Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Early Vici Azmia
"Prevalensi balita wasting di Indonesia tahun 2022 sebesar 7,7%, menurut WHO masalah wasting ini sudah termasuk masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Wasting adalah masalah gizi pada balita yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2023, menggunakan desain cross-sectional, metode proportionate stratified random sampling dengan sampel penelitian 136 balita usia 6–59 bulan. Data dianalisis univariat dan bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 9,6% balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023 menderita wasting, dan termasuk pada masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, asupan protein, pengetahuan gizi ibu, dan pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan. Risiko wasting lebih tinggi pada balita dengan asupan energi dan protein yang kurang, pengetahuan gizi ibu yang kurang, serta pendapatan keluarga yang rendah.

The prevalence of wasting under five in Indonesia in 2022 is 7.7%, according to WHO this wasting problem is a bad public health problem. Wasting is a nutritional problem in toddlers that has an impact on morbidity and mortality. The research objective was to determine the factors associated with wasting in toddlers aged 6–59 months in Cimpaeun Village in 2023. This research was conducted in April–June 2023, using a cross-sectional design, proportionate stratified random sampling method with a research sample of 136 toddlers aged 6–59 months. Data were analyzed univariately and bivariately using chi-square. The results showed that 9.6% of toddlers aged 6–59 months in the Cimpaeun Village in 2023 were suffering from wasting, and this is a bad public health problem. The results showed that energy intake, protein intake, mother's nutritional knowledge, and family income were associated with wasting in toddlers aged 6–59 months. The risk of wasting is higher for toddlers with less energy and protein intake, less knowledge of mother's nutrition, and low family income."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Lastyana
"Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Wasting adalah suatu keadaan kekurangan gizi akut pada balita. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indeks antropometri yang mengindikasikan terjadinya wasting. Wasting secara langsung disebabkan karena asupan gizi inadekuat dan penyakit infeksi pada anak sedangkan secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, pola asuh, ketersedian pangan serta faktor budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder Program Perencanaan Gzi (PPG) 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa variabel status garam beryodium, jenis kelamin dan asupan zat besi berhubungan secara signifikan dengan kejadian wasting pada balita dengan (p = 0,027, 0,039 dan 0,013) pada α = 0.05. Hasil uji multivarat menunjukkan bahwa variabel status garam beryodium dan jenis kelamin balita merupakan faktor dominan kejadian wasting pada balita. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan perlu adanya pembaharuan program yang terintegrasi dan multisektoral untuk menanggulangi kejadian wasting pada balita, terutama program-program untuk balita.

The nutritional status of children under five is an important thing that every parent should know. The need for more attention to the development of children at the age of five is based on the fact that malnutrition during this golden period is irreversible, while malnutrition can affect children's brain development. Wasting is a condition of acute malnutrition in toddlers. Body weight for height (BW / TB) is an anthropometric index that indicates the occurrence of wasting. Wasting is directly caused by inadequate nutritional intake and infectious diseases in children, while indirectly it can be influenced by socio-economic factors, parenting styles, food availability and cultural factors. This research is a quantitative study using secondary data from the 2019 Gzi Planning Program (PPG). The research design used is cross-sectional. The results of the bivariate analysis using the chi square test showed that the variables of iodized salt status, gender and iron intake were significantly associated with the incidence of wasting in children under five (p = 0.027, 0.039 and 0.013) at α = 0.05. The results of the multivariate test showed that the variables of iodized salt status and the gender of the children under five were the dominant factors in the incidence of wasting in children under five. Therefore, the government, in this case the health department, needs an integrated and multisectoral program renewal to tackle the incidence of wasting in toddlers, especially programs for toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fety Fathimah Al Mubarokah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita 6-59 bulan di wilayah Indonesia Tengah, yang diwakili oleh provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan menggunakan data IFLS 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sample 1079 balita. Diketahui sebanyak 16,8% balita di wilayah Indonesia Tengah mengalami diare, dengan persentase terbesar 17,75% di Nusa Tenggara Barat. Usia balita merupakan faktor dominan kejadian diare pada balita 6-59 bulan di wilayah Indonesia Tengah setelah dikontrol variabel pemberian vaksin rotavirus dan daerah tinggal. Penguatan pemahaman dan komitmen pengimplementasian PIS-PK diperlukan agar informasi kesehatan terkait diare dan faktor yang dapat meningkatkan imunitas balita sebagai pencegah penyakit diare.

This study was conducted to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in children aged 6-59 months in Central Indonesia, represented by the provinces of Bali, West Nusa Tenggara, South Kalimantan and South Sulawesi using 2014 IFLS data. The research design used was cross. sectional with a sample size of 1079 toddlers. It is known that 16.8% of children under five in Central Indonesia experience diarrhea, with the largest percentage being 17.75% in West Nusa Tenggara. The age of under five is the dominant factor in the incidence of diarrhea in children aged 6-59 months in Central Indonesia after controlled for the variable of giving rotavirus vaccine and living area. Strengthening the understanding and commitment to implementing PIS-PK is needed so that health information related to diarrhea and factors that can increase the immunity of children as a prevention of diarrhea disease can be conveyed properly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Anis Isnani
"Ketersediaan iodium dalam garam beriodium yang kurang atau berlebih dapatmenyebabkan penyakit gangguan tiroid. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketersediaan iodium dalamgaram beriodium merek ldquo;R rdquo; pada tingkat rumah tangga. Garam beriodium merek ldquo;R rdquo; merupakan salah satu produk garam beriodium yang telah terdaftar.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang mengunakan desain crosssectional. Sampel penelitian adalah 124 rumah tangga yang didapatkan denganteknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara wadah penyimpanan garam dengan ketersediaaniodium dalam garam beriodium p = 0,044 dan OR = 4,083 . Sebagian besarketersediaan iodium dalam sampel garam merek ldquo;R rdquo; berlebih sehingga dapatmemicu timbulnya penyakit hipertiroid. Sebaiknya pemerintah memberikanperhatian terhadap kemungkinan munculnya hipertiroidisme sebagai dampak dariprogram iodisasi garam.

The availability of less or excessive iodine in iodized salt can cause thyroiddisorder disease. This study aimed to determine the factors associated with theavailability of iodine in the ldquo R rdquo branded iodized salt at the household level. The R branded iodized salt is one of the registered iodized salt products.This study isa quantitative research using cross sectional design. The sample of this study was124 households obtained with purposive sampling technique.
The results showedthat there was a significant association between salt storage containers with iodineavailability in iodized salt p 0.044 and OR 4,083 . Most of the availability ofiodine in the ldquo R rdquo branded iodized salt samples were excessive, so it could lead tohyperthyroidism. The government should pay attention to the possibility ofhyperthyroidism as an impact of the salt iodization program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Pertiwi
"Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang memiliki berbagai fungsi biologis, termasuk dalam mengurangi kemungkinan infeksi dan mengatur pertumbuhan. Kondisi kekurangan vitamin A pada balita dapat berakibat pada meningkatnya angka kesakitan, perburukan status gizi, bahkan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan suplementasi vitamin A sebagai upaya melindungi kelompok rentan dari dampak kekurangan vitamin A. Sayangnya, pemberian suplementasi vitamin A belum memberikan hasil yang optimal hingga saat ini. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang melibatkan 1.728 balita usia 6-59 bulan di Indonesia. Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, usia balita, riwayat imunisasi balita, kunjungan Antenatal Care (ANC), kunjungan Postanatal Care (PNC), tempat persalinan, dan keterpaparan media televisi dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A. Riwayat imunisasi adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A pada balita. Dengan demikian, penelitian ini menyarankan agar penguatan program imunisasi pada balita, edukasi kesehatan, kualitas kunjungan ANC dan PNC, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dan media terus ditingkatkan guna mencapai cakupan suplementasi vitamin A pada balita yang lebih baik.

Vitamin A is a fat-soluble vitamin that has a variety of biological functions, including reducing the infection and growth regulators. Vitamin A deficiency in child under five can result in increased morbidity, poor nutritional status, and even death. Therefore, vitamin A supplementation is needed as an effort to protect vulnerable groups, especially children from the impact of vitamin A deficiency. Unfortunately, vitamin A supplementation has not shown optimal results. This study wanted to determine the factors associated with compliance of vitamin A supplementation in child aged 6-59 months in Indonesia based on the 2017 IDHS data analysis. This is a quantitative research with cross-sectional design involving 1,728 child aged 6-59 months in Indonesia. The results prove a significant association between maternal education, child’s age, history of child’s immunization, Antenatal Care (ANC) and Postanatal Care (PNC) visits, place of delivery, and television media exposure with compliance to vitamin A supplementation. Child’s immunization history is the most dominant factor associated with compliance of vitamin A supplementation in child. Thus, this study suggests that child’s immunization program, health education, the quality of ANC and PNC, the utilization of health facilities and media should be improved to achieve better coverage of vitamin A supplementation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ikmila
"Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan linier yang dapat menggambarkan status gizi seseorang di masa lampau. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, dinyatakan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD). Tujuan umum penelitian ini mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan TB/U pada balita umur 24-59 bulan di Kelurahan Depok Kota Depok tahun 2015. Desain penelitian ini cross sectional dengan sampel berjumlah 173 balita umur 24-59 bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara kuisioner dan formulir 24 hour recall. Adapun variabel yang diteliti adalah tinggi badan menurut umur (TB/U), asupan energi, asupan protein, penyakit infeksi, pemberian ASI eksklusif, sumber air minum, umur balita, jenis kelamin balita, tinggi badan ibu, berat lahir balita, jarak kelahiran balita, pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, dan status ekonomi keluarga. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariate menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara asupan energi, asupan protein, tinggi badan ibu, jarak kelahiran balita, dan status ekonomi keluarga dengan TB/U pada balita umur 24-59 bulan di Kelurahan Depok Kota Depok tahun 2015.

Height is one of the linier growth measurement that can describe individual nutrition status in the past. Stunting is a linier growth disorders that caused by chronic malnutrition, stated by HAZ z-score less than -2 standard deviation (SD). The general objective of this research is to determine the descriptive and the relative factors of HAZ among children aged 24-59 months at Depok village, Depok city in 2015. The study design is cross sectional, with sample size is 173 children aged 24-59 months. This research was conducted in April until May 2015. Data collection was conducted by measuring height, questionnaire interview, and 24-hour recall form. The variables studied were HAZ, energy intake, protein intake, infectious diseases, exclusive breastfeeding, drinking water source, child?s age, child?s gender, maternal height, birth weight, birth spacing, mother?s education, total family members, and family economic status. The data was analyzed using univariate and bivariate (chi square test). The results of this research showed that there is a significant difference of proportion between energy intake, protein intake, maternal height, birth-to-birth spacing, and family economic status with HAZ among children aged 24-59 months at Depok village, Depok city in 2015."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"

ABSTRAK

Nama : Sri Lestari
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Determinan Severe Wasting pada Balita 6-59 Bulan di Kota Tangerang
Tahun 2019
Pembimbing : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting merupakan salah satu permasalahan gizi pada tingkat global, Asia
maupun di Indonesia termasuk di Kota Tangerang. Berdasarkan Data Riskesdas Tahun
2018 balita severe wasting di Indonesia sebesar 3,5%, Provinsi Banten 4,58%,
sedangkan Kota Tangerang lebih tinggi dibanding Indonesia dan Provinsi Banten yaitu
sebesar 4,84%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan severe wasting
pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Total sampel sebanyak 108 balita (kasus 36
balita, kontrol 72 balita). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat,
bivariat dengan chi square dan multivariat dengan analisis regresi logistik. Penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2019 di 13 Kecamatan di Kota Tangerang. Hasil
analisis bivariat adalah secara statistik tidak ada hubungan antara asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, ASI eksklusif, keberagaman makanan, status
imunisasi, perilaku mencuci tangan, kunjungan posyandu, tingkat pendidikan dan
penghasilan orang tua dengan severe wasting, tapi terdapat hubungan antara penyakit
infeksi dengan severe wasting. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penyakit
infeksi berhubungan signifikan dengan severe wasting. Hasil analisis didapatkan bahwa
OR dari variabel penyakit infeksi adalah 4,828 (95% CI: 1,034 – 22,544) artinya balita
yang terkena penyakit infeksi memiliki risiko terjadi severe wasting 4,828 kali lebih
tinggi dibanding balita yang tidak terkena penyakit infeksi setelah dikontrol variabel
status imunisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah penyakit infeksi merupakan
determinan severe wasting pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019.
Kata kunci:
Severe wasting, determinan, balita


ABSTRACT

Name : Sri Lestari
Study Program : Public Health Science
Title : Determinant of Severe Wasting Among 6-59 Months Children
in Tangerang City 2019
Counsellor : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting is one of Global Nutritional Problems and Tangerang City is no
exception. Based on Riskesdas data in 2018, 3.5% of children in Indonesia were in the
group with severe wasting problems. While in Banten Province and Tangerang City
were found in order 4.58% and 4.84% children are in severe wasting problems. This
study aims to determine the determinants of severe wasting problems of 6-59 months
children in Tangerang City on 2019. This research was a quantitative study with case
control design. The total sample were 108 children within the age of 6-59 months (case
36 children, controls 72 children). The results of bivariate analysis were statistically no
relation between energy intake, carbohydrate intake, fat intake, protein intake, exclusive
breastfeeding, food diversity, immunization status, hand washing behavior, posyandu
visits, education level, and parent income with severe wasting, but there was a relation
between infectious diseases with severe wasting. The results of multivariate analysis
showed that infectious disease was significantly associated with severe wasting. The
most dominant variable was infectious disease, while immunization status as controlling
variable. Analysis result to be found that OR of the infectious disease variable was
4.828 (95% CI: 1.034 - 22.544), meaning that group of children at the age of 6-59
months with infectious diseases had a risk of severe wasting 4.828 times higher. In a
conclusion, Infectious Disease was a determinant variable of severe wasting problems
among children of the age 6-59 months in Tangerang City 2019.
Keywords:
Severe wasting, determinant, children

"
2018
T52782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Adam Nur Fajari
"Imunisasi PCV sebagai pencegahan pneumonia merupakan salah satu imunisasi dasar di Indonesia yang dicanangkan pada September 2022. Cakupan imunisasi PCV pada saat pelaksanaan uji coba mencapai angka 80%. Pada Desember 2022 di Kelurahan Mekarjaya Kota Depok cakupan imunisasi PCV1 baru mencapai angka 3,69%. Hal ini menunjukkan cakupan imunisasi PCV di Kelurahan Mekarjaya Kota Depok masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi PCV di Kelurahan Mekarjaya Kota Depok Tahun 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 102 responden ibu yang memiliki anak baduta. Pada penelitian ini ditemukan bahwa 62,7% ibu sudah melakukan pemberian imunisasi PCV pada anaknya yang baduta. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi PCV adalah pendidkan ayah, sikap ibu, pengetahuan ibu, kemudahan akses informasi, serta dukungan kader dan petugas kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian informasi tentang imunisasi PCV dengan cakupan wilayah dan sasaran yang lebih luas. Informasi juga bisa disebarkan menggunakan media lain selain melalui kegiatan penyuluhan.

PCV immunization as a prevention of pneumonia is one of the basic immunizations in Indonesia which was launched in September 2022. PCV immunization coverage at the time of the trial reached 80%. In December 2022, in Mekarjaya Village Depok City, PCV1 immunization coverage had only reached 3.69%. This shows that the coverage of PCV immunization in Mekarjaya Village Depok City is still very low. This study aims to determine the factors associated with the behavior of giving PCV immunization in the Mekarjaya Village Depok City in 2023. The method used in this research is a quantitative method with a cross-sectional approach using primary data collected from 102 mother respondents who have an infant under two years old. In this study it was found that 62.7% of mothers had given PCV immunization to their children under two years old. Factors related to giving PCV immunization were father's education, mother's attitude, mother's knowledge, ease of access to information, and support from cadres and health workers. Therefore it is necessary to provide information about PCV immunization with a wider coverage area and targets. Information can also be disseminated using media other than through outreach activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Nur Maulida Salsabila
"Wasting merupakan kondisi malnutrisi akut yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik anak dan keluarga dengan kejadian wasting pada anak usia 6-24 bulan di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok tahun 2020. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kejadian wasting. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga, pola asuh, konsumsi protein, dan riwayat diare. Data kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6,8% anak usia 6-24 bulan mengalami wasting. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi telur dengan kejadian wasting pada anak usia 6-24 bulan [p-value = 0,022; OR = 5,903, 95%CI = (1,315 – 26,490)].

Wasting is an acute malnutrition condition that can lead to morbidity and mortality in children. The aim of this study was to determine the relationship between children and family characteristics with the incidence of wasting in children aged 6-24 months in Pasir Putih Village, Sawangan District, Depok City in 2020. This study used secondary data with a cross-sectional study design. The dependent variable in this study was the incidence of wasting. The independent variables in this study included children characteristics, family characteristics, feeding practices, protein consumption, and history of diarrhea. The data were then analyzed using univariate and bivariate analysis. The results of the study showed that 6,8% of children aged 6-24 months experienced wasting. The bivariate analysis results indicated a significant relationship between egg consumption and the occurrence of wasting in children aged 6-24 months [p-value = 0,022; OR = 5,903, 95%CI = (1,315 – 26,490)]."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fikry Al Akrom
"Malnutrisi merupakan kontributor tunggal dan terbesar tingginya morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. WHO mengestimasikan bahwa 45% kematian balita disebabkan karena masalah kekurangan gizi. Pada tahun 2018, wasting (salah satu bentuk kekurangan gizi) menempati peringkat kedua penyebab kematian pada balita di dunia. Di Indonesia, wasting masih menjadi masalah kesehatan yang serius, dengan prevalensi kasus sebesar 10,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang (wasting) pada balita usia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) ke-5 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 587 balita yang menjadi responden IFLS 5. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian wasting pada balita adalah 9,71%. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p≤0,05) antara riwayat penyakit infeksi dan status pekerjaan ibu dengan kejadian wasting pada balita. Perhitungan derajat asosiasi menggunakan prevalence odds ratio (POR), menunjukkan bahwa peluang kejadian wasting lebih tinggi pada balita berumur 0-23 bulan (POR=1,70), berjenis kelamin laki-laki (POR=1,48), memiliki riwayat penyakit infeksi (POR=2,37), tidak diberikan ASI eksklusif (POR=1,15), diberikan MP-ASI pada waktu < 6 bulan (POR=1,57), memiliki riwayat BBLR (POR=1,66), memiliki ayah berpendidikan rendah (POR=1,09), ibu yang bekerja (POR=1,93), dan ayah yang tidak bekerja (POR=1,04). Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara pembuat kebijakan/program dan masyarakat untuk dapat memberikan intervensi dan tatalaksana yang tepat terhadap balita yang mengalami wasting, serta memberikan edukasi faktor risiko wasting kepada keluarga balita (khususnya yang mengasuh balita) dan masyarakat.

Malnutrition is the single largest contributor to high morbidity and mortality worldwide. The WHO estimates that 45% of under-five deaths are due to malnutrition. In 2018, wasting (a form of malnutrition) ranked as the second leading cause of death among children under five in the world. In Indonesia, wasting remains a serious public health problem, with a prevalence rate of 10.2%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of wasting among children under the age of 0-59 months in East Java Province. This study used secondary data from the 5th Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2014. This study used a quantitative approach, with a cross-sectional study design. The number of samples used in this study was 587 toddlers who were part of IFLS 5 respondents. The results showed the prevalence of wasting in toddlers was 9.71%. The results of the chi-square statistical test showed that there was an association (p≤0.05) between the history of infectious diseases and mother's employment status with the incidence of wasting in toddlers. The degree of association calculation using the prevalence odds ratio (POR), showed that the odds of wasting was higher in children aged 0-23 months (POR = 1.70), being male (POR = 1.48), had a history of infectious diseases (POR = 2, 37), not exclusively breastfed (POR=1.15), given complementary food at <6 months (POR=1.57), had a history of LBW/low birth weight (POR=1.66), had a father with low education (POR=1.09), a working mother (POR=1.93), and a non-working father (POR=1.04). Therefore, joint efforts between policy and programme makers with the community are needed to be able to provide appropriate interventions and treatment for toddlers who experience wasting, as well as educate the risk factors for wasting to families of toddlers (especially those who took care for toddlers) and the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>