Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Awan Harianto
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2020
610.73 AWA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Foster, George M.
Jakarta : UI-Press, 1986-2008
306.461 FOS a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Foster, George M.
Jakarta: UI-Press, 1986
306.4 FOS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kalangie, Nico S.
"Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang telah dilimpahkan kepada kami sekeluarga sehingga pada hari yang penting ini, saya dapat dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap pada Universitas Indonesia. Sungguh membanggakan bahwa anak bungsu seorang guru Sekolah Dasar di Sulawesi Tengah dapat mencapai tingkat akademis dan tingkat jabatan tertinggi dalam rangka Tridarma Perguruan Tinggi.
Pidato pengukuhan ini dengan judul di atas saya kemukakan karena saya berpendapat bahwa masalah-masalah pelayanan kesehatan bagi kalangan penduduk terbanyak di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, beserta organisasi pelayanannya tidak akan habis-habisnya sebagai kancah dan sasaran penelitian ilmiah ilmuwan-ilmuwan sosial, dalam konteks perubahan-perubahan sosiobudaya, politik dan ekonomi, serta hubungan-hubungan transnasional.
Di sini saya membicarakan masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan yang dialami oleh program kesehatan primer bagi lapisan masyarakat pedesaan dan bawah, sebagai sisi lain dari kenyataan-kenyataan keberhasilannya yang dilaksanakan di Indonesia. Sehubungan dengan ini sasaran kajian dibatasi pada Puskesmas dan Posyandu. Diharapkan kajian ini dapat memberi gambaran kenyataan dan mungkin dapat menjadi masukan bagi perencanaan pengembangan/peningkatan Pelayanan Kesehatan Primer(Primary Health Care). Penelitian di sini adalah pada segi persepsi pihak kelompok yang diharapkan menjadi kelompok partisipan. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang diutamakan adalah pengalaman pelayanan dari kelompok partisipan yang justru menjadi sasaran komunikasi inovasi sosial dari program. Uraian akan dilaksanakan dengan menggunakan 2 model yang diangkat dari data yang saya peroleh dalam penelitian (Kalangie 1980; 1989; 1990; 199 I ; 1994; 1994a; Kalangie et al. 1991).

1. Permasalahan Umum dan Latar Belakang
Permasalahan utama yang diidentifikasikan dalam rangka kampanye kesehatan internasional adalah: Mengapa program-program penanggulan penyakit, kuratif dan pencegahan, yang ditujukan kepada penduduk yang dianggap paling membutuhkan di negara-negara berkembang sejak Perang Dunia II banyak menemui kegagalan atau kurang berhasil? Jawabannya menunjukkan suatu proses penemuan beberapa sumber masalah. Pertama, pemahaman, penerimaan, dan adopsi teknologi biomedis Barat yang disampaikan tidak terjadi dalam masa singkat seperti diharapkan oleh pembawa-pembawanya dari Barat. Kalau terjadi memakan waktu sesuai dengan proses pengambilan keputusan penduduk; selain, tergantung pada teknik komunikasi yang dipakai oleh pembawa, apakah berwawasan kebudayaan penduduk yang bersangkutan atau tidak. Tidak jarang inovasi ini ditolak oleh penduduk pribumi atau mengakibatkan terjadinya konflik kepercayaan. Dengan demikian, sumber masalah adalah premis budaya etnosentris kalangan pembawa sebagai profesional biomedis Barat, dan kendala-kendala budaya dan sosial penduduk pribumi yang menjadi sasaran komunikasi inovasi.
Permasalahan tersebut telah didokumentasikan dalam kepustakaan kesehatan internasional sebagai `adversary model' atau model pertentangan kepercayaan (Foster 1977:528). Dengan kata lain persoalannya adalah mencari metode bagaimana kelompok partisipan dapat mengadopsi gagasan dan praktek kesehatan baru. Pemecahannya adalah berdasarkan pemahaman interaksi antara pengetahuan dan kepercayaan kesehatan dengan perilaku kesehatan, atau makna dari perilaku itu sendiri dalam proses melaksanakan tindakan kesehatan yang dapat terlihat kecil tetapi dapat pula kompleks (lihat Paul 1955: 1). Apa yang ingin digambarkan adalah suatu `ethnography of health habits' (Coreil 1990 : 9) dengan fokus utama pada perilaku kesehatan yang dianggap hambatan terhadap perubahan kesehatan yang dikehendaki program, serta metode yang tepat untuk mengatasinya. Pada dasarnya model ini dipakai untuk menerangkan resistensi sosiobudaya pada masyarakat non-Barat dalam menerima perawatan biomedis Barat (Foster 1977: 528) yang oleh pembawa program diupayakan sebagai pengganti keseluruhan sistem medis tradisional yang dalam kenyataannya tidak pernah terjadi atau berhasil."
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0480
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar Agoes
Jakarta: EGC, 1992
306.461 AZW a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Departemen Antropologi, Fakultas Sastra UI, 1974
573 ANT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Constantinus Soeprapto Haes
"ABSTRAK
Puskesmas merupakan latar di mana terjadi interaksi antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh petugas Puskesmas, sedangkan masyarakat adalah pasien Puskesmas dan keluarganva. Dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas terjadi interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan, baik sebagai individu maupun kelompok. Kelompok petugas kesehatan dikelompokkan menjadi kelompok penyelenggara dan penyampai penyelenggara kesehatan, sedangkan kelompok pasien dapat dikelompokkan sebagai kelompok penerima pelayanan kesehatan.
Dalam konteks penyampaian suatu program kesehatan dimana terdapat interaksi antara penyampai dengan penerima, keberhasilannya dalam berkomunikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yang terpenting adalah: (1) faktor manusianya, (2) faktor teknik dan metode pelaksanaannya, dan (3) faktor lingkungan interaksi"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Putu Sarjana
"ABSTRAK
Pada masyarakat Bali penyakit kusta dikenal dengan berbagai sebutan, yakni goring agung, penyakit leplep atau gering ila. Mereka percaya etiologi penyakit ini adalah Hukum Karma Phala (hasil perbuatan) negatif seseorang terhadap dewa atau roh leluhur. Di samping itu bisa juga terjadi etiologi penyakit kusta dihubungkan dengan desti (magik). Kepercayaan ini masih tetap hidup pada masyarakat Tegal Mengkeb, Abiansemal, dan Lod Tunduh. Bahkan yang tidak kalah pentingnya kepercayaan ini sesuai pula dengan isi beberapa rontal khusus tentang kusta seperti rontal Prabhu Janantaka, Cukil Daki dan Yarta Tatwa. Selanjutnya sebagai akibat dari perkembangan dunia kedokteran, mereka mengenal juga etiologi lain dari penyakit kusta, yakni bibit penyakit atau kuman. Dengan demikian pada dasarnya mereka mengenal dua jenis etiologi kusta, yakni super-natural (niskala) dan natural (sekala). Pengetahuan tentang etiologi natural belum sepenuhnya mampu menggeser etiologi supernatural. Oleh karena itu penjelasan mereka terhadap etiologi penyakit kusta adalah bersifat campuran, yakni etiologi supernaturalistik dan naturalistik.
Penyakit kusta juga dianggap penyakit menular, sulit disembuhkan, menjijikkan dan menakutkan. Bahkan yang tidak kalah pentingnya, penyakit kusta bisa pula menimbulkan keletehan terhadap mikrokosmos maupun makrokosmos. Hal ini membawa konsekuensi yakni menimbulkan malapetaka tidak saja pada diri si penderita tetapi juga terhadap lingkungan sosial dan lingkungan islam, sebagai akibat dari terganggunya keharmonisan hubungan membangun kedua lingkungan tersebut.
Kepercayaan dan pengetahuan budaya tersebut mempengaruhi perlakuan mereka terhadap penderita kusta, yakni mereka dicemohkan atau bahkan diasingkan, dikucilkan dari lingkungan sosial. Termasuk di dalamnya pelarangan mengikuti kegiatan adat dan agama. Perlakuan serupa itu dikenakan pula kepada bekas penderita kusta yang cacat.
Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan berbagai cara yang dipedomani oleh kepercayaan dan pengetahuan mereka terhadap etiologi penyakit kusta. Sejalan dengan itu, bentuk pengobatan yang digunakan adalah pengobatan. tradisional, antara lain memakai jasa dukun, ramuan obat Bali dan aneka ritual pengampunan baik terhadap dewa maupun leluhur. Selain itu digunakan pula pengobatan medis (biomedis) yang didapatkan di Puskesmas, rumah sakit, praktek dokter dan paramedis swasta. Bahkan mereka mengenal pula wasor kusta yang khusus menangani penyakit kusta. Wasor kusta dianggap lebih efektif dalam menunaikan tugasnya daripada petugas kesehatan lain, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu pendekatan yang mengakar pada sistem budaya masyarakat setempat. Meskipun demikian, dalam kenyataannya pengobatan tradisional dan medis satu lama lain tetap diterapkan bersamaan atau yang satu mendahului yang lain. Hal itu dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Perlakuan masyarakat terhadap penderita kusta dan bekas penderita kusta serupa itu mengakibatkan mereka lebih senang berada pada dunianya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dari adanya kenyataan bahwa banyak penderita kusta yang dinyatakan sembuh secara medis, tetap memilih bertempat tinggal di sebuah perkampungan kusta Yeh Putek. Namun di mana pun penderita kusta dan bekas penderita kusta bermukim, mereka selalu diliputi kondisi stres dan depresi. Kondisi ini adalah hasil akumulasi dari berbagai sumber penyebab stres dan depresi, yakni pengetahuan dan kepercayaan, tekanan adat dan agama, perlakuan keluarga maupun masyarakat, keadaan penyakit dan ciri-ciri ikutannya. Sedangkan untuk bekas penderita kusta hal itu ditambah lagi dengan adanya berbagai penyakit usia tua. Rehabilitasi sosial tidak banyak membantu mengurangi keadaan stres tersebut. Sebab kegiatannya kurang terpadu dan tidak banyak melibatkan keluarga maupun masyarakat.
Penderita kusta maupun bekas penderita kusta memiliki cara-cara tertentu untuk menanggulangi keadaan stres dan depresi. Misalnya berserah diri pada Tuhan, membuat tempat-tempat suci sehingga mereka bisa melakukan persembahyangan secara rutin, mengembangkan suatu penilaian bahwa penyakit kusta sebagai takdir, nasib atau garis hidup dan lain-lain. Namun, mengingat sumber stres dan depresi itu bersifat kompleks, yakni terkait dengan sistem sosial, sistem budaya, dan aspek medis, maka akibatnya mereka sulit keluar dari kondisi stres dan depresi. Meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa ada di antara mereka yang berhasil keluar dari kondisi stres dan depresi karena setelah melakukan ritual pembersihan mereka dapat berintegrasi dengan lingkungan masyarakat di mana mereka berada. Selain itu mereka memperoleh pula pekerjaan yang layak sehingga mampu mengembangkan kemandirian dalam rangka m
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haviland, William A.
Jakarta: Erlangga, 1985
301 HAV a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Khafid
"Program spesialis keperawatan medikal bedah dengan kekhususan pada sistem muskuloskeletal ini bertujuan mengaplikasikan peran perawat sebagai pemberi asuhan, pengelola, pendidik, peneliti serta sebagai inovator. Peran sebagai pemberi asuhan dilakukan dengan mengelola sebanyak 30 pasien dengan masalah sistem muskuloskeletal dan satu sebagai kelolaan utama dengan kasus open fracture femur dengan pendekatan Need Theory Virginia Henderson. Peran perawat sebagai peneliti dilakukan dengan penerapan tindakan keperawatan yang berbasis bukti ilmiah atau Evidence-Based Nursing Practice yaitu dengan menerapkan skrining kinesiophobia (rasa takut akan gerakan / kembali cedera) pada pasien low back pain dengan the tampa scale for kinesiophobia. Peran sebagai pendidik sekaligus sebagai inovator dilakukan dengan mengembangkan program pendidikan dengan berbasis web yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapan pulang pada pasien dengan rencana operasi total hip arthroplasty.

The purpose of this medical-surgical nursing specialist program with a special focus on the musculoskeletal system is to apply the role of nurses as caregivers, managers, educators, researchers and as innovators. The role as a care givers is applies by managing 30 patients with musculoskeletal system problems and one as the main focuses of management, is a case with open fracture of the femur using Virginia Henderson's Need Theory approach. The role of nurses as researchers is explain by implementing scientific evidence-based nursing practices or Evidence-Based Nursing Practice, by applying kinesiophobia screening (fear of movement / reinjury) in low back pain patients with the tampa scale for kinesiophobia. The role as an educator as well as an innovator is implementing by developing a web-based educational program that aims to increase knowledge and readiness to go home in patients with total hip arthroplasty surgery plans."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>