Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145361 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhri Arif Sutariadi
"Riset ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam anime Oshi No Ko yang mengangkat fenomena perundungan daring yang dilakukan terhadap selebriti melalui Twitter dan mengaitkan adegan yang ditampilkan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Saat ini, anime selain menjadi sarana hiburan juga dapat menjadi sarana edukasi melalui simbolisme. Simbolisme dalam anime berfungsi sebagai penekanan pesan yang ingin disampaikan tanpa bantuan dialog seperti melalui sebuah tindakan dalam adegan tertentu, latar, dan pemilihan lagu latar. Kajian ini akan menggunakan konsep anime, perundungan daring melalui sosial media Twitter, perundungan daring yang dialami selebriti, dan permintaan maaf sebagai upaya resolusi konflik. Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi konten anime Oshi No Ko serta kajian literatur. Berdasarkan hasil temuan riset ini, ditemukan bahwa anime Oshi No Ko memanfaatkan simbol seperti penggunaan latar kamar gelap dan piala terjatuh di lantai sebagai simbol keadaan mental Kurokawa Akane. Berdasarkan hasil temuan, dapat disimpulkan bahwa anime Oshi No Ko menggunakan simbol yang signifikan dan jelas dalam penyampaian pesannya sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan. Kesuksesan anime Oshi No Ko juga dapat diterapkan dalam pembuatan iklan PSA agar dapat memanfaatkan media hiburan film sebagai metode penyampaian pesan.

This research aims to further dissect the anime Oshi No Ko that highlights cyberbullying phenomenon towards celebrities through Twitter and to connect the scenes depicted with findings from past research. As of today, anime does not only serve the purpose of entertainment, but they can also serve the purpose of educating audiences by utilizing symbolism in their narrative. Symbolism used in anime serves the purpose of conveying a message without the help of dialogues such as through settings, scenes, and soundtracks. This research uses the concept of anime, cyberbullying through social media (Twitter), cyberbullying towards celebrities, and apologies as a conflict resolution. The research method used in this research is content observation of the anime Oshi No Ko and literature review. Based on the findings of this research, Oshi No Ko uses symbols such as a dark room and a fallen trophy on the floor as a representation of Akane’s mental state. Therefore, it can be concluded that Oshi No Ko successfully relays their message by using significant and clear symbols. Oshi No Ko’s success can also be implemented on PSA advertisements by utilizing an entertainment media’s narrative as a method to convey their message.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang, Shintadewi
"Cyberbullying adalah fenomena yang terjadi setelah kemunculan internet yang diikuti dengan media sosial dalam kehidupan manusia sehari-hari. Cyberbullying adalah tindakan yang sama dengan bully tradisional, bedanya adalah cyberbullying tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui internet dan media elektronik. Dalam jurnal ini secara spesifik membahas cyberbullying terhadap selebriti dengan studi kasus Young Lex, melalui media sosial twitter, yang dinyatakan sebagai media sosial dengan konten negatif terbanyak. Dalam proses bullying nya, Young Lex berperan sebagai receiver karena bullying dimulai oleh masyarakat, yang berperan sebagai sender. Metode yang digunakan adalah observasi konten pada twitter. Hasil penelitian menunjukan bahwa cyberbullying dilakukan masyarakat yang tidak menyukai identitas Young Lex, karena tutur kata dan perilakunya yang sebagian besar tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Masyarakat ini dapat disebut sebagai haters Young Lex.
Cyberbullying is a phenomenon that occurs after the presence of the internet followed by social media in everyday human life. Cyberbullying is the same action as traditional bullying, the difference is cyberbullying does not done directly but through the internet and electronic media. This journal specifically discusses cyberbullying of celebrities with Young Lex as the study case, through twitter, which stated as media social with most negative contents in Indonesia. In the bullying process Young Lex plays more as a receiver, because bullying is started by the community, which acts as a sender. The method is content observation and literature reviews. The results showed that cyberbullying was carried out by people who didn`t like the identity of Young Lex because of his words and behaviour were not incompatible with the prevailing norms in Indonesia. This society can also be referred to as his haters."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Aidha Salsabila Mulsi
"Artikel ini membahas pola perundungan siber (cyber bullying) yang terjadi pada selebriti di media sosial Instagram. Berfokus pada pemberitaan di media online pada tahun 2021, artikel ini juga mempelajari praktik digital yang destruktif seperti pidato kebencian dan konten berbahaya. Sebagai dampak dari pandemi Covid-19 pada tahun 2020, media sosial telah menjadi platform alternatif dimana interaksi sosial bergeser ke jaringan daring. Peristiwa ini meningkatkan aktivitas daring seluruh masyarakat yang terpaksa untuk mengisolasi diri serta telah mengembangkan cara komunikasi dan interaksi baru. Sering kali, interaksi di dunia maya dapat mendorong pengguna untuk berbuat kasar, berbahaya, ataupun mengintimidasi. Dengan menggunakan teori Online Disinhibition Theory, artikel ini membahas kontradiksi seputar kasus perundungan siber terhadap selebriti melalui data sekunder di media online. Ditemukan terdapat tiga kategori perundungan siber pada selebriti yakni, harassment (gangguan), flaming (berapi-api), dan denigration (pencemaran nama baik) dan sesuai dengan empat dari faktor disinhibisi daring yakni invisibility, anonymity, asynchronicity, dan minimisation of status and authority. Dengan memahami hal ini, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengantisipasi perbuatan berbahaya di media sosial.

This article discusses the patterns of cyberbullying that occur on social media platform Instagram, focusing on online media coverage in the year 2021. The article also examines destructive digital practices such as hate speech and harmful content. Due to the COVID-19 pandemic in 2020, social media has become an alternative platform where social interactions have shifted to the digital realm. This event has increased online activities for individuals forced to isolate themselves and has led to the development of new communication and interaction methods. Often, interactions in the virtual world can prompt users to behave aggressively, dangerously, or intimidatingly. Utilizing the Online Disinhibition Theory this article delves into the contradictions surrounding cases of cyberbullying against celebrities through secondary data from online media. The data found three categories of cyberbullying towards celebrities; harassment, flaming, and denigration. In accordance with the online disinhibition factors, the data correspond with four factors; invisibility, anonymity, asynchronicity, and minimisation of status and authority. Understanding this topic may increase public awareness and help them navigate social media avoiding harmful acts towards anyone, including public figures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Danau Antariksa Tumengkol
"ABSTRAK
Makalah ini membahas pengaruh anonimitas terhadap cyberbullying di platform Social Media. Makalah ini merupakan tinjauan terhadap studi Barlett Gentile 2012 dan Hinduja Patchin 2006 mengenai korelasi antara cyberbullying dan anonimitas. Hasil peninjauan terhadap studi-studi tersebut menunjukkan bahwa anonimitas menyebabkan tingkat kecenderungan kita untuk berpikir sebelum bertindak di dunia online, dan menunjukkan efek cyberbullying yang bergantung pada pengetahuan korban atas identitas pelaku.

ABSTRACT
The focus of this paper is the effect of anonymity on cyberbullying, in relation to Social Media platforms. This paper will review and analyse past studies of Barlett Gentile 2012 and Hinduja Patchin 2006 on the correlation between cyberbullying and anonymity. The results of the reviewed studies indicated that anonymity effects the tendency to reflect on our actions, and that the effects of the cyberbullying depends on whether the victim knows the perpetrator. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nedya Farisia
"ABSTRAK
Media sosial berkembang dengan pesat saat ini dan menyediakan kenyamanan untuk berkomunikasi. Namun kenyamanan tersebut banyak disalahgunakan untuk memperlakukan orang lain dengan tidak layak di hadapan seluruh komunitas internet yang biasa disebut cyberbullying. Apabila cyberbullying gagal dicegah, akan sulit untuk melacak dan menanganinya. Salah satu senjata utama untuk mencegah aksi cyberbullying adalah dengan melakukan deteksi pada media sosial. Deteksi cyberbullying dapat dilakukan dengan menentukan apakah suatu post menyinggung topik sensitif yang bersifat pribadi seperti ras atau tidak. Dengan menentukan kata-kata terkait topik sensitif tersebut dan filter sentimen, deteksi tweet cyberbullying dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi Hyperpipes, Tree-based J48, dan SVM. Hasil menunjukkan bahwa algoritma hyperpipes dan decision tree menghasilkan hasil evaluasi yang terbaik dengan tingkat akurasi 85,32% dan 86,24%.

ABSTRACT
Social media is growing rapidly at the moment and provide convenience to communicate. But such convenience widely misused to treat other people with not decent before the entire internet community commonly called cyberbullying. If cyberbullying fail to prevent, it will be difficult to track down and deal with it. One of the main weapons to prevent acts of cyberbullying is to perform detection on social media. Detection of cyberbullying can be done by determining whether a post offend the sensitive topic of a personal nature such as racist or not. By determining the related words such sensitive topics and filter sentiment, cyberbullying tweet detection is done by using the method of classification Hyperpipes, Tree-based J48, and SVM. The results show that the algorithm hyperpipes and decision tree produces the best evaluation results with the accuracy of 85.32% and 86.24%.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Syane
"Karya akhir ini merupakan profiling lima kasus cyberbullying yang dialami oleh figur publik sosial selebritis Indonesia. Fokus studi ini adalah melakukan profiling korban cyberbullying yang dilihat sebagai bentuk kejahatan, menemukenali ciri-ciri selebriti yang rentan menjadi korban serta bentuk-bentuk viktimisasi serta reviktimisasi yang menyertai. Karya akhir ini mengunakan analisis data sekunder, yang bersumber dari data berita media online Indonesia, mengenai cyberbullying yang dialami publik figur. Analisis data dilakukan dengan pengelompokan cyberbullying oleh Willard dan victim profiling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa ciri tertentu yang umumnya dimiliki selebriti korban cyberbullying, jenis cyberbullying yang hampir seragam, respons korban terhadap cyberbullying yang mereka alami, dan adanya revictimization yang dialami korban. Ciri tertentu selebriti korban cyberbullying yaitu korban sebagian besar merupakan perempuan dewasa yang berprofesi sebagai selebriti, dengan media sosial yang paling sering menjadi tempat cyberbullying adalah Instagram. Korban mengalami dampak emosional, finansial, psikologis, dan sosial. Respon korban terhadap cyberbullying yang mereka alami adalah counteraggression.

This final work is structured to analyze and profile five cases of cyberbullying experienced by social public figures, namely Indonesian celebrities. The focus in this case is the profiling victims of cyberbullying which is seen as a form of crime, the characteristics of celebrities who are vulnerable to becoming victims and the victimization and re-victimization that occur. The method used is secondary data analysis, sourced from Indonesian online media news data, regarding cyberbullying experienced by public figures. The analysis in this paper focuses on Willard's cyberbullying classification and victim profiles. The results of the analysis show that there are certain characteristics that are generally possessed by celebrity public figures who are victims of cyberbullying, the type of cyberbullying that is almost same, victim response to the cyberbullying that they experience, and the victim revictimization. A particular feature of celebrity victims of cyberbullying is that most of the victims are adult women who work as celebrities, with the social media that is most often used for cyberbullying is Instagram. Victims experience emotional, financial, psychological, and social impacts. The victim's response to the cyberbullying they experience is counteraggression."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Syafindra
"Peningkatan penggunaan media sosial yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari pada remaja, yang akan berdampak pula pada peningkatan perilaku negatif, seperti cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk cyberbullying pada korban remaja di media sosial, prakiraan dampak bentuk cyberbullying terhadap kemampuan kecerdasan emosional remaja, serta cara mitigasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui teknik pengumpulan data yang meliputi studi literatur, studi dokumen dan wawancara. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis tematik kualitatif untuk mengidentifikasi bentuk cyberbullying pada korban remaja di media sosial, dan menganalisa prakiraan kualitatif menurut narasumber ahli, terkait prakiraan dampak cyberbullying terhadap kemampuan kecerdasan emosional remaja dalam penggunaan media sosial, serta cara mitigasi cyberbullying pada remaja. Hasil penelitian ini teridentifikasi temuan lima kasus korban cyberbullying remaja dalam bentuk flaming dan harassment di media sosial, yang memungkinkan korban remaja cenderung mengalami dampak terhadap kemampuan kecerdasan emosionalnya, dalam sulitnya untuk memahami dan mengelola emosi dirinya dan orang lain. Dengan sulitnya korban cyberbullying remaja untuk memahami dan mengelola emosinya, memungkinkan korban remaja cenderung untuk mengalami sulitnya membina hubungan sosial, ketidak percayaan diri, stres, depresi, dan mengalami kegagalan dalam prestasi belajar di sekolah. Serta, hasil penelitian dalam cara mitigasi cyberbullying terhadap remaja untuk memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang baik, yaitu, pertama, dengan cara individu remaja untuk tidak merespon cyberbullying yang dialaminya. Kedua, dengan cara memastikan remaja mendapati dukungan dari lingkungan keluarga dan sekolah, yaitu, pastikan remaja dapat komunikasi yang baik oleh orang tuanya, dan pastikan remaja untuk dapat literasi oleh guru di sekolah, tentang penggunaan media sosial yang baik dan fenomena cyberbullying merupakan perilaku buruk.

The increased use of social media has become an integral part of daily life in adolescents, which will also have an impact on increasing negative behaviors, such as cyberbullying. This study aims to determine the form of cyberbullying on teenage victims on social media, the predicted impact of this form of cyberbullying on adolescents' emotional intelligence abilities, and how to mitigate it. This research used qualitative methods through data collection techniques which included literature studies, document studies and interviews. This study uses qualitative thematic analysis techniques to identify the form of cyberbullying on adolescents' victims on social media, and analyzes qualitative forecasts according to expert sources, related to forecasting the impact of cyberbullying on adolescents' emotional intelligence abilities in using social media, as well as how to mitigate cyberbullying on adolescents. The results of this study identified the findings of five cases of adolescent victims of cyberbullying in the form of flaming and harassment on social media, which allows adolescent victims to tend to experience an impact on their emotional intelligence abilities, in the difficulty of understanding and managing the emotions of themselves and others. With the difficulty of adolescent victims of cyberbullying to understand and manage their emotions, it is possible for adolescent victims to tend to experience difficulties in fostering social relationships, lack of self-confidence, stress, depression, and experience failure in academic achievement at school. In addition, the results of research on how to mitigate cyberbullying so that adolescents have good emotional intelligence abilities, namely first by how individual adolescents do not respond to the cyberbullying they experience. Second, by ensuring that adolescents get support from the family and school environment, namely ensuring that adolescents can communicate well with their parents, and ensuring that adolescents are literate by teachers at school, about good use of social media and the phenomenon of cyberbullying is bad behavior."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faiq
"Jurnal ini membahas tentang cyberbullying pada remaja. Topik yang dibahas dalam jurnal ini di kategorikan di mulai dengan definisi cyberbullying; yakni perilaku agresif, intens, berulang yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan bentuk-bentuk pemanfaatan teknologi sebagai media untuk menyerang orang (Smith, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi cyberbullying adalah pergaulan sosial, keluarga, keinginan dan kebutuhan. Jika dilihat dari bentuk-bentuknya, perilaku cyberbullying dapat dibagi menjadi bermacam-macam seperti, flaming, harassment, denigration, impersonation, outing, trickery, exclusion, dan cyberstalking. Dampak yang ditimbulkan cyberbullying dapat dibedakan menjadi tiga bagian. yaitu: (1) dampak bagi korban bullying, (2) dampak bagi pelaku, dan (3) dampak bagi orang lain yang menyaksikan bullying (bystanders). Serta cara pencegahan cyberbullying adalah dengan mengikutsertakan orang tua dan sekolah dalam menangani cyberbullying yang dilakukan atau di terima anaknya.

This journal discusses about cyberbullying in adolescence. The topics discussed in the journal is categorized at the start of the definition of cyberbullying that is aggressive behavior, intense, repetitive, performed by the individual or group using the technology as a medium for attacking other people (Smith, 2008). The factors which affected it is social relations, family, wants and needs. These forms of cyberbullying behavior is divided into several kinds, i.e flaming, harassment, denigration, impersonation, outing, trickery, exclusion, and cyberstalking. The cyberbullying impact caused can be distinguished into three parts. namely (1) the impact to the victim, (2) impact for the perpetrators, and (3) the impact for others who see the bullying (bystanders). the way the prevention of cyberbullying is to involve parents and schools in dealing with cyberbullying conducted or on receipt of his son or daughter."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rianda Febrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran cyberbullying pada mahasiswa Universitas Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner online. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini hasil adaptasi dari alat ukur Willard yang bernama Student Assessment Survey dengan format dan teknik skoring dari alat ukur Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) yang disusun oleh Topcu dan Baker. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan statistik deskriptif. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini 133 mahasiswa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 77% (N=103) mahasiswa UI pernah terlibat dalam cyberbullying. Mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan, berusia 20-25 tahun dan menggunakan internet 21-42 jam per minggu lebih banyak terlibat cyberbullying baik sebagai pelaku maupun korban.

This study was conducted to know the description of cyberbullying of students of the Universitas Indonesia. The method used in this study was quantitative and collecting data through online questionnaires. Measuring instruments were the results of the adaptation of the instrument from Willard, named Student Assessment Survey with format and scoring technique from Cyber Bullying Inventory Revised (RCBI) compiled by Topcu and Baker. In processing the data, the researcher used descriptive statistics. The number of participants involved in this study 133 students. The result of the study showed that 77% of students involved in cyberbullying. Female students, age 20-25 years and using the internet for 21-42 hours per week, are more involved in cyberbullying than other characteristics either as perpetrators or victims."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Firdausya Sunaryo
"Komunikasi yang kini dimudahkan dengan kemunculan media sosial juga memiliki konsekuensi buruk, seperti aksi cancel culture yang berujung pada tindakan cyberbullying. Cancel culture merupakan sebuah praktik pemboikotan terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Figur publik seringkali menjadi target utama cancel culture di internet dikarenakan rumor yang disebarkan di media sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dan kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis cancel culture dan cyberbullying terhadap aktor Korea Selatan Kim Seonho dan idol Kim Garam di forum daring dan Twitter dengan konsep efek disinhibisi online, di mana batasan komunikasi hilang apabila dilakukan secara daring dibandingkan secara tatap muka. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa empat dari enam dimensi efek disinhibisi online paling tampak di kasus cancel culture dan cyberbullying kedua figur publik ini, yakni dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, dan minimization of status and authority, dengan anonimitas sebagai faktor utamanya.

The presence of social media in the contemporary media landscape has made communication more accessible. However, the emergence of such a platform also comes with cultural consequences, such as cancel culture–a practice of boycotting someone who is considered to have violated the norm–which often leads to cyberbullying. Public figures have become the main target of cancel culture which is amplified by the online rumors spread on social media. By using qualitative case study methods and literature review, this paper aims to analyze the cancel culture and cyberbullying against South Korean actor Kim Seonho and idol Kim Garam in online forums and Twitter, with the concept of the online disinhibition effect, where communication boundaries disappear as it takes place online. The result shows that four among six dimensions of the online disinhibition effect, namely dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, and minimization of status and authority are present in the cancel culture and cyberbullying of these two public figures, with anonymity being the main factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>