Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwin Haryati
"Percobaan merokok pemula yang dilakukan remaja terjadi pergeseran lebih muda usianya < 15 tahun. Perokok pemula pernah mencoba merokok di sekolah menengah pertama, sebagian lainnya pernah mencoba merokok di sekolah dasar. Remaja merokok karena bujukan teman dan ketertarikan untuk mencoba merokok. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas Model KERIKO dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan. Perilaku merokok dapat diatasi dengan Model intervensi Keperawatan Kendali Perilaku Merokok (KERIKO). Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui 3 tahap penelitian yaitu: Tahap I: identifikasi pengalaman merokok remaja, persepsi dan upaya yang dilakukan remaja dalam mengendalikan rokok; Tahap II: pengembangan Model KERIKO; Tahap III uji coba Model KERIKO di sekolah menengah pertama di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Intervensi Keperawatan KERIKO efektif dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan pada 3 dan 6 bulan sesudah intervensi. Simpulan: Model KERIKO efektif meningkatkan kontrol diri, status kesehatan dan pengendalian perilaku merokok. Model ini dapat dijadikan salah satu model intervensi untuk pengendalian perilaku merokok sesuai program pemerintah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adolescent smoking trials revealed a shift in smokers younger than 15 years old. Beginner smokers began smoking in junior high school, while others began smoking in elementary school. Teenagers smoke as a result of peer pressure and a desire to begin smoking. The goal of this study was to determine the effectiveness of the KERIKO Model in developing self-control and health status in order to manage teenage smoking behavior. The Smoking Behavior Control Nursing Intervention Model (KERIKO) can help people quit smoking. This study employed an operational research design across three research phases: Phase I: identification of adolescent smoking experiences, perceptions, and efforts made by adolescents to control smoking; In phase II of the KERIKO Model's development and phase III trials of the KERIKO Model in Banda Aceh City junior high school at 3 and 6 months of intervention, the results demonstrated that the KERIKO Nursing Intervention Model was helpful in boosting self-control and health status, allowing adolescent smoking behavior to be controlled. Conclusion: The KERIKO model improves sel-control, health status, and smoking bahavior control. According to the government's Smoking Free Areas initiative, this model can be utilized as an intervention model to control smoking behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Sondang
"Remaja merokok bukanlah hal yang mengagetkan lagi, berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi umur pertama kali merokok penduduk provinsi Riau (umur 15-19 tahun) sebesar 49.5 % lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 43.3 %, dengan peningkatan jumlah perokok tersebut akan sangat membahayakan status kesehatan masyarakat dimasa depan.
Penelitian ini membahas tentang perilaku merokok pada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok di Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswasiswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 150 orang siswa dan siswi dengan pengambilan sampel proportional stratified random sampling.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, sikap, keterjangkauan terhadap rokok, keterpaparan iklan promosi rokok, perilaku merokok anggota keluarga dan perilaku merokok teman terhadap perilaku merokok responden. Berdasarkan hasil penelitian untuk melindungi remaja disarankan untuk memasukkan kurikulum bahaya merokok pada pelajaran bimbingan konseling, mengoptimalkan Usaha Kesehatan Sekolah dan kegiatan Palang Merah remaja serta mengoptimalkan peraturan kawasan bebas asap rokok dilingkungan sekolah dengan memberikan sanksi jika peraturan dilanggar.

Adolescent smoking is not a surprise anymore, based on data Riskesdas in 2010 the prevalence of smoking population ages the first time the province of Riau (age 15-19 years ) was 49.5% higher than the national prevalence is 43.3%, with an increasing number of smokers would be very dangerous to the future health status.
This study discusses the behavior of smoking in junior secondary school students in Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok Bangkinang barat, Kampar district, the purpose of this study was to determine the picture of smoking behavior in students of Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok, and the factors associated with it. This study uses quantitative methods with cross-sectional study design (cross sectional) with a sample of 150 were male and female students.
The results of this study found that there is a relationship between gender, attitude, affordability of cigarettes, cigarette promotional advertising exposure, smoking behavior of family members and friends smoking behavior of smoking behavior of respondents. Based on the results of research in order to protect teenagers are advised to include the dangers of smoking in the subject curriculum counseling, optimizing School Health Efforts and Red Cross youth activities and to optimize the regulatory environment smoke-free area schools with sanctions if rules are violated.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Raihana Radian
"Indonesia merupakan negara terbesar keempat dalam konsumsi rokok. Perilaku merokok memberikan pengaruh buruk terhadap ekonomi negara dan kesehatan masyarakat. Perilaku merokok juga berpengaruh terhadap perilaku menyimpang lain seperti adiksi narkoba dan berpengaruh buruk terhadap kondisi gigi dan mulut. Sebagai tenaga kesehatan profesional, dokter gigi memiliki potensi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berhentinya kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pasien Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut (RSKGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) yang memiliki kebiasaan merokok, lama merokok responden, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi, pengalaman pasien terkait peran dokter gigi dalam mengendalikan atau menghentikan konsumsi rokok, sertapengetahuan pasien mengenai keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif dari pasien RSKGM FKG UI. Penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling. Dari 136 responden, didapatkan 20 (14,7%) perokok dan 18 (13,2%) mantan perokok dari berbagai kelompok gender, usia, status pendidikan, dan ekonomi. Tiga puluh delapan perokok dan mantan perokok ini mayoritas menggunakan rokok putih, mulai di usia 16-20 tahun, telah merokok selama kurang dari 11 tahun, mengonsumsi 11-20 batang rokok per hari selama 1-5 menit per batang, dan tidak mengonsumsi bentuk tembakau selain rokok. Mayoritas responden perokok dan mantan perokok juga pernah mengunjungi dokter gigi selama merokok dan diberikan saran dan informasi bahaya merokok. Namun, 60,5% tidak diberikan konseling berhenti merokok dan 34,5% tidak mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba.

Indonesia is the fourth biggest country in terms of cigarette consumption. Smoking habit can bring harm to the nation’s economy and public health. Smoking habit can also lead to deviant behaviour such as drug addiction and damage teeth and oral health. As a professional health worker, detists have potency to be one of the causing factor of a patient’s smoking cessation. This research is conducted to learn about the amout of smoking patients of Universitas Indonesia Faculty of Dentistry Dental Hospital (RSKGM FKG UI), years spent of smoking, initial age of smoking, type of consumed cigarettes, patients’ experience regarding dentists’ role in controlling cigarette consumption, and patients’ knowledge about the relationship between smoking habit and drug addiction. This research is an analytical description from patients’ of RSKGM FKG UI, using consecutive sampling methode. From 136 respondents, there are 20 (14,7%) smokers and 18 (13,2%) ex-smokers fron various gender, age group, education status, and economy status. These smokers and ex-smokers mostly use white cigarette, started smoking between age 16-20 years, have smoked for less than 11 years, consumed 11-20 cigarettes each day for 1-5 minutes each cigarette, and did not use any other form of tobacco beside cigarette. The majority of smokers and ex-smokers also had visited dentist during their smoking period and were given advice and information regarding the dangers of smoking habit. Yet 60,5% of smokers and ex-smokers stated that they were not given smoking cessation counselling and 34,5% didn’t acknowledge the relationship berween smoking habit and drug addiction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Nur Indahsari
"Remaja merupakan populasi yang rentan terhadap perilaku kesehatan cenderung berisiko karena karakteristik remaja seperti tingginya keinginan untuk mencoba hal baru dan adanya tekanan kelompok sebaya. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku berisiko yang banyak terjadi pada remaja di perkotaan. Upaya berhenti merokok sejak remaja memiliki dua tujuan utama yaitu mencegah remaja menjadi perokok harian dan mengurangi angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan dari penggunaan tembakau. Metode ask, assess, advise, assist, dan arrange 5A digunakan sebagai intervensi berhenti merokok pada remaja dengan pendekatan keperawatan keluarga. Hasil intervensi menunjukkan adanya keberhasilan remaja tidak merokok selama dua minggu dengan adanya dukungan penghargaan, namun remaja tidak melaporkan adanya perubahan yang signifikan pada tubuhnya setelah berhenti merokok. Rekomendasi untuk pelaksanaan intervensi berhenti merokok pada remaja sebaiknya menyertai dengan aktivitas fisik terjadwal.

Adolescent is the most vulnerable population for risk prone health behavior since their characterized by desire to explore new things and existence of peer pressure. Smoking behavior is one of risk behaviors that much happening in adolescents in urban areas. The smoking cessation effort since adolescence has two main goals include prevent teens become daily smokers and decreasing morbidity and mortality that caused by tobacco use. Ask, assess, advise, assist, and arrange 5A rsquo s method used as a smoking cessation intervention in adolescent based on family nursing approach. The intervention rsquo s results showed that adolescents able to quit smoking during two weeks with reward support, but they didn rsquo t report any significant health related changes after stop smoking. Further recommendations in providing smoking cessation intervention for adolescent is by involving scheduled physical activity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Farhana Sausan
"Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa yang sangat rentan terhadap segala jenis perilaku berisiko, termasuk perilaku merokok. Faktor akademik memainkan peran penting bagi munculnya perilaku merokok di kalangan remaja yang juga pelajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tekanan orang tua yang dirasakan pada tahun 2018, baik orang tua atau ayah dan ibu sebagai individu, pada perilaku merokok pada tahun 2019 dengan kecemasan 2018 sebagai mediator.
Penelitian ini adalah studi longitudinsl yang telah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 dengan peserta yang sama; siswa dari 5 sekolah menengah tersebar di 5 wilayah perkotaan di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan ukuran Survei Perilaku Risiko Remaja (YRBS) untuk mengukur perilaku merokok, Inventory of Parental Influence (IPI) untuk mengukur tekanan orangtua yang dirasakan, dan The Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) untuk mengukur kecemasan.
Dari 466 peserta, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tekanan orang tua terhadap perilaku merokok di kalangan siswa sekolah menengah di DKI Jakarta tidak dimediasi oleh kecemasan. Namun, penelitian ini menemukan bahwa tekanan orang tua memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap perilaku merokok di kalangan siswa sekolah menengah atas di Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Vini Widianti
"Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Selain itu, usia memulai kebiasaan merokok di Indonesia relatif tergolong muda. Penelitian ini berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Negeri 'X' di Kota Bogor Tahun 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan rokok, keterjangkauan terhadap rokok, perilaku merokok keluarga, perilaku merokok teman, perilaku merokok guru, dan paparan iklan rokok) dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri 'X' Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 250 siswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 23,2% responden pernah merokok, 38,1% berjenis kelamin laki-laki dan 12,4% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil uji khai kuadrat terdapat empat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku merokok pada siswa SMP Negeri 'X' Kota Bogor diantaranya jenis kelamin dengan OR 4,342, keterjangkauan terhadap rokok dengan OR 0,242, ketersediaan rokok dengan OR 3,624 dan perilaku merokok teman dengan OR 5,559. Dengan tingkat kepercayaan 95% untuk semua variabel.

Smoking is a public health concern because it lead to variety of illnesses and even death. The number of smokers in Indonesia from year to year tends to increase. In addition, age started smoking in Indonesia is relatively young. This study entitled Factors Associated with Smoking Behavior Junior High School "X" Students in the city of Bogor in 2014.
Purpose of this study was to determine the relationship between the factors (age, sex, knowledge, attitudes, cigarette availability, affordability of cigarettes, family smoking behavior, smoking behavior of friends, teachers smoking behavior and exposure to cigarette advertising) with adolescent smoking behavior in Junior High School "X" Bogor. This research is a quantitative study using cross-sectional design. The sample in this study amounted to 250 students. This study used a questionnaire as a measure of research.
The results of this study showed that 23,2% of respondents had ever smoked 38,1% were male and 12,4% female. Based on the test results khai squares are four variables have a significant association with smoking behavior in students of SMP Negeri "X" Bogor including sex with OR 4,342, affordability of cigarettes with OR 0,242, availability of cigarettes with OR 3,624 and smoking behavior of friends with OR 5,559. With a confidence level of 95% for all variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Akbani
"ABSTRAK
Artikel ini membahas budaya teman sebaya sebagai pembiasaan perilaku merokok remaja. Berdasarkan studi-studi sebelumnya, terdapat tiga aspek pada remaja yang cenderung membentuk perilaku merokok, yaitu kedekatan antar teman close friends , keromantisan dalam relasi interpersonal romantic relationship , dan kebutuhan status legitimasi atau dominasi dalam jaringan sosial wider network . Artikel ini tidak sepakat dengan ketiganya karena terlalu menekankan pada aktor sebagai agen sosialisasi. Artikel ini menggunakan metode studi kasus terhadap 1 satu kelompok remaja berusia 10-14 tahun dengan karakteristik yaitu laki-laki dan perokok aktif. Artikel ini menemukan bahwa budaya teman sebaya menjadi pembiasaan di dalam perilaku merokok berdasarkan atas kesamaan keinginan remaja melalui partisipasi remaja di dalam kelompok yang mana remaja hanya dapat merokok di dalam kelompoknya sehingga remaja membentuk pengaturan dalam berkegiatan merokok, serta remaja juga menginovasikan kegiatan merokok tersebut ke dalam bentuk yang menyenangkan dan akrobatik. Oleh sebab itu, artikel ini memiliki saran, yaitu terbentuknya kelompok oposisi yaitu kelompok remaja anti rokok; tersedianya tempat-tempat khusus bagi remaja untuk aktivitas bermain yang lebih menyenangkan; tersosialisasikannya sebuah lingkungan sehat tanpa rokok terutama kepada orang dewasa sebagai awal terbentuknya perilaku remaja; pemerintah sebaiknya memperketat aturan bagi remaja yang menjual, membeli, atau mengkonsumsi rokok.

ABSTRACT
This article discusses about peer culture as habituation for smoking behavior in adolescents. Based on previous studies, there are three social aspects in adolescents that tends to form smoking behavior i.e. proximity between friends close friends , romance in interpersonal relationships romantic relationship , and needs of the legitimacy or domination in status of social network wider network . This article disagrees with those aspects because it stresses to the actor as socialization agent. This article in a case study on 1 one adolescent group at aged 10-14 year old in characteristics of males and active smokers. This article found that peer culture as habituation for smoking behavior based on common desire by adolescents through participation which adolescents can smoke only in his group, then, adolescents form set of norms in smoking activity, and adolescents also innovate smoking activity to form of pleasure and acrobatic. Therefore, this article has any suggestions: create opposition group as group anti-smoking for adolescents; establish special places for adolescents to play better pleasure; socialize healthful environment without cigarette especially to adults as the beginning of adolescent behavior; the government should tighten rules for adolescents whom sell, buy, or consume cigarette."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Notario Besri
"Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Prevalensi perokok Indonesia cukup besar, 34,2% untuk perokok usia lebih dari 15 tahun dan 32,8% dari total perokok berusia 20 ? 24 tahun. Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dan kebiasaan merokok pada kelompok umur mahasiswa yang rentan mengalami depresi. Desain penelitian cross-sectional dengan sampel 97 mahasiswa Universitas Indonesia dengan cara convenient sampling. Tingkat depresi ditentukan dengan kuisioner Beck Depression Inventory. Tingkat kebiasaan merokok ditentukan dari rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari.
Hasil didapatkan 38,1% dari total responden responden perokok ringan, 40,2% perokok sedang, dan 21,6% perokok berat. Prevalensi depresi 21,6%, di antaranya 17,5% dari total responden mengalami depresi ringan, 3,1% mengalami depresi sedang hingga berat, dan 1% mengalami depresi berat.
Pada uji chi-square, didapatkan nilai p = 0,608 (CI 95%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara depresi dan tingkat kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan random sampling, penggunaan metode lain untuk menentukan tingkat depresi dan kebiasaan merokok, dan penggalian faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi.

Study shown that there is a relationship of depression and smoking habit. Indonesia has high prevalence of smokers, 34.2% among > 15 years old smokers and 32.8% of them are 20 ? 24 years old. This research aim to find relationship between level of depression and smoking habit among college students. It is cross-sectional study and the samples are 97 college students of University of Indonesia by convenient sampling. Level of depression is measured by Beck Depression Inventory questionnaire and smoking habit is measured by average of cigarrettes consumed daily.
The results are 38.1% of total respondents are light smokers, 40.2% are moderate smokers, and 21.6% are heavy smokers. Prevalence of depression is 21.6%, of whom 17.5% of total respondents have a mild-moderate depression, 3.1% have a moderate-severe depression, and 1% has severe depression.
By Chi-square analysis, p value is 0.608 (CI 95%) and it is concluded that there is no relationship between depression and smoking habit among college students. Similar researches show that there is a relationship of depression and smoking habit. Further research needs to be conducted by random sampling, using other methods to determine level of depression and smoking habit, and seeking other factors causing depression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichayuen Avianty
"Persentase konsumsi rokok pada remaja usia 10 ? 15 tahun di Kota Depok masih cukup tinggi sampai sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok pada siswa sekolah Menengah Pertam (SMP) di Kota Depok Tahun 2016 dengan menggunakan kuesioner penelitian yang diadopsi dari kuesioner Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 300 siswa - siswi SMP kelas VII dan VIII Kota Depok yang memiliki akreditas A, B dan C.
Penelitian ini menemukan nilai OR sebesar 77,5 (95% CI: 10,29 - 548,3) yang artinya: remaja yang memiliki teman sebaya yang merokok akan berisiko sebesar 77,5 kali lebih besar untuk merokok dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki teman sebaya yang tidak merokok. Selain itu diperoleh juga nilai p value sebesar 0,001 yang artinya terdapat hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok pada anak SMP tanpa dikontrol oleh variabel konfonding.
Penelitian ini merekomendasikan untuk melakukan promosi kesehatan yang lebih intensif kepada siswa - siswi tentang dampak serta akibat dari bahaya merokokbagi perokok aktif serta bahaya dan akibat asap rokok bagi perokok pasif.

The percentage cigarette consumption in adolescents the ages of 10-15 years in depok was still quite high until now .This study attempts to identify the effects their peers to behavior smoked on high school students pertam ( smp ) in depok 2016 using a questionnaire research adopted from the questionnaire global adults tobacco survey ( gats ) in 2011. This research using design research cross sectional with the total sample of 300 students of junior high school class vii and viii depok having akreditas a , b and c.
This study found value of 77,5 or ( 95 % ci: 10,29-548,3 ) which means: teenager having their peers that smoking risky of 77,5 times more likely to smoke compared with a teenager who do not have their peers who does not smoke .Besides acquired also value p value of 0,001 which means there are the relationship between the influence of their peers with the behavior smoked on in junior high without controlled by variable konfonding.
This research recommended to do promotion of health a more intensive to the students about the students of the impact on and a result of danger of smoking for active smokers as well as the dangers and as a result of cigarette smoke for passive smokers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Bunga Parmawati
"Gangguan pendengaran pada anak tuna rungu yang terjadi sebelum masa perkembangan bahasa (prelingual) dan tergolong parah (profound) menimbulkan masalah dalam proses akademis dan komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, intervensi untuk meningkatkan kosakata anak tuna rungu sebagai dasar perkembangan bahasa penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efektivitas pendekatan modifikasi perilaku dengan teknik fading dan token economy untuk meningkatkan kosakata siswa tuna rungu prelingual profound.
Program intervensi diadaptasi dari Morris (1985) untuk mengajarkan nama-nama obyek dan kegiatan. Teknik fading dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemberian stimulus berupa gambar dan prompt tulisan, lalu gambar dan prompt sebagian tulisan, kemudian gambar tanpa prompt tulisan. Setiap kali berhasil menulis dengan tepat, subyek diberikan token yang nantinya dapat ditukarkan dengan reinforcer.
Penelitian dilakukan terhadap seorang anak tuna rungu prelingual profound, laki-laki, berusia 13 tahun, duduk di kelas 5 SD inklusi, memiliki kecerdasan non-verbal rata-rata, dan kosakata yang sangat terbatas. Dengan desain penelitian single-subject tipe ABA single-factor, peningkatan kosakata dilihat dari perbandingan antara hasil tes sebelum dan setelah intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan modifikasi perilaku dengan teknik fading dan token economy efektif untuk meningkatkan kosakata siswa tuna rungu prelingual profound. Subyek mampu memahami serta memproduksi secara tertulis sebesar 87,5% dari delapan nama obyek dan 100% dari delapan nama kegiatan yang diberikan dalam intervensi.

A profound hearing impairment that happened before the development of language causes some problems within the academic process and daily communication. Therefore, an intervention to increase the deaf students vocabulary as the foundation of a language development is important. This research was conducted to examine the effectiveness of a behavior modification approach with fading and token economy techniques to increase the vocabulary of a student with prelingual profound deafness.
The intervention program was adapted from Morris (1985) to teach names of objects and activities. In the program, the subject was given three steps of fading, starting with a stimuli and a prompt in a form of a picture and its written name. Subsequently, the prompt was faded into only a certain part until it was entirely eliminated. Everytime the subject succeeded in writing the correct name, he was given a token which could be exchanged with a reinforcer.
Research was conducted on a male prelingual profound deaf student studying at a primary school with an inclusion program who has an average level of non verbal intelligence and lack of vocabulary. Using a single subject-ABA-single factor research design, the increase in vocabulary was determined by comparing the test results before and after the intervention.
Results indicated that a behavior modification approach with fading and token economy techniques is effective in order to increase the vocabulary of a student with prelingual profound deafness. Through writing, the subject was able to understand and produce 87,5% of the eight objects' names and 100% of the eight activities' names given during the intervention program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31756
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>