Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michelle Nur Aura Islami
"Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif wilayah kerjanya. Laporan tugas khusus ini memiliki tujuan untuk mengetahui tujuan dan sistem pelaporan Penggunaan Obat Rasional dan memperoleh serta mengevaluasi data Penggunaan Obat Rasional bulan Agustus 2022 pada Puskesmas Kelurahan Tengah yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati. Penggunaan Obat Rasional (POR) merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan biaya yang terjangkau untuk pengobatan yang didapatkan masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya pada puskesmas. Indikator pencapaian POR di puskesmas meliputi persentase penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, persentase penggunana injeksi pada pasien myalgia, serta rerata jumlah item obat yang diresepkan untuk ketiga diagnosis tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi data POR di Puskesmas Kelurahan Tengah periode Agustus – Oktober 2022, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik untuk pasien ISPA non pneumonia dan pasien myalgia dianggap rasional karena masing-masing persentase penggunaannya dibawah nilai maksimal persyaratannya, yaitu masing-masing ≤20% dan ≤ 1%. Sedangkan penggunaan antubiotik untuk diare non spesifik dianggao tidak rasional karena persentase penggunaannya tidak memenuhi persayaratan penggunaannya, yaitu ≥ 8%.

Puskesmas is a health service that organizes community health efforts and individual health efforts at the first level, with more priority on promotive and preventive efforts in their working areas. This special assignment report has the aim of knowing the goals and reporting system for Rational Drug Use and obtaining and evaluating data on Rational Drug Use for August 2022 at the Puskesmas Kelurahan Tengah in the Kramat Jati District area. Rational Drug Use (POR) is a policy that aims to ensure effectiveness, safety, and affordable costs for treatment that the community gets at health care facilities, one of which is at the puskesmas. Indicators for achievement of POR at puskesmas include the percentage of antibiotic use in patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea, the percentage of injection users in myalgia patients, and the average number of drug items prescribed for the three diagnoses. Based on the results of the recapitulation of POR data at the Puskesmas Kelurahan Tengah for the period August – October 2022, it can be concluded that the use of antibiotics for non-pneumonic ARI patients and myalgia patients is considered rational because the percentage of use for each is below the maximum requirement, namely ≤20% and ≤ respectively 1%. Meanwhile, the use of antibiotics for non-specific diarrhea is considered irrational because the percentage of use does not meet the requirements for use, namely ≥ 8%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Puskesmas salah satunya adalah evaluasi penggunaan obat. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, masalah terapi obat, dan peningkatan biaya obat. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kelurahan Cililitan berdasarkan indikator peresepan untuk tiga diagnosis penyakit (ISPA non pneumonia, diare non spesifik, myalgia) serta rerata item per lembar resep pada periode Agustus – Oktober 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil satu data peresepan setiap hari untuk tiap diagnosis penyakit dan dihitung persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, persentase penggunaan injeksi pada myalgia, serta rerata jumlah item obat yang diresepkan. Hasil menunjukkan bahwa persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia adalah 15% (Agustus) dan 10% (September dan Oktober). Persentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik adalah 10% (Agustus – Oktober). Persentase penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0% (Agustus – Oktober). Rerata jumlah item obat adalah 3,18 item (Agustus), 3,02 item (September), dan 2,85 item (Oktober). Kesimpulannya adalah persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan penggunaan injeksi pada myalgia tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan (20% dan 1%). Sedangkan persentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik dan rerata jumlah item obat melebihi batas toleransi yang ditetapkan (8% dan 2,6 item).

One of the clinical pharmacy services carried out at public health center is the evaluation of drug use. Irrational use of drugs can lead to antibiotic resistance, drug therapy problems, and increased drug costs. The purpose of this special assignment was to evaluate rational drug use at the Cililitan Public Health Center based on prescribing indicators for three disease diagnoses (non-pneumonic URTI, non-specific diarrhea, myalgia) and the average item per prescription in the period August – October 2022. Data collection was carried out using the method of taking one prescription per day for each disease diagnosis and calculating the percentage of antibiotic use in non-pneumonic URTI and non-specific diarrhea, the percentage of injection use in myalgia, and the average of drug items prescribed. The results showed that the percentage of antibiotic used in non- pneumonic URTI is 15% (August) and 10% (September and October). The percentage of the used of antibiotics in non-specific diarrhea is 10% (August - October). The percentage of injections used in myalgia is 0% (August – October). The mean number of drug items was 3.18 items (August), 3.02 items (September), and 2.85 items (October). The conclusions are that the percentage of antibiotic use in non-pneumonic URTI and injection use in myalgia does not exceed the established tolerance limit (20% and 1%). While the percentage of antibiotic use in non-specific diarrhea and the average of drug items exceeded the established tolerance limit (8% and 2,6 items)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felmina Lathifatuzahra
"Penggunaan obat yang rasional memiliki peran yang sangat penting dalam tercapainya kesehatan pasien. World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat di dunia tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, maupun penjualannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rasionalitas penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok ditinjau dari indikator peresepan menurut WHO. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis secara deskriptif dan inferensial dengan menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan sampel menggunakan metode retrospektif, dengan total sampel sebanyak 324 resep yang berasal dari bulan Januari-Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat tiap pasien adalah 3,79±1,04, rata-rata persentase peresepan obat generik adalah 99,76%, rata-rata persentase peresepan antibiotik 8,95%, rata-rata peresepan injeksi 0,31%, dan rata-rata persentase peresepan obat Formularium Nasional adalah 98,72%. Data menunjukkan bahwa penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok belum rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan injeksi. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada parameter rata-rata jumlah obat tiap pasien, peresepan obat generik, dan peresepan formularium di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok. Berdasarkan target yang ditetapkan WHO, penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok pada tahun 2019 belum rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan peresepan injeksi.

Rational use of drugs has a very important role to achieve patient health. World Health Organization (WHO) estimated more than 50% of all medicines were prescribed, dispensed, and sold inappropriately. This study was designed to evaluate rationality of drug use at three public health centers in Depok City based on WHO prescribing indicator. Descriptive and inferential analysis was performed using the cross-sectional method on the data obtained. A sample of 324 prescription written on January-December was obtained. The result showed that number of medicine was 3.79±1.04 per encounter, average percentage of medicines prescribed by generic name was 99.76%, average percentage encounters with antibiotic prescribed was 8.95%, average percentage encounters with injection 0.31%, and average percentage of medicines prescribed from Indonesian National Formulary was 98.72%. Results showed that drug use at three public health centers in Depok City was still irrational except for antibiotic and injection use. There was significant difference (p<0.05) between public health centers on average drug prescribed , average percentage of medicines prescribed by generic name , and average percentage of medicines prescribed from Indonesian National Formulary. Based on WHO , the use of drugs in three public helath centers in Depok City is not rational except for antibiotic and injection prescribing."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah
"Pukesmas adalah jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Evaluasi pemakaian obat di puskesmas, perlu dilakukan untuk melihat pemakaian obat telah sesuai indikasi dan aman untuk digunakan. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat dan mendapatkan gambaran terkait pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala terkait penggunaan obat. Tujuan dari pembuatan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui jenis obat yang sering digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai penggunaan obat periode Januari – Desember 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman. Setelah itu, data penggunaan obat dilakukan analisis dengan menggunakan metode ATC/DDD. Berdasarkan hasil pengolahan data, obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 46,1%. Obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 35,2%. Hal tersebut sesuai dengan penyakit terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Matraman, yaitu hipertensi dengan presentase 24,5%.

Puskesmas is a type of first-level health service facility that has an important role in the national health system. Pharmaceutical service standards at community health centers include management standards for pharmaceutical preparations, consumable medical materials, and clinical pharmacy services. Evaluation of drug use in community health centers needs to be carried out to see that drug use is according to indications and is safe to use. Medication Use Evaluation (EPO) is an activity to evaluate drug use, obtain an overview of drug use patterns in certain cases, and carry out regular evaluations regarding drug use. The purpose of creating this special assignment is to find out the types of drugs that are often used in the Matraman Sub-district Public Health Center and throughout the Matraman Subdistrict Community Public Health Center network. The implementation of this special task is carried out by collecting data regarding drug use for the period January – December 2022 at the Matraman Sub-district Public Health Center. After that, data was analyzed using the ATC/DDD method. Based on the results of data processing, the most widely used drug during 2022 at the Matraman District Health Center is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 46.1%. The most widely used drug in 2022 in the entire Matraman District Community Health Center network is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 35.2%. This is in accordance with the most common disease found in the Matraman Sub-district Public Health Center, namely hypertension, with a percentage of 24.5%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Theresa
"Puskesmas merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berfokus pada pelayanan atau upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Dalam rangka upaya pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan untuk menerapkan kegiatan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dan Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan salah satu implementasi dari Rencana Aksi Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian tahun 2020-2024 oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian. Salah satu capaian dari kegiatan ini meliputi gambaran terkait pola penggunaan obat pada suatu kasus atau suatu waktu tertentu misalnya untuk mencegah timbulnya Anti-Microbial Resistance (AMR) akibat adanya penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga upaya dalam POR ini masih terus ditingkatkan. Oleh karena itu, pembuatan tugas khusus PKPA ini dilakukan berkaitan dengan evaluasi penggunaan obat (EPO) yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk melihat profil penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Januari – Juni 2021 yang diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas. Penelitian ini dilakukan terkait Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD serta DU90%, dan kualitatif untuk menilai Penggunaan Obat Rasional (POR). Berdasarkan pengamatan dan pengerjaan laporan tugas khusus Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kalideres diperoleh bahwa profil penggunaan 5 obat teratas pada pasien di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Januari – Juni 2021 adalah Kaptopril tab 25 mg, Metformin tab 500 mg, Vitamin C tab 50 mg, Parasetamol tab 500 mg, dan Omeprazol kapsul 20 mg dengan penggunaan obat yang sudah rasional dengan target capaian kinerja POR > 70%.

Public Health Centre is a first-level health service facility that focuses on promotive and preventive services or efforts in its working area. In the framework of health development efforts, Public Health Centre are expected to implement Drug Use Evaluation and Rational Drug Use activities which are one of the implementations of the Action Plan for Pharmaceutical Service Improvement Activities 2020-2024 by the Directorate of Pharmaceutical Services. One of the achievements of this activity includes an overview regarding the pattern of drug use in a particular case or at a certain time, for example to prevent the emergence of Anti-Microbial Resistance (AMR) due to irrational use of antibiotics so that efforts in this Rational Drug Use are still being improved. Therefore, the creation of this apothecary internship special task was carried out in relation to the evaluation of drug use which was carried out quantitatively and qualitatively to see the profile of rational drug use at the Kalideres Public Health Center in the period January - June 2021 which is expected to be used as an evaluation in improve health services in the their area. This research was conducted regarding the Evaluation of Drug Use quantitatively using the ATC/DDD method and DU90%, and qualitatively to assess Rational Drug Use. Based on observations, it was found that the profiles of the top 5 drug use in patients at the Kalideres Public Health Center in the period January - June 2021 are Captopril tab 25 mg, Metformin tab 500 mg , Vitamin C tab 50 mg, Paracetamol tab 500 mg, and Omeprazole capsule 20 mg with the use of drugs that are already rational with the target of Rational Drug Uses > 70%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. Penggunaan obat rasional adalah pelayanan kesehatan yang menjamin keamanan, efektifitas, dan kesesuaian biaya terapi dalam pengobatan yang dapat ditinjau dari indikator peresepan obat, pelayanan pasien, dan fasilitas kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat rasional di Puskemas Cililitan pada Bulan Maret 2023 berdasarkan indikator peresepan obat, yaitu persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis resep pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik pada bulan Maret 2023 lalu dibandingkan dengan target Kemenkes RI. Resep pasien diambil per hari dengan total keseluruhan resep sebanyak 25 kasus per diagnosis. Hasil penelitian yaitu persentase peresepan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia adalah 4% dan pada pasien diare non spesifik adalah 0%. Persentase kinerja penggunaan obat rasional berdasarkan indikator peresepan mencapai 92,42%. Kesimpulan penelitian yaitu penggunaan obat rasional Puskemas Cililitan pada Bulan Maret 2023 berdasarkan indikator peresepan obat telah memenuhui target Kemenkes RI.

Community health centers are one of the health service facilities. Rational use of medicines is a health service that guarantees safety, effectiveness, and appropriateness of therapy costs in treatment which can be reviewed from indicators of drug prescribing, patient services, and health facilities. This research aims to evaluate rational drug use at the Cililitan Village Public Health Center in March 2023 based on drug prescribing indicators, namely the percentage of antibiotic use in non-pneumonia ARI and unspecified diarrhea. The research was carried out by collecting and analyzing prescriptions from patients with non-pneumonia ARI and non-specific diarrhea in March 2023 and comparing the analysis results to the target of the Indonesian Ministry of Health. Patient prescriptions were taken per day with a total of 25 prescriptions per diagnosis. The results of this research are that the percentage of antibiotic prescriptions in patients with non-pneumonia ARI was 4% and in patients with non-specific diarrhea was 0%. The percentage of rational drug use performance based on prescribing indicators reached 92.42%. This research concludes that the rational use of medicines at the Cililitan Village Public Health Center in March 2023 based on indicators of drug prescribing has met the target of the Indonesian Ministry of Health.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hibban Arasy
"Penggunaan obat secara rasional sangat penting dalam mencapai layanan kesehatan yang berkualitas. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti peningkatan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit, timbulnya efek samping obat, biaya yang tinggi, dan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Oleh karena itu, praktik Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas diharapkan dapat membantu pasien menggunakan obat dengan efektif, efisien, dan aman. Kementerian Kesehatan RI menetapkan parameter Penggunaan Obat Rasional (POR) dengan mengacu pada prevalensi penyakit tertentu, seperti penyakit ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik. Parameter POR yang ditetapkan adalah batas penggunaan antibiotik untuk kasus ISPA dan diare adalah 20% dan 8%. Penggunaan antibiotik yang berlebihan terhadap kasus yang belum terkonfirmasi bakteri dapat meningkatkan resistensi antibiotik di masa depan. Hasil evaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kelurahan Kramat Jati 1 pada bulan April 2023 menghasilkan persentase penggunaan antibiotik untuk ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik masing- masing sebesar 5% dimana hasil ini memenuhi syarat keberterimaan penggunaan antibiotik <20% untuk ISPA non-pneumonia dan <8% untuk diare non spesifik.

The rational use of drugs is essential to achieve quality healthcare services. Irrational drug use can lead to various negative impacts, such as increased mortality and morbidity rates due to diseases, the emergence of drug side effects, high costs, and bacterial resistance to antibiotics. Therefore, the practice of Rational Drug Use (RDU) in Community Health Centers (Puskesmas) is expected to assist patients in using medications effectively, efficiently, and safely. The Indonesian Ministry of Health establishes parameters for Rational Drug Use (RDU) based on the prevalence of specific diseases, such as non-pneumonia acute respiratory infections (ISPA) and non-specific diarrhea. The set RDU parameters for ISPA and diarrhea cases are 20% and 8% of antibiotic use, respectively. Excessive antibiotic use for cases that have not been confirmed as bacterial infections can contribute to antibiotic resistance in the future. The evaluation result of rational drug use at Kelurahan Kramat Jati Community Health Care 1 in April 2023 shows that the percentage of antibiotic use for non-pneumonia ISPA and non-specific diarrhea is 5% each, meeting the acceptable criteria of antibiotic use <20% for non-pneumonia ISPA and <8% for non-specific diarrhea."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"Penggunaan obat rasional (POR) apabila memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat diagnosis, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian obat, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama pemberian obat, dan waspada efek samping. Penerapan POR akan menjamin bahwa pasien mendapatkan pengobatan yang bermutu. Selain itu, analisis POR juga dapat menekan angka resistensi antibiotik dan penggunaan injeksi yang tidak diperlukan. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan POR di puskesmas Kelurahan Kramat Jati dengan perbandingan target indikator kinerja POR tahun 2019 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasional retrospektif, yaitu dengan mengumpulkan data POR bulan Juli-September tahun 2022. Hasil evaluasi menunjukkan capaian kinerja POR di Puskesmas Kelurahan Kramat Jati pada bulan Juli sebesar 96,43%, bulan Agustus sebesar 93,40%, dan pada bulan September 90,54%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan obat di puskesmas Kelurahan Kramat Jati pada Juli-September 2022 dikatakan rasional.

Rationality drugs use (RDU) meets the criteria of correct indication, correct diagnosis, correct selection of drug, correct dose, correct method of drug administration, correct time interval for drug administration, correct duration of drug administration, and alertness to side effects. Implementing RDU will ensure that patients receive quality treatment. Apart from that, RDU analysis can also reduce the rate of antibiotic resistance. For this reason, research was conducted to evaluate the implementation of RDU at the Kramat Jati Subdistrict Health Center by comparing the 2019 RDU performance indicator targets set by the Indonesian Ministry of Health. Data collection was carried out using a retrospective observational method, namely by collecting RDU data for July-September 2022. The evaluation results showed that the POR performance achievement at the Kramat Jati Subdistrict Health Center in July was 96.43%, in August it was 93.40%, and in in September 90.54%. This research concludes that the use of drugs at the Kramat Jati Subdistrict Health Center in July-September 2022 is said to be rational."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anfa Adnia Fatma
"Penggunaan Obat Rasional (POR) merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Parameter dalam Penggunaan Obat Rasional (POR) di sarana pelayanan kesehatan difokuskan pada prevalensi penyakit terbanyak di Indonesia, salah satunya yaitu ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Kemenkes memberikan indikator POR pada 2 diagnosis penyakit yaitu ISPA non pneumonia dengan batas toleransi penggunaan antibiotik sebesar 20% dan diare non spesifik sebesar 8%. Data diambil secara retrospektif berupa resep obat pasien sebanyak 25 pasien ISPA non pneumonia dan 20 pasien diare non spesifik yang terdapat pada Puskesmas Kelurahan Dukuh. Kerasionalan penggunaan obat menggunakan obat berdasarkan dengan indikasi pada penyakit ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia sebesar 0% dengan nilai batas toleransi yang ditetapkan adalah ≤ 20% dan pada diare non spesifik sebesar 5% dengan nilai batas toleransi  penggunannya adalah ≤ 8%. Persentase capaian kinerja penggunaan obat rasional (POR) pada Puskesmas Kelurahan Dukuh adalah 78,94%, yang dapat disimpulkan bahwa telah memenuhi target POR Nasional yaitu lebih dari 60%.

Rational Drug Use (RDU) is one step in getting quality health services. Parameters for Rational Drug Use (RDU) in health care facilities are focused on the prevalence of the most common diseases in Indonesia, one of which is non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea. The Ministry of Health provides RDU indicators for 2 disease diagnoses, namely non-pneumonic ARI with a tolerance limit for antibiotic use of 20% and non-specific diarrhea of ​​8%. The data was taken retrospectively in the form of patient medication prescriptions for 25 non-pneumonia ARI patients and 20 non-specific diarrhea patients at the Dukuh Village Health Center. The rationale for using drugs is using drugs based on indications for non-pneumonia ARI and non-specific diarrhea. The percentage of antibiotic use in non-pneumonic ARI is 0% with a set tolerance limit value of ≤ 20% and in non-specific diarrhea it is 5% with a tolerance limit value of ≤ 8%. The percentage of rational drug use (RDU) performance achieved at the Dukuh Village Health Center is 78.94%, which can be concluded that it has met the National RDU target of more than 60%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Citra Dewi Permata Sari
"(WHO) World Health Organization memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, dan penjualannya. Pada tahun 1993, peresepan di Indonesia masih dikategorikan tidak rasional. Hal tersebut dilihat dari banyaknya polifarmasi (3,5 per pasien), penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%), serta injeksi yang tidak tepat dan berlebihan (10-80%). Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan obat menggunakan indikator peresepan di seluruh puskesmas kecamatan Kota Depok dan menganalisis adanya perbedaan antar puskesmas tersebut. Metode yang digunakan adalah metode retrospektif potong lintang pada seluruh puskesmas kecamatan (11 puskesmas). Hasil penelitian dibandingkan dengan target kerasionalan dari Kementrian Kesehatan RI dan saran dari WHO tahun 1993. Total data sampel yang didapat sebanyak 1158 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat tiap pasien adalah 3,79, rata-rata persentase peresepan obat generik adalah 98,13%, rata-rata persentase peresepan antibiotik 46,22%, persentase peresepan injeksi sangat kecil (0,09%), dan rata-rata persentase peresepan obat DOEN 91,61%. Data menunjukkan bahwa penggunaan obat di seluruh puskesmas kecamatan Kota Depok belum rasional kecuali untuk peresepan injeksi. Hanya rata-rata jumlah obat tiap pasien dan persentase peresepan antibiotik antar puskesmas yang berbeda bermakna (p = 0,000).

World Health Organization (WHO) estimated more than 50% of all medicines were prescribed, dispensed and sold inappropriately. On 1993, prescribing in Indonesia was still irrational. It can be seen from many of polypharmacy (3,5/patient), overuse of antibiotics (43%) and inappropriate overuse of injections (10-80%). This study was designed to evaluate rationality of drug use at all of subdistrict public health centers (SPHC) in Depok City through prescribing indicator. Method of this study was cross sectional observation at 11 SPHC and analysis significant difference among them. Data was compared with target from Ministry of Health and WHO suggestion on 1993. Total amount of sampel were 1159. Result of this study showed that average drug prescribed was 3,79, average percentage of medicines prescribed by generic name was 98,13%, average percentage encounters with antibiotic prescribed was 46, 22%, average percentage encounters with injection prescribed was very low (0,09%) and average percentage of medicines prescribed from NEML (National Essential Medicines List) was 91,61%. Results showed that drug use at all of SPHC in Depok City was still irrational except for injection use. There was significant difference (p = 0,000) between SPHC on average drug prescibed and percentage encounters with antibiotic prescribed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1514
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>