Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123145 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arnold Fernando
"Latar Belakang. Kanker payudara adalah salah sat jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia, angka insidensi kanker payudara di Indonesia sendiri mencapai 12 orang per 100.000 penduduk wanita berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia. Sayangnya sebagian besar kanker payudara yang teridentifikasi justru teridentifikasi saat sudah stadium akhir. International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2007 membuatkan kesimpulan bahwa gangguan irama sirkadian mungkin saja dapat menyebabkan kanker pada manusia (group 2A) Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menmgetahui seberapa besar hubungan antara kerja shift malam dan insidensi kanker payudara Metode. Pencarian bukti berbasis ilmiah dilakukan dengan membuat pertanyaan klinis dengan teknik “PICO”, kemudian di lanjutkan dengan pencarian literatur dengan database elektronik melalui mesin pencari “PubMed” dan “google scholar” adapun kata kunci yang digunakan adalah “shift work” “night shift” “breast cancer” yang dikombinasikan dengan "MeSH terms" dan "Boolean Operation", literatur yang didapatkan akan disaring menggunakan kriteria inklusi yaitu penelitian pada manusia sedangkan kriteria ekslusi adalah penelitian yang tidak dapat di akses, berupa case report, ataupun suatu artikel yang ditarik kembali. Hasil. Satu artikel paling relevan yang dilakukan penilaian kritis, dengan judul "Night Shift Work and Breast Cancer Incidence: Three Prospective Studies and Meta-analysis of Published Studies" oleh Travis RC, et al. Penelitian tersebut berupa meta-analysis dan didapatkan RR rata-rata tertimbang 0,99 (95% CI = 0,95 hingga 1,03) untuk pekerja shift malam dibandingkan yang tidak. Penelitian lebih dari 20 tahun RR 1.01 (95% CI = 0.93 to 1.10). Dan penelitian yang lebih dari 30 tahun memiliki RR gabungan 1,00 (95% CI = 0,87 hingga 1,14, heterogenitas P = 0,067. Interval kepercayaan untuk rasio tingkat insiden pada penelitian ini sempit, bahkan untuk 20 tahun atau lebih kerja kerja gilir malam (RR = 1.01, 95% CI = 0.93 sampai 1.10), jadi temuan ini mengecualikan hubungan sedang antara insiden kanker payudara dengan kerja kerja gilir malam yang lama. Kesimpulan. Tidak didapatkan hubungan yang signfikan antara kanker payudara dengan kerja gilir pada malam hari

Background. Breast cancer is the most common cancer among women worldwide. 80% of breast cancer that has been identified in Indonesia has progressed into an advanced stage of malignancy. In 2007, the International Agency for Research on Cancer concluded: shift-work that involves circadian disruption is probably carcinogenic to humans (Group 2A) Aim. This study aims to justify the association between night shift work and breast cancer. Methods. Searching literature for the evidence-based has been conducted with a clinical question through "PICO" method. Then continued with literature searching using the electronic database "PubMed" and "google scholar" search engine. The keyword is "shift work" "night shift" "breast cancer" and combined with MeSH terms and Boolean operation. The inclusion criteria are research on humans, and the exclusion is inaccessible studies, case report studies, and retracted articles. Result. All of the ten prospective studies that have been combined, the weighted average RR was 0.99 (95% CI = 0.95 to 1.03) for any night shift work compared with none. There was no statistically significant heterogeneity across studies (P = .052). ). But if based on a study of more than 20 years, the RR was 1.01 (95% CI = 0.93 to 1.10). And if based on a study of more than 30 years, the combined RR was 1.00 (95% CI = 0.87 to 1.14, P heterogeneity = 0.067. Confidence intervals for the incidence rate ratios on this study are narrow, even for 20 or more years of night shift work (RR = 1.01, 95% CI = 0.93 to 1.10), so these findings exclude a moderate association of breast cancer incidence with long duration night shift work Conclusion. There are insignificant associations between night shift work and breast cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Patrianagara
"Pendahuluan: Kanker payudara kanker dengan prevalensi, morbiditas dan mortalitas terbanyak di dunia. Kemoterapi neoadjuvan merupakan terapi sistemik pada kanker yang ditujukan untuk meningkatkan prognosis pasien. Proses imunologi dan inflamasi berperan dalam prognosis tumor. Beberapa indikator inflamasi antara lain neutrophil-lymphocyte ratio (NLR), lymphocyte-monocyte ratio (LMR), dan platelet-lymphocyte ratio (PLR). Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa NLR, PLR, dan LMR terhadap respons klinis kanker payudara stadium lokal lanjut.
Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang ditujukan untuk menilai hubungan NLR, LMR, dan PLR terhadap respons klinis dengan metode WHO. Penelitian ini akan dilakukan di RSCM pada wanita dengan kanker payudara stadium lokal lanjut yang menjalani kemoterapi neoajuvan RSCM tahun 2016-2021. Pengumpulan data akan dilakukan secara konsekutif (consecutive sampling) pada rekam medis.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 84 subjek penelitian dengan usia rerata 50 tahun dan stadium klinis T4. Pada penelitian ini didapatkan nilai median NLR sebesar 2,62, PLR sebesar 186,9 dan LMR sebesar 3,78 pada populasi sampel. Analisis bivariat antara NLR, LMR, dan PLR dengan respons klinis didapatkan tidak bermakna secara statistik (p>0,05) dengan nilai OR 1,3 (CI95% 0,7-2,2), 0,81 (CI95% 0,04-1,4), dan 1,06 (CI95% 0,5-1,9) secara berurutan. Terdapat hubungan yang bermakna antara NLR dengan kejadian mortalitas 1 tahun (p<0,05) dengan nilai OR 2,27 (CI95% 1,1-4,5).
Kesimpulan: Penelitian ini tidak mendapatkan adanya hubungan antara NLR, LMR, dan PLR dengan respons klinis pada kanker payudara lokal lanjut pasca KNA di RSCM.

Introduction: Breast cancer is one of the most prevalent cancer around the globe with significant morbidity and mortality. Neoadjuvant chemotherapy is a systemic therapy with the aim of reducing the size of tumor, including breast cancer. The role of immunologic and inflammatory process has been reported as a prognostic factors in breast cancer including neutrophil-lymphocyte ratio (NLR), lymphocyte-monocyte ratio (LMR), and platelet-lymphocyte ratio (PLR). We aimed to analyze the role NLR, PLR, and LMR to the clinical response of locally advanced breast cancer after neoadjuvant chemotherapy regimen.
Methods: We used cross-sectional research design for this study with the aim of observe the relation between NLR, LMR, and PLR and clinical response of neoadjuvant chemotherapy. We conducted this study in Cipto Mangunkusumo General Hospital. Our subjects include women with locally advanced breast cancer that has been treated with neoadjuvant chemotherapy between 2016-2021. We collected the subject consecutively using medical record as the primary data source.
Result: We obtained 84 subjects with the mean age of 50 years and clinical stage of T4. The median of NLR, LMR, and PLR were 2.62, 186.9, and 3.78 consecutively. Bivariate analysis of NLR, LMR, dan PLR with clinical response showed no significant association with the odd ratio of 1,3 (CI95% 0,7-2,2), 0,81 (CI95% 0,04-1,4), and 1,06 (CI95% 0,5-1,9) consecutively. We found significant association between NLR and 1 year mortality rate with the odd ratio of 2,27 (CI95% 1,1-4,5).
Conclusion: We found no correlation between NLR, LMR, and PLR with clinical response after neoadjuvant chemotherapy in locally advanced breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinah
"Latar Belakang : Kanker kolorektal, yang meliputi kanker usus besar dan kanker rektal, menempati urutan ke dua sebagai kanker tersering yang diderita oleh wanita dan ke tiga pada pria di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan beban besar secara global baik pada morbiditas maupun mortalitas penderita kanker. The International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kerja shift yang melibatkan gangguan sirkadian mungkin bersifat karsinogenik pada manusia (2A). Sebagian besar studi epidemiologi hingga saat ini masih berfokus pada hubungan antara shift malam dan risiko kanker payudara, sementara studi tentang hubungan antara shift malam dan kanker kolorektal belum banyak diketahui, demikian halnya dengan hasil yang masih inkonsisten. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shift malam dan peningkatan risiko kanker kolorektal pada perawat yang terpapar kerja shift.
Metode : Kasus yang disajikan diikuti dengan tinjauan literatur berbasis bukti untuk menjawab pertanyaan klinis. Pencarian literatur menggunakan beberapa kata kunci terkait melalui database Pubmed® dan Google scholar® dengan mengikuti kriteria inklusi dan ekslusi. Artikel-artikel tersebut kemudian di telaah dengan menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Hasil : Pada pencarian awal, 112 artikel diambil dari dua database. Melalui proses seleksi, tersisa tiga artikel, yang terdiri dari satu studi meta-analisis dan dua studi observasional. Dengan membandingkan ketiga artikel terpilih, maka studi meta-analisis dianggap lebih relevan dan sesuai untuk menjawab pertanyaan klinis. Studi meta-analisis menerapkan kriteria inklusi dan ekslusi yang ketat dengan mengecualikan studi yang berpotensi menyebabkan efek bias serta kurangnya validitas atau metode statistik yang tidak memadai. Studi tersebut menyatakan bahwa shift malam berhubungan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal (OR = 1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Kesimpulan : Bukti terbaik yang ada saat ini menyatakan bahwa shift malam dapat meningkatkan kanker kolorektal, meskipun hasil penelitian tidak cukup kuat. Kanker kolorektal merupakan penyakit multifaktorial, dimana berbagai faktor risiko dapat berperan dalam terjadinya penyakit, terutama faktor genetik

Background : Colorectal cancer, which includes colon cancer and rectal cancer, is the third most common cancer in men and the second most common in women worldwide. It occupies a great proportion of the global burden of cancer morbidity and mortality. The International Agency for Research on Cancer (IARC) considered shift work that involves circadian disruption to be probably carcinogenic (Group 2A). Most epidemiological studies have focused on the link between night shift work and breast cancer risk while studies of the relation between shift work and colorectal cancer have not been widely known, and evidence is inconclusive. This evidence-based case report aimed to determine about the effect of night shift work and the increasing risk of colorectal cancer among nurses who exposed with shift work.
Method : a case is presented followed by a review of evidence to answer the clinical question. Literature searching used several related keywords in Pubmed® and Google scholar® by following inclusion and exclusion criteria. The article were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Result : At the initial search, 112 articles were retrieved from the two databases. Through the selection process, three article remained, which consisted of one meta-analysis and two observational studies. Comparing the selected articles, the meta-analysis is considered as more relevant and appropriate for answering the clinical question. The meta-analysis applied strict inclusion and exclusion criteria and excluded studies that potentially led to bias effects with lack of validity or inadequate statistical methods. The study stated that night shift work was correlated with an increased risk of colorectal cancer (OR=1.318, 95% CI 1.121-1.551)
Conclusion : The current best available evidence stated that night shift work may increased of colorectal cancer, although the result of the study are not strong enough. Colorectal cancer is a multifactorial disease, where various risk factors may play a role in the occurrence of the disease, especially in the genetic one.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Suhadi
"Kanker prostat diketahui berhubungan dengan pekerjaan yang melibatkan kerja shift. Pada tahun 2007, International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kerja shift dengan disrupsi sirkadian menyebabkan kemungkinan kanker pada manusia. Pajanan terhadap LAN (Light at Night) menekan sekresei melatonin pineal dan menstimulasi peningkatan hormon sex yang pada gilirannya dapat meningkatkan kerentanan terhadap kanker yang bergantung pada hormon. Kasus disini akan menilai bagaimana hubungan antara pekerja shift suatu manufaktur yang telah bekerja 30 tahun dengan peningkatan risiko kanker prostat melalui beberapa telaah jurnal kritis untuk menilai validitas dan aplikabilitasnya. Dari ketiga jurnal yang ditelaah adalah valid dan aplikatif. Sebuah systematic review dan meta-analysis oleh Mancio J.dkk tahun 2018 adanya peningkatan yang signifikan antara kanker prostat dengan rotasi kerja gilir. Begitu pula dengan Behrens T.dkk tahun 2017. Namun, studi kohort Torbjrn A.dkk tahun 2017 menilai tidak ada hubungan kanker prostat dengan durasi kerja malam. Perbedaan ini mungkin karena kurangnya pengukuran pajanan, dan perbedaan dalam jenis kovariat yang disesuaikan untuk kelompok pekerjaan heterogen yang terlibat.

Prostate cancer has been associated with jobs that involve some degree of work at night. In 2007, the International Agency for Research on Cancer (IARC) concluded that shift work involving circadian disruption was probably carcinogenic in humans. Exposure to artificial LAN (Light at Night) suppresses pineal melatonin secretion and subsequently leads to an increase of sex hormones, which in turn could increase the susceptibility to hormone-dependent cancers. In this case, the authors assessed the relationship between workers in a manufacture company who had worked shift work for 30 years and an increased risk of prostate cancer. This case takes evidence base from several journals that support this hypothesis while doing a critical appraisal to determine its validity and applicability. The three journals appraised were valid and applicable. From A systematic review and meta-analysis by Mancio J. et al. in 2018, there was a significantly increased risk of prostate cancer with rotating shift work. Behrens T. et al. (2017) observed a twofold increased HR among shift workers and night workers working in industries. However, cohort studies by Torbjrn A. et al (2017) with no association with duration of night work was seen, this discrepancy may be due to a lack of a common exposure measurement, differences in the type of covariates adjusted for or heterogeneous occupational group involved, and selection into and out of night work occurs continously."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Malau, Bintang Leonard P.
"Latar belakang: Pekerjaan dengan pola kerja gilir, khususnya yang irregular, dapat mengganggu irama sirkadian dan kualitas tidur yang kemudian berdampak pada fungsi kognitif. Meskipun penting, penelitian tentang kerentanan domain kognitif terkait pola kerja gilir masih terbatas. Kualitas tidur dan fungsi kognitif menjadi kritis dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit, di mana keputusan dan tindakan harus dilakukan dengan cepat dan tepat dalam menunjang keselamatan pasien. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan potong lintang untuk mengetahui hubungan pola kerja gilir dengan gangguan fungsi kognitif. Untuk mengukur kualitas tidur, digunakan Pittsburgh Sleep Quality Index bahasa Indonesia (PSQI-Ina), sementara fungsi kognitif dan domain kognitif diukur menggunakan Oxford Cognitive Screen (OCS) bahasa Indonesia (OCS-Ina), sebuah instrument kognitif untuk pasien stroke, yang sudah tervalidasi. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin berjumlah 72 sampel. Korelasi, analisis komponen utama,analisis demografi dan regresi digunakan untuk mengkarakterisasi hubungan antara PSQI-Ina,OCS-Ina dan variabel penelitian lainnya. Hasil: Sebanyak 83 tenaga kesehatan masuk ke dalam kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam penelitian. Hasil memperlihatkan sebanyak 16 responden (19,3%) mengalami gangguan fungsi kognitif pada domain Atensi serta 2 responden (2,4%) mengalami gangguan di 2 domain kognitif (Atensi dan Pengelolaan Angka). kesejahteraan.

Background: Irregularities in shift work, especially those marked by unpredictability, can disrupt circadian rhythms and compromise sleep quality, consequently adversely affecting cognitive function. Despite its pivotal significance, there is a shortage of research on the susceptibility of cognitive domains associated with irregular shift work. The connection between sleep quality and cognitive function becomes especially crucial in the healthcare service domain, particularly within the confines of hospitals. In such environments, where decisions and actions require swift and accurate execution, the interplay between sleep quality and cognitive function is critical to ensuring the safety and well-being of patients. Methods: The objective of this research is to conduct an analytical observational study with a cross-sectional design, aiming to examine the correlation between shift work patterns and cognitive function impairment. The study utilizes the Pittsburgh Sleep Quality Index in Bahasa Indonesia (PSQI-Ina) to measure sleep quality. Cognitive function and cognitive domains are assessed using the Indonesian Oxford Cognitive Screen (OCS-Ina), a validated cognitive instrument for stroke patients. The minimum sample size for the research was determined, resulting in a calculated sample size of 72 participants. Correlation analysis, principal component analysis, demographic analysis, and regression analysis are employed to characterize the relationships between PSQI-Ina, OCS-Ina, and other relevant research variables. Results: A total of 83 healthcare workers meeting the inclusion criteria were included in the study. Results indicated that 16 respondents (19.3%) experienced cognitive function impairment in the Attention domain, and 2 respondents (2.4%) experienced impairment in two cognitive domains (Attention and Number). Healthcare workers engaged in secondary employment were found to have a 12.8 times higher risk of experiencing cognitive impairment (OR 12.8; CI 95% 1.7-91; p = 0.011). Similarly, healthcare workers with poor sleep quality (PSQI score >5) faced a 40.3 times higher risk of cognitive impairment (OR 40.3; CI 95% 2.2-708.1; p = 0.011). Likewise, healthcare workers working in irregular shift patterns had a 5.4 times higher risk of experiencing cognitive impairment (OR 5.4; CI 95% 0.1-26.6; p = 0.036). Conclusions: There is a correlation between shift work patterns and cognitive function impairment in the workplace. Hospitals should prioritize ergonomic shift work schedules, emphasizing speed and clockwise rotations, to support the well-being of their healthcare workers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Pramudita
"Ketidaknyamanan seringkali dirasakan pasien kanker payudara seiring perjalanan penyakit dan efek samping pengobatan. Kesejahteraan spiritual dianggap dapat menjadi mekanisme koping dalam menghadapi situasi sulit sehingga dapat membantu meningkatkan kenyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kenyamanan. Desain penelitian berupa analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional, melibatkan 92 responden yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Studi ini menggunakan kuesioner SWBQ (Spiritual Well-Being Questionnaire) dan PKKP (Pengkajian Kenyamanan Kanker Payudara). Hasil penelitian menunjukkan 52,2% responden memiliki kesejahteraan spiritual tinggi serta terdapat proporsi yang imbang antara responden yang merasa nyaman dan yang tidak nyaman. Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kenyamanan pasien kanker payudara dengan p-value 0,007 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual menjadi aspek penting dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien kanker payudara.

Discomfort is often felt by breast cancer patients along with the course of the disease and the side effects of the treatment. Spiritual well-being is considered to be a coping mechanism in dealing with difficult situations so that it can help increase comfort. This study aims to identify the relationship between spiritual well-being and comfort. The research design is analytic correlation with a cross-sectional approach, involving 92 respondents selected by consecutive sampling technique. This study used the instrument of SWBQ (Spiritual Well-Being Questionnaire) and PKKP (Breast Cancer Convenience Assessment) questionnaires. The results showed that 52.2% of respondents had high spiritual well-being and there was an even proportion of respondents who felt comfortable and those who were uncomfortable. The results of the chi-square test found that there was a relationship between spiritual well-being and the comfort of breast cancer patients with a p-value of 0.007 (p <0.05). It can be concluded that spiritual well-being is an important aspect of nursing care to increase the comfort of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yopi Triputra
"Latar Belakang: Kanker payudara merupakan salah satu kanker terbanyak di dunia dengan angka kematian yang juga tinggi. Kasus kematian pada pasien kanker payudara paling banyak disebabkan oleh metastasis. Salah satu yang berperan pada proses perkembangan tumor primer menjadi metastasis yaitu sel imun tubuh Tumor-infiltrating Lymphocytes (TiLs) yang akan terstimulasi dan menyerang sel kanker. Selain itu, proses Epithelial-Mesenchymal Transition (EMT) yang ditandai sebagai penurunan regulasi penanda epitel khususnya E-cadherin, juga berkontribusi dalam perkembangan metastasis.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi TiLs dan E-cadherin dengan kejadian kanker payudara metastasis.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada 94 sampel dengan metode kohort retrospektif. Pengambilan data melalui rekam medis dan sediaan jaringan payudara yang kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia E-cadherin dan pembuatan slide HE untuk pemeriksaan TiLs.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan nilai TiLs yang rendah bermakna signifikan (p=0,047) dengan kejadian metastasis kanker payudara. Sedangkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik nilai E-cadherin dengan metastasis pada kanker payudara (p=0,106). Namun, terdapat hubungan klinis yang tampak dari E-cadherin yang rendah terhadap metastasis kanker payudara. Selain itu, terdapat hubungan signifikan antara nilai TiLs dan E-cadherin yang rendah terhadap insiden metastasis (p= 0,011). Penelitian multivariat menunjukkan bahwa LVI, stadium dan E-cadherin memiliki pengaruh independen yang kuat terhadap kanker metastasis (p=0,043, p0,003, p=0,041).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan nilai TiLs mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis pada kanker payudara, namun LVI, stadium dan E-cadherin merupakan faktor prediktor independen kejadian metastasis pada kanker payudara.

Background: Breast cancer is one of the most abundant cancers in the world with a high mortality rate. Cases of death in breast cancer patients are the most caused by metastasis. One of the role in the process of developing primary a tumor into metastatic is the immune cell body called tumor-Infiltrating lymphocytes (TILs) which will stimulate and attack the cancer cells. In addition, the Epithelial-mesenchymal Transition (EMT) process which marked as a reduction of the regulation of the epithelial marker specifically E-cadherin, also contributes to the development of metastasis.
Aim: This study aims to determine the relationship of TiLs and E-cadherin expression with the incidence of metastatic breast cancer.
Method: The study was conducted on 94 samples with retrospective cohort method. Data retrieval through medical records and breast tissue preparations that were then conducted in the immunohistochemistry E-cadherin staining and slide HE for TiLs examination.
Result: The results showed lower TiLs significantly correlate (p = 0,047) with the incidence of metastatic breast cancer. Whereas there is no statistically significant relationship found between E-cadherin value with metastatic in breast cancer (p = 0,106). However, there are clinically visible relationship between low level E-cadherin with metastatic breast cancer. In addition, there is a significant correlation between low level TiLs and E-cadherin with metastatic incident (p = 0.011). Multivariate studies showed that LVI, staging and E-cadherin had a strong independent effect on metastatic cancer (p = 0.043, p0.003, p = 0.041).
Conclussion: This study shows the value of TiLs has a significant relationship with the incidence of metastasis in breast cancer, but LVI, staging and E-cadherin are independent predictors of metastatic events in breast cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Via Dolorosa Halilintar
"Kanker Payudara KPD merupakan jenis penyakit Kanker dengan risiko insidensi mortalitas tertinggi di Indonesia. Tesis ini membahas tingkat kepatuhan dan faktor ndash; faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien Kanker Payudara KPD yang menjalani terapi hormonal dengan Tamoxifen pada pasien RS Kanker Dharmais tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang cross-sectional. Penelitian diikuti oleh sebanyak 109 orang responden. Tingkat kepatuhan pengobatan dinilai melalui kuesioner MARS-5 yang dimodifikasi. Karaktersitik sosiodemografi dan klinis diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan KPD dengan Tamoxifen adalah 90,9 dengan proporsi pasien yang patuh adalah 75,2 82 dari 109 orang. Umur pasien, pendapatan, tingkat pendidikan, pemberian informasi dan edukasi tentang pengobatan, dan tingkat pengetahuan pasien mempunyai pengaruh yang bermakna dalam mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa Umur responden, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan merupakan faktor yang paling berpengaruh dan menentukan tingkat kepatuhan pengobatan. Tingkat Pendidikan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan pengobatan. Melalui penelitian ini disarankan untuk memberikan perhatian khusus untuk pasien ndash; pasien dengan karakteristik tertentu seperti pasien dengan tingkat pendidikan atau berpendapatan rendah.

Breast Cancer BC is. type of cancer disease with the highest incidence of mortality in Indonesia. The focus of the study was to determine the level of adherence and factors influencing the adherence of the treatment of BC patients undergoing hormonal therapy with Tamoxifen in patients with Dharmais Cancer Hospital in year 2018. The study is an observational study with. cross sectional design. The study was followed by 109 respondents. Medication adherence levels assessed via questionnaire MARS. modified. Sociodemographic and clinical characteristic obtained from interviews using questionnaires.
The results showed that the medication adherence level of KPD with Tamoxifen was 90.9 with the proportion of adherent patients was 75.2 82 of 109 patients. Patient age, income, education level, information and education about treatment, patient 39. level of knowledge have. significant influence on the level of medication adherence. Multivariate analysis showed that the age of respondents, level of education, level of knowledge is the most influential factor and determine the level of treatment adherence. Education level is the variable that has the greatest effect on medication adherence. Through this study, it is advisable to pay particular attention to patients with certain characteristics such as patients with low education or low income levels.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mova Aria
"Latar Belakang: Kelelahan kerja merupakan penyebab 80% kecelakaan kerja di industri minyak dan gas yang menerapkan sistem kerja shift secara berkesinambungan.
Tujuan: Untuk menilai perubahan tingkat kelelahan kerja selama onduty pada pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di Indonesia.
Metode: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di perusahaan X dilibatkan dalam penelitian longitudinal panel survey ini dengan metode consecutive sampling. Data yang diambil adalah data demografi (usia, job position, lama bekerja, riwayat hipertensi dan diabetes) dan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) dengan 3 subscale; kelelahan akut, kelelahan kronis, dan waktu pemulihan. Pengambilan data dilakukan pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4 pada akhir shift.
Hasil: Dari 67 responden didapatkan skor kelelahan akut dan kelelahan kronis pada minggu ke 2 tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan minggu pertama (P > 0.05), tetapi meningkat signifikan pada minggu 3 dan 4 (P < 0.05). Skor waktu pemulihan pada minggu ke 2, 3, dan 4 menurun signifikan dibandingkan minggu 1 (P < 0.05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan di antara ketiga subscale (P <0.05).
Kesimpulan: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai mengalami peningkatan skor kelelahan akut dan kronis mulai minggu ke 3 dan penurunan skor waktu pemulihan mulai minggu ke 2. Manajemen kelelahan sesuai target waktu dan penjadwalan kerja yang optimal diharapkan dapat mengurangi kelelahan kerja dan menurunkan risiko kecelakaan kerja.

Background: Work fatigue is responsible for 80% of work accident in oil and gas industry, which applies shift work system for approximately 4 weeks as their regular schedule.
Aims: To assess the change of work fatigue level during on-duty period in the workers of offshore oil and gas rig in Indonesia.
Methods: Workers of the offshore oil and gas rig in company X were involved in this longitudinal panel survey research with consecutive sampling methodology. The collected data were demographic data (age, job position, work period, history of hypertension and diabetes) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) questionnaire with three sub-scales, namely acute fatigue, chronic fatigue, and inter-recovery time. Data were collected in weeks 1, 2, 3, and 4 at the end of shift period.
Results: From 67 respondents, the result shows that score of acute and chronic fatigue in week 2 did not significantly change, compared with first week (P > 0.05), but it significantly increased in weeks 3 and 4 (P < 0.05). Score of the inter-recovery time in weeks 2, 3, and 4 significantly decreased, compared with week 1 (P < 0.05). Correlation test shows relation among three sub-scales (P <0.05).
Conclusions: Workers in the offshore oil and gas rig had an increase of score in acute and chronic fatigue, starting from third week, as well as a decrease of score in inter-recovery time starting from second week. Fatigue management, based on time target and optimal work scheduling, is expected to reduce the work fatigue, and decrease the risk of work accident.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Setya Utami
"[ABSTRAK
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh kaum perempuan di Indonesia. Kanker dianggap penyakit yang sulit disembuhkan, dekat dengan kematian, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan mengubah penampilan fisik seseorang. Penderita kanker payudara dapat memiliki masalah pada aspek psikologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara kanker payudara dan karakteristik responden dengan aspek psikososial pada penderita kanker payudara. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 44 orang dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua variabel dari kanker payudara dan karakteristik responden tidak berhubungan dengan depresi, ansietas, dan stres, namun ditemukan adanya hubungan antara pendidikan dengan ansietas (nilai p=0,041). Secara umum, penderita sudah mampu beradaptasi dengan baik terhadap penyakitnya. Pelatihan dan kebijakan untuk mengkaji dan mengatasi masalah psikososial oleh perawat perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kesejahteraan psikososial penderita. Untuk selanjutnya, penelitian dapat difokuskan pada ansietas sebagai masalah psikososial yang paling menonjol pada penderita kanker payudara.

ABSTRACT
;Breast cancer is the most kind of cancer that occured in women in Indonesia. Cancer is concerned as uncurable disease, gate of death, disturbance of activities, and problem in physical appearance. Breast cancer patients may have psychological problems. This aim of study is to see the correlations between breast cancer and participants? characteristics with psychosocial aspects. The amount of participants is 44, while this study uses cross-sectional design. The result is almost all of variables do not correlate to depression, anxiety, and stress, meanwhile there is a correlation between education and anxiety (p value=0,041). Generally, patients are able to adapt with their illness even though there are some psychosocial problems sometimes that fortunately do not disturb their activity. Training and program about assessing and overcoming psychosicial problems should be done by nurses to increase patients? psychosocial wellbeing. For further research, anxiety as the most prominent psychosocial problems in breast cancer patients can be studied., Breast cancer is the most kind of cancer that occured in women in Indonesia. Cancer is concerned as uncurable disease, gate of death, disturbance of activities, and problem in physical appearance. Breast cancer patients may have psychological problems. This aim of study is to see the correlations between breast cancer and participants’ characteristics with psychosocial aspects. The amount of participants is 44, while this study uses cross-sectional design. The result is almost all of variables do not correlate to depression, anxiety, and stress, meanwhile there is a correlation between education and anxiety (p value=0,041). Generally, patients are able to adapt with their illness even though there are some psychosocial problems sometimes that fortunately do not disturb their activity. Training and program about assessing and overcoming psychosicial problems should be done by nurses to increase patients’ psychosocial wellbeing. For further research, anxiety as the most prominent psychosocial problems in breast cancer patients can be studied.]
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>