Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syemmikah Mahasya Dygia
"Artikel ini menjelaskan tentang bagaimana media massa membentuk standar kecantikan ideal, khususnya pada masyarakat Indonesia. Masyarakat cenderung mendefinisikan kecantikan hanya dari penampilan fisik (Dian, 2021). Hal ini beresiko menimbulkan dampak merugikan dari sisi mental, terutama ketika individu berupaya keras untuk memenuhi ekspektasi standar kecantikan yang berlaku di masyarakat (Destiana, 2021). Media turut andil dalam membentuk standar tersebut melalui berbagai produk yang dihasilkan dan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat (Nureesha et al., 2020). Media sosial adalah salah satu produk media yang paling banyak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Alhasil, paparan masyarakat terhadap penggambaran bentuk tubuh melalui internet sangat tinggi (Tiggemann, M., & Slater, A. (2014). Meski demikian, bagaimana media membentuk informasi juga tak bisa lepas dari pengaruh media lainnya, seperti iklan. Studi ini hendak menganalisis bagaimana intermedia agenda setting (Wallsten, K. (2007) terjadi antara iklan dengan konten Youtube dalam membentuk standar kecantikan. Studi ini mengangkat argumen bahwa organisasi media, dengan pengaruh dari iklan, turut melanggengkan standar kecantikan yang cenderung berfokus pada elemen-elemen fisik yang berpihak pada kelompok masyarakat tertentu.

This article describes how the mass media establish ideal beauty standards, especially in Indonesian society. Society defines beauty only from physical appearance (Dian, 2021). Such has the risk of having a detrimental
impact on the mental side, especially when individuals strive to meet the expectations of beauty standards that
apply in society (Destiana, 2021). The media contribute to shaping these standards through various products
produced and consumed by the public (Nureesha et al., 2020). Social Media is one of the media products most
closely intertwined with people's daily lives. As a result, public exposure to the depiction of body shape via the
internet is very high (Tiggemann & Slater, 2014). However, news organisations are also affected by other media
and advertisements. This study aims to analyse the intermedia agenda-setting (Wallsten, 2007) between
advertisements and Youtube content, particularly in constructing beauty standards. The article argues that
advertisements influence how online media organisations perpetuate beauty standards that focus on physical
elements favouring particular groups of people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Amalia Roza
"Tulisan ini mengangkat permasalahan standar kecantikan yang tidak dapat menyeimbangkan keberagaman kecantikan hingga membawa perempuan pada keadaan narsis dan melankolis sebagai penyebab rasa sakit, serta menarik tawaran terhadap ragam persepsi kecantikan. Hal itu yang disebut sebagai penyebab rasa sakit dalam feminine jouissance, perempuan memperoleh kebahagiaan semu yang akhirnya akan menghasilkan rasa sakit. Muncul banyak kekeliruan dalam memahami konsep kecantikan sehingga mewajarkan rasa sakit dalam memenuhi standar yang ada. Perempuan membutuhkan jalan keluar agar terbebas dari represi yang dialaminya. Penelusuran dalam tulisan ini menggunakan data yang dikumpulkan dari iklan-iklan, sejarah, dan mitos-mitos. Saya menggunakan pendekatan dari tawaran Luce Irigaray terkait subjektivitas feminin. Metode yang digunakan dalam tulisan ini yaitu kajian literatur dan analisis filosofis menggunakan teori subjektivitas Luce Irigaray. Hasil dari tulisan ini menguatkan penggunaan subjektivitas feminin Luce Irigaray bahwa setiap perempuan harus dapat menjelaskan kecantikan yang ada pada dirinya dan terbuka dengan segala ragam kecantikan yang ada.

This paper raises the standard of beauty that cannot balance the diversity of beauty so as to bring women into a state of narcissism and melancholy as the cause of pain, and draws offers on various perceptions of beauty. This is what is called the cause of pain in feminine jouissance, women get a false happiness that will eventually produce pain. There are many mistakes in understanding the concept of beauty so that it is natural to feel pain in meeting existing standards. Women need a way out to be free from the repression they experience. The search in this paper uses data collected from advertisements, history, and myths. I use the approach of Luce Irigaray's offer of feminine subjectivity. The method used in this paper is literature review and philosophical analysis using Luce Irigaray's theory of subjectivity. The results of this paper reinforce the use of Luce Irigaray's feminine subjectivity that every woman must be able to explain the beauty that exists in herself and be open to all kinds of beauty that exist."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Adrianti
"Di dalam iklan perempuan ditampilkan sebagai sosok dengan bentuk fisik yang ideal seperti bertubuh langsing, berkulit putih dan mulus, memiliki kaki yang jenjang dan bulu mata yang lentik. Kedua iklan dari Shot for Slim dan Alli menunjukan bahwa iklan memiliki peranan dalam membentuk mitos kecantikan. Mitos kecantikan yang tersebar di masyarakat sering kali dianggap sebagai sebuah kenyataan yang dijadikan standard dalam menilai kecantikan perempuan. Dengan adanya mitos kecantikan yang tersebar di masyarakat, memunculkan kekhawatiran pada perempuan terhadap kekurangan bentuk tubuh yang dimilikinya.

In an advertisement woman published as someone who has an ideal physical form like having a slim body, flawless and white skin, has a ladder feet and tapering eyelashes. Both advertisements from Shot for Slim and Alli shown that advertisement has role in making a beauty myth. Beauty myth that spread in community is often considered as a reality that become a standard for rating a woman beauty. As is beauty myth that spread in community, show concern on woman to deficiency a body form that they owned."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari Noor Andytyaputri
"Remaja perempuan di Indonesia banyak terpapar oleh media yang dengan kaku menggambarkan kulit putih sebagai salah satu karakateristik yang menunjukkan standar kecantikan. Paparan terhadap standar kecantikan tersebut dapat berpengaruh pada internalisasi standar kecantikan bahwa kulit putih dianggap lebih menarik dan memberikan pengaruh pada bagaimana perempuan di Indonesia menilai warna kulit dan penampilan tubuhnya secara keseluruhan. Internalisasi standar kecantikan adalah salah satu faktor yang memengaruhi kepuasan warna kulit dan kepuasan tubuh perempuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antarvariabel internalisasi standar kecantikan kulit putih, kepuasan warna kulit, dan kepuasan tubuh pada remaja perempuan di salah satu kota besar di Indonesia. Kuesioner disusun menggunakan adaptasi alat ukur Sociocultural Attitude Towards Appearance Questionnaire (SATAQ), Skin Color Satisfaction Scale (SCSS), dan Multidimensional Body Self-Report Questionnaire (MBSRQ). Survey dan wawancara dilakukan pada 228 pelajar perempuan berusia 13-23 tahun dari berbagai SMP, SMA, dan Universitas di Jabodetabek untuk melihat hubungan antarvariabel. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang signifikan antara internalisasi dengan kepuasan warna kulit dan kepuasan kulit dengan kepuasan tubuh, namun tidak pada internalisasi dengan kepuasan tubuh. Semakin tinggi internalisasi remaja perempuan, semakin rendah kepuasannya terhadap warna kulitnya. Walaupun kepuasan warna kulit memiliki hubungan positif dengan kepuasan tubuh, internalisasi standar kecantikan kulit putih tidak memiliki hubungan langsung dengan kepuasan tubuh secara keseluruhan.

Despite having a racial characteristic of darker skin, Indonesian teenage girls are exposed to media promoting a rigid beauty ideal that lighter skin color is more desirable. Exposure to this white-idealization can affect the way they perceive their own appearance. The present study examines the relationship between white-ideal beauty internalization, skin color satisfaction, and body satisfaction among female adolescents in a big city in Indonesia. The questionnaire used was arranged using scales from Attitude Towards Appearance Questionnaire (SATAQ), Skin Color Satisfaction Scale (SCSS), dan Multidimensional Body Self-Report Questionnaire (MBSRQ). Surveys and interviews were conducted on 228 female students between the age of 13 and 23 from various middle school, high school, and university in Jakarta and its surrounding areas. Study finds significant correlations between internalization and skin color satisfaction, also between skin color satisfaction and body satisfaction, but not between skin color satisfaction and body satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nurul Izzah
"Menyebarnya konten beauty trends pada media sosial menyebabkan terbentuknya standar kecantikan baru yang dapat membahayakan kesehatan mereka yang mengikuti tren tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi bagaimana perempuan memandang beauty trends dan beauty standards. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana konten beauty trends di media sosial dapat memengaruhi kesehatan penggunanya, baik secara fisik maupun mental. Eyelash extension, fillers, dan cat rambut digunakan sebagai contoh beauty trends pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan kepada tiga perempuan terpilih yang memiliki ketertarikan di bidang kecantikan dan aktif di media sosial. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 7 Mei 2021. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi dan Teori Media Ekologi digunakan sebagai acuan untuk menganalisis pendapat partisipan mengenai beauty standards dan pengalaman pribadi mereka dalam mencoba beauty trends yang ada di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan berpendapat beauty standards merupakan tolak ukur kecantikan yang dibentuk oleh masyarakat. Mereka juga percaya bahwa beauty standards dapat memengaruhi kesehatan fisik maupun mental pengikutnya. Setelah mencoba salah satu beauty trend, mereka merasakan dampak rambut menjadi lebih kering. Selain itu, mereka juga merasa kurang percaya diri dengan penampilan mereka.

The spreading of beauty trend content on social media that create new beauty standards can cause harm to its consumer. This study aimed to investigate how women see beauty trends and beauty standards. In addition, this study also analyzes how beauty trends content on social media can affect the health of its users, both physically and mentally. This study uses eyelash extensions, fillers, and hair dye as examples of beauty trends. This study uses qualitative research methods. The author conducted the interviews between the 4th and 7th of May 2021. Communication Management of Meaning Theory (CMM) and Media Ecology Theory are used to analyze the participants’ opinions regarding beauty standards and their personal experiences in trying out beauty trends that exist in Indonesia. This study shows that the participants think of beauty standards as a beauty benchmark created by society. They also believe that beauty standards can affect the physical and mental health of one who follows the trends. After trying out one of the beauty trends, they feel their hair is drier. Besides that, they also feel less confident with their appearance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaysha Gikha Nisrina
"Konstruksi kecantikan yang dibangun oleh media memunculkan standar-standar kecantikan yang dianut oleh para perempuan. Persepsi bahwa menjadi cantik harus memiliki kulit yang putih dan mulus melekat dalam definisi kecantikan. Dalam dunia digital, konstruksi kecantikan ini semakin diperkuat oleh kehadiran beauty influencer dengan presentasi diri yang memenuhi standar-standar yang telah dikonstruksi. Ketika ada seorang beauty influencer yang menampilkan presentasi diri yang berbeda, dengan wajah berjerawat dan tidak memenuhi standar yang dikonstruksi media, tentunya merupakan fenomena yang unik dan berpengaruh terhadap makna kecantikan yang selama ini dikonstruksi. Tulisan ini membahas mengenai bagaimana presentasi diri seorang beauty influencer yang berbeda dari mayoritas beauty influencer lainnya karena tidak menampilkan hal-hal yang menjadi standar kecantikan yang dikonstruksi oleh media sebagai upaya dekonstruksi terhadap makna kecantikan yang selama ini ada di media sosial.

The construction of beauty built by the media raises the standards of beauty that are adhered to by women. The perception of being beautiful should have white and smooth skin is inherent in the definition of beauty. In this digital world, beauty construction is further strengthened by the presence of beauty influencers with self-presentation that meets the standards which have been constructed. When a beauty influencer who presents a different self presentation, with a pimply face and does not meet the standards constructed by the media, it is certainly a unique phenomenon and influences the meaning of beauty that has been constructed. This paper discusses how the self-presentation of a beauty influencer is different from the majority of other beauty influencers because it does not display things that become the standard of beauty constructed by the media, as an effort to deconstruct the meaning of beauty that has been exist previously on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Narita Pratiwi
"Instagram sebagai salah satu media sosial berbasis visual berkontribusi dalam membentuk konstruksi kecantikan di era digital melalui fitur filter yang ada pada Instagram story. Penelitian ini menganalisis penggunaan filter kecantikan yang digunakan pada Instagram story untuk melihat pengaruhnya dalam mengonstruksi kecantikan dan menjadi media pengawasan bagi perempuan di era digital. Berdasarkan hasil survei terhadap 125 responden, ditemukan dua filter terfavorit yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini. Filter kecantikan yang digemari adalah filter yang memberikan tampilan natural yang tidak terlalu memberikan kesan bahwa wajah telah difilter sehingga dipercaya sebagai wajah asli penggunanya. FGD dipilih untuk menggali lebih lanjut mengenai penggunaan filter oleh 10 orang peserta. Hasil analisis menunjukkan bahwa filter dapat membuat kulit terlihat lebih halus, cerah, dan bening seperti tanpa cela. Penggunaan filter menunjukkan bahwa filter kecantikan dianggap sangat membantu menambah rasa percaya diri karena filter membuat tampilan wajah penggunanya menjadi lebih baik. Perasaan lebih baik ini didasarkan pada objektifikasi diri yang menilai tampilan diri maupun orang lain untuk saling membandingkan. Dapat disimpulkan bahwa filter memberikan efek pengawasan bagi penggunanya yang mendisiplinkan tampilan perempuan di media sosial.

Instagram as one of the visual social media contributes in shaping the construction of beauty in the digital era through its features, filter in Instagram story. This study analyzes the use of beauty filters used in Instagram story to see their influence in constructing beauty and being a surveillance media for women in the digital era. Based on the results of a survey of 125 respondents, it was found that the two most favorite filters that become the main data sources in this study. The favorite beauty filter is a filter that gives a natural look that doesn't give the impression that the face has been filtered so that it is believed to be the user's real face. The FGD was chosen to explore more about the use of filters by 10 participants. The results of the analysis show that the filter can make the skin look smoother, brighter, clearer, and flawless. The use of filters shows that beauty filters are considered very helpful in increasing self-confidence because filters make the user's face look better. This feeling of being better is based on a self objectification that jugdes the appearance of oneself and others to compare with each other. It could be concluded that the filter provides a surveillance effect for its users who discipline the appearance of women on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Anabel
"Tesis ini membahas mitos-mitos tentang kecantikan yang beredar di masyarakat kita. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis linguistik dan semiotik. Penelitian terhadap mitos dilakukan dengan mengamati konotasi yang dibangun oleh pengiklan melalui rekayasa tanda-tanda verbal dan ikonis pada lima iklan media cetak produk perawatan kulit wajah wanita. Kelima iklan yang dijadikan korpus penelitian ini adalah iklan pelembap Ultima II Essentials, pelangsing wajah Clarins Shaping Facial Lift, pencerah kulit wajah SK-II Facial Treatment Essence, antipenuaan Clinique Repairware Laser Focus, dan pemulus kulit wajah Sampar Poreless Magic Peel. Dari hasil wawancara dengan pengiklan dan dari hasil diskusi kelompok terfokus dengan kelompok sasaran, diketahui adanya perbedaan dan persamaan konotasi di antara kedua belah pihak. Hasil penelitian menunjukkan mitos-mitos tentang kecantikan yang beredar di masyarakat kita.

This thesis discusses beauty myths that circulate in our society. This research is a qualitative research by means of linguistic and semiotic analyses. This research about myths is conducted by observing connotations built by the advertisers through verbal and iconic signs in five printed advertisements of facial skin care products for women. The five advertisements are Ultima II Essentials moisturizer, Clarins Shaping Facial Lift facial slimming product, SK-II Facial Treatment Essence skin lightening product, Clinique Repairware Laser Focus for anti aging, and Sampar Poreless Magic Peel for flawless skin. From interviews with the advertisers and the results of a focus group discussion with the prospects, it is known that there are differences and similarities in how both parties connote the signs. The results of this research show beauty myths that circulate in our society."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Ghassani Huwaina
"Jurnal ini membahas mengenai sikap para tokoh perempuan dalam menghadapi tuntutan akan penampilan pada webtoon Nae IDneun Gangnammiin. Penampilan merupakan hal yang dianggap penting dalam suatu masyarakat dan tuntutan akan penampilan yang cantik dan menarik pun cukup tinggi bagi perempuan. Perempuan diharapkan untuk dapat mencapai standar yang tumbuh di dalam masyarakat. Meskipun begitu, terdapat negosiasi antar perempuan untuk menyikapi tuntutan tersebut, yaitu dengan melakukan konformitas atau tidak.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang konsekuensi dari tuntutan sosial dalam kaitannya dengan sikap para perempuan berdasarkan korpus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan konformitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh perempuan yang ada di dalam webtoon Nae IDnenun Gangnammiin mendapatkan tuntutan juga tekanan akan penampilan dari sekitarnya dan memutuskan untuk melakukan konformitas atau menolak untuk mengikuti tuntutan tersebut.

This journal discusses about women character rsquo;s attitude towards demands on appearance in Nae IDneun Gangnammiin webtoon. Appearance is something that is considered to be important in a society and women are given high demands to look beautiful and attractive. Women are expected to achieve a growing standard in society. Nevertheless, there are negotiation between women to address this issue, by doing conformity or not.
This research aims to explain the consequence of the social demands in relation to the attitude of women characters based on the corpus. This research use qualitative method with conformity approach.
The results of this research show that women characters in Nae IDneun Gangnammiin webtoon get demands and pressure about appearance from their surroundings and decided to conduct conformity or refuse to follow these demands.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrinda Putri Poempida
"Standar kecantikan adalah gagasan yang menyiratkan bagaimana perempuan seharusnya berpenampilan. Hal ini menjadi standar sosial sekaligus harapan terhadap perempuan, dan penampilan mereka. Di Indonesia, standar kecantikan berubah dari waktu ke waktu, bergantung pada banyak faktor kultural. Pada saat ini, media sosial berperan penting dalam banyaknya konstruksi opini publik, termasuk terhadap standar kecantikan wanita. Dalam beberapa tahun terakhir, inklusivitas telah menjadi tren dalam menentukan standar kecantikan di kalangan wanita Indonesia. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap pencangkupan inklusivitas dalam mendefinisikan standar kecantikan adalah postingan Instagram fenomenal Tara Basro yang menarik banyak sentimen campuran dari publik dan media. Fenomena yang berdampak sosial ini memiliki dampak terhadap konstruksi standar kecantikan wanita Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengkaji apakah ada peran dari media sosial, khususnya postingan Instagram Tara Basro, dalam melakukan konstruksi terhadap persepsi publik tentang standar kecantikan wanita Indonesia.

Beauty standard is a notion which imply how female, in particular, should look like. It became social standard as well as expectation toward female, and their appearance. In Indonesia, beauty standard has changed overtime, depending on multiple cultural factors. Nowadays, Social Media plays important role on construction various of public opinion toward many social issues, including female beauty standard. In addition, inclusivity has become a trend on defining beauty standard among Indonesian female in the past few years. One of the most recent influential aspects that promotes inclusivity in defining beauty standard is Tara Basro’s phenomenal Instagram post which drew plenty of mixed sentiment from both the public and media. This social phenomenon has its own impact toward the construction of Indonesian female beauty standard. Therefore, this study is to assess whether or not there is an impact of social media, especially Tara Basro’s Instagram post, in the construction of public perception toward Indonesian female beauty standard."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>