Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 238928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Budiman
"Latar belakang: Pengembangan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di Puskesmas masih belum rutin dilakukan, sehingga umumnya belum mampu melakukan tatalaksana awal pada bayi bermasalah.
Tujuan: Mengetahui pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di Puskesmas wilayah Tangerang mengenai resusitasi, stabilisasi, dan transportasi neonatal, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya, serta mengetahui profil SNAPPE II neonatal yang dirujuk dari Puskesmas tersebut.
Metode: Metode yang digunakan adalah mixed method yaitu penelitian kuantitatif desain kuasi-eksperimental (pretest-posttest) yang menilai pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan, serta SNAPPE II neonatal yang dirujuk sebelum dan sesudah intervensi, disertai pendalaman kualitatif melalui wawancara sistem kesehatan meso dan makro, serta focus group discussion sistem kesehatan mikro.
Hasil: Penelitian dilakukan di 12 puskesmas wilayah Tangerang, dengan subjek 36 petugas kesehatan, dan wawancara mendalam kepada 17 sistem kesehatan meso dan makro. Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan mengalami peningkatan bermakna sebelum dan sesudah pelatihan (p<0,001 dan p=0,002), namun nilai rerata stabilisasi dibawah batas lulus. Dalam pemantauan selama 3 bulan pasca pelatihan, retensi keterampilan penanganan kegawatan neonatal cukup baik dan didapatkan perbedaan bermakna sebelum dan sesudah intervensi (p<0,001). Pada VTP terdapat perbedaan bermakna dengan penurunan di bulan kedua (90,4 dan meningkat kembali di bulan ketiga (93.5sedangkan nilai rerata pemberian CPAP dan stabilisasi selalu dibawah batas lulus. Nilai SNAPPE II pada neonatal yang dirujuk ke rumah sakit menunjukkan perbaikan prognosis yang bermakna secara statistik (p=0,013). Analisis kualitatif menemukan 3 akar masalah utama yaitu keterbatasan sumber daya manusia, kualifikasi SDM yang belum mengikuti pelatihan maupun resertifikasi, dan monitoring evaluasi berkelanjutan, dengan 3 alternatif solusi berupa pelatihan dan update klinis berbasis teknologi (daring), pendampingan Dokter Spesialis Anak (Konsultan Neonatologi), serta supervisi Dinas terkait bekerjasama dengan organisasi profesi.
Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di Puskesmas wilayah Tangerang mengenai resusitasi, stabilisasi, dan transportasi neonatal sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) intervensi. Terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan antara lain jumlah SDM, kualifikasi SDM dan monitoring evaluasi yang berkesinambungan. Terdapat peningkatan profil SNAPPE II pada neonatal yang dirujuk ke rumah sakit oleh Puskesmas yang dilatih sesudah intervensi dibandingkan sebelumnya

Background: The development of knowledge and skills of health workers at public health centers is not yet routinely carried out, so generally they are not able to carry out initial management of neonatal emergencies.
Objective: To determine the knowledge and skills of health workers at Tangerang district public health centers regarding neonatal resuscitation, stabilization and transportation, to analyze the influencing factors, and to determine the profile of SNAPPE II neonates referred from the public health centers.
Methods: A mixed method, quantitative research with a quasi-experimental design (pretest-posttest) that assesses the knowledge and skills of health workers, SNAPPE II for referred neonates before and after intervention, accompanied by qualitative deepening through interviews of meso and macro health systems, and focus group discussion on micro health systems.
Result: The study was conducted in 12 public health centers in Tangerang area, with 36 health workers as subjects, and in-depth interviews with 17 meso and macro health systems. Knowledge and skills of health workers experienced a significant increase before and after training (p<0.001 and p=0.002), but the mean value of stabilization was below the pass threshold. In monitoring for 3 months after training, the retention of neonatal emergency handling skills was quite good and there were significant differences before and after intervention (p<0.001). In VTP there is a significant difference with a decrease in the second month (90.4 ± 9.0) and increase again in the third month (93.5 ± 7.8), while the mean value of CPAP and stabilization is always below the pass limit. The SNAPPE II value for neonatal admissions to hospital showed a statistically significant improvement in prognosis (p=0.013). Qualitative analysis found 3 main root problems, namely limited human resources, qualifications of human resources who have not attended training or recertification, and continuous evaluation monitoring, with 3 alternative solutions in the form of training and technology-based clinical updates (online), assistance of Pediatricians (Neonatology Consultants), and the supervision of related agencies in collaboration with professional organizations.
Conclusion: There were significant differences in the knowledge and skills of health workers at the Tangerang district public health centers regarding resuscitation, stabilization, and neonatal transportation before (pretest) and after (posttest) intervention. There are three main factors that affect the knowledge and skills of health workers, including the number of human resources, qualifications of human resources and continuous monitoring and evaluation. There is an increase in the SNAPPE II profile among neonates referred to hospital by public health centers trained after intervention compared to before.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budiman
"Latar belakang: Pengembangan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di Puskesmas masih belum rutin dilakukan, sehingga umumnya belum mampu melakukan tatalaksana awal pada bayi bermasalah.
Tujuan: Mengetahui pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di Puskesmas wilayah Tangerang mengenai resusitasi, stabilisasi, dan transportasi neonatal, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya, serta mengetahui profil SNAPPE II neonatal yang dirujuk dari Puskesmas tersebut.
Metode: Metode yang digunakan adalah mixed method yaitu penelitian kuantitatif desain kuasi-eksperimental (pretest-posttest) yang menilai pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan, serta SNAPPE II neonatal yang dirujuk sebelum dan sesudah intervensi, disertai pendalaman kualitatif melalui wawancara sistem kesehatan meso dan makro, serta focus group discussion sistem kesehatan mikro.
Hasil: Penelitian dilakukan di 12 puskesmas wilayah Tangerang, dengan subjek 36 petugas kesehatan, dan wawancara mendalam kepada 17 sistem kesehatan meso dan makro. Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan mengalami peningkatan bermakna sebelum dan sesudah pelatihan (p<0,001 dan p=0,002), namun nilai rerata stabilisasi dibawah batas lulus. Dalam pemantauan selama 3 bulan pasca pelatihan, retensi keterampilan penanganan kegawatan neonatal cukup baik dan didapatkan perbedaan bermakna sebelum dan sesudah intervensi (p<0,001). Pada VTP terdapat perbedaan bermakna dengan penurunan di bulan kedua (90,4 ± 9,0) dan meningkat kembali di bulan ketiga (93.5 ± 7,8), sedangkan nilai rerata pemberian CPAP dan stabilisasi selalu dibawah batas lulus. Nilai SNAPPE II pada neonatal yang dirujuk ke rumah sakit menunjukkan perbaikan prognosis yang bermakna secara statistik (p=0,013). Analisis kualitatif menemukan 3 akar masalah utama yaitu keterbatasan sumber daya manusia, kualifikasi SDM yang belum mengikuti pelatihan maupun resertifikasi, dan monitoring evaluasi berkelanjutan, dengan 3 alternatif solusi berupa pelatihan dan update klinis berbasis teknologi (daring), pendampingan Dokter Spesialis Anak (Konsultan Neonatologi), serta supervisi Dinas terkait bekerjasama dengan organisasi profesi.
Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di Puskesmas wilayah Tangerang mengenai resusitasi, stabilisasi, dan transportasi neonatal sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) intervensi. Terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan antara lain jumlah SDM, kualifikasi SDM dan monitoring evaluasi yang berkesinambungan. Terdapat peningkatan profil SNAPPE II pada neonatal yang dirujuk ke rumah sakit oleh Puskesmas yang dilatih sesudah intervensi dibandingkan sebelumnya.

Background: The development of knowledge and skills of health workers at public health centers is not yet routinely carried out, so generally they are not able to carry out initial management of neonatal emergencies.
Objective: To determine the knowledge and skills of health workers at Tangerang district public health centers regarding neonatal resuscitation, stabilization and transportation, to analyze the influencing factors, and to determine the profile of SNAPPE II neonates referred from the public health centers.
Methods: A mixed method, quantitative research with a quasi-experimental design (pretest-posttest) that assesses the knowledge and skills of health workers, SNAPPE II for referred neonates before and after intervention, accompanied by qualitative deepening through interviews of meso and macro health systems, and focus group discussion on micro health systems.
Result: The study was conducted in 12 public health centers in Tangerang area, with 36 health workers as subjects, and in-depth interviews with 17 meso and macro health systems. Knowledge and skills of health workers experienced a significant increase before and after training (p<0.001 and p=0.002), but the mean value of stabilization was below the pass threshold. In monitoring for 3 months after training, the retention of neonatal emergency handling skills was quite good and there were significant differences before and after intervention (p<0.001). In VTP there is a significant difference with a decrease in the second month (90.4 ± 9.0) and increase again in the third month (93.5 ± 7.8), while the mean value of CPAP and stabilization is always below the pass limit. The SNAPPE II value for neonatal admissions to hospital showed a statistically significant improvement in prognosis (p=0.013). Qualitative analysis found 3 main root problems, namely limited human resources, qualifications of human resources who have not attended training or recertification, and continuous evaluation monitoring, with 3 alternative solutions in the form of training and technology-based clinical updates (online), assistance of Pediatricians (Neonatology Consultants), and the supervision of related agencies in collaboration with professional organizations.
Conclusion: There were significant differences in the knowledge and skills of health workers at the Tangerang district public health centers regarding resuscitation, stabilization, and neonatal transportation before (pretest) and after (posttest) intervention. There are three main factors that affect the knowledge and skills of health workers, including the number of human resources, qualifications of human resources and continuous monitoring and evaluation. There is an increase in the SNAPPE II profile among neonates referred to hospital by public health centers trained after intervention compared to before.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nilasari
"ABSTRAK
Patient safety suatu keadaan dimana keselamatan pasien terjamin waktu menjalani pelayanan di rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran pengaruh pelatihan patient safety terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat klinik pada penerapan patient safety. Metodologi menggunakan pre experiment one group pretest?posttest design. Sampel 41 perawat.
Hasil penelitian menggambarkan peningkatan bermakna sesudah pelatihan adalah pengetahuan, pengidentifikasian pasien, komunikasi saat operan, pemberian obat secara benar penandaan sisi tubuh yang benar, pencegahan salah kateter/salah slang, pencegahan risiko pasien jatuh, kebersihan tangan (p=0,000), tidak ada peningkatan bermakna adalah pengendalian cairan infus (p=0.137), penggunaan alat injeksi sekali pakai(p=0,257). Rekomendasi perlu penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan metodologi penelitian lebih kuat, yang bertujuan untuk menggali lebih dalam penerapan patient safety guna meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

ABSTRACT
Patient safety is a condition when a patient is assured of safety when he was undergoing treatment in hospital. The purpose of this research was to describe the influence of patient safety training to the improvenet of knowledge and skills of clinical nurses on patient safety implementation. Methodology used in this research was qualitative approach, and using pre-experimental and one group pretest- post group design with 41 clinical nurses as the sample.
The results showed that there was a significant improvement after the nurses got the training which are: knowledge, patient identification, communication at shift change, the correct drug administration, marking the correct side of the body, prevention of catheter assembly, preventing the risk of patient falls, and hand hygiene (p=0,000), while there was no significant improvement in the control of intravenous fluids (p=0,137) and disposable syringe (p=0,257). It is suggested that there is an advance research using stronger methodologies that aim to dig deeper into the implementation of patient safety in order to improve the quality of hospital services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28471
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linarsih
"ABSTRAK
Pendidikan kesehatan ibu dan anak lebih banyak dilaksanakan melalui konsultasi perorangan atau perkasus pada waktu ibu datang memeriksakan kehamilannya, bayi atau balitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelas ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai kesehatan ibu dan anak. Desain penelitian menggunakan rancangan quasi experiment dimana seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 42 ibu hamil. Uji hipotesis menggunakan paired sample t-test. Hasil menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan serta keterampilan sesudah dan satu bulan sesudah pelatihan kelas ibu hamil, dengan demikian perlu dikembangkan program kelas ibu hamil sebagai salah satu upaya untuk menekan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.

ABSTRACT
Maternal and child health education more consultation is carried out through individual or per case at the time the mother came to check her pregnancy, babies or toddler. This study aims to determine the effect of pregnant women class to increase their knowledge and skills of pregnant women on maternal and child health. The study design is quasi experiment using a design where the entire population sampled, amounting to 42 pregnant women. Hypothesis testing using a paired sample t-test. The results showed there were significant differencesbetween the knowledge, skills before and after training skills and one month after the training pregnant women class, as such programs should be developed pregnant women class as part of efforts to reduce morbidity and mortality in mothers and babies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Fitriasari
"Puskesmas mampu PONED menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar sebab komplikasi tidak dapat diramalkan sebelumnya sehingga ibu hamil harus berada sedekat mungkin dengan pelayanan emergensi dasar. Pelatihan keterampilan Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar dilaksanakan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diharapkan memberikan dampak langsung pada kualitas pelayanan kegawatdaruratan meternal dan neonatal.
Tujuan dari penelitian ini adalah: mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dilatih PONED dan belum dilatih PONED terhadap kinerja pada puskesmas di Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah petugas yang sudah dilatih PONED dan belum dilatih PONED. Hasil studi menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada variabel pengetahuan, keterampilan dan kinerja pada kelompok PONED dan non PONED; Pada kelompok PONED variabel sikap diduga yang paling dominan mempengaruhi variabel kinerja.

Puskesmas PONED able to carry out a basic emergency maternal neonatal service because the complication of pregnancy and labor is not always predictable before it was happened, so pregnant woman must have access nearly Basic Emergency obstetric services. Basic Emergency Obstetric Neonatal Care Training implemented in order to improve the knowledge and skills of health workers who are expected to have a direct impact on the quality of emergency care and maternal or neonatal services.
The study aims to know the difference of knowledge, attitudes and skills between the personnel experienced PONED training and the personnel with no training, and the effect of training on the performances of health centers in the municipality of Bogor. This is quantitative research with cross sectional study design. Samples are personnels who have been trained with PONED and personnel with non PONED training. The results showed significant differences on knowledge, skills and performance between those with PONED training and non PONED training. In the group with PONED training, varible of attitude has the strongest influence on the performances.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Patricia Semet
"Perilaku agresif pada anak merupakan faktor resiko terjadinya penolakan dari teman sebaya yang dapat menurunkan motivasi dan prestasi belajar anak di sekolah. Anak dengan perilaku agresif kurang mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain secara positif, sehingga hubungan sosialnya pun terganggu. Tesis ini menerapkan social skills training (SST) dengan single-case design untuk meningkatkan keterampilan emosional dan sosial anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan usia 5 tahun 7 bulan dengan perilaku agresif. Terapi diberikan sebanyak delapan sesi yang masing-masing berlangsung kurang lebih 30-40 menit. Sesi terapi dilaksanakan dua hari sekali. Hasilnya adalah SST tidak efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Setelah diberi SST, perilaku agresif anak masih bertahan dan skornya dalam skala aggressive behavior dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL) tetap berada dalam rentang yang membutuhkan perhatian klinis.

Child aggressive behavior is a risk factor in peer rejection that can lower child's motivation and academic achievement at school. Children with aggressive behavior are less capable in solving problem positively, hence disturbed relationship with others. This thesis applies social skills training (SST) with single-case design to increase child’s emotional and social skills. Subject is 5 years 7 months old girl with aggressive behavior. Eight sessions of therapy were conducted with 30-40 minutes in each session, held once in every two days. The result was SST ineffective to increase subject’s social skill. Subject’s aggressive behavior persists after SST and her score in aggressive behavior scale from Child Behavior Checklist (CBCL) remains in clinical range."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Mila Yunianti Guritno
"Social withdrawal pada anak merupakan faktor risiko dari gangguan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Anak dengan social withdrawal perlu memelajari cara membina relasi positif dengan orang lain.Tesis ini memiliki desain penelitian single casedan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) untuk meningkatkan keterampilan sosial yang nantinya dapat berkontribusi terhadap kompetensi sosial anak secara umum. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan karakteristik social withdrawal tipe conflicted shyness. Sesi terapi dilakukan sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Perubahan terlihat dari dua keterampilan sosial yang sudah baik, yaitu keterampilan melakukan percakapan dan bekerja sama. Selain itu, anak juga sudah baik dalam mengenali emosi orang lain, meminta sesuatu, mengatakan tidak, dan menentukan masalah. Anak juga mengalami penurunan, terutama pada skala withdrawn dan social problems dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL).

Social withdrawal among children is a risk factor steming from psychological problems such as anxiety and depression. A child that shows social withdrawal must learn to develop positive relationships with others. This thesis uses a single case research design and applies the social skills training (SST) intervention method in order to enhance social skills that will contribute to the general competence of the child. The research participant is an nine-year old girl having social withdrawal of the conflicted shyness type. Therapy is conducted through 12, 60-90 minute sessions. The results of this therapy is an effective SST to increase the child?s social skills. Change can be seen from two improved social skills: conversation and cooperation. Furthermore, the child has shown improvement in recognizing other people?s emotions, requesting something, saying ?no,? and identifying problems. The child also experienced reduced scores, particularly on the withdrawn and social problems scale from the Child Behaviour Checklist (CBCL)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyatno
"

Latar belakang: Angka Skizofrenia di Jawa Tengah melebihi dari rata-rata di Indonesia yaitu sebesar 0,25%. Gejala skizofrenia digolongkan sebagai gejala positif dan negatif. Gejala positif yaitu halusinasi dan defisit fungsi kognitif. Selain fungsi kognitif, isolasi sosial juga dapat mempengaruhi motivasi. Motivasi merupakan perilaku untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan setelah melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Hal ini akan berdampak juga pada fungsi sosial klien.

Tujuan: untuk mengetahui pengaruh latihan keterampilan sosial terhadap fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial pada klien dengan isolasi sosial; penelitian ini juga untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan LKS.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan kuasi ekperimen menggunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Setiap kelompok terdiri atas 36 responden pada kelompok intervensi dan kontrol.
Hasil: Ada pengaruh latihan keterampilan sosial terhadap fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial pada klien dengan isolasi sosial; fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial meningkat secara signifikan pada kelompok intervensi; berdasarkan dari uji statistik menunjukkan motivasi mengalami peningkatan yang paling rendah.
Rekomendasi: Perawat spesialis memberikan latihan keterampilan sosial di rumah sakit sehingga perlu ditambahkan jumlah perawat spesialis di rumah sakit.

Background: Schizophrenia rates in Central Java exceed the average in Indonesia which is 0.25%. Symptoms of schizophrenia are classified as positive and negative symptoms. Positive symptoms are hallucinations and cognitive function deficits. Besides cognitive function, social isolation can also influence motivation. Motivation is a behavior to obtain pleasure and satisfaction after doing something according to his abilities. This will also have an impact on the client`s social functions.
Objective: to determine the effect of social skills training on cognitive functions, motivation, and social functions on clients with social isolation; this study was also to determine differences in cognitive function, motivation, and social function in the intervention group and the control group after the intervention group was given LKS.
Method: Quantitative research with quasi-experiment using two groups namely intervention and control groups. Each group consisted of 36 respondents in the intervention and control groups.
Results: There is the influence of social skills training on cognitive functions, motivation, and social functions on clients with social isolation; cognitive function, motivation, and social function increased significantly in the intervention group; based on the statistical test shows the motivation experienced the lowest increase.
Recommendation: Specialist nurses provide social skills training at the hospital so that the number of specialist nurses in the hospital needs to be added.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Rachmawati
"Penelitian ini berfokus untuk melihat efektivitas metode coaching dalam mengembangkan keterampilan sosial yang berhubungan dengan relasi interpersonal, yaitu perilaku menyapa, bercakap-cakap dan bermain informal. Penelitian dilakukan kepada seorang subyek yang berada pada periode perkembangan kanak-kanak madya. Desain penelitian yang digunakan adalah desain single-n dengan tipe A-B-A.
Metode coaching ini terdiri dari tiga tahap. Tahap instruksi menggunakan diskusi, cerita bergambar untuk analisis perilaku, tahap performa perilaku dengan bermain peran menggunakan media puppet dan bantuan teman (peer initiation), serta tahap generalisasi dilakukan pada berbagai setting. Pengukuran dilakukan sebelum program dimulai dan sesudah program selesai, menggunakan kuesioner bergambar, observasi terhadap target perilaku dan kuesioner rating by others.
Disimpulkan bahwa: 1) metode coaching efektif dalam mengembangkan keterampilan interpersonal menyapa; 2) untuk keterampilan bercakap-cakap dan bermain informal, metode coaching terbukti cukup efektif sampai tataran kognitif, namun belum dalam bentuk perilaku; 3) diperkirakan terjadi perubahan persepsi yang lebih positif dalam diri subyek ketika menghadapi interaksi sosial.

This study is focused on discovering the efectivity of coaching method in developing social skills related to interpersonal relation; greeting others, making conversation and playing informally. The subject of this study is an individual in the middle childhood period. This study using the single-n design with A-B-A type.
Coaching method consist of three stages. First, the instruction stage involved discussion and comic strip as a mean of behavior analysis. Second, behavior performance stage using paper puppet and peer initiation. Last, generalization stage done in several different settings. This study using three tools to measure its effectiveness; questionnaire in form of comic illustration, behavior check list of target behavior, and rating by others questionnaire. The measurement is conduct on pre and post program.
The following are the results : 1) coaching method is proven to be effective in developing greeting behavior 2) coaching method is proven to be effective on cognitive level but not behavior for making conversation and playing informally behavior, 3) it is estimated that subject has experience a perception changes into a positive state in facing social interaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sambodo Sriadi Pinilih
"ABSTRAK
Hambatan fisik yang dimiliki anak tunarungu dapat berpengaruh pada perkembangan psikologis dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh SST terhadap keterampilan sosialisasi dan social anxiety remaja tunarungu. Penelitian menggunakan desain quasi exsperiment pre-post test with control group. Sampel 76 orang terpilih secara total sampling di SLB-B Karya Bhakti dan SLB-B Dena Upakara Kabupaten Wonosobo. Rata-rata peningkatan keterampilan sosialisasi sebesar 8,38% dan didapatkan rata-rata penurunan skor social anxiety 8,97. Hasil penelitian diketahui perbedaan yang bermakna skor keterampilan sosialisasi dan social anxiety pada remaja tunarungu sebelum dan setelah diberikan terapi SST.

ABSTRACT
Physical barriers that have children with hearing impairment can affect the psychological and social development. This study aims to clarify the effect of SST on the socialization skills of deaf adolescents and social anxiety. The research design uses a quasi exsperiment pre-post test with control group. Selected sample of 76 people in total sampling in SLB-B Karya Bhakti and SLB-B Dena upakara Wonosobo district. The average increase of 8.38% of socialization skills and obtained an average reduction of social anxiety score of 8.97. Survey results revealed a significant difference scores socialization skills and social anxiety in adolescents with hearing impairment before and after the therapy given SST.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T31915
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>