Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212821 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwin Haryati
"Percobaan merokok pemula yang dilakukan remaja terjadi pergeseran lebih muda usianya < 15 tahun. Perokok pemula pernah mencoba merokok di sekolah menengah pertama, sebagian lainnya pernah mencoba merokok di sekolah dasar. Remaja merokok karena bujukan teman dan ketertarikan untuk mencoba merokok. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas Model KERIKO dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan. Perilaku merokok dapat diatasi dengan Model intervensi Keperawatan Kendali Perilaku Merokok (KERIKO). Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui 3 tahap penelitian yaitu: Tahap I: identifikasi pengalaman merokok remaja, persepsi dan upaya yang dilakukan remaja dalam mengendalikan rokok; Tahap II: pengembangan Model KERIKO; Tahap III uji coba Model KERIKO di sekolah menengah pertama di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Intervensi Keperawatan KERIKO efektif dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan pada 3 dan 6 bulan sesudah intervensi. Simpulan: Model KERIKO efektif meningkatkan kontrol diri, status kesehatan dan pengendalian perilaku merokok. Model ini dapat dijadikan salah satu model intervensi untuk pengendalian perilaku merokok sesuai program pemerintah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adolescent smoking trials revealed a shift in smokers younger than 15 years old. Beginner smokers began smoking in junior high school, while others began smoking in elementary school. Teenagers smoke as a result of peer pressure and a desire to begin smoking. The goal of this study was to determine the effectiveness of the KERIKO Model in developing self-control and health status in order to manage teenage smoking behavior. The Smoking Behavior Control Nursing Intervention Model (KERIKO) can help people quit smoking. This study employed an operational research design across three research phases: Phase I: identification of adolescent smoking experiences, perceptions, and efforts made by adolescents to control smoking; In phase II of the KERIKO Model's development and phase III trials of the KERIKO Model in Banda Aceh City junior high school at 3 and 6 months of intervention, the results demonstrated that the KERIKO Nursing Intervention Model was helpful in boosting self-control and health status, allowing adolescent smoking behavior to be controlled. Conclusion: The KERIKO model improves sel-control, health status, and smoking bahavior control. According to the government's Smoking Free Areas initiative, this model can be utilized as an intervention model to control smoking behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Sondang
"Remaja merokok bukanlah hal yang mengagetkan lagi, berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi umur pertama kali merokok penduduk provinsi Riau (umur 15-19 tahun) sebesar 49.5 % lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 43.3 %, dengan peningkatan jumlah perokok tersebut akan sangat membahayakan status kesehatan masyarakat dimasa depan.
Penelitian ini membahas tentang perilaku merokok pada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok di Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku merokok pada siswasiswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 150 orang siswa dan siswi dengan pengambilan sampel proportional stratified random sampling.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, sikap, keterjangkauan terhadap rokok, keterpaparan iklan promosi rokok, perilaku merokok anggota keluarga dan perilaku merokok teman terhadap perilaku merokok responden. Berdasarkan hasil penelitian untuk melindungi remaja disarankan untuk memasukkan kurikulum bahaya merokok pada pelajaran bimbingan konseling, mengoptimalkan Usaha Kesehatan Sekolah dan kegiatan Palang Merah remaja serta mengoptimalkan peraturan kawasan bebas asap rokok dilingkungan sekolah dengan memberikan sanksi jika peraturan dilanggar.

Adolescent smoking is not a surprise anymore, based on data Riskesdas in 2010 the prevalence of smoking population ages the first time the province of Riau (age 15-19 years ) was 49.5% higher than the national prevalence is 43.3%, with an increasing number of smokers would be very dangerous to the future health status.
This study discusses the behavior of smoking in junior secondary school students in Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok Bangkinang barat, Kampar district, the purpose of this study was to determine the picture of smoking behavior in students of Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok, and the factors associated with it. This study uses quantitative methods with cross-sectional study design (cross sectional) with a sample of 150 were male and female students.
The results of this study found that there is a relationship between gender, attitude, affordability of cigarettes, cigarette promotional advertising exposure, smoking behavior of family members and friends smoking behavior of smoking behavior of respondents. Based on the results of research in order to protect teenagers are advised to include the dangers of smoking in the subject curriculum counseling, optimizing School Health Efforts and Red Cross youth activities and to optimize the regulatory environment smoke-free area schools with sanctions if rules are violated.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Afifah Asmin Sandagang
"Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS), prevalensi perokok elektronik di Indonesia meningkat hingga 10 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun. Hasil Riskesdas tahun 2018 juga menunjukkan bahwa remaja adalah kelompok umur tertinggi pada angka perokok elektronik dengan SMA menjadi  penyumbang kedua teratas dalam penggunaan rokok elektronik. Provinsi Jawa Barat menunjukkan proporsi konsumen rokok elektronik terbesar kedua di Indonesia. Tingginya penggunaan rokok elektronik di kalangan remaja SMA dan juga menjadi masalah bagi Provinsi Jawa Barat, serta Kota Depok dengan pelaporan tingginya remaja yang merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap remaja SMA “X” Kota Depok dengan Praktik Merokok Elektronik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling yang diikuti sebanyak 154 responden. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik. Hasil penelitian didapatkan bahwa gambaran pengetahuan responden mengenai rokok elektronik termasuk kategori kurang sebesar 82.5% , sikap positif terhadap rokok elektronik sebesar 62.3%  dan sebesar 39% responden menggunakan rokok elektronik. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p-value 1.000) dengan praktik merokok elektronik. Namun, ada hubungan yang signifikan antara sikap (p-value 0.0001) dengan praktik merokok elektronik. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara pihak sekolah, Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan, dan puskesmas untuk memperkuat kegiatan penyuluhan terkait bahaya rokok elektronik secara intensif sehingga timbul kesadaran terutama kepada remaja agar memandang bahwa rokok elektronik sama berbahayanya dengan rokok konvensional. Disarankan juga bagi SMA “X” Kota Depok mengadakan program peer educator dalam upaya pencegahan penggunaan rokok elektronik.

According to Global Adult Tobacco Survey (GATS), the prevalence of electronic smoking (e-smoking) in Indonesia had escalated tenfold in the past 10 years. The 2018 Riskesdas results also show that adolescents are among the highest age group in the number of e-cigarette smokers, with high school seniors being the second highest contributor of e-cigarette smoking. Research shows that West Java Province itself had contributed as the second-largest proportion of electronic cigarette consumers in Indonesia. The high use of e-cigarettes among high school adolescents is also a problem for West Java Province and Depok City, with reports of high levels of adolescent smoking. The main reason of this study consists of determining the relationship between the knowledge and attitudes of adolescents at SMA "X" in Depok City in the practice of e-smoking. This research uses quantitative methods with a cross-sectional study. Sampling was carried out using a stratified random sampling technique involving 154 respondents. The data analysis used a chi-square test to determine the relationship between categorical variables. Research results showed that the majority of respondents' knowledge regarding e-cigarettes lies in the poor category at 82.5%, proving that many still possess minimum knowledge on this part. Other results include positive attitudes towards e-cigarettes with a number of 62.3%, where around 39% of them smoked e-cigarettes. Apart from that, there was no significant relationship between knowledge (p-value 1.000) and the practice of e-smoking. However, there is a significant relationship between attitude (p-value 0.0001) and the practice of e-smoking. Therefore, cooperation is needed between schools, the Education Department's High School Development Division, and community health centers to intensively strengthen outreach activities related to the dangers of electronic cigarettes in order to raise  awareness; especially among adolescents. Electronic cigarettes brings perils just as much as conventional cigarettes do, and it is highly recommended that SMA "X" Depok City hold a peer educator program to prevent the use of e-cigarettes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameera Chairunnisa Effendi
"Konsumsi tembakau tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan secara global, yang berakar kuat pada konteks sosial ekonomi dan budaya. Skripsi ini mengkaji pengaruh status sosial ekonomi, khususnya tingkat pendapatan dan pendidikan, terhadap perilaku merokok di Indonesia. Dengan menggunakan data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang 4 dan 5, penelitian ini menyelidiki bagaimana variasi pendapatan keluarga dan pencapaian pendidikan berkorelasi dengan kemungkinan individu menjadi perokok tetap, memulai merokok, berhenti merokok, atau tidak pernah merokok. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi berkorelasi dengan prevalensi merokok yang lebih rendah dan tingkat penghentian merokok yang lebih tinggi. Individu dalam kelompok pendapatan tertinggi (di atas Rupiah 10 juta) lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi perokok tetap dan lebih mungkin untuk tidak pernah merokok. Demikian pula, pencapaian pendidikan yang lebih tinggi secara signifikan berkorelasi dengan perilaku yang lebih sehat, menekankan peran pendidikan dalam meningkatkan literasi kesehatan dan mendorong pilihan gaya hidup yang lebih baik. Faktor sosial ekonomi berperan penting dalam membentuk perilaku merokok. Studi ini menganjurkan intervensi pemerintah yang terfokus untuk mempromosikan kampanye anti-merokok dan meningkatkan aksesibilitas penghentian merokok guna mengurangi tingkat merokok di Indonesia. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang determinan ekonomi dan sosial dari perilaku merokok dan menawarkan wawasan berharga untuk mengembangkan strategi pengendalian tembakau yang efektif di Indonesia dan konteks serupa.

Tobacco consumption remains a significant public health challenge globally, deeply rooted in socioeconomic and cultural contexts. This thesis examines the influence of socioeconomic status, specifically income and education levels, on smoking behaviours in Indonesia. Using data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) across waves 4 and 5, the study investigates how variations in family income and educational attainment correlate with smoking initiation, persistence, cessation, and abstinence. The findings reveal that higher income and education levels are strongly associated with lower smoking prevalence and higher rates of smoking cessation. Individuals in the highest income bracket (above IDR 10 million) are less likely to be constant smokers and more likely to never smoke. Similarly, higher educational attainment significantly correlates with healthier smoking behaviours, underscoring the role of education in enhancing health literacy and promoting better lifestyle choices. These results emphasise the critical role of socioeconomic factors in shaping smoking behaviours. The study advocates for targeted government interventions that promote anti-smoking campaigns and improve cessation accessibility to reduce smoking rates in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Raihana Radian
"Indonesia merupakan negara terbesar keempat dalam konsumsi rokok. Perilaku merokok memberikan pengaruh buruk terhadap ekonomi negara dan kesehatan masyarakat. Perilaku merokok juga berpengaruh terhadap perilaku menyimpang lain seperti adiksi narkoba dan berpengaruh buruk terhadap kondisi gigi dan mulut. Sebagai tenaga kesehatan profesional, dokter gigi memiliki potensi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berhentinya kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pasien Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut (RSKGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) yang memiliki kebiasaan merokok, lama merokok responden, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi, pengalaman pasien terkait peran dokter gigi dalam mengendalikan atau menghentikan konsumsi rokok, sertapengetahuan pasien mengenai keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif dari pasien RSKGM FKG UI. Penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling. Dari 136 responden, didapatkan 20 (14,7%) perokok dan 18 (13,2%) mantan perokok dari berbagai kelompok gender, usia, status pendidikan, dan ekonomi. Tiga puluh delapan perokok dan mantan perokok ini mayoritas menggunakan rokok putih, mulai di usia 16-20 tahun, telah merokok selama kurang dari 11 tahun, mengonsumsi 11-20 batang rokok per hari selama 1-5 menit per batang, dan tidak mengonsumsi bentuk tembakau selain rokok. Mayoritas responden perokok dan mantan perokok juga pernah mengunjungi dokter gigi selama merokok dan diberikan saran dan informasi bahaya merokok. Namun, 60,5% tidak diberikan konseling berhenti merokok dan 34,5% tidak mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba.

Indonesia is the fourth biggest country in terms of cigarette consumption. Smoking habit can bring harm to the nation’s economy and public health. Smoking habit can also lead to deviant behaviour such as drug addiction and damage teeth and oral health. As a professional health worker, detists have potency to be one of the causing factor of a patient’s smoking cessation. This research is conducted to learn about the amout of smoking patients of Universitas Indonesia Faculty of Dentistry Dental Hospital (RSKGM FKG UI), years spent of smoking, initial age of smoking, type of consumed cigarettes, patients’ experience regarding dentists’ role in controlling cigarette consumption, and patients’ knowledge about the relationship between smoking habit and drug addiction. This research is an analytical description from patients’ of RSKGM FKG UI, using consecutive sampling methode. From 136 respondents, there are 20 (14,7%) smokers and 18 (13,2%) ex-smokers fron various gender, age group, education status, and economy status. These smokers and ex-smokers mostly use white cigarette, started smoking between age 16-20 years, have smoked for less than 11 years, consumed 11-20 cigarettes each day for 1-5 minutes each cigarette, and did not use any other form of tobacco beside cigarette. The majority of smokers and ex-smokers also had visited dentist during their smoking period and were given advice and information regarding the dangers of smoking habit. Yet 60,5% of smokers and ex-smokers stated that they were not given smoking cessation counselling and 34,5% didn’t acknowledge the relationship berween smoking habit and drug addiction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Nur Indahsari
"Remaja merupakan populasi yang rentan terhadap perilaku kesehatan cenderung berisiko karena karakteristik remaja seperti tingginya keinginan untuk mencoba hal baru dan adanya tekanan kelompok sebaya. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku berisiko yang banyak terjadi pada remaja di perkotaan. Upaya berhenti merokok sejak remaja memiliki dua tujuan utama yaitu mencegah remaja menjadi perokok harian dan mengurangi angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan dari penggunaan tembakau. Metode ask, assess, advise, assist, dan arrange 5A digunakan sebagai intervensi berhenti merokok pada remaja dengan pendekatan keperawatan keluarga. Hasil intervensi menunjukkan adanya keberhasilan remaja tidak merokok selama dua minggu dengan adanya dukungan penghargaan, namun remaja tidak melaporkan adanya perubahan yang signifikan pada tubuhnya setelah berhenti merokok. Rekomendasi untuk pelaksanaan intervensi berhenti merokok pada remaja sebaiknya menyertai dengan aktivitas fisik terjadwal.

Adolescent is the most vulnerable population for risk prone health behavior since their characterized by desire to explore new things and existence of peer pressure. Smoking behavior is one of risk behaviors that much happening in adolescents in urban areas. The smoking cessation effort since adolescence has two main goals include prevent teens become daily smokers and decreasing morbidity and mortality that caused by tobacco use. Ask, assess, advise, assist, and arrange 5A rsquo s method used as a smoking cessation intervention in adolescent based on family nursing approach. The intervention rsquo s results showed that adolescents able to quit smoking during two weeks with reward support, but they didn rsquo t report any significant health related changes after stop smoking. Further recommendations in providing smoking cessation intervention for adolescent is by involving scheduled physical activity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Farhana Sausan
"Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa yang sangat rentan terhadap segala jenis perilaku berisiko, termasuk perilaku merokok. Faktor akademik memainkan peran penting bagi munculnya perilaku merokok di kalangan remaja yang juga pelajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tekanan orang tua yang dirasakan pada tahun 2018, baik orang tua atau ayah dan ibu sebagai individu, pada perilaku merokok pada tahun 2019 dengan kecemasan 2018 sebagai mediator.
Penelitian ini adalah studi longitudinsl yang telah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 dengan peserta yang sama; siswa dari 5 sekolah menengah tersebar di 5 wilayah perkotaan di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan ukuran Survei Perilaku Risiko Remaja (YRBS) untuk mengukur perilaku merokok, Inventory of Parental Influence (IPI) untuk mengukur tekanan orangtua yang dirasakan, dan The Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) untuk mengukur kecemasan.
Dari 466 peserta, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tekanan orang tua terhadap perilaku merokok di kalangan siswa sekolah menengah di DKI Jakarta tidak dimediasi oleh kecemasan. Namun, penelitian ini menemukan bahwa tekanan orang tua memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap perilaku merokok di kalangan siswa sekolah menengah atas di Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilla Annastasya Ependi
"Indonesia merupakan negara dengan perokok terbanyak ketiga di Asia Tenggara dan perilaku merokok pada remaja mengalami peningkatan. Peran keluarga diyakini dapat mengurangi perilaku merokok pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran keluarga dan perilaku merokok pada remaja. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan remaja perokok usia 15-18 tahun di Kecamatan Bekasi Utara menggunakan teknik purposive sampling dan besaran sampel sebanyak 108 responden. Analisis data menggunakan uji spearmen’s rank correlation menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dan perilaku merokok pada remaja dengan nilai signifikansi 0,275 (p-value > 0,05). Berdasarkan hasil ini, penelitian merekomendasikan peningkatan pelayanan kesehatan remaja dengan pendekatan holistik yang lebih fokus pada faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku merokok, mencakup faktor pribadi dan lingkungan remaja.

Indonesia is the country with the third highest number of smokers in Southeast Asia and adolescent smoking behavior has increased. The role of the family is believed to reduce smoking behavior in adolescents. This study aims to determine the relationship between family roles and smoking behavior in adolescents. This quantitative study with a cross-sectional approach involved adolescent smokers aged 15-18 years in North Bekasi District using purposive sampling technique and a sample size of 108 respondents. Data analysis using Spearmen's rank correlation test showed that there was no significant relationship between family roles and smoking behavior in adolescents with a significance value of 0.275 (p-value > 0.05). Based on these results, the study recommends improving adolescent health services with a holistic approach that focuses more on other factors that influence smoking behavior, including adolescent personal and environmental factors. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Vini Widianti
"Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Selain itu, usia memulai kebiasaan merokok di Indonesia relatif tergolong muda. Penelitian ini berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Negeri 'X' di Kota Bogor Tahun 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan rokok, keterjangkauan terhadap rokok, perilaku merokok keluarga, perilaku merokok teman, perilaku merokok guru, dan paparan iklan rokok) dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri 'X' Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 250 siswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 23,2% responden pernah merokok, 38,1% berjenis kelamin laki-laki dan 12,4% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil uji khai kuadrat terdapat empat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku merokok pada siswa SMP Negeri 'X' Kota Bogor diantaranya jenis kelamin dengan OR 4,342, keterjangkauan terhadap rokok dengan OR 0,242, ketersediaan rokok dengan OR 3,624 dan perilaku merokok teman dengan OR 5,559. Dengan tingkat kepercayaan 95% untuk semua variabel.

Smoking is a public health concern because it lead to variety of illnesses and even death. The number of smokers in Indonesia from year to year tends to increase. In addition, age started smoking in Indonesia is relatively young. This study entitled Factors Associated with Smoking Behavior Junior High School "X" Students in the city of Bogor in 2014.
Purpose of this study was to determine the relationship between the factors (age, sex, knowledge, attitudes, cigarette availability, affordability of cigarettes, family smoking behavior, smoking behavior of friends, teachers smoking behavior and exposure to cigarette advertising) with adolescent smoking behavior in Junior High School "X" Bogor. This research is a quantitative study using cross-sectional design. The sample in this study amounted to 250 students. This study used a questionnaire as a measure of research.
The results of this study showed that 23,2% of respondents had ever smoked 38,1% were male and 12,4% female. Based on the test results khai squares are four variables have a significant association with smoking behavior in students of SMP Negeri "X" Bogor including sex with OR 4,342, affordability of cigarettes with OR 0,242, availability of cigarettes with OR 3,624 and smoking behavior of friends with OR 5,559. With a confidence level of 95% for all variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Dicky Irawan
"Di Indonesia, prevalensi merokok di kalangan remaja terus meningkat, termasuk di Kabupaten Lamongan, yang menurut data BPS Jawa Timur tahun 2022 memiliki angka konsumsi rokok tertinggi untuk kelompok usia 5-19 tahun di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMKN 2 Lamongan tahun 2024. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sebanyak 175 siswa dipilih sebagai sampel menggunakan metode proportional stratified random sampling berdasarkan tingkat kelas (10, 11, 12, dan 13). Proporsi sampel disesuaikan dengan jumlah siswa di tiap tingkat, kemudian siswa dipilih secara acak agar sampel mewakili populasi siswa di SMKN 2 Lamongan. Data dikumpulkan secara primer melalui pengisian kuesioner secara mandiri dan dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh (58,9%) siswa SMKN 2 Lamongan merokok, dimana 19,4% diantaranya menggunakan rokok konvensional, 10,9% menggunakan rokok elektrik, dan 28,6% menggunakan keduanya. Sikap terhadap rokok (p <0,001), aksesibilitas rokok (p <0,001), perilaku merokok teman (p <0,001), dan persepsi anak terhadap sikap orang tua (p <0,001) berhubungan dengan perilaku merokok remaja di SMKN 2 Lamongan, sedangkan usia (p= 0,377), pengetahuan tentang rokok (p= 0,979), uang saku (p= 0,227), dan iklan rokok (p= 0,555) tidak berhubungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap perilaku merokok siswa, memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, melakukan edukasi kepada siswa, serta menekankan tanda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekitar sekolah.

In Indonesia, the prevalence of smoking among adolescents continues to rise, particularly in Lamongan Regency, which recorded the highest tobacco consumption rate for the 5-19 age group in East Java, according to 2022 data from BPS East Java. This study aims to identify the factors associated with smoking behavior among adolescents at SMKN 2 Lamongan in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional study design. A total of 175 students were selected as samples using the proportional stratified random sampling method based on grade levels (10, 11, 12, and 13). The proportion of samples was adjusted according to the number of students in each grade, and students were randomly selected to ensure that the sample represented the student population at SMKN 2 Lamongan. Primary data were collected through self-administered questionnaires and analyzed using the chi-square test. The results showed that more than half (58.9%) of SMKN 2 Lamongan students smoked, with 19.4% using conventional cigarettes, 10.9% using electronic cigarettes, and 28.6% using both. Attitudes toward smoking (p < 0.001), accessibility of cigarettes (p < 0.001), peer smoking behavior (p < 0.001), and children's perception of parental attitude (p < 0.001) were significantly associated with adolescent smoking behavior at SMKN 2 Lamongan, while age (p = 0.377), knowledge about cigarettes (p = 0.979), pocket money (p = 0.227), and cigarette advertisements (p = 0.555) were not associated. Therefore, strict supervision of student smoking behavior is necessary, along with firm sanctions for students caught smoking on school premises, educational programs for students, and the reinforcement of No Smoking Area (KTR) signs around the school."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>