemilihan responden penelitian dengan teknik consequtive sampling. Hasil Penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rerata derajat insomnia setelah pemberian aromaterapi Kenanga antara kelompok intervensi dan kontrol (p=0,000). Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan aromaterapi Kenanga sebagai salah satu alternatif intervensi keperawatan untuk masalah insomnia pada pasien stroke.

Stroke may lead to altered or impaired neurological function which include insomnia. Insomnia in post-stroke patients affects the patients? rehabilitation process and quality of life. Therefore, it is of high importance to develop and examine the nursing intervention aiming at improving sleep pattern in this group of patients. The study aimed to assess the influence of Cananga (Cananga Odorata) aromatherapy to insomnia sleep disorder in patients with stroke at Pangkalpinang and Sungailiat Hospitals. This quasi-experiment with pre-posttest design was carried out in 38 respondents, consecutively sampled and assigned into the intervention and control groups. The results showed that there was a statistically significant difference between the mean of insomnia degree in the intervention and control group, after the Cananga aromatherapy treatment (p=0.000). It could be concluded that Cananga aromatherapy is likely to lower insomnia in patients with stroke in this study. Nurses may use this intervention to help addressing insomnia problem among patients with stroke.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Stroke merupakan penyebab utama kecacatan sebagai akibat dari terganggunya suplai darah ke otak dan dampak yang paling sering muncul adalah disfungsi motorik ditandai dengan penurunan skor kekuatan otot. Salah satu upaya untuk memperbaiki fungsi motorik adalah dengan Latihan ROM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara ROM terhadap skor kekuatan otot, dengan menggunakan 2 subjek kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi (jumlah responden masing-masing adalah 14). Penelitian dilakukan selama 4 hari dan menggunakan metode quasy eskperimental pre-post test with control group. Intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi adalah Latihan ROM 2 kali sehari dalam 30 menit selama 4 hari berturut-turut dengan kelompok pembandingnya adalah kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kekuatan otot kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing–masing adalah 0,571 dan 1,357. Analisis lanjutan (pooled t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok (p value = 0,000, α= 0,05). Latihan ROM memberikan pengaruh yang bermakna terhadap skor kekuatan otot. Penelitian ini merekomendasikan bahwa Latihan ROM sebagai intervensi mandiri perawat dilakukan sedini mungkin dengan syarat hemodinamik stabil, keadaan umum dan kesadaran pasien baik.

Stroke is the main cause of disability as a result of disruption of the blood supply to the brain and the most frequent impact is motor dysfunction which characterized by a decrease in the scale of muscle strength. One effort to improve motor function is with ROM exercise. This study aim to identify the effect of ROM on the muscel strength scale, which used 2 subject namely the control group and the intervention group (14 respondents for each grups). The study was conducted for 4 days and used the quasy experimental method pre-post test with control group. The intervention given to the treatment group was ROM Exercise twice a day in 30 minutes for 4 consecutive days with the comparison group being the control grou. The result showed that the average muscles strength scores of the control group and intervention group were 0,571 and 1,357. Further analysis (pooled t-test) is a significantly differences between the both of groups (p value = 0,000, α= 0,05). ROM exercises have a significant influence on the scale of muscle strength. This study recommends ROM Exercise as an independent nurse intervention do as early as possible with a stable haemodynamics, good general condition and consciouness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>