Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Fauzan Alghifary
"Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama hampir tiga tahun ini mengakibatkan perubahan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Menjadi seorang pekerja pada kondisi pandemi bukanlah sesuatu yang mudah, banyak adaptasi yang harus dilakukan mengikuti beberapa regulasi baru yang telah diterapkan oleh pemerintah demi menekan lajunya penyebaran virus Covid-19. Selain pekerja, perempuan juga merupakan salah satu kelompok yang rentan dalam pandemi Covid-19. Penelitian ini mencoba menggali informasi yang lebih jauh terhadap perempuan pekerja sekaligus dampak yang dirasakan dari pandemi Covid-19. Penelitian ini mencoba melihat kondisi dari kelas pekerja tersebut secara lebih dalam dengan mengamati atribut apa saja yang ada dalam diri tiap individu tersebut seperti gender, kelas sosial, kondisi keluarga, dan latar belakang kebudayaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang melibatkan observasi partisipan, studi pustaka, dan wawancara mendalam dengan perempuan pekerja, baik yang bekerja secara formal maupun informal. Seluruh atribut tadi kemudian akan dikaji menggunakan kajian interseksionalitas yang melibatkan pemahaman mengenai beban ganda dan juga teori akses. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik perempuan pekerja formal maupun informal, keduanya memiliki pengalaman yang sangat beragam. Beban ganda yang dialami oleh para perempuan pekerja menjadi beban yang permasalahannya cukup kompleks dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, berbagai akses yang dimiliki oleh perempuan pekerja juga memainkan perannya masing-masing dalam memberikan privilege ke dalam strategi bertahan hidup mereka.

The Covid-19 pandemic, which has been going on for almost three years, has resulted in changes in human life, both as individuals and as groups. Being a worker in a pandemic is not something easy, many adaptations must be made following several new regulations that have been implemented by the government in order to suppress the spread of the Covid-19 virus. Apart from workers, women are also one of the vulnerable groups in the Covid-19 pandemic. This research tries to dig up further information on working women as well as the impact felt from the Covid-19 pandemic. This study attempts to look at the conditions of the working class more deeply by observing what attributes each individual has, such as gender, social class, family conditions, and cultural background. This study uses a qualitative method involving participant observation, literature study, and in-depth interviews with working women, both those who work formally and informally. All of these attributes will then be studied using intersectionality studies which involve an understanding of multiple burdens as well as access theory. The results of the study show that both formal and informal women workers have very diverse experiences. The double burden experienced by working women is a burden whose problems are quite complex in their daily lives. In addition, the various accesses that working women have also play their respective roles in providing privileges into their survival strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia
"Penulis berargumentasi untuk menggunakan landasan teori baru karena kegagalan perspektif Pengarusutamaan Gender dalam melihat persoalan terkait gender. Penulis mengajukan pendekatan interseksionalitas sebagai pendekatan yang mampu melihat persoalan Covid-19 dan implikasinya yang bukan hanya pada gender (laki-laki dan perempuan) tetapi juga pada ras, etnisitas, kelas, LGBTQIA dan kelompok-kelompok minoritas lainnya. Penulis menekankan konsep critical praxis, yaitu bukan saja menggunakan pertanyaan-pertanyaan kritis tetapi juga berpijak pada aktivisme untuk perubahan sosial secara total."
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2020
305 JP 25:4 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Fawziya Zulfah
"Pendidikan suami dalam pola pernikahan diduga memiliki hubungan terhadap partisipasi kerja perempuan, salah satunya adalah assortative mating, yaitu fenomena ketika perempuan menikahi laki-laki dengan pendidikan setara. Untuk mengkaji hubungan ini, digunakan data SUSENAS 2020 yang diolah dengan metode regresi logit biner. Hasilnya, perempuan dalam pola marry-up high, assortative mating mid, marry-down low, marrydown high, dan assortative-mating high memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk bekerja dan bekerja di sektor formal daripada perempuan dalam pola assortative-mating low. Akan tetapi, hasilnya sebaliknya untuk perempuan dengan pola marry-up low. 

The husband’s education is believed to be related to female’s job participation, one of which is assortative mating, a phenomenon when individuals married those with the same level of education. To examine this relationship, the study analyzed the SUSENAS 2020 data using the binary logistic regression method. The results show that females in the marriage pattern of marry-up high, assortative mating mid, marry-down low, marry-down high, and assortative-mating high tend to work and engage in formal sector work compared to female in the assortative-mating low. However, the effect is the opposite for females in the marry-up low."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Victorio Jakti Wibawa
"Berdasarkan survei Gallup (2022), karyawan wanita di regional Asia Tenggara memiliki work engagement yang lebih rendah (22%) dari karyawan laki-laki (25%). Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan hal yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran inklusivitas dalam lingkup bekerja sebagai mediator pada hubungan antara transformational leadership dengan work engagement pada karyawan wanita yang bekerja di lingkungan kerja mayoritas pria. Penelitian ini adalah penelitian korelasional non eksperimental kuantitatif dengan teknik single trial test. peneliti mengambil partisipan yang berasal dari 150 partisipan karyawan wanita yang bekerja di perusahaan yang memiliki mayoritas karyawan laki-laki dengan rentang usia 21 s.d. 58 tahun di daerah Jabodetabek. Penelitian menggunakan tiga alat ukur berupa kuesioner yaitu Transformational Leadership Questionnaire (Ashikali & Groeneveld, 2015), Workgroup Inclusion (Chung dkk., 2020), dan Utrecht Work Engagement Scale 9 (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh transformational leadership terhadap work engagement pekerja wanita di jabodetabek di mediasi penuh oleh inklusivitas. Dengan demikian penting bagi perusahaan untuk menerapkan budaya inklusivitas di organisasi, untuk menunjang terjadinya work engagement pekerja wanita.

Based on the survey that Gallup (2022) has made, Southeast Asian women employee has a lower work engagement level at 22 percent than men 25%.This research is aiming at finding the role of inclusivity at workplace as a mediator on the connection between transformational leadership and work engagement on woman employee that works at a company with men as their majority employee. This research is a non experimental correlational research with a single trial test technic. The researcher took 150 women employee with an age range of 21 to 58 years old as a participant that works in an organization that mostly consist of male employee. This research use 3 measuring instrument that consist of Transformational Leadership Questionnaire (Ashikali & Groeneveld, 2015), Workgroup Inclusion (Chung dkk., 2020), and Utrecht Work Engagement Scale 9 (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006). The results shows that the correlation between transformational leadership and work engagement on woman’s employee at Jabodetabek is fully mediated by inclusivity. Therefore it’s very important for a company to start accumulating inclusive culture at their office, to support women’s work engagement. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ismala Dewi
"Menurut (undang-undang No. 23 Tahun 1907 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dan Undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera (UUPKPKS) dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia merupakan upaya yang merata melingkupi seluruh warga masyarakat. Oleh karena itu sasaran pembangunan tersebut tidak terkecuali meliputi pula masyarakat- rentan di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat rentan itu adalah wanita pekerja dalam posisi rawan yang perlu diberdayakan keberadaannya. Hal ini disebabkan lebih dari separuh penduduk Indonesia adalah wanita. dimana partisipasi mereka sebagai angkatan kerja cukup besar namun tingkat kesejahteraannya masih rendah, Permasalahan wanita pekerja cukup kompleks meliputi masalah upah, pendidikan, kemiskinan, dll.
Dari sekian banyak permasalahan wanita pekerja masalah lingkungan kerja perlu mendapat perhatian seksama, yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Pemberdayaan di bidang ini adalah penting mengingat kesehatan dan keselamatan kerja sering kali terabaikan manakala desakan kebutuhan ekanomi begitu besar sehingga posisi tawar wanita pekerja menjadi lemah di hadapan pengusaha. Selain i.tu, sebagaimana yang dikemukakan dalam undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-undang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan yang baik dan sehat maka lingkungan kerja yang baik dan sehat itupun merupakan hak dari para wanita pekerja."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Asiati
"Perempuan yang berstatus kawin merupakan bagian dari komponen penduduk dan tenaga kerja di Indonesia dimana keterlibatannya dalam kegiatan pembangunan selalu mengalami peningkatan. Partisipasi perempuan di pasar kerja tidak lepas dari peran dan kedudukan perempuan dalam keluarga. Faktor karakteristik individu dan keadaan sosial ekonomi dan demografi keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan untuk bekerja. Sehubungan dengan hal diatas, menarik untuk dipahami bagaimana pengaruh tingkat upah, karakteristik individu dan latarbelakang sosioekonomi dan demografi keluarga mempengaruhi penawaran tenaga kerja perernpuan di pasar kerja. Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja perempuan kawin yang berusia 10-64 tahun di Indonesia, dilihat dari probabilitas bekerja dan jam kerja di pasar kerja.
Faktor-faktor ekonomi dan demografi yang berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja perempuan kawin antara lain: tingkat upah, umur, pendidikan, tingkat upah suami, pendapatan di luar upah/gaji, keberadaan balita, keberadaan ART lain dalam rumahtangga dan tempat tinggal. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data SUSENAS 2002, yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan metode analisis yang digunakan terdiri dari deskriptif dan inferensial. Metode inferensial menggunakan model probit untuk mengestimasi probabilitas bekerja dan model ordinary least square (OLS) untuk mengestimasi jam kerja.
Berdasarkan pola dan perbedaan status kerja perempuan menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan kawin di desa adalah bekerja sebaliknya di perkotaan sebagian besar adalah tidak bekerja. Umur dan status kerja perempuan menunjukkan pola U terbalik dimana probabilitas bekerja meningkat pada umur muda dan setelah umur tertentu menunjukkan penurunan. Sebagian besar perempuan berpendidikan SD kebawah dan AkademilPT adalah bekerja sedang yang berpendidikan SLTP/SLTA sebagian besar tidak bekerja.
Berdasarkan analisis inferensial, keputusan perempuan untuk berpartisipasi di pasar kerja lebih dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi keluarga. Upah suami berpengaruh pada partisipasi istri untuk bekerja dimana selama kebutuhan ekonomi keluarga tercukupi oleh pendapatan suami maka istri cenderung untuk tidak bekerja. Keberadaan balita dapat menurunkan peluang perempuan untuk bekerja dan keberadaan ART lain pada perempuan yang memiliki anal( balita dapat meningkatkan peluang perempuan untuk bekerja di pasar kerja. Sementara itu, perempuan yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang untuk masuk pasar kerja lebih besar dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah. Hubungan umur terhadap probabilitas perempuan bekerja berbentuk huruf U terbalik dimana semakin tua maka probabilitas bekerja semakin besar sampai umur 44 tahun (umur maksimum) setelah itu partisipasi mengalami penurunan. Kemudian bagi perempuan yang bekerja, kenaikan upah suami berpengaruh pada peningkatan jumlah jam kerja di pasar kerja (substitution effect). Umur berpengaruh pada jam kerja di daerah perkotaan dengan pola huruf U terbalik. Perempuan yang berpendidikan SD mempunyai jam kerja lebih besar dari perempuan berpendidikan AkademifPT dan sebaliknya pada perempuan yang berpendidikan SLTP/SLTA. Terakhir rata-rata jam kerja perempuan di kota lebih rendah dari jam kerja di desa."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivonia Reigita Shandy
"Partisipasi setara perempuan dalam dunia kerja maupun lingkungan kerja bukanlah sekedar tuntutan keadilan atau demokrasi tetapi dipandang sebagai kondisi yang kondusif bagi kepentingan perempuan. Peningkatan partisipasi dan keterlibatan perempuan dalam seluruh bidang kerja menjadi salah satu wacana yang terus diperdebatkan di Indonesia selama ini. Penelitian ini berfokus menggambarkan rona kesetaraan gender dalam hal kinerja ketenagakerjaan perempuan perusahaan sektor pertambangan.       Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif eksploratif sebagai metodologi yang memberikan analisis asumsi filosofis fenomena kesetaraan gender di sektor pertambangan. Diskriminasi yang dialami oleh pekerja perempuan di perusahan tambang meliputi tugas tambahan, pelecehan verbal, dan kesempatan berpendapat. Beberapa kali mendapatkan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya. Latar belakang pendidikan mempengaruhi mental pekerja perempuan dalam beradaptasi di pekerjaannya. Diskriminasi yang didapatkan pekerja perempuan telah mampu diselesaikan dengan strategi yang berbeda-beda. Kesempatan berpendapat yang didapatkan pekerja perempuan berhasil menyelesaikan baik permasalahan individu maupun permasalahan tim kerja. Rekan kerja sering cukup kooperatif memberikan ekosistem kerja dimana, pekerja perempuan mampu mengemukakan pendapat dan solusi.

Women's equal participation in work and the work environment is not just a demand for justice or democracy. However, it is seen as a condition that is conducive to women's interests. Increasing the participation and involvement of women in all fields of work has become one of the discourses continuously debated in Indonesia. This research focuses on describing the tone of gender equality in terms of the employment performance of women in mining sector companies. This study uses an exploratory qualitative approach to analyze philosophical assumptions about gender equality in the mining sector. Discrimination experienced by female workers in mining companies includes additional assignments, verbal harassment, and opportunities to express opinions. Several times were getting a job that was not his duty. Educational background influences the mentality of female workers in adapting to their jobs. Discrimination against women workers has been able to be resolved using different strategies. Opportunities for opinions that women workers get have succeeded in solving individual and work team problems. Colleagues often cooperate, providing a work ecosystem where female workers can express opinions and solutions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andina Cahya Putri Dwibaswary
"Penelitian ini membahas kesejahteraan sosial bagi pekerja perempuan agar tetap menjalankan keberfungsian sosialnya di masyarakat selama kebijakan (WFH) berlangsung dilihat dari Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian dilatarbelakangi dengan perubahan dalam dunia kerja yaitu tingginya jumlah perempuan yang bekerja yang telah menikah dan memiliki anak. Namun terdapat permasalahan tersendiri bagi perempuan yaitu mengalami peran ganda, tuntutan pada pekerjaan dan keluarga secara bersamaan sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik peran ganda. Adapun kebijakan WFH yang memberikan implikasi bagi pekerja perempuan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran mengenai konflik peran ganda yang dialami oleh pekerja perempuan yang memiliki peran ganda selama WFH pada pekerja perempuan di Human Initiative. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif serta menggunakan teknik studi literatur dan wawancara mendalam yang dilakukan secara daring/online pada bulan September 2021 hingga Juli 2022. Penelitian ini melibatkan 6 orang pekerja perempuan dengan rentang usia 21-49 tahun yang memiliki anak dengan usia dini 0-6 tahun, 3 orang pasangan/suami dari pekerja perempuan, dan 1 orang Manajer People Care. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pekerja perempuan sebagai individu mengalami gangguan terhadap keberfungsian sosialnya selama WFH dikarenakan mengalami konflik peran ganda, baik dilihat dalam dimensi work-family conflict yang ditunjukkan dengan melakukan pembagian waktu antara pekerjaan dengan urusan rumah, kendala dalam urusan anak ketika bekerja, mengalami burnout dengan masalah pekerjaan, mengalami perdebatan batin yang memicu keinginan untuk resign, dan adanya perdebatan batin dengan alasan anak. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan bahwa pekerja perempuan di Human Initiative mengalami konflik peran ganda yaitu dilihat dalam dimensi work-family conflict terlihat dari faktor penyebab yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan behavior-based conflict. Namun, selama kebijakan WFH berlangsung pekerja perempuan melakukan upaya untuk menyeimbangkan peran gandanya baik dilakukan secara individu, bersama pasangan, dan bantuan dari keluarga yang dilakukan dengan pembagian peran dan cara mengatasi konflik peran ganda agar tetap bisa menjalankan keberfungsian sosialnya di masyarakat selama WFH berlangsung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan kontribusi pada konsep mengenai deskripsi konflik peran ganda pada mata kuliah Kesejahteraan Sosial Industri serta Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Pelayanan Kemanusiaan khususnya dalam pembahasan mengenai masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang didalamnya terdapat aspek work-family conflict.

This study discusses social welfare for female workers in order to continue to carry out their social functions in the community during the Work From Home (WFH) policy seen from Social Welfare Science. This research is motivated by changes in the world of work, namely the high number of working women who are married and have children. However, there are separate problems for women, namely experiencing multiple roles, demands on work and family simultaneously, causing tension and dual role conflicts. The WFH policy has implications for women workers. This study aims to provide an overview of the dual role conflict experienced by female workers who have multiple roles during WFH among female workers in the Human Initiative. This type of research is a qualitative research with a descriptive design and uses literature study techniques and in-depth interviews conducted online from September 2021 to July 2022. This study involved 6 female workers with an age range of 21-49 years who have children aged 0-6 years old, 3 spouses/husbands of female workers, and 1 People Care Manager. The results of the study explain that female workers as individuals experience interference with their social functioning during WFH due to multiple role conflicts, both seen in the dimensions of work-family conflict as indicated by dividing time between work and home affairs, problems with children's affairs at work, experiencing burnout. with work problems, experiencing inner debates that trigger the desire to resign, and inner debates with children's reasons. The conclusion of this study is that female workers in the Human Initiative experience dual role conflict, which is seen in the dimensions of work-family conflict as seen from the causative factors, namely time-based conflict, strain-based conflict, and behavior-based conflict. However, during the WFH policy, women workers made efforts to balance their dual roles, both individually, with their partners, and with assistance from their families, by dividing roles and overcoming dual role conflicts so that they could continue to carry out their social functions in the community during WFH. The results of this study are expected to add to the development of contributions to the concept of dual role conflict description in Industrial Social Welfare and Human Resource Management courses in Human Services Organizations, especially in the discussion of occupational health and safety issues in which there are aspects of work-family conflict."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farkhandah Putri Afifah
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada agensi perempuan pekerja sekaligus yang menjadi pengurus serikat. Ketika menjalankan kedua perannya sebagai pekerja dan pengurus serikat pekerja, perempuan dihadapkan pada dilema. Dilema yang dihadapi ialah antara keharusan memperjuangkan hak-hak dan kepentingannya yang belum terepresentasikan di dalam serikat pekerja serta sebagai pekerja yang juga dihadapkan pada kepentingan perusahaan yang menuntut loyalitas dan produktivitas pekerjanya. Studi-studi sebelumnya lebih memfokuskan pada permasalahan yang dihadapi perempuan di serikat pekerja. Sementara, studi ini mencoba melihat perempuan aktivis sebagai agensi yang mengatasi dilema dalam menjalankan perannya sebagai pekerja sekaligus pengurus serikat. Argumen penelitian ini ialah tidak mudah bagi aktivis perempuan menjalankan kedua peran tersebut sekaligus disebabkan di aspek tertentu dapat menghadapi inter role konflik, sehingga aktivis perempuan merupakan agensi yang mengkombinasikan kedua peran tersebut dengan menentukan pilihan dan berusaha mencapai tujuan dari pilihan tersebut dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivis perempuan mengelola sumber daya yang dimilikinya seperti dukungan keluarga, dukungan perusahaan dan serikat, dukungan pihak di luar perusahaan dan serikat, serta pengalaman berorganisasi untuk mencapai tujuan hidup yang dipilihnya. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam.

This study focuses on the agency of women workers as well as those who are union administrators. When carrying out both of their roles as workers and union administrators, women are faced with a dilemma. The dilemma faced is between the necessity to fight for their rights and interests which have not been represented in trade unions as well as workers who are also faced with the interests of the company that demand the loyalty and productivity of their workers. Previous studies focused more on the problems faced by women in trade unions. Meanwhile, this study tried to see activist women as agencies that overcame a dilemma in carrying out their roles as union workers and administrators. This study argues that it is not easy for women activists to carry out both roles at the same time because in certain aspects they can face inter role conflict, so women activists are agencies that combine these two roles by making choices and trying to achieve the objectives of the choice by managing the resources they have. The results of the study show that women's activists manage heir resources such as education, family support, company and unions support, support from outside onions and companies, and life principles to achieve their chosen life goals. This study uses qualitative methods by collecting data through in-depth interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Putri Handayani Halim
"Gojek merupakan perusahan layanan platform transportasi online di Indonesia. Gojek menawarkan fleksibilitas kerja yang menarik, termasuk bagi para pekerja perempuan. Pekerja perempuan menurut beberapa kajian dinilai memiliki peran ganda. Peran ganda ini didasarkan pada sebuah bentuk ‘kewajiban’ perempuan untuk menjalankan perannya dalam kerja rumah tangga sekaligus penopang ekonomi keluarga. Namun beberapa studi menunjukkan pekerja perempuan rentan akan eksploitasi oleh perusahaan platform karena fleksibilitas yang ditawarkan nyatanya hanya fleksibilitas semu. Fleksibilitas semu ini berdasar pada adanya skema insentif (Go To Rewards) yang hanya berorientasi menggenjot kinerja pengemudi melalui poin, rating, dan performa ketimbang menerapkan kemitraan yang mempertimbangkan juga kepentingan pengemudi perempuan. Permasalahan bagi pengemudi Gojek perempuan ditambah peran ganda serta stigma dan stereotip dri masyarakat. Kerentanan kerja biasanya memicu resistensi pekerja, namun apakah itu juga terjadi di kalangan pengemudi perempuan Gojek itu adalah topik yang masih belum diteliti selama ini. Pada akhirnya, kondisi kerentanan tersebut membatasi kapasitas resistensi pengemudi Gojek perempuan. Fokus penelitian meninjau pengemudi Gojek perempuan di DKI Jakarta. Studi ini akan membahas mengenai bagaimana skema insentif Gojek mempengaruhi kapasitas resistensi bagi pekerja perempuan untuk melawan kerentanan di DKI Jakarta. Penulis akan menganalisis menggunakan teori pemanfaatan ruang komunikatif dalam upaya resistensi dengan meninjau permasalahan berdasarkan studi pustaka dan wawancara. Temuan penulis menunjukan bahwa pengemudi Gojek perempuan merupakan kelompok paling rentan dari yang rentan karena adanya skema insentif, stereotip dan stigma serta peran ganda. Pada akhirnya hal ini mempengaruhi kapasitas resistensi mereka dan memaksa mereka menggeser upaya resistensi melalui sosial media.

Gojek is an online transportation platform service company in Indonesia. Gojek offers attractive work flexibility, including for women workers. According to several studies, women workers have multiple roles. This dual role is based on a form of 'obligation' for women to carry out their roles in household work as well as supporting the family economy. However, several studies show that women workers are vulnerable to exploitation by platform companies because the flexibility offered is in fact only an apparent flexibility. This apparent flexibility is based on an incentive scheme (Go To Rewards) which is only oriented towards boosting driver performance through points, ratings and performance rather than implementing partnerships that also consider the interests of female drivers. Problems for female Gojek drivers are compounded by multiple roles and stigma and stereotypes from society. Work vulnerability usually triggers worker resistance, but whether this also occurs among women Gojek drivers is a topic that has not been researched so far. In the end, this condition of vulnerability limits the resistance capacity of female Gojek drivers. The focus of this research is to review female Gojek drivers in DKI Jakarta. This study will discuss how the Gojek incentive scheme affects the resistance capacity of women workers to fight vulnerability in DKI Jakarta. The author will analyze using the theory of communicative space utilization in resistance efforts by reviewing problems based on literature and interviews. The authors' findings show that female Gojek drivers are the most vulnerable group of the vulnerable due to incentive schemes, stereotypes and stigma as well as multiple roles. In the end, this affects their resistance capacity and forces them to shift resistance efforts through social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>