Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amita Pradhani
"Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap gangguan kejiwaan pada mahasiswa tergolong rendah, walaupun prevalensinya masih tinggi. Penelitian ini ingin membandingkan pola sintaksis antara mahasiswa dengan gejala depresi dan tanpa gejala depresi dengan mengukur rerata jumlah pronomina persona orang pertama tunggal. Machine learning digunakan dalam analisis pola sintaksis agar jumlah pronomina persona orang pertama tunggal dapat menjadi penanda biologis yang objektif dari gejala depresi untuk kepentingan skrining dan pencegahan dini. Studi potong lintang dilakukan pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia yang berlokasi di Depok dan diperoleh 121 responden dengan data yang mencukupi untuk dianalisis. Hasil pengukuran kuesioner DASS-21 menemukan 37 mahasiswa dengan gejala depresi dan 84 mahasiswa tanpa gejala depresi. Aplikasi berbasis machine learning “StethoSoul” dimanfaatkan dalam proses ekstraksi dan deteksi fitur linguistik dari responden. Mann-Whitney U test dilakukan untuk melihat korelasi antara jumlah pronomina persona orang pertama tunggal dengan gejala depresi. Penelitian ini tidak menemukan korelasi yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Penemuan ini berkontradiksi dengan hasil dari banyak penelitian yang mendahului. Meskipun hasil tidak signifikan secara statistik, terdapat peningkatan jumlah pronomina persona orang pertama tunggal pada mahasiswa dengan gejala depresi. Dengan demikian, tidak dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tidak berhubungan karena berbagai faktor keterbatasan pada studi ini.

Although the prevalence of depression on university students is high, awareness regarding their mental health in Indonesia remains underestimated. This research compared the syntax pattern between undergraduates with and without depression symptoms by measuring the average sum of first-person singular personal pronouns. Syntax pattern was analysed with the assistance of machine learning so that first-person singular personal pronouns can become an objective biomarker of depression symptoms for future screening and preventive measures. A cross-sectional study was conducted on undergraduate students at University of Indonesia in Depok. A total of 121 respondents who fulfilled the criteria were analyzed. Based on DASS-21 measurement, 37 students displayed depression symptoms while 84 others did not. “StethoSoul”, a machine-based learning application, was utilized to extract and detect linguistic features of the respondents. Mann-Whitney U test was done and showed no statistically significant correlation between the two variables being studied. This finding contradicts the outcomes of numerous prior studies. However, an increase in the number of first-person singular personal pronouns of undergraduates with depression symptoms was evident. Therefore, it cannot be concluded that the variables under investigation do not exhibit any correlation due to the limitations inherent in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Angelin
"Latar Belakang Gangguan kecemasan lebih banyak terjadi pada saat seseorang memasuki fase dewasa muda. Kecemasan merupakan salah satu faktor risiko dalam perilaku bunuh diri di dunia dan penyebab kematian kedua yang terjadi di kalangan mahasiswa atau dewasa muda. Saat ini, perkembangan AI dalam bentuk aplikasi berbasis machine learning telah banyak digunakan dalam berbagai bidang. Akan tetapi, penggunaan aplikasi berbasis machine learning di dunia medis, khususnya dalam mendeteksi dini gangguan kecemasan di Indonesia masih terbatas. Metode Studi ini menggunakan desain studi cross-sectional, dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Data terkait gejala kecemasan akan diambil dari hasil pengisian kuesioner STAI, sedangkan perseverasi akan dihitung melalui hasil transkrip perekaman suara pada aplikasi “StethoSoul”. Karakteristik studi akan ditampilkan dalam bentuk data deskriptif. Analisis statistik menggunakan uji alternatif Mann-Whitney, dengan hasil yang dianggap signifikan adalah p<0,05. Hasil Dalam penelitian ini terdapat total sebanyak data dari 121 mahasiswa yang memadai untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis statistik, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada komponen SAI (p=0.007), sedangkan pada komponen TAI, tidak ditunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p=0.480) antara perseverasi dengan kelompok gejala kecemasan. Kesimpulan Hipotesis nol penelitian ini ditolak karena pada kedua komponen ditemukan adanya perbedaan perseverasi antara kelompok dengan gejala kecemasan sedang dan gejala kecemasan berat.

Introduction Anxiety disorders are becoming increasingly prevalent throughout the adolescent years. It is also a major risk factor for suicide behavior and the second leading cause of death among university students and adolescents. AI is now being used in a variety of fields as a machine learning-based application. However, its use in medicine, particularly for the early detection of anxiety disorders, is yet unknown in Indonesia. Method Purposive sampling was used in this cross-sectional study. Data regarding anxiety symptoms are obtained from STAI questionnaire, while perseveration was count from the recording transcript in the “StethoSoul” applicaiton. Study characteristics were shown as a descriptive data. Mann-Whitney test was applied in this study, with the findings considered significant if p<0,05. Results A total of 121 samples are eligible for analysis. Statistical analysis revealed a significant difference between perseveration and anxiety symptoms on the SAI component (p=0.007) but no significant difference on the TAI component (p=0.480). Conclusion The null hypothesis was rejected because there is difference between perseveration in moderate anxiety symptoms and high anxiety symptoms group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Widyarini
"Skizofrenia memiliki gejala utama psikosis yang ditandai inkoherensi pembicaraan akibat kekacauan proses pikir. Sebelum berkembang menjadi skizofrenia, terdapat fase prodromal psikosis di masa remaja. Pengenalan dini fase ini penting untuk mencegah perkembangan gejala menjadi gangguan jiwa berat. Penggunaan teknologi machine learning dapat digunakan untuk memprediksi kekacauan proses pikir melalui analisis sintaksis dan semantik pembicaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sintaksis dan semantik remaja prodromal psikosis dan normal serta membandingkan analisisnya pada kedua kelompok tersebut. Subjek penelitian terdiri dari 70 remaja usia 14-19 tahun yang terbagi menjadi 2 kelompok. Subjek mengisi instrumen PQ-B dan direkam suaranya melalui wawancara. Analisis sintaksis dan semantik dilakukan pada seluruh data yang berjumlah 1017 segmen frasa dan diklasifikasikan dengan machine learning. Hasil penelitian terdapat perbedaan analisis sintaksis dan semantik yang signifikan antara kelompok remaja prodromal psikosis dan normal pada nilai minimum koherensi dan frekuensi penggunaan kata nomina, pronomina persona, konjungtor subordinat, adjektiva, preposisi, dan proper noun

Schizophrenia has the main symptom of psychosis which is characterized by speech incoherence due to thought process distubance. Before schizophrenia, there is a prodromal phase of psychosis in adolescence. Early recognition of this phase is important to prevent the development of symptoms into a severe mental disorder. Machine learning technology can be used to predict thought process disturbance through syntactic and semantic analysis of speech. This study aims to determine the syntactic and semantic descriptions of prodromal psychosis and normal adolescents and to compare the analysis in the two groups. The research subjects consisted of 70 adolescents aged 14-19 years which were divided into 2 groups. Subjects filled out the PQ-B instrument and recorded their voices through interviews. Syntactic and semantic analysis was carried out on all data which amounted to 1017 phrase segments and classified by machine learning. The results showed that there were significant differences in syntactic and semantic analysis between groups of prodromal psychosis and normal adolescents at the minimum value of coherence and frequency of use of nouns, personal pronouns, subordinate conjunctions, adjectives, prepositions, and proper nouns."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Christian
"Latar belakang: Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat hubungan yang antara resiliensi dengan menurunnya frekuensi gejala depresi. Namun demikian, belum ada penelitian yang menguji hubungan antara resiliensi dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran, khususnya di Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara resiliensi dengan gejala depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tingkat tiga (3) di masa pandemi COVID-19.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat tiga dengan menggunakan kuesioner CD-RISC25 untuk mengukur resiliensi dan CESD-R untuk mengetahui gejala depresi. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman.
Hasil: Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data resiliensi menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dengan rerata nilai resiliensi sebesar 69,39 ± 14,11. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data gejala depresi menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal (p<0,05) dengan nilai median 9 (0-68). Hubungan korelasi antara resiliensi dan gejala depresi didapatkan melalui Uji Spearman yang menunjukkan hasil signifikan (p<0,05) dan hasil korelasi negatif (r=-0,525).
Diskusi: Resiliensi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada umumnya, sementara gejala depresi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong rendah. Hal ini disebabkan korelasi negatif antara resiliensi dan gejala depresi dimana resiliensi dikaitkan dengan tipe kepribadian yang memiliki persepsi diri yang positif, optimisme yang tinggi, dan ketenangan diri sehingga menjadi faktor protektif dari gejala depresi.
Kesimpulan: Resiliensi memiliki korelasi negatif signifikan dengan gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran tingkat tiga."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amilia Amin
"ABSTRACT
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengalaman depresif dengan gejala depresi pada dewasa awal. Pengalaman depresi meliputi kritisi diri dan ketergantungan, dimana pengalaman depresi ini jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan seseorang mengalami gejala depresi yang semakin buruk. Dalam penelitian ini digunakan dua alat ukur, yaitu untuk pengukuran pengalaman depresif digunakan alat ukur Depressive Experience Questionnaire (DEQ) dan untuk mengukur gejala depresi digunakan Beck Depression Inventory (BDI). Alat ukur ini diadministrasikan melalui media daring. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 113 partisipan yang merupakan mahasiswa program sarjana Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara kedua variabel ini. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman depresi dan gejala korelasi dengan nilai r (113) = 0,468, p < 0,001. Selain itu ditemukan juga bahwa jumlah partisipan yang memiliki skor kritisi diri yang tinggi jumlahnya lebih banyak daripada jumlah partisipan yang memiliki skor ketergantungan yang tinggi.

ABSTRACT
This quantitative research focuses on the relationship between Depressive Experiences and Depressive Symptoms among emerging adults. The experience of depression involves self-criticism and dependence, if the experience of depression is not handled properly will make a person get the worst symptoms of depression. Depressive experiences are measured by Depressive Experience Questionnaire (DEQ) and Depressive Symptoms are measured by Beck Depression Inventory (BDI) and managed online. 113 students from the University of Indonesia participated in this study. This study uses Pearson correlation to determine the relationship between depressive experiences and depressive symptoms. The result is r (113) = 0.468, p <0.001, which means that there is a correlation between depressed experience and depressive symptoms. Other results from this study are participants who have higher self-criticism scores higher than participants who have high dependency scores."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laureen Celcilia
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran tidak jarang mengalami tekanan selama pendidikannya yang dapat mengakibatkan depresi serta mengganggu kualitas tidur, terutama selama pandemi Covid-19. Depresi pada mahasiswa kedokteran dapat memberikan dampak buruk, seperti penurunan performa akademik, penurunan kemampuan bersosialisasi, dan penurunan kemampuan manajemen waktu belajar Kualitas tidur yang baik diperlukan untuk meningkatkan kinerja, prestasi, dan menghindari berbagai masalah kesehatan.
Metode: Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FKUI tahap klinik. Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk menilai kualitas tidur dan The Center for Epidemiologic Studies Deppresion Scale Revised (CESD-R) untuk menilai gejala depresi. Data primer diolah menggunakan SPSS 26.0 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan sebanyak 16,4% (n=24) subjek penelitian mengalami depresi. Selain itu, sebanyak 63,7% (n=93) subjek penelitian memiliki kualitas tidur yang buruk. Persebaran data skor depresi dan skor kualitas tidur didapatkan tidak normal (p=0,000). Kualitas tidur dan gejala depresi memiliki korelasi positif yang signifikan secara statistik pada mahasiswa FKUI tahap klinik (r=0,419; p=0,000).
Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara gejala depresi dengan kualitas tidur pada mahasiswa FKUI tahap klinik dengan koefisien korelasi positif dan kekuatan sedang. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengembangkan program yang mendukung kualitas tidur untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.

Introduction: Medical students often experience pressure during their education which can lead to depression and poor sleep quality, particularly during the Covid-19 pandemic. Depression can negatively impact medical students, such as decreased academic performance, decreased social skills, and decreased study time management skills. Good sleep quality is needed to improve performance, achievement, and avoid various health problems.
Methods: The study was done in a cross-sectional manner with primary data taken from Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) clinical students. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire was used to assess sleep quality and the Center for Epidemiological Studies Depression Scale Revised (CESD-R) questionnaire for depressive symptoms. Primary data were analyzed using SPSS 26.0 with Kolmogorov- Smirnov normality test and the Spearman correlation test.
Results: Based on CESD-R, 16.4% (n=24) of the subjects were depressed. In addition, based on PSQI, 63.7% (n=93) study subjects had poor sleep quality. The data distribution on depression scores and sleep quality scores was found to be abnormal (p=0.000). Sleep quality and symptoms of depression had a statistically significant positive correlation in clinical FMUI students (r=0.419; p=0.000).
Conclusion: This study concluded that there is a significant correlation between symptoms of depression and sleep quality in clinical FMUI students, with a positive and moderate strength correlation coefficient. Prevention can be done by developing programs that support sleep quality to improve students' mental health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Nur Khaliza
"Salah satu penyakit yang menjadi beban terbesar di kalangan remaja adalah depresi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, kelompok umur 15-24 tahun memiliki prevalensi depresi lebih tinggi (6,2%) dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun (5,4%). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan desain studi yang digunakan yaitu cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak sekolah pada tingkat SMP dan SMA di Indonesia yang berusia 12-17 tahun. Sementara total sampel yang digunakan sebanyak 8.517 responden. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 20,7%. Berdasarkan hasil analisis multivariabel faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsumsi alkohol, merokok, bullying, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual. Disarankan bagi pihak sekolah menerapkan sekolah ramah anak untuk mengurangi peristiwa bullying dan kekerasan yang dapat memengaruhi gejala depresi.

One of the diseases that become the biggest burden among teenagers is depression. Based on the results of Riskesdas 2018, the group with age range of 15-24 years old has a higher prevalence of depression (6,2%) than the group with age range of 25-34 years old (5,4%). The purpose of this study was to determine the factors associated with the symptoms of depression in junior and high school students in Indonesia in 2015. This study used secondary data from the result of Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 with a study design that used cross sectional and implement the quantitative approaches. The sample in this study were student at the junior and senior high school in Indonesia within aged range of 12-17 years old and total sample used in current study was 8.517 respondents. The results of multivariable analysis of the factors associated with symptoms of depression in this study, namely gender, education level, alcohol consumption, smoking, bullying, physical violence, and sexual violence showed that the prevalence of depressive symptoms in junior and senior high school students in Indonesia in 2015 was 20,7%. By this, it is recommended for schools to implement child-friendly schools to reduce bullying and violence that can affect symptoms of depression."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Sigit Ramadianto
"ABSTRAK
Latar Belakang. Prevalensi berbagai masalah kesehatan jiwa, termasuk depresi dan ansietas, pada peserta program pendidikan dokter lebih tinggi dibandingkan populasi umum, diduga akibat stresor terkait pendidikan. Resiliensi dan metode koping merupakan dua faktor yang diduga berhubungan dengan kerentanan peserta didik mengalami depresi dan ansietas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gejala depresi dan ansietas pada peserta program pendidikan dokter, serta hubungannya dengan resiliensi dan metode koping. Metode. Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh tingkat peserta didik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subyek mengisi sendiri kuesioner penelitian yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran gejala depresi dan ansietas (Depression Anxiety Stress Scale [DASS]), pengukuran resiliensi (Connor-Davidson Resilience Scale [CD-RISC]), dan pengukuran metode koping (Brief COPE). Hasil. Prevalensi kumulatif gejala depresi dan ansietas pada peserta didik adalah 22,2% dan 48,1% dengan mayoritas berada dalam derajat ringan atau sedang. Gejala depresi lebih tinggi signifikan pada peserta didik yang tidak tinggal dengan keluarga inti; sedangkan gejala ansietas lebih tinggi signifikan pada perempuan serta pada peserta didik Tingkat 1 dan Profesi Tahun 1. Median skor CD-RISC adalah 68 (interquartile range 58-77) dari skor maksimal 100. Peserta didik lebih banyak menggunakan problem-focused dan emotion-focused coping dibandingkan dengan dysfunctional coping. Resiliensi berkorelasi negatif dengan gejala depresi (r = -0,428; p < 0,001) dan gejala ansietas (r = -0,298; p < 0,001). Koping disfungsional berkorelasi positif dengan gejala depresi (r = 0,461; p < 0,001) dan ansietas (r = 0,378; p < 0,001), terutama koping behavioral disengagement dan self-blame. Pembahasan. Prevalensi gejala depresi dan ansietas pada peserta didik relatif tinggi. Gejala depresi dan ansietas yang ringan tetap dapat menimbulkan distres dan hendaya yang dapat memengaruhi performa peserta didik, serta berisiko berkembang menjadi gangguan jiwa yang lebih berat. Intervensi kesehatan jiwa dapat ditujukan pada peserta didik dengan faktor risiko seperti resiliensi rendah atau koping disfungsional.

ABSTRACT
Introduction. Prevalence of mental health issues, including depression and anxiety, among medical students is relatively high, thought to be related to academic stressors. Resilience and coping methods are two factors hypothesized to be associated with students' vulnerability to depression and anxiety. This study aims to find the prevalence of depression and anxiety symptoms among medical students, and its association with resilience and coping methods. Methods. This is a cross-sectional study conducted in students from the Faculty of Medicine Universitas Indonesia, selected from all study years through stratified random sampling. Subjects fill in questionnaire that consists of sociodemographic questions, measurement of depression and anxiety symptoms (Depression Anxiety Stress Scale [DASS]), measurement of resilience (Connor-Davidson Resilience Scale [CD-RISC]), and measurement of coping methods (Brief COPE). Results. Cumulative prevalence of depression and anxiety symptoms among medical students are 22,2% and 48,1%, respectively. Students not living with their families show significantly higher depressive symptoms. Anxiety symptoms are significantly higher among female students and those in the first year of preclinical studies and in the first year of clinical rotations. Median score of CD-RISC is 68 (interquartile range 58-77) from a maximum of 100. Students use problem-focused and emotion-focused coping more frequently than dysfunctional coping. Resilience is negatively correlated with depression (r = -0,428; p < 0,001) and anxiety symptoms (r = -0,298; p < 0,001). Dysfunctional coping is positively correlated with symptoms of depression (r = 0,461; p < 0,001) and anxiety (r = 0,378; p < 0,001), especially behavioral disengagement and self-blame. Discussion. Prevalence of depression and anxiety symptoms among medical students is high. Even mild symptoms can cause distress and impairment that can affect students' performance. They are also at risk of developing more severe mental health issues. Mental health interventions can be aimed toward students with identified risk factors such as low resilience and dysfunctional coping.
"
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Muchid Ariyanto
"Mahasiswa merupakan calon generasi penerus bangsa, yang dengan ilmu pengetahuan serta pengalamannya di dunia perkuliahan dapat membuat Indonesia menjadi negara yang dipandang oleh negara lain. Hal ini tidak dapat terwujud apabila mahasiswa sebagai calon penerus bangsa memiliki moral yang buruk sejak dini. Moral yang buruk tersebut dilakukan oleh mahasiswa karena banyaknya tekanan dalam hidupnya yang menimbulkan munculnya rasa stres.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tingkat stres mahasiswa Universitas Indonesia, mengetauhi kecenderungan seseorang melakukan coping stres sesuai dengan gejala-gejala stres yang muncul, serta mengetauhi profile mahasiswa yang mengalami tingkat stres tinggi dan cenderung melakukan coping negatif.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square, Analisis Korespondensi Berganda, Uji Independensi Chi-Square atau Crosstab, dan Statistika Deskriptif. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu 1026 mahasiswa Universitas Indonesia yang diambil dengan cara purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang secara signifikan memengaruhi tingkat stres mahasiswa Universitas Indonesia adalah status menikah orang tua, tingkat religi, apakah ada rahasia rahasia, apakah pernah mengalami bully fisik , bully verbal, cyber bullying, self image atau kepercayaan diri, tipe pergaulan, serta bersama siapa seseorang menghabiskan waktu luangnya.

Students are the future of our nation. The knowledge and experiences students gained throughout their academic years, especially in college, could determine the respectability of Indonesia among other countries. Hence, it is crucial for students to maintain good ethics since it is related to students'ability to perform well throughout college. However, good ethics could be more difficult to maintain if the student experienced a certain level of pressure that results in stress.
The purpose of this study is to examine the students of Universitas Indonesia stress factors, to identify one's tendency to cope with stress according to one's appearing symptoms of stress, and to identify the characteristics of the students with high level of stress and tendency to do negative coping.
The analysis methods used in this study are Partial Least Square, Multiple Correspondece Analysis, and Chi Square Independence Test or Crosstab. This research used primer data which is consist of 1026 University of Indonesia's students that collected with purposive sampling.
The result of this study shows that the significant factors that affect the students of Universitas Indonesia stress level are parents marital status, religiosity, whether or not one keeps secret s , whether or not one had experienced physical bullying, verbal bullying, and or cyber bullying, self image or self confidence, type of socialization, and with whom one spends one's leisure time.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roselli Kezia Ausie
"Masalah kesehatan mental pada kelompok mahasiswa merupakan isu yang perlu menjadi perhatian. Secara khusus, tingginya prevalensi gejala depresi juga ditemukan dalam kelompok mahasiswa. Berbagai kondisi yang menyertai peran mahasiswa menjadi faktor risiko berkembangnya gejala depresi pada mahasiswa, salah satunya adalah pengalaman lonelinesss. Selain faktor risiko, masalah depresi pada mahasiswa perlu ditinjau pula faktor yang dapat memproteksi. Self-compassion pada penelitian terdahulu ditemukan berhubungan dengan kesehatan mental yang lebih baik. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas akan fenomena depresi dan lebih lanjut menyusun tindakan pencegahan serta intervensi terkait maka perlu diuji bagaimana loneliness dan self-compassion berperan dalam kehadiran gejala depresi pada mahasiswa. Sebanyak 401 mahasiswa di Jabodetabek terlibat dalam penelitian ini dengan mengisi instrumen pengukuran secara daring. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa loneliness memiliki peran yang signifikan dalam memprediksi meningkatnya gejala depresi sementara self-compassion mampu memprediksi berkurangnya gejala depresi pada mahasiswa. Secara khusus, tipe emotional loneliness yang mampu memprediksi berkembangnya gejala depresi. Penelitian ini menggambarkan pentingnya mempertimbangkan kualitas relasi serta mengembangkan self-compassion dalam upaya mengurangi gejala depresi pada mahasiswa.

Mental health problems in college students are issues that need special attention. Particularly, the high prevalence of depressive symptoms was also found in college students. Various conditions accompanying the role of college students lead to higher risk for developing depression symptoms, for instance the experience of loneliness. In addition to risk factors, protective factors should be considered as well. Earlier researches found self-compassion to be associated with better mental health. To get a clearer picture about depression and to further develop preventive measures and related interventions, it is necessary to examine how loneliness and self-compassion play a role in the presence of depressive symptoms in college students. A total of 401 college students in Jabodetabek area were involved in this research by completing online measurement instruments. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results showed that loneliness had a significant role in predicting the increase in depressive symptoms while self-compassion was able to predict the reduction of depressive symptoms in college students. Particularly, emotional loneliness has a significant role to predict depressive symptoms in college students. This study illustrates the importance of considering the quality of relationships and developing self-compassion in an effort to reduce depression symptoms in college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>