Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Sakinah Qur`ani
"Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang memperhatikan mutu dan menjamin keselamatan pasien. Salah satu upaya untuk menjamin keselamatan pasien yaitu dilakukan skrining resep untuk meminimalkan kesalahan pengobatan. Skrining resep meliputi persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Oleh karena itu, pada tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan skrining kelengkapan resep yang ditinjau berdasarkan persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan resep pasien Rawat Inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022. Populasi penelitian berjumlah 477 resep dan sampel penelitian sebanyak 220 resep yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi pada tanggal 12-16 Desember 2022. Berdasarkan hasil skrining kelengkapan resep pasien rawat inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022, diperoleh hasil bahwa kelengkapan persyaratan administratif yang tidak lengkap terdapat pada aspek berat badan dan tinggi badan, kelengkapan persyaratan farmesetik yang tidak lengkap terdapat pada aspek bentuk dan kekuatan sediaan, serta kelengkapan persyaratan klinis yang tidak lengkap terdapat pada aspek interaksi obat.

Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang memperhatikan mutu dan menjamin keselamatan pasien. Salah satu upaya untuk menjamin keselamatan pasien yaitu dilakukan skrining resep untuk meminimalkan kesalahan pengobatan. Skrining resep meliputi persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Oleh karena itu, pada tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan skrining kelengkapan resep yang ditinjau berdasarkan persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan resep pasien Rawat Inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022. Populasi penelitian berjumlah 477 resep dan sampel penelitian sebanyak 220 resep yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi pada tanggal 12-16 Desember 2022. Berdasarkan hasil skrining kelengkapan resep pasien rawat inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022, diperoleh hasil bahwa kelengkapan persyaratan administratif yang tidak lengkap terdapat pada aspek berat badan dan tinggi badan, kelengkapan persyaratan farmesetik yang tidak lengkap terdapat pada aspek bentuk dan kekuatan sediaan, serta kelengkapan persyaratan klinis yang tidak lengkap terdapat pada aspek interaksi obat."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Pelayanan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang profesional dibidang ilmunya untuk melakukan atau memberikan jasa kepada konsumen yang membutuhkan. Waktu pelayanan dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan farmasi rumah sakit. Waktu pelayanan yang lama dianggap membuat pasien frustasi dan menjadi penyebab potensial ketidakpuasan pasien pada pelayanan kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui waktu pelayanan resep dari resep masuk hingga obat diberikan kepada pasien. Waktu pelayanan dihitung dari waktu dokter meresepkan hingga pemberian obat ke pasien. Parameter yang diamati adalah waktu penulisan resep, verifikasi, dispensing, dan penyerahan obat. Rata-rata waktu pelayanan pelayanan resep pasien pulang dari obat diresepkan hingga diserahkan adalah 10 jam 21 menit 27 detik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan resep pasien pulang di Unit Rawat Inap dilakukan kurang dari 24 jam. Rata-rata waktu pelayanan resep pada tahap verifikasi, dispensing, dan penyerahan berturut-turut adalah 37 menit, 1 jam 48 menit 55 detik, dan 7 jam 55 menit 33 detik. Rata-rata waktu pelayanan resep untuk pasien dengan jaminan BPJS yaitu 10 jam 6 menit, sedangkan pelayanan resep untuk pasien dengan jaminan Umum memiliki waktu pelayanan 8 jam 53 menit 54 detik.

Service is a series of activities carried out by a professional in the field of knowledge to perform or provide services to consumers in need. Service time can affect patient satisfaction with hospital pharmacy services. Long service time is considered to frustrate patients and is a potential cause of patient dissatisfaction with health services. This research was conducted to determine the prescription service time from the incoming prescription until the drug was given to the patient. Service time is calculated from the time the doctor prescribes to administering the drug to the patient. Parameters that are considered are the time of prescription writing, verification, dispensing, and drug delivery. The average time for prescription services for patients to go home from the drugs prescribed to delivery is 10 hours 21 minutes 27 seconds, so it can be interpreted that the prescription services for patients going home at the Inpatient Unit are carried out in less than 24 hours. The average prescription service time at the verification, dispensing and delivery stages was 37 minutes, 1 hour 48 minutes 55 seconds and 7 hours 55 minutes 33 seconds respectively. The average prescription service time for patients with BPJS insurance is 10 hours 6 minutes, while prescription services for patients with general insurance have a service time of 8 hours 53 minutes 54 seconds."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kanita Klara
"Rumah sakit diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu, mempertahankan standar pelayanan, dan mengutamakan keselamatan pasien. Medication error merupakan kesalahan penggunaan obat atau kegagalan dalam terapi obat ketika masih dalam pengawasan profesional kesehatan dan pasien yang dapat mengakibatkan efek berbahaya pada pasien. Kejadian ini dapat disebabkan oleh komunikasi yang buruk, seperti tidak lengkapnya informasi pasien, tulisantangan tidak terbaca, atau kesalahan komunikasi terkait pesanan obat, ambiguitas dalam nama produk, unit dosis, atau singkatan medis, kurangnya pelabelan yang sesuai, penyalahgunaan pasien karena pemahaman yang buruk tentang petunjuk penggunaan obat, serta faktor lingkungan, seperti pencahayaan, panas, dan kebisingan. Laporan ini dibuat dengan tujuan memperoleh data mengenai kejadian medication error pada fase prescribing dari segi administrasi, farmasetik, dan klinis pada resep Dinas Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto. Teknik pengambilan data dengan purposive sampling dimana data populasi diperoleh dari resep Dinas yang dikumpulkan oleh Instalasi Farmasi Pusat. Sampel yang diambil merupakan sampel yang memenuhi kriteria dan dihitung menggunakan rumus Slovin. Populasi yang telah dihitung berjumlah 1067 resep sehingga sampel yang perlu diambil adalah sebanyak 291 resep. Medication error pada resep dari segi administrasi pada BPJS Dinas RSPAD Gatot Soebroto periode 12 hingga 16 Desember ditemukan terjadi dalam parameter nama pasien sebanyak 4.124%, umur pasien sebanyak 56.357%, jenis kelamin sebanyak 32.302%, berat badan dan tinggi badan pasien sebanyak 100%, nama dokter sebanyak 0.344%, nomor izin dokter sebanyak 0.344%, paraf dokter sebanyak 0.344%, serta tanggal peresepan sebanyak 20.619%. Sedangkan pada segi farmasetik dan klinis tidak ditemukan kejadian medication error pada resep.

Hospitals are organized with the aim of improving quality, maintaining service standards, and prioritizing patient safety. Medication error is an error in the use of drugs or failure in drug therapy while still under the supervision of health professionals and patients which can result in harmful effects on patients. These incidents can be caused by poor communication, such as incomplete patient information, illegible handwriting, or miscommunication regarding drug orders, ambiguity in product names, dosage units, or medical abbreviations, lack of appropriate labeling, patient misuse due to poor understanding of instructions for using the drug, as well as environmental factors, such as lighting, heat, and noise. This report was prepared with the aim of obtaining data regarding the incidence of medication errors during the prescribing phase from an administrative, pharmaceutical, and clinical perspective on prescriptions from the Pharmacy Installation Service of the Gatot Soebroto Army Hospital. The data collection technique was purposive sampling where population data were obtained from official prescriptions collected by the Central Pharmacy Installation. The sample taken is a sample that meets the criteria and is calculated using the Slovin formula. The population that has been calculated is 1067 recipes so that the sample that needs to be taken is 291 recipes. Medication errors in prescriptions from an administrative point of view at the BPJS Dinas RSPAD Gatot Soebroto for the period December 12 to 16 were found to occur in the parameters of the patient's name by 4,124%, patient's age by 56,357%, gender by 32,302%, patient's weight and height by 100%, 0.344% doctor's name, 0.344% doctor's license number, 0.344% doctor's initials, and 20.619% prescription date. Meanwhile, from the pharmaceutical and clinical perspectives, there were no medication errors found in prescriptions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktariani
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit mempunyai standar yang sudah ditetapkan salah satunya pada bidang farmasi klinik yaitu adalah pelayanan resep, dimana terdapat proses screening resep dan membutuhkan waktu pelayanan. Pada peresepan yang diberikan oleh dokter, seringkali ditemukan interaksi obat yang dapat menyebabkan beberapa masalah sehingga screening resep sangat diperlukan, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai pasien menerima obat dari petugas farmasi. Menurut SPM waktu tunggu pelayanan resep dari RSAB Harapan Kita terdapat 45,56% resep racikan dan 42,89% resep obat jadi yang sesuai. Sedangkan berdasarkan SPM Permenkes terdapat 70% resep obat racikan dan 69,81% resep obat jadi yang sesuai. 2. Interaksi obat pada peresepan pasien di instalasi rawat inap RSAB Harapan Kita dibagi menjadi 5 kategori. Pada kategori A ditemukan interaksi sebesar 1,18%, kategori B sebesar 16,47%, kategori C sebesar 75,29%, kategori D sebesar 5,88%  dan kategori X sebesar 1,8%.

Pharmaceutical services in hospitals have predetermined standards, one of which is in the field of clinical pharmacy, namely prescription services, where there is a prescription screening process and requires service time. In prescriptions given by doctors, drug interactions are often found which can cause several problems so that prescription screening is necessary, while the waiting time for prescription service is the time period from the time the patient submits the prescription until the patient receives the drug from the pharmacist. According to the SPM prescription service waiting time from RSAB Harapan Kita, there were 45.56% concoction prescriptions and 42.89% prescription finished drugs that were appropriate. Meanwhile, based on the SPM Permenkes, there were 70% prescriptions for concoction drugs and 69.81% prescriptions for finished drugs that were appropriate. 2. Drug interactions in patient prescribing at the Harapan Kita Hospital inpatient installation are divided into 5 categories. In category A, there was an interaction of 1.18%, category B of 16.47%, category C of 75.29%, category D of 5.88% and category X of 1.8%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Irawaty
"Penelitian ini dilatarbelakangi karena masalah waktu tunggu pasien, khususnya di Depo Farmasi Unit Rawat Jalan RS PGI Cikini, berdasarkan angket dari bagian Tim Pengendalian Mutu Rumah Sakit yang mendapatkan hasil rendahnya kecepatan pelayanan di Depo Farmasi sehingga waktu tunggu resep menjadi lama. Berdasarkan Survey awal yang dilakukan terhadap 30 resep, ternyata ditemukan waktu pelayanan rata-rata untuk obat jadi adalah 16 menit. Dari 30 resep tersebut masih ada 30% resep terlayani sekitar 66 menit, sehingga menimbulkan masalah penumpukkan resep dan waktu tunggu pengambilan obat yang lama di Depo Farmasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model antrian resep yang lebih baik di Depo Farmasi Unit Rawat Jalan RS PGI Cikini.Penelitian ini merupakan penelitian Cross Sectional dan Operational Research dengan analisis kuantitatif yang diolah berdasarkan pengumpulan data waktu masuk dan keluarnya resep ke dan dari setiap titik pelayanan di Depo Farmasi Unit Rawat Jalan RS PGI Cikini pada sore hari dari tanggal 22 April 2002 sampai dengan 27 April 2002.
Hasil penelitian ini adalah pola kedatangan resep mengikuti Distribusi Poisson dengan puncak kedatangan umumnya berada pada pukul 15.00-15.29 dan pukul 19.30-19.59, disiplin antriannya F.I.F.O yang dimodifikasi, struktur antrian Single Channel Multi Phase. Pada penelitian ini dibahas empat alternatif untuk mencari model antrian resep yang paling baik dengan cara mengubah komposisi petugas dan service time di setiap titik pelayanan. Keempat alternatif yang telah disimulasikan menghasilkan parameter antrian yang dapat mengurangi waktu tunggu. Alternatif keempat pada kedatangan di jam sibuk dipilih karena waktu resep dalam sistem lebih singkat dan utilisasi petugas lebih optimum.

The Development of Prescription Queue Model at the Drugstore Continue Care Unit "Sore Hari" PGI Cikini Hospital, Central of JakartaThis research is due the problem of patient's queue time, especially on the Drugstore Continue Care Unit - PGI Cikini Hospital, based on the questionnaire summary from Quality Assurance Team about the lowness of service quality performed by the drugstore. According to the previous survey, there has been completed to 30 prescription, actually found the average service time needed for the ready medicine is only 16 minutes. There are still 30% of 30 prescription which was handled for about 66 minutes, so that it occurred the accumulation prescription problem and long waiting time to get the medicine from the drugstore.
This objective of research is to find the better way or solution to the service problem on the drugstore. The research includes the research of Cross Sectional and Operational Research with quantitative analysis processed due to the in/out coming prescription from/to every spot service at the drugstore, at noon since 22 April 2002 up to 27 April 2001.
The result is the pattern of incoming prescription following the Poisson Distribution and the top incoming is generally on 15.00 - 15.29 and 19.30 - 19.59, its queue discipline is the modified F,1.F,O. its queue structure is Single Channel Multi Phase. On this research has been studied 4 alternatives to find the best model by changing the staff composition and service time at every spot service. Those 4 alternatives which have already been stimulated produce the parameter of reducing the queue time. The fourth alterative preferred choosing the busy time, due to the shorter system apply and the utilization staff is more optimum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Shalda
"Kegiatan pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan di apotek salah satunya mencakup pengkajian dan pelayanan resep. Resep yang dilayani di apotek cukup beragam, mulai dari resep untuk penyakit akut maupun kronis seperti diabetes.Tujuan dari skrining dan analisis resep obat antidiabetes adalah untuk mengetahui obat antidiabetes yang diresepkan oleh dokter, mengetahui jumlah resep yang mengandung obat antidiabetes, serta menilai kerasionalan penggunaan obat antidiabetes pada resep yang dilayani di Apotek Roxy Biak selama periode Juli 2022. Dari seluruh resep yang masuk selama periode tersebut, resep yang mengandung obat antidiabetes dicatat dan dikumpulkan data, kemudian dipilih dua resep untuk dikaji kelengkapan resep berdasarkan aspek administratif, farmasetik, serta klinis. Pengkajian 2 (dua) resep antidiabetes di Apotek Roxy Biak dilihat dari aspek administratif, farmasetika dan klinis sudah sesuai. Namun pada aspek administratif penulisan umur dan berat badan pasien tidak dituliskan. Aspek administratif terkait umur dan berat badan perlu dikonfirmasi kembali kepada pasien atau keluarga pasien yang mengambil obat di apotek, hal ini penting untuk mengkaji ketepatan pengobatan yang akan diterima oleh pasien.

One of the clinical pharmacy service activities carried out in pharmacies includes assessment and prescription services. The prescriptions served in pharmacies are quite diverse, ranging from prescriptions for acute and chronic diseases such as diabetes. The purpose of screening and analysis of anti-diabetic drug prescriptions is to find out the anti-diabetic drugs prescribed by doctors, to find out the number of prescriptions containing anti-diabetic drugs, and to assess the rationale for drug use. antidiabetic prescriptions served at the Roxy Biak Pharmacy during the period July 2022. Of all prescriptions received during this period, prescriptions containing antidiabetic drugs were recorded and data collected, then two recipes were selected to review the completeness of the prescription based on administrative, pharmaceutical, and clinical aspects. The review of 2 (two) antidiabetic prescriptions at the Roxy Biak Pharmacy from an administrative, pharmaceutical and clinical perspective was appropriate. However, in the administrative aspect, the patient's age and weight were not written down. Administrative aspects related to age and weight need to be confirmed again with the patient or the patient's family who picks up the drug at the pharmacy, this is important to assess the accuracy of the treatment that the patient will receive."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Sukmawati Kapota
"Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan terkait sediaan farmasi kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien. Salah satu pelayanan kefarmasian di apotek adalah pelayanan farmasi klinik pengkajian resep, pengkajian merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian kelengkapan dan kesesuaian resep dengan kondisi pasien. Terdapat 3 bagian telaah pengkajian/skrining resep yaitu telaah administrasi, farmasetik dan klinik. Saat ini prevalensi polifarmasi dari tahun ke tahun terus meningkat pada semua kelompok usia, kelompok terbesar terjadi pada kelompok usia 10−19 tahun (9,1%), kelompok usia 60−69 tahun (7,2%), dan usia 70−90 tahun (8,6%). Resep polifarmasi rentan terhadap Medication Error dan Drug Related Problems dikarenakan penggunaan obat yang lebih dari 1. Tujuan dari skrining resep pada pasien polifamasi pada penelitian ini adalah untuk mencegah Medication Error dan Drug Related Problem yang rentan terjadi pada pasien dengan penggunaan obat bersamaan lebih dari 5. Pengkajian Skrining resep menggunakan metode deskriptif retrospektif dari data resep-resep pasien poliarmasi dalam 1 bulan terakhir selama proses praktik kerja berlangsung. Data skrining resep menunjukan ada beberapa ketidaksesuaian pada aspek administrasi seperti cap dokter, tanda tangan dokter dan berat badan pasien maupun aspek klinik seperti adanya interaksi obat.

Pharmaceutical services are types of clinical services that are related to pharmaceutical dosage and patients to improve quality of life. One of the pharmaceutical services in a pharmacy is clinical pharmacy services prescription screening, screening is one important aspect of the assessment completeness and suitability of the prescription with the patient's condition. There are 3 sections of prescription screening, namely administrative, pharmaceutical, and clinical aspects. Currently, the prevalence of polypharmacy continues to increase from year to year in all age groups, the largest group occurred in the age group of 10−19 years (9.1%), age group 60−69 years (7.2%), and age 70−90 years (8.6%). Polypharmacy prescriptions are vulnerable to Medication Errors and Drug Related Problems due to the use of more than 1 drug. The purpose of prescription screening in polypharmacy patients in this study was to prevent Medication Errors and Drug Related Problems which are prone to occur in patients with more than 5 concurrent medicine use. Prescription screening studies used a descriptive method retrospective of polypharmacy patient prescription data in 1 last month during the internship process. Prescription screening data shows that there are some discrepancies in administrative aspects such as doctor's stamp, doctor's signature, and patient's weight as well as clinical aspects such as drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu (OOT) merupakan golongan obat yang dapat dijual oleh apotek tertentu dan memerlukan perhatian khusus dalam proses pengelolaannya. Apotek Roxy Biak memiliki persediaan yang lengkap hingga mampu memenuhi kebutuhan obat-obat narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT sesuai permintaan pada resep. Adanya resep narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT yang masuk ke apotek ini setiap harinya, membuat penulis terpicu untuk menelaah profil peresepan obat-obat tersebut guna mengetahui jenis obat yang banyak dibutuhkan dan memiliki frekuensi penggunaan yang tinggi. Penulis juga perlu melakukan analisis pareto untuk menentukan kelompok obat yang butuh diprioritaskan persediaannya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk menentukan obat narkotika, psikotropika, prekursor, dan OOT yang paling banyak diresepkan dan memiliki penjualan tertinggi selama tiga puluh satu hari terakhir di periode November hingga Desember 2022 serta memprediksi kebutuhan pengadaan untuk periode berikutnya. Metode yang digunakan adalah studi literatur, pengamatan lapangan, pencatatan resep selama tiga puluh satu hari terakhir, dan penarikan laporan pembelian dan penjualan obat. Hasil menunjukkan bahwa peresepan obat narkotika memiliki persentase 9,41%, psikotropika 44,62%, prekursor 31,68%, dan OOT 14,29%. Obat narkotika yang paling banyak diresepkan adalah Codikaf 20 mg, psikotropika adalah Braxidin, prekursor adalah Rhinos SR, dan OOT adalah Hexymer 2 mg. Dapat disimpulkan bahwa golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah obat psikotropika sebanyak 8.269 obat dan persentase 44,62%. Prioritas tertinggi dalam perencanaan kebutuhan obat untuk diadakan di periode berikutnya jatuh pada kelompok obat psikotropia khususnya obat-obat kelas A.

Narcotics, psychotropics, precursors, and certain drugs (OOT) are a class of drugs that can be sold by certain pharmacies and require special attention in the management process. Roxy Biak Pharmacy has a complete inventory to meet the needs of narcotics, psychotropics, precursors, and OOT according to prescription requests. The prescriptions for narcotics, psychotropics, precursors, and OOT that enter this pharmacy every day has motivated the author to examine the prescriptions profiles for these drugs to find out the types of drugs that were much needed and frequently used. A pareto analysis to determine which drug need to be prioritized for supplies. This report aims to determine which narcotics, psychotropics, precursors, and OOT drugs were most prescribed and had the highest sales during the last thirty-one days from November to December 2022 and predict procurement needs for the following period. The methods used were literature studies, observations, recording prescriptions for the last thirty-one days, and withdrawing reports on drug purchases and sales. The results showed the percentage of prescribing narcotics was 9.41%, psychotropics 44.62%, precursors 31.68%, and OOT 14.29%. The most widely prescribed narcotic was Codikaf 20 mg, the psychotropic was Braxidin, the precursor was Rhinos SR, and the OOT was Hexymer 2 mg. In conclusion, the most widely prescribed class of drugs was psychotropic with 8,269 drugs and a percentage of 44.62%. The highest priority in planning the need for drugs in the next period falls on the psychotropic group, especially class A drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Pengkajian klinis berupa ketepatan indikasi, dosis obat, waktu penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain, kontraindikasi dan interaksi obat). Pengkajian klinis pada resep obat betujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasien.

A prescription is a written request from a doctor or dentist to a pharmacist, either in paper or electronic form to provide and deliver medicine to patients in accordance with applicable regulations. Prescription review activities start from administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Clinical assessment in the form of accuracy of indications, drug dosage, time of drug use, duplication and / or polypharmacy, unwanted drug reactions (allergies, drug side effects, other clinical manifestations, contraindications and drug interactions). Clinical assessment of drug prescriptions aims to improve the quality of service to patients to obtain optimal therapeutic outcomes and support the implementation of safety in patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>