Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nur Rahma
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi perang di beberapa negara sehingga memaksa melarikan diri dari negara asalnya untuk mencari keamanan diri ke negara ketiga seperti Australia yang dapat menerima pengungsi. Sebelum diterima di negara tujuan tersebut para pengungsi banyak yang terpaksa menetap di Indonesia negara transit. Dalam masa menunggu resettlement di negara ketiga ternyata seringkali tanpa kepastian waktu berapa lamanya akan ke negara-negara tujuan tersebut menyediakan tempat terbatas setiap tahun, kurang dari 1% total pengungsi di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak pengungsi yang menetap di negara transit sampai bertahun-tahun lamanya. Dengan demikian, pengungsi yang tadinya masih anak-anak tumbuh menjadi remaja dan harus beradaptasi serta mengalami perkembangan biologis, psikologis-kognitif meliputi pembentukan identitas di lingkungan yang baru, dan sosial. Dengan demikian menjadi penting untuk diteliti tentang bagaimana secara empirik proses adapatasi dan dukungan dari luar individu, lingkungan dari para pengungsi remaja tersebut. Secara konseptual, dukungan sosial bisa didapat dari keluarga, teman, guru, dan organisasi untuk membantu pengungsi remaja dalam beradaptasi. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan deskriptif. Pengumpulan data melalui studi dokumen dan wawancara mendalam dengan sebelas informan yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Informan terdiri dari lima orang informan pengungsi remaja yang berasal dari benua Afrika dan Asia Barat, dua orang dari keluarga pengungsi remaja, satu orang teman pengungsi remaja, dua orang guru pengungsi remaja, dan satu staf Human Initiative yang menangani pendidikan pengungsi remaja. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, yang pengumpulan datanya dilaksanakan pada September 2022-Juni 2023 di Jakarta, Depok, dan Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama proses adaptasi pengungsi tidak terlepas dari perkembangan identitas masa remaja dan lingkungan sekitar pengungsi. Hal itu dikarenakan terdapat sistem-sistem yang ada di diri individu. Sistem mikro, sistem mezzo, dan sistem makro hadir dalam proses adaptasi pengungsi remaja. Proses adaptasi meliputi komunikasi personal, host social communication, ethnic social communication, lingkungan, dan predisposisi. Selanjutnya, terkait dukungan sosial pengungsi remaja dari lingkungan ada 2 level yaitu sistem mezzo & makro, didapat sistem mezzo, yaitu keluarga, teman, guru; dan sistem makro, yaitu organisasi meliputi UNHCR, Human Initiative (HI), Catholic Relief Services (CRS), CWS (Church World Service), serta sekolah. Bentuk dukungan yang diberikan oleh mereka adalah dukungan emosional, dukungan penilaian/penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan instrumental. Signifikansi hasil penelitian ini terhadap program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, terutama di mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial yang membahas tentang perilaku manusia dan lingkungan sosial, serta Kesejahteraan Sosial dalam Masyarakat Multikultur yang membahas tentang multikulturalisme di Indonesia yang terbentuk akibat sosio-kultural maupun geografis yang beragam dan luas. Dalam penelitian ini, multikulturalisme di Indonesia dilihat dari penerimaan pengungsi yang dari berbagai etnis menetap di Indonesia.

This research is motivated by the conditions of war in several countries, forcing refugees to flee from their home countries to seek personal safety to third countries such as Australia that can accept refugees. Before being accepted in the destination country, many refugees are forced to settle in Indonesia, a transit country. In the waiting period for resettlement in third countries it turns out that often without certainty how long it will be to these destination countries provide limited places every year, less than 1% of the total refugees worldwide. Therefore, many refugees stay in transit countries for years. Thus, refugees who were once children grow into adolescents and must adapt and experience biological, psychological-cognitive development including identity formation in a new environment, and social. Thus, it is important to research how empirically the process of adaptation and support from outside the individual, the environment of these adolescent refugees. Conceptually, social support can be obtained from family, friends, teachers, and organizations to help adolescent refugees adapt. This research uses a qualitative approach with descriptive purposes. Data were collected through document study and in-depth interviews with eleven informants selected through purposive sampling technique. The informants consisted of five adolescent refugee informants from the African and West Asian continents, two people from the families of adolescent refugees, one friend of adolescent refugees, two teachers of adolescent refugees, and one Human Initiative staff who handles adolescent refugee education. This research is a cross-sectional study, whose data collection was carried out in September 2022-June 2023 in Jakarta, Depok, and Tangerang. The results showed that during the refugee adaptation process, it is inseparable from the development of adolescent identity and the environment around refugees. This is because there are systems that exist in individuals. Micro systems, mezzo systems, and macro systems are present in the adaptation process of adolescent refugees. The adaptation process includes personal communication, host social communication, ethnic social communication, environment, and predisposition. Furthermore, related to the social support of teenage refugees from the environment, there are 2 levels, namely mezzo & macro systems, obtained by mezzo systems, namely family, friends, teachers; and macro systems, namely organizations including UNHCR, Human Initiative (HI), Catholic Relief Services (CRS), CWS (Church World Service), and schools. The forms of support provided by them are emotional support, appraisal/appreciation support, information support, and instrumental support. The significance of the results of this research for the Social Welfare Science study program, especially in the Human Behavior and Social Environment course which discusses human behavior and the social environment, as well as Social Welfare in Multicultural Societies which discusses multiculturalism in Indonesia which is formed due to socio-cultural and geographical diversity and breadth. In this research, multiculturalism in Indonesia is seen from the acceptance of refugees from various ethnicities living in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Chrisiani
"Meskipun Indonesia belum meratifikasi Konvensi terkait Status Pengungsi 1951, Indonesia merupakan salah satu negara transit bagi para pengungsi. Mereka merupakan tanggung jawab dari UNHCR. Pengungsi yang tidak memiliki kewarganegaraan ini menghadapi permasalahan seperti waktu tunggu yang lama dan keterbatasan sumber daya. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak bagi perkembangan psikososial pengungsi anak. Dalam penelitian ini membahas gambaran pembentukan identitas pengungsi anak yang dihadapkan dengan kondisi yang tidak memungkinkan dan apa saja yang berkontribusi pada pembentukan identitas mereka.
Penelitian ini menggunakan kerangka kesejahteraan dan perlindungan anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan informan sebanyak 15 orang, dengan 5 orang pengungsi anak, 5 orang guru, dan 5 keluarga dari pengungsi anak yang diwawancarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dapat membentuk identitas anak dalam situasi sesulit apapun, apabila terdapat dukungan dan interaksi dari beberapa pihak seperti keluarga dan lingkungan sekitar, maka anak tidak akan mengalami kebingungan identitas.

Although Indonesia has not ratified the Convention Relating to the Status of Refugees, also known as the 1951 Refugee Convention, Indonesia is one of the transit countries for refugees. Refugees in Indonesia are the responsibility of UNHCR because the Indonesian government is not obliged to meet their needs. These stateless refugees encounter the problem of long time obscurity and scarcity of resources before being placed into their destination country. This situation is feared to affect the psychosocial development of refugee children. This study discusses about identity formation of refugee children in a difficult situation and what contributes to it.
This study uses Child Safeguarding and Promoting Welfare Framework. This study uses qualitative approach with descriptive research with 15 informants 5 refugee children, 5 teachers, and 5 family of the refugee children. Result of this study shows that in order to form the identity even amidst the most difficult situation, if there is support and interaction from family and environment, children will not suffer from identity confusion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Tri Fitriani
"[Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari dukungan sosial melalui kelompok dukungan terhadap kesehatan mental pengungsi dan pencari suaka yang bertempat tinggal di akomodasi komunitas. Pendekatan kesehatan mental secara menyeluruh (complete mental health) digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebuah kondisi yang tidak sekedar bebas dari penyakit namun juga melibatkan hadirnya kondisi kesehatan mental positif Kelompok dukungan menggunakan disain quasi eksperimen berupa one group pre-test and post-test design dilakukan dalam tiga sesi dan diikuti oleh sembilan orang pengungsi dan pencari suaka perempuan dari Afghanistan, Iran, Palestina dan Sri Lanka yang bertempat tinggal di akomodasi komunitas Tangerang Selatan. Terdapat peningkatan kondisi kesehatan mental pada pengungsi dan pencari suaka setelah mengikuti kelompok dukungan, yang ditandai dengan penurunan nilai rata-rata gejala penyakit mental dan kenaikan nilai rata-rata kondisi kesehatan mental positif, namun perubahan yang dihasilkan pada intervensi ini tidak signifikan secara statistik;The purpose of this study was to examine the impact of social support through group support on mental health of refugees and asylum seekers. The complete mental health approach was used in this study, which is a condition that is not merely the absence of mental illness but also involving the presence of positive mental health. A support group using one group pre-test and post-test quasi experimental design was carried out in three sessions and participated by nine refugee and asylum seeker women from Afghanistan, Iran, Palestine and Sri Lanka living at community accommodation in South Tangerang. The mental health of refugees and asylum seekers improved after participating the support group which was marked by the decrease in mean score of mental illness symptoms and the increase in mean score of positive mental health, however the improvement of mental health resulted from this intervention was not
statistically significant., The purpose of this study was to examine the impact of social support through group
support on mental health of refugees and asylum seekers. The complete mental health
approach was used in this study, which is a condition that is not merely the absence
of mental illness but also involving the presence of positive mental health. A support
group using one group pre-test and post-test quasi experimental design was carried
out in three sessions and participated by nine refugee and asylum seeker women from
Afghanistan, Iran, Palestine and Sri Lanka living at community accommodation in
South Tangerang. The mental health of refugees and asylum seekers improved after
participating the support group which was marked by the decrease in mean score of
mental illness symptoms and the increase in mean score of positive mental health,
however the improvement of mental health resulted from this intervention was not
statistically significant.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Latifa
"Humor sebagai bagian dari kualitas insani memiliki dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Banyak temuan penelitian yang membuktikan manfaat humor. Humor dapat mengurangi tingkat kecemasan dan sores individu, meningkatkan kesehatan mental, serta berkaitan erat dengan kreativitas dan kepribadian matang. Perhatian ahli-ahli ilmu sosial, khususnya psikologi, terhadap fenomena humor ternyata juga cukup besar. Terlihat dan adanya berbagai teori dan penelitian tentang humor dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Termasuk penelitian mengenai pengembangan alat ukur rasa humor guna menelusuri tingkat dan jenis rasa humor yang terdapat pada individu.
Salah satu penelitian yang berkaitan dengan alat ukur rasa humor ini adalah penelitian Thorson & Powell (1991) yang mencoba menggabungkan berbagai konsep dan definisi rasa humor dari penelitian terdahulu, sehingga dihasilkan konsep yang multidimensional dalam memaknai rasa humor. Konsep Thorson & Powell ini dituangkan pada sebuah alat ukur rasa humor yang diberi nama Multidimensional Sense of Humor Scale (MSHS). Dalam perjalanannya, alat ukur ini sudah digunakan secara Iuas oleh banyak peneliti di seluruh dunia serta menunjukkan angka reliabilitas dan validitas yang sangat baik.
Penelitian ini ingin mengetahui: (1) Koefisien reliabilitas dan validitas hasil adaptasi item-item Multidimensional Sense of Humor Scale pada kelompok sampel masyarakat umum di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. (2) Gambaran tingkat sense of humor pada kelompok sampel masyarakat umum di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi berdasarkan kategori penormaan yang dibuat.
Sampel diambil dengan cara accidental pada beragarn responden yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sejumlah 210 orang.
Hasil pengujian reliabilitas didapatkan nilai alpha sebesar 0.8674 (N of cases = 210, N of items = 24). Hasil uji validitas per item didapatkan skor validitas di atas 0.2 pada tiap item. Hanya terdapat 2 item yang memiliki skor < 0.2 yakni item nomor 19 dan 20.
Berkaitan dengan kategori penormaan, terdapat sejumlah 27 orang subyek yang skornya berada antara 28 - 53 dikategorikan pada kelompok yang memiliki tingkat rasa humor yang rendah, 124 responden yang rasa humomya berada pada taraf sedang (rentang skor 54-70), 59 responden dikategorikan memiliki tingkat rasa humor yang tinggi dengan rentang skor antara 71 sampai 96.
Hasil adaptasi alat tes ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti aslinya (Thorson & Powell, 1993). Dan penelitian terhadap 426 orang di Nebrasaka didapatkan penyebaran skor dari nilai 31 hingga 96, sementara pada penelitian ini (N = 210) skornya terdistribusi secara normal dari angka 28 hingga 96. Sementara itu, berkaitan dengan data kontrol, Thorson & Powell juga tidak menemukan perbedaan siginfikan pada tingkat usia dan jenis kelamin (Thorson & Powell, 1993), sama halnya dengan hasil pada penelitian ini. Mengenai 2 item yang memiliki validitas rendah (item nomor 19 dan 20) yakni kemungkinan karena tidak dapat diterjemahkan secara baik dari bahasa aslinya (keterbatasan kosa kata Bahasa Indonesia). Keterbatasan sebuah hasil adaptasi skala memang banyak dipengaruhi oleh terbatasnya jumlah dan jenis kosa kata dari masing-masing negara tempat suatu alat tes diadaptasikan. Hal ini pernah terjadi saat Thorson & Powell (1991) melakukan adaptasi skala Svebak's Sense of Humor Questionnaire. Hasilnya menunjukkan tingkat validitas dan reliabilitas yang sangat rendah (0.512), yang menurut penelitian Thorson & Powell tak lain disebabkan karena alat ukut ini tidak dapat diterjemahkan secara baik dari bahasa aslinya Norwegia (Thorson & Powell, 1991). Salah satu dimensi dari alat ukur ini (uses of humor for coping) terbukti cukup baik untuk mengaitkan humor dengan kemampuan menghadapi situasi sulit dalam hidup dan selanjutnya dapat berperan untuk setting klinis (Thorson & Powell, 1991).
Untuk penelitian lebih lanjut dapat dicermati pengalihbahasaan secara lebih teliti dan menghindari ambiguitas makna pada tiap-tiap item, gunanya untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas skala. Pada data kontrol, ada baiknya jika pilihan rentang usia dipersempit guna melihat ragam karakteristik usia yang lebih spesifik. Saran praktis: skala ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi rasa humor pada klien dengan gangguan klinis. Rasa humor ada kaitannya dengan kepribadian matang, dan jika diketahui adanya rasa humor pada klien, maka dapat berguna bagi perkembangan kepribadian klien selanjutnya, terutama juga berguna dalam menangani masalah yang sedandihadapinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Eka Ilhami
"Dukungan sosial dan regulasi emosi dapat mencegah terjadinya stres pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dan dukungan sosial dengan stres akademik pada kelompok usia remaja. Penelitian dilakukan menggunakan desain korelasi dengan metode kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah remaja sebanyak 441 orang. Instrumen yang digunakan adalah Emotion Regulation Questionnaire-Children and Adolescent (ERQ-CA), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA). Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji chi quare menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara regulasi emosi dengan stres akademik (p value=0,001; α=0,05) dan ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres akademik (p value=0,002; α=0,05). Diharapkan remaja dapat meningkatkan regulasi emosi dan memperbaiki hubungan sosialnya dengan orang lain, orang tua diharapkan mampu memberikan perhatian lebih pada remaja, dan penelitian selanjutnya diharapkan meneliti tentang pengaruh teman sebaya terhadap stres akademik remaja.

Social support and emotional regulation can prevent stress in adolescents.This study aims to determine the relationship between emotional regulation and social support and academic stress in the adolescent age group. The research was conducted using a correlation design with quantitative methods. The sample in this study was 441 teenagers. The instruments used were the Emotion Regulation Questionnaire-Children and Adolescent (ERQ-CA), the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and the Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA). The research results analyzed using the chi square test showed that there was a significant relationship between emotional regulation and academic stress (p value=0.001; α=0.05) and there was a relationship between social support and academic stress (p value=0.002; α=0, 05). It is hoped that teenagers can improve emotional regulation and improve their social relationships with other people, parents are expected to be able to pay more attention to teenagers, and future research is expected to examine the influence of peers on teenagers' academic stress."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imaniar Fhadjrin
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran psychological well-being pada perawat di Jakarta, Tangerang, dan Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana pengolahan data menggunakan teknik statistik deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 100 perawat di Jakarta, Tangerang, dan Depok dengan rentang usia dewasa muda dan dewasa madya Penelitian ini menggunakan alat ukur Ryff's Scale of Psychological well-being yang telah diadaptasi oleh payung psychological well-being pada tahun 2010-2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well-being pada perawat di Jakarta, Tangerang, dan Depok rendah.

The purpose of this research is to observe psychological well-being of nurses in Jakarta, Depok, and Tangerang. Quantitative method is employed in this research and a descriptive statistic technique is used to process data. A hundred of nurses in Jakarta, Depok, and Tangerang in their early and middle adulthood are the participant in this research. Ryff's scale of psychological well-being which had been adapted in 2010-2012 is used to measure psychological well-being. This research found that psychological well-being of nurses in Jakarta, Depok, and Tangerang "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dwi Ariyanti
"ABSTRAK
Masa perpindahan dari SD ke SMP umumnya berkaitan dengan perubahan pada
lingkungan sekolah, aktifitas akademis, dan aktifitas sosial, perubahan-perubahan
tersebut dihadapi oleh siswa remaja awal bersamaan dengan perubahan yang
berasal dari dalam dirinya karena masa pubertas. Bagi kebanyakan siswa remaja
awal kondisi tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stress (stressor). Dalam
menghadapi stress setiap siswa memiliki perbedaan karena disebabkan oleh
kemampuan coping yang dimilikinya dan dukungan sosial yang diterimanya.
Penelitian dilakukan pada partisipan sebanyak 106 orang yang berasal dari SMP N
2 Depok, dan memiliki karakteristik anak laki-laki maupun anak perempuan yang
sedang menjalani semester pertama sekolah. Seluruh partisipan diukur mengenai
pengalaman stress menggunakan Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, &
Mermelstein, 1983), pengalaman stressor menggunakan lembar checklist,
penggunaan strategi coping menggunakan Cope Scale (Carver, Scheier, &
Weintraub, 1989), dan dukungan sosial menggunakan Social Support
Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua partisipan mengalami stress namun pada tingkat yang berbeda-beda,
situasi khawatir dengan hasil raport jelek merupakan salah satu situasi yang
banyak dialami siswa sekaligus dianggap sebagai stressor, strategi coping terpusat
emosi sering digunakan oleh paling banyak partisipan, dan dukungan sosial yang
sangat sesuai ialah dari orang tua baik dalam bentuk instrumental maupun
emotional. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh pihak
yang terlibat dalam tumbuh kembang siswa remaja awal untuk bisa lebih
memahami pengalaman stress, stressor, strategi coping, serta dukungan sosial
pada siswa remaja awal di SMP.

ABSTRACT
The transition from elementary school to junior high school is generally
associated with changes in the school environment, academic activities, and social
activities, the changes faced by students in conjunction with the change that
comes from within him or her because of the onset of puberty. For most students
these conditions could trigger the emergence of stress (stressors). In the face of
stress every student has a different because their own capability of coping and
social support their received. Participants totaled 106 people from SMP N 2
Depok, and has the characteristics of boys and girls who are undergoing the first
semester of school. All participants were measured on experience of stress using
the Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, & Mermelstein, 1983), the
experience of stressor using a checklist sheet, the use of coping strategies using
the Cope Scale (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989), and social support using
Social Support Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). The results
showed that all participants experienced stress but on a different level, the
situation concerned with the results of bad report cards is one of the situations
experienced by most students at once regarded as a stressor, coping strategies
centered emotions often used by most participants, and social support particularly
appropriate is from parents in the form of instrumental and emotional. From the
results of this research can help all parties involved in the development of early
adolescent students to better understand the experience of stress, stressors, coping
strategies, and social support on early adolescent students in junior high school."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindy Salsabila Ma`mun
"Kecemasan dan ketidakstabilan emosi sering terjadi pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Hal ini karena banyaknya tuntutan dan kesulitan yang mereka hadapi sehingga diperlukan perhatian dan dukungan, terutama dari orang tua asuhnya. Dengan berbagai gejolak emosi yang dihadapi remaja, pengungkapan diri atau self-disclosure diperlukan. Remaja panti asuhan akan mengungkapkan diri ketika percaya dan nyaman dengan orang tua asuhnya, yang didukung dengan pemberian dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan dukungan sosial orang tua asuh dan self-disclosure remaja panti asuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 55 anak berusia 10-21 di Yayasan Panti Asuhan Hidayatullah Depok. Alat ukur dukungan sosial yang digunakan disusun berdasarkan teori House (1981) yang menganalisis dukungan sosial dari 4 aspek yaitu emosional, instrumental, informasi, dan penghargaan dan self-disclosure menggunakan Jourard Self-disclosure Questionnaire dari Jourard (1971). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 52,7% responden memiliki tingkat self-disclosure rendah dan 63,6% responden memiliki tingkat dukungan sosial orang tua asuh dalam kategori sedang. Hasil uji bivariat menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,577 dan p-value 0,001. Hasil tersebut disimpulkan bahwa adanya hubungan yang cukup dan signifikan dengan arah hubungan positif, di mana semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi self-disclosure yang dilakukan oleh remaja panti asuhan.

Anxiety and emotional instability are common among adolescents living in orphanages. This is due to the many demands and difficulties they face that require attention and support, especially from their foster parents. With the various emotional turmoil faced by adolescents, self-disclosure is necessary. Adolescents in orphanages will self-disclose when they trust and are comfortable with their foster parents, supported by the provision of social support. This study examines the relationship between foster parents' social support and orphanage adolescents' self-disclosure. This study used a descriptive quantitative approach with 55 respondents aged 10-21 at Hidayatullah Orphanage Foundation Depok. The social support measuring instrument used was prepared based on House's theory (1981) which analyzes social support from 4 aspects: emotional, instrumental, information, and appreciation and self-disclosure using the Jourard Self-disclosure Questionnaire from Jourard (1971). The results of univariate analysis showed that 52.7% of respondents had a low level of self-disclosure and 63.6% of respondents had a moderate level of social support from foster parents. The bivariate test results showed a correlation coefficient of 0.577 and a p-value of 0.001. These results concluded that there is a sufficient and significant relationship with a positive relationship direction, where the higher the social support, the higher the self-disclosure made by adolescents in orphanages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Damayanti
"Gempa yang terjadi di Cianjur pada akhir tahun 2022 merupakan kejadian bencana besar yang berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar. Tingginya resiko kebencanaan di Indonesia merupakan perhatian utama yang perlu ditangani oleh berbagai pihak melalui program penanggulangan resiko bencana. Namun pelaksanaan program penanggulangan bencana ini banyak menemui hambatan yang membuat pelaksanaan tidak berjalan dengan efektif. Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan pengelolaan sumber daya dan potensi sosial yang dimiliki pihak pelaksana program. Menilik pengelolaan kapital sosial dalam implementasi program kebencanaan, penelitian ini memilih Human Initiative sebagai organisasi yang melaksanakan program penanggulangan yang mengupayakan pengelolaan kapital sosial dalam pelaksanaan program tanggap darurat bencana Cianjur. Dengan didasari oleh upaya pengelolaan kapital sosial yang dilakukan oleh Human Initiative pada pelaksanaan program tanggap darurat bencana Cianjur, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dimensi kapital sosial organisasi Human Initiative dalam mewujudkan efektivitas pelaksanaan program tanggap darurat bencana Cianjur. Penelitian yang dilakukan pada Oktober 2022 – Juli 2023 ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, studi dokumen, dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kolaborasi dengan multisektor merupakan sumber daya kapital sosial yang penting dalam membantu dalam pemberian bantuan dan mengetahui situasi lokasi merupakan wujud dari dimensi struktural yang dilakukan Human Initiative. Adapun perwujudan dimensi kognitif kapital sosial yaitu penerapan prosedur kerja dan standar operasional tim yang baik sebagai landasan dalam menjalankan peran. Penelitian ini memperlihatkan bahwa dimensi kapital sosial yang dimanfaatkan dengan baik dapat menciptakan efektivitas program.
The earthquake that occurred in Cianjur at the end of 2022 was a major disaster event that had an impact on the lives of the surrounding communities. The high risk of disasters in Indonesia is a primary concern that needs to be addressed by various parties through disaster risk reduction programs. However, the implementation of these disaster risk reduction programs has encountered numerous obstacles, which have hindered their effectiveness. Therefore, it is essential to manage the resources and social potential of the program implementers. Taking a look at the management of social capital in the implementation of disaster programs, this research selected Human Initiative as the organization that carried out disaster risk reduction programs aimed at managing social capital in the emergency response program in Cianjur. Based on the efforts made by Human Initiative in managing social capital during the implementation of the disaster response program in Cianjur, this study aims to describe the dimensions of Human Initiative's social capital in achieving the effectiveness of the disaster response program in Cianjur.The research, conducted from October 2022 to July 2023, uses a qualitative research approach with a descriptive type. The data collection techniques include in-depth interviews, document studies, and observations. The results of the study indicate that collaboration with multiple sectors is an essential social capital resource that helps in providing assistance and understanding the location's situation, which represents the structural dimension carried out by Human Initiative. The embodiment of the cognitive dimension of social capital includes the application of good work procedures and operational standards as a basis for performing their roles. This research demonstrates that effectively utilizing social capital dimensions can create an effective program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Khalisa Pradiansyah
"Penelitian ini ditujukan untuk menggali lebih mendalam tentang strategi coping dan dukungan sosial pada remaja yang pernah mengalami perundungan. Perundungan merupakan tindakan negatif individu atau kelompok yang bertujuan untuk menyakiti pihak lain, dilakukan secara berulang dan memiliki kekuatan yang tidak seimbang. Korban perundungan kerap kali menghadapi berbagai dampak berkepanjangan dan dapat berpengaruh baik secara akademis maupun nonakademis terhadap mereka hingga setelah lepas dari peristiwa tersebut. Studi kualitatif ini dilakukan dengan melakukan wawancara semi-terstruktur kepada empat orang remaja yang pernah menjadi korban perundungan berusia 17-19 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk perundungan yang dialami oleh para partisipan adalah perundungan verbal, fisik, dan relasional. Untuk mengatasi dampak negatif perundungan, partisipan melakukan strategi emotion-focused coping terlebih dahulu. Setelah kondisi emosinya dirasa tenang, partisipan melakukan problem-focused coping. Dukungan sosial yang diperoleh secara menyeluruh pada partisipan adalah dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan komunitas, dan dukungan kepercayaan diri. Penerimaan dan pemberian bantuan terhadap individu yang pernah menjadi korban perundungan dapat membuat mereka lebih terbuka dan merasa didukung. Dengan demikian lebih besar kemungkinannya untuk dapat bangkit dari trauma masa lalu.

This research is intended to dig deeper into coping strategies and social support for adolescents who have experienced bullying. Bullying is an unjustified, persistent negative action that can be committed by an individual or a group. Bullying victims frequently have a variety of long-lasting effects, which can persist both academically and non-academically long after the incident. Additionally, the social support they receive from a variety of sources (family, the school environment, and peers) is frequently inadequate. The purpose of this study was to learn more about the process participants went through, the coping strategies they employed, and the social support they experienced when confronted with bullying. In order to gather qualitative data for this study, semi-structured interviews with four bullied adolescents between the ages of 17 and 19 were undertaken. The results showed that the forms of bullying experienced by the participants were verbal, physical, and relational bullying. To overcome the negative impact of bullying, participants carried out an emotion-focused coping strategy first. After their emotional state is calm, the participants then do problem- focused coping. Social support obtained as a whole for participants is emotional support, instrumental support, community support, and confidence support. Accepting and providing assistance to individuals who have been victims of bullying can make them more open and feel supported. Thus it is more likely to be able to recover from past trauma."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>