Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabila Bunga Dariana
"Tokyo Sonata merupakan film karya Kiyoshi Kurosawa yang menceritakan tentang keruntuhan keluarga pekerja di Jepang pasca pecahnya gelembung ekonomi. Depresi ekonomi yang terjadi pada saat itu membuat pergeseran peran oleh laki-laki di Jepang untuk membangun identitas maskulin yang dahulunya sebagai militer, berubah menjadi seorang pencari nafkah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan maskulinitas hegemonik direpresentasikan dalam film Tokyo Sonata karya Kiyoshi Kurosawa serta pesan yang disampaikan mengenai maskulinitas hegemonik dalam film Tokyo Sonata. Data primer diperoleh dari film Tokyo Sonata dengan mengamati dan menghasilkan kesimpulan yang didasari oleh penemuan dari adegan yang dianggap mengandung representasi maskulinitas. Sumber data sekunder diperoleh melalui metode studi pustaka menggunakan artikel jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika Barthes. Penelitian ini menemukan bahwa pada film Tokyo Sonata, maskulinitas hegemonik direpresentasikan dengan tepat oleh Ryuhei sebagai tokoh utama dan para tokoh sampingan lainnya seperti Megumi dan Takashi. Hal ini terlihat dari penampilan dan perilaku para tokoh yang sesuai dengan konsep maskulinitas hegemonik. Maskulinitas hegemonik tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan menampilkan konsep maskulinitas subordinat yang ditampilkan oleh Ryuhei ketika ia kehilangan pekerjaannya.

Tokyo Sonata is a film by Kiyoshi Kurosawa that follows the collapse of working families in post-Bubble Economy of Japan. The economic depression that occurred at that time made a role shift by men in Japan to build a masculine identity that used to be military, turning into a breadwinner. Based on this, this research aims to explain the hegemonic masculinity represented in Kiyoshi Kurosawa's Tokyo Sonata and the message conveyed about hegemonic masculinity in Tokyo Sonata. Primary data was obtained from the movie Tokyo Sonata by observing and producing conclusions based on the findings of the scenes considered to contain representations of masculinity. Secondary data sources were obtained through the literature study method using journal articles, books, and other scientific works. The data collected was then analyzed using Barthes' semiotic theory. This study found that in the movie Tokyo Sonata, hegemonic masculinity is appropriately represented by Ryuhei as the main character and other side characters such as Megumi and Takashi. This can be seen from the appearance and behavior of the characters that are in accordance with the concept of hegemonic masculinity. The hegemonic masculinity is further elaborated by displaying the concept of subordinate masculinity displayed by Ryuhei when he loses his job."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salvia Aisha Majdah
"Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan internalisasi maskulinitas hegemonik dalam upaya pencarian makna kebahagiaan pada film Oku Otoko (2018). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori maskulinitas hegemonik oleh R.W. Connell (2005) dan maskulinitas salaryman oleh Romit Dasgupta (2010). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis teks dan sinematografi untuk menganalisis dialog dan aspek visual film. Peneliti memfokuskan analisis kepada tokoh utama laki-laki, Kazuo dan tokoh istrinya, Masako. Analisis meliputi aspek-aspek dialog, konflik, penampilan, ekspresi dan sorotan kamera. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa upaya pencarian makna kebahagiaan bagi Kazuo sangat dipengaruhi oleh pandangan materialistis, yang berakar pada internalisasi maskulinitas hegemonik. Film ini juga menggambarkan adanya tekanan dalam rumah tangga yang timbul akibat harapan-harapan terkait dengan maskulinitas hegemonik.

This study explores the internalization of hegemonic masculinity in the pursuit of happiness as depicted in the film Oku Otoko (2018). It draws on R.W. Connell's theories of hegemonic masculinity (2005) and Romit Dasgupta's concept of salaryman masculinity (2010). Using text analysis and cinematography, the research focuses on the main characters, Kazuo and his wife, Masako. Key aspects analyzed include dialogue, conflict, appearance, expression, and camera shots. Findings reveal that Kazuo's pursuit of happiness is heavily influenced by materialistic values rooted in hegemonic masculinity. The film also highlights the domestic pressures stemming from societal expectations related to this form of masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Septiani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tingkat partisipasi ayah dalam cuti mengasuh anak ditinjau dari segi maskulinitas di Jepang. Penulis menggunakan teori maskulinitas hegemonik dari salaryman di Jepang untuk menganalisis keterkaitan pandangan maskulinitas hegemonik dan tingkat partisipasi ayah dalam cuti mengasuh anak. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pandangan maskulinitas hegemonik dimana pria Jepang diekspektasikan lebih dominan dalam mencari nafkah dibandingkan dengan urusan rumah mempengaruhi tingkat partisipasi ayah yang tercatat rendah dalam cuti mengasuh anak. Meskipun terlibat dalam cuti mengasuh anak, bukan berarti ayah tersebut tidak dikatagorikan sebagai pria yang tidak maskulin. Ayah yang turut serta dalam mengambil cuti mengasuh anak mempunyai pandangan tersendiri terhadap maskulinitas dan cenderung melawan konsep maskulinitas dalam menjalankan peran mereka sebagai ayah.

ABSTRACT
This research discusses about the the level of father rsquo s participation in childcare leave viewed from masculinity in Japan. The author of this research used the theory of hegemonic masculinity of salaryman in Japan. The research rsquo s findings shows that the view of hegemonic masculinity where Japanese male are expected to be more dominant as a breadwinner as opposed of domestic responsibilities influenced the level of father rsquo s participation, which are noted as low in child care leaves. Although male are involved in child care leave, this does not mean that father are categorized as non masculine male. Fathers that actively participate in child care leave have their own view of masculinity and have the tendency to defy the concept of masculinity in undertaking their role as fathers."
2016
S66048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Ayu Amala Maharani
"Maskulinitas hegemonis mencerminkan dominasi sosial melalui maskulinitas, seringkali diasosiasikan dengan olahraga sebagai penyalurnya. Hal ini menjadi menarik ketika kita melihat olahraga seperti cheerleading yang didominasi oleh perempuan, bahkan digambarkan sebagai emphasized femininity. Cheerleading hari ini sudah bukan lagi konsep rok pendek dan penyorak di pinggir lapangan, kini cheerleading menjadi sebuah olahraga kompetisi ekstrem yang juga diikuti sebagian laki-laki. Maka dari itu, tulisan ini mengeksplorasi identitas gender melalui bentuk-bentuk maskulinitas hegemonis dalam olahraga cheerleading yang didominasi perempuan, serta performativity dari cheerleader laki-laki. Melalui studi pustaka, ditemukan bahwa bentuk maskulinitas sebagai dominasi sosial terbagi menjadi dua yaitu ortodoks dan inklusif. Terakhir, performativity yang ditemukan adalah dalam bentuk skill tertentu, unggahan media sosial yang dipilah, dan attitude yang dijaga sebagai cheerleader.

Hegemonic masculinity reflects social domination through masculinity, often associated with sport as the channel for it. This becomes interesting when we investigate a female-dominated sport like cheerleading, even described as emphasized femininity. Cheerleading today is not just short skirts cheering on the sideline anymore, now cheerleading is an extreme competitive sport that also participated by some men. Thus, this article explores gender identity through constructions of hegemonic masculinity in cheerleading as a female-dominated sport, and performativity of male cheerleaders, through literature study. Through literature study, it is found that masculinity as a form of social domination is divided into two groups which are orthodox and inclusive. Lastly, the performativity is found in the form of certain skills, sorted social media post, and maintained attitude as cheerleader."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Euginia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kritik salaryman masculinity dalam film anime Kaze Tachinu karya Miyazaki Hayao. Data primer diperoleh dari film Kaze Tachinu menggunakan teknik dokumentasi. Adegan yang dianggap mengandung representasi salaryman masculinity dicatat dan dipilih sebagai sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh melalui metode studi pustaka menggunakan artikel jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya. Teori yang digunakan merupakan teori maskulinitas menurut R. W. Connell dan salaryman masculinity menurut Romit Dasgupta. Penelitian ini menemukan bahwa pada film anime Kaze Tachinu, salaryman masculinity direpresentasikan oleh mayoritas tokoh dalam film, seperti Honjo, Kurokawa, dan tokoh pendukung lainnya. Hal ini disampaikan melalui dialog, penampilan tokoh, dan aspek lainnya, yang menunjukkan keselarasan dengan ideologi salaryman masculinity. Horikoshi Jiro, sang tokoh utama, menunjukkan ambiguitas dalam maskulinitasnya. Walaupun secara sekilas Jiro tampak memenuhi tuntutan salaryman masculinity, terdapat konflik batin dalam dirinya yang membedakan dia dari sosok salaryman pada umumnya. Berlainan dengan salaryman, kesetiaan Jiro terhadap pekerjaannya berakar dari ambisinya secara murni. Selain itu, Jiro juga memiliki empati tinggi dan menghadapi dilema dalam memilih antara pekerjaannya atau kekasihnya, Nahoko.

This study aims to explain the critique of salaryman masculinity found in the movie Kaze Tachinu directed by Miyazaki Hayao. Primary data is obtained from the movie Kaze Tachinu using the documentation technique. Scenes considered to contain representations of salaryman masculinity are noted and filtered through. Secondary data is obtained through a literature study that comprises of journal articles, books, and other scholarly materials. Theories used in this study include the concept of masculinity by R.W. Connell and salaryman masculinity as described by Romit Dasgupta. This study has found that in the movie Kaze Tachinu, salaryman masculinity is represented by a majority of characters, such as Honjo, Kurokawa, and supported by other various side characters. This is shown via dialog, the physical appearance of characters, and other numerous aspects that find resonance in the salaryman masculinity ideology. Horikoshi Jiro, the protagonist, displays ambiguity in his masculinity. Although superficially he appears to fulfill the ideals of salaryman masculinity, an emotional conflict occurs within him that differentiates him from salarymen at large. Unlike other salarymen, his faith to work finds root in his pure ambition. Aside from that, he is highly empathetic and faces a dilemma when he is forced to choose between his job and his lover, Nahoko.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arsy Rahmadhini Raharja
"Pada 1 September 1923 di Jepang terjadi Gempa Besar Kanto. Bencana tersebut sangat besar dan mengerikan sehingga banyak pihak yang mempublikasikannya. Salah satunya Tayama Katai dalam Tōkyō Shinsaiki. Dalam Tōkyō Shinsaiki, walaupun Katai menggunakan pendekatan yang objektik dan berjarak, dia sering menyampaikan tanggapan dan gagasannya mengenai bencana sehingga terkadang Katai terlihat tidak sepenuhnya objektif. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Katai tidak sepenuhnya objektif dan berjarak dalam penulisan Tōkyō Shinsaiki.

On September 1 st 1923, Kanto Great Earthquake was happened in Japan. Many people wrote about it because this disaster was very tremendous. On of them was Tayama Katai?s Tōkyō Shinsaiki. Eventhough Katai used objective and detached approachment in Tōkyō Shinsaiki, sometimes he conveyed his concept and response about disaster that made him looked like he was not objective and detached. The method that used in this thesis is literature studies. The study shows that Katai was not fully objective and detached in Tōkyō Shinsaiki."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Herviani Putri
"Mother マザー adalah film drama Jepang berdasarkan kisah nyata yang disutradarai oleh Tatsushi Omori yang menceritakan seorang boshi-katei, Akiko, yang gemar berjudi dan memiliki seorang anak bernama Shuhei. Hubungan Akiko dan Shuhei sepanjang film tidak menunjukkan kasih sayang antara ibu dan anak, melainkan hubungan yang tampak adalah codependent. Akiko juga sering menyuruh Shuhei untuk melakukan hal yang menyimpang seperti mencuri dan membunuh demi mendapatkan uang. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan amae yang gagal oleh karakter Akiko dan Shuhei yang direpresentasikan dalam film Mother マザー. Penulis menggunakan teori amae milik Takeo Doi dan kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis yang berfokus pada berbagai adegan dan dialog. Film ini menggambarkan amae yang terwujud adalah amae yang gagal antara boshi-katei dan anaknya. Film ini juga menyoroti bagaimana amae yang terjadi memiliki kaitannya dengan on dan giri serta menjadi wacana pendukung pada realita di masyarakat Jepang kontemporer.

Mother マザー is a Japanese drama movie based on a true story directed by Tatsushi Omori that tells the story of a boshi-katei, Akiko, who likes to gamble and has a son named Shuhei. Akiko and Shuhei's relationship throughout the movie does not show the affection between mother and son, but rather a codependent relationship. Akiko also often tells Shuhei to do deviant things such as stealing and killing for money. Based on that, this study aims to describe the failed amae by the characters Akiko and Shuhei represented in the movie Mother マザー. The author uses Takeo Doi's amae theory and then analyzed using a descriptive analysis method that focuses on various scenes and dialogues. The film depicts amae that materializes as a failed amae between the boshi-katei and her son. The movie also highlights how amae that occurs has a connection with on and giri and becomes a supporting discourse on reality in contemporary Japanese society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlurrahman
"Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana hegemoni maskulinitas muncul dan mengopresi perempuan dalam seluruh lapisan kehidupan perempuan untuk meneguhkan dominasi laki-laki dengan cara membentuk seksualitas perempuan dan mitos kecantikan. Penulisan ini menggunakan metode penulisan unobtrusive melalui pendekatan analisis wacana. Berdasarkan hasil tinjauan penulis, hegemoni maskulinitas terjadi dalam seluruh lapisan wilayah hubungan sosial perempuan. Baik dari bagian
terkecil yaitu keluarga, hingga bagian paling luas yaitu industri hiburan global.

The purpose of this writing is to explain how hegemonic masculinity occurred and oppressing female in every layers of female’s life to strengthen male’s domination by creating female’s sexuality and beauty myth. This writing used unobtrusive research through discourse analysis approach. Based on results of author’s review, hegemonic masculinity occurred in every female’s life layers. From the smallest area which is family, to the widest area which is global entertainment industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Johana Rotua
"Pelecehan seksual merupakan isu persisten yang berkontribusi pada ketidaksetaraan gender. Di Amerika Serikat, meskipun undang-undang pelecehan seksual telah dibentuk sejak tahun 1964, isu pelecehan seksual terus menjadi masalah luas di negara ini. Pelecehan seksual hanya menjadi isu utama dan dianggap serius ketika gerakan #MeToo dimulai dalam gelombang feminisme keempat. Narasi Hollywood pada tahun 2010, seperti Bombshell (2019), menjadi representasi bagi perempuan yang mengalami pelecehan seksual di lingkungan kerja meskipun terdapat ketidakakuratan mengenai peristiwa nyata bagaimana pelecehan seksual dialami oleh Megyn Kelly. Megyn Kelly adalah tokoh terkenal yang pernah bekerja sebagai pembawa berita di Fox News. Ia menjadi terkenal karena kecenderungannya untuk mengatakan pendapatnya sendiri di tengah gerakan #MeToo karena ia berhasil berbicara tentang pelecehan seksual yang dialaminya saat bekerja di Fox News. Ia juga mengungkapkan bagaimana kekuasaan beroperasi di sebuah institusi, khususnya industri media. Artikel ini merefleksikan bagaimana maskulinitas hegemonik berperan dalam mengecualikan perempuan bukan hanya dari akses ke kekuasaan tetapi juga menindas otonomi mereka untuk menyatakan diri. Artikel ini berpendapat bahwa maskulinitas hegemonik digunakan oleh pria berkuasa untuk menindas perempuan melalui strategi kekuasaan. Akibatnya, perempuan merasa perlu membentuk aliansi satu sama lain yang menyerupai essensi persaudaraan di mana perempuan bersatu dalam perasaan saling asing dan diskriminasi dan bekerja bersama untuk membalas dendam terhadap pelaku pelecehan seksual mereka.

Sexual harassment is a persistent issue that contributes to gender inequality. In the United States, despite the establishment of the sexual harassment law in 1964, the issue of sexual harassment continues to be widespread in the country. Sexual harassment only became a prominent issue and was taken seriously when the #MeToo movement began in the fourth wave feminism. Hollywood narrative in the 2010, such as Bombshell (2019), becomes a representation for women who experienced sexual harassment in a work setting despite its inaccuracies of the real events of how sexual harassment occurred to Megyn Kelly. Megyn Kelly is a notable figure who once worked as a news anchor at Fox News. She became prominent due to her penchant for speaking her mind amid the #MeToo movement because she managed to spoke out about the sexual harassment she endured when she worked at Fox News. She also shed light on how power works in an institution, specifically the media industry. This article reflects on how hegemonic masculinity plays a part in excluding women not only from access to power but also repress their autonomy to express themselves. This article contends that, hegemonic masculinity is employed by men in power to subordinate women through power strategies. As a result, women felt the need to form an alliance with each other that resembles the essence of sisterhood where women unite under mutual feeling of alienation and discrimination and work together to retaliate against their sexual harassment perpetrators."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Arista Putri
"[ ABSTRAK
Karya tulis ini membahas hubungan Jepang dengan dunia internasional melalui International Drama Festival
in Tokyo. Penulis memilih acara ini untuk diteliti karena serangkaian acara yang termasuk di dalamnya
termasuk ke dalam bentuk diplomasi kebudayaan, yang dilakukan dengan pendekatan yang berbeda pada setiap
acaranya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana Jepang melakukan diplomasi kebudayaan
melalui beberapa rangkaian acara yang ada dalam International Drama Festival in Tokyo. Selain itu, juga untuk
mengetahui karakteristik diplomasi kebudayaan Jepang dan apakah International Drama Festival in Tokyo
mewakili karakteristik tersebut. Serta faktor apa yang menyebabkan penyebaran nilai secara tidak kentara dapat
dilakukan Jepang melalui drama produksinya. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data berupa studi dokumen, baik dari sumber primer maupun sekunder. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Jepang melakukan diplomasi kebudayaan melalui serangkaian acara di
International Drama Festival in Tokyo dengan cara kompetisi, eksibisi, dan penetrasi. International Drama
Festival in Tokyo juga mewakili karakteristik diplomasi Jepang, sehingga merupakan media yang tepat untuk
memasukkan nilai-nilai yang ada pada Jepang ke dunia internasional demi mencapai kepentingan nasionalnya
ABSTRACTThis paper examines Japan?s international relations through International Drama Festival in Tokyo. This event
had been chosen as subject of the research because Japan had been implementing cultural diplomacy in various
content in International Drama Festival in Tokyo, and it?s conducted in different approaches. This research
intend to find out how Japan implement cultural diplomacy through various events in International Drama
Festival in Tokyo. Writer also try to find out Japan?s cultural diplomacy characteristics and whether this
event represent it. Furthermore, to know what makes Japan able to spread their values through their drama
production, subtly. This research use qualitative data collection method, involve collecting some amount of
data, including primary and secondary data. Result showed that Japan implement cultural diplomacy through
various events in International Drama Festival in Tokyo in three different forms: exhibition, competition, and
penetration. International Drama Festival in Tokyo also represent Japan?s cultural diplomacy characteristics,
and expected to help Japan to spread their values through their drama production among foreign audiences,
which in turn is useful to achieve their national interests.;This paper examines Japan?s international relations through International Drama Festival in Tokyo. This event
had been chosen as subject of the research because Japan had been implementing cultural diplomacy in various
content in International Drama Festival in Tokyo, and it?s conducted in different approaches. This research
intend to find out how Japan implement cultural diplomacy through various events in International Drama
Festival in Tokyo. Writer also try to find out Japan?s cultural diplomacy characteristics and whether this
event represent it. Furthermore, to know what makes Japan able to spread their values through their drama
production, subtly. This research use qualitative data collection method, involve collecting some amount of
data, including primary and secondary data. Result showed that Japan implement cultural diplomacy through
various events in International Drama Festival in Tokyo in three different forms: exhibition, competition, and
penetration. International Drama Festival in Tokyo also represent Japan?s cultural diplomacy characteristics,
and expected to help Japan to spread their values through their drama production among foreign audiences,
which in turn is useful to achieve their national interests., This paper examines Japan’s international relations through International Drama Festival in Tokyo. This event
had been chosen as subject of the research because Japan had been implementing cultural diplomacy in various
content in International Drama Festival in Tokyo, and it’s conducted in different approaches. This research
intend to find out how Japan implement cultural diplomacy through various events in International Drama
Festival in Tokyo. Writer also try to find out Japan’s cultural diplomacy characteristics and whether this
event represent it. Furthermore, to know what makes Japan able to spread their values through their drama
production, subtly. This research use qualitative data collection method, involve collecting some amount of
data, including primary and secondary data. Result showed that Japan implement cultural diplomacy through
various events in International Drama Festival in Tokyo in three different forms: exhibition, competition, and
penetration. International Drama Festival in Tokyo also represent Japan’s cultural diplomacy characteristics,
and expected to help Japan to spread their values through their drama production among foreign audiences,
which in turn is useful to achieve their national interests.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>