Ditemukan 166019 dokumen yang sesuai dengan query
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.
The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cindy Anisa Maharani
"Hubungan dengan teman sebaya merupakan aspek penting dalam perkembangan remaja. Sejak adanya pandemi COVID-19, keterbatasan interaksi sosial secara langsung menyebabkan menjalin pertemanan bagi remaja terasa melelahkan. Salah satu faktor kunci dalam hubungan teman sebaya adalah relasi anak dengan orang tuanya. Relasi orang tua-anak yang positif dinilai dapat membantu remaja dalam menghadapi situasi pandemi dan meningkatkan kualitas hubungan teman sebaya. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan relasi orang tua-anak dalam memprediksi kualitas hubungan teman sebaya pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan tipe studi cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 651 partisipan dan merupakan remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16,33, SD = 0,74), berjenis kelamin perempuan (n = 390) dan laki-laki yang berdomisili di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner Parent-Adolescent Relationship Scale dan Peer Friendship Scale. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa relasi orang tua-anak secara positif signifikan mampu memprediksi kualitas hubungan teman sebaya (p < 0,01) dengan nilai = 0,41. Disarankan perlunya membangun iklim keluarga yang positif melalui penguatan relasi orang tua-anak untuk meningkatkan kualitas hubungan teman sebaya pada remaja, khususnya pada masa pandemi COVID-19.
Peer relationship is an important aspect of adolescents’ development. Since the COVID-19 pandemic outbreak, the limited social interactions have made friendships for adolescents feel tiring. One of the key factors in peer relationships quality is child’s relationship with their parents. Positive parent-child relationship is considered to be able to help adolescents in dealing with pandemic situations and improve the quality of peer relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting peer relationship quality among middle adolescents during the COVID-19 pandemic. This research is a correlational study with cross-sectional design and was conducted on 651 participants who are middle adolescents aged 15-18 years (M = 16,33, SD = 0,74), females (n = 390) and males who live in Indonesia. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires Parent-Adolescent Relationship Scale and Peer Friendship Scale. The result of the simple linear regression shows that parent-child relationship positively significant predicted peer relationship quality (p < 0,01) with = 0,41. It is suggested the need to build a positive family climate through strengthening parent-child relationships to improve the quality of peer relationships in adolescent, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jihan Farah Nadhifa
"Pandemi COVID-19 mengakibatkan keadaan menjadi serba tidak pasti yang kemudian menyebabkan meningkatnya gangguan psikologis pada remaja. Salah satu faktor protektif yang dapat membantu remaja selama masa pandemi COVID-19 adalah harapan. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan harapan. Salah satu dukungan sosial yang terdekat bagi remaja adalah hubungan orang tua-anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi harapan pada remaja madya selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 651 remaja madya berjenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 15-18 tahun (M = 16.33). Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan harapan diukur dengan menggunakan Adult Hope Scale. Hasil pengujian analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak secara positif signifikan dapat memprediksi harapan pada remaja (p < 0,01) dengan nilai R2 sebesar 18,3% dan dan β = 0,428. Penelitian ini menyarankan untuk membangun hubungan orang tua-anak yang positif guna meningkatkan tingkat harapan pada remaja, terutama pada masa pandemi COVID-19.
The COVID-19 pandemic left the situation in a state of uncertainty which then led to an increase in psychological disorders in adolescents. One of the protective factors that can help adolescents during the COVID-19 pandemic is hope. Social support is one of the factors related to hope. One of the closest social supports for adolescents is the parent-child relationship. This study aims to see whether the parent-child relationship can predict hope in middle adolescents during the COVID-19 pandemic. This research is a non-experimental research with a quantitative approach. The participants in this study were 651 middle adolescents, female and male, with an age range of 15-18 years (M = 16.33). The parent-child relationship was measured using the Parent-Adolescent Relationship Scale. Meanwhile, hope is measured using the Adult Hope Scale. The test results of simple linear regression analysis showed that the parent-child relationship positively significantly predicted the hope of adolescents (p < 0.01) with an R2 value of 18.3% and and β = 0.428. This study suggests building a positive parent-child relationship in order to increase the level of hope in adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Diva Rizky Ramadhiany
"Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini dapat memicu dialaminya distres psikologis pada remaja atau memperparah distres psikologis yang sudah dialami sebelumnya. Dalam menghadapi hal tersebut, harapan dapat dilihat sebagai salah satu faktor protektif dalam kesehatan mental individu, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu kontribusi harapan terhadap distres psikologis pada remaja madya dalam konteks pandemic COVID-19 di Indonesia. Studi dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan meminta partisipan mengisi alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) (Kessler et al., 2003) dan Adult Hope Scale (AHS) (Snyder et al., 1991) versi Bahasa Indonesia yang telah diadaptasi. Partisipan pada penelitian sejumlah 651 remaja madya yang terdiri dari siswa Sekolah Menengah Atas di beberapa kota besar di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan kontribusi harapan yang negatif dan signifikan (R² =.038; F(1,649)=26.63; p<.05) terhadap distres psikologis. Harapan berkontribusi sebesar 3.8% terhadap penurunan distres psikologis. Dimensi agency thinking (β = -.068, p<.05) memiliki kontribusi lebih besar terhadap penurunan distres psikologis dibandingkan pathways thinking (β = -.151, p>.05) yang artinya semakin tinggi agency thinking yang dimiliki remaja, maka distres psikologis yang dialami akan semakin rendah.
The current COVID-19 pandemic can trigger psychological distress in adolescents or exacerbate previously experienced psychological distress. In dealing with the psychological distress, hope can be seen as one of the protective factors in individual mental health, especially during the current COVID-19 pandemic. Therefore, this study aims to find out the contribution of hope to psychological distress in middle adolescents in the context of the COVID-19 pandemic in Indonesia. The study was conducted using a quantitative method by asking participants to fill out the Indonesian version of the Kessler Psychological Distress Scale (K10) (Kessler et al., 2003) and Adult Hope Scale (AHS) (Snyder et al., 1991) which have been adapted into Bahasa. Participants in the study were 651 middle-adolescents consisting of high school students in several big cities in Indonesia. The results of this study indicate a negative and significant contribution of hope (R² = .038; F(1,649)=26.63; p<.05) on psychological distress. Hope contributed 3.8% to the decrease in psychological distress. The agency thinking dimension (β = -.068, p<.05) has a greater contribution to the reduction of psychological distress than pathways thinking (β = -.151, p>.05) which means that the higher the agency thinking adolescents have, the lower psychological distress they are experienced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mifta Sugesti
"Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang besar di seluruh dunia, termasuk menjadi pemicu munculnya distress psikologis pada remaja karena berbagai perubahan yang terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi distress psikologis adalah intolerance of uncertainty (IU), yaitu reaksi individu pada situasi yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi. Variabel yang diduga dapat memoderasi hal tersebut adalah resiliensi. Penelitian ini ingin melihat bagaimana hubungan antara IU dengan distress psikologis pada remaja dapat dimoderasi oleh resiliensi. IU diukur menggunakan skala IUS-12, distress psikologis diukur menggunakan skala K-10, serta resiliensi menggunakan RS-14. Sebanyak 396 remaja usia 11-19 (x̄ = 15.5 tahun) di Indonesia berpartisipasi mengisi alat ukur secara daring melalui GoogleForm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi dapat memoderasi hubungan antara IU dengan distress psikologis secara signifikan pada remaja di masa pandemi COVID-19 (t = -2.125, p < 0.05). Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi tingkat resiliensi yang dimiliki remaja, maka akan semakin dapat meminimalisir distress psikologis yang ditimbulkan akibat IU.
The pandemic of COVID-19 has created major changes in daily life worldwide, causing the rise of psychological distress among adolescents. One of significant factors that contribute to Psychological Distress during pandemic was Intolerance of Uncertainty (IU), defined as an individual reaction to uncertain and unpredictable situations. Resilience is predicted to be potential variable that could safeguard the impact of IU toward Psychological Distress. This research investigated the role of resilience as moderator between IU and psychological distress among adolescents. IU was measured using IUS-12, Psychological Distress scaled using K-10, and Resilience was measured by RS-14. 396 Indonesian adolescents aged 11-19 (x̄ = 15.5 years old) participated by filling out the scales online through GoogleForm. The result showed that Resilience could act as moderator between IU and Psychological Distress significantly (t = -2.125, p < 0.05). Hence, the higher level of resilience in youth could minimize the impact of IU on Psychological Distress."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Alya Ishfahanie
"Penutupan institusi pendidikan sebagai salah satu langkah penerapan kebijakan pembataan sosial berskala besar, menyebabkan mahasiswa berisiko mengalami kesepian. Kesepian yang terjadi pada mahasiswa dapat berdampak pada kesehatan mental mahasiswa, salah satunya berisiko mengalami psychological distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian selama pandemi Covid-19 dengan psychological distress pada mahasiswa. Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif-korelasi dan teknik potong lintang melibatkan 591 mahasiswa, didapatkan melalui teknik virtual network sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat didapatkan ada hubungan antara kesepian selama pandemi Covid-19 dengan psychological distress (p=0,000). Penelitian ini membantu pelayanan, penelitian, dan pendidikan keperawatan terkait kesepian dan psychological distress. Peningkatan concern dan awareness perawat terhadap fenomena kesepian dan stresor lainnya yang dapat mengancam kesejahteraan psikologis mahasiswa direkomendasikan.
The closure of educational institutions as one of the steps in implementing large-scale social restriction puts college students at risk of experiencing loneliness. Loneliness can dangerously affects students’ mental health, one of negative mental health risk caused by loneliness is psychological distress. This study aims to determine the relationship of loneliness during Covid-19 pandemic and psychological distress in college students. Quantitative research with descriptive-correlation design and cross-sectional technique involving 591 students, obtained through virtual network sampling technique. The result of the bivariate analysis with the Chi-square test found a relationship between loneliness during Covid-19 pandemic and psychological distress (p=0,000). This research supports the development of nursing services, research, and education related to loneliness and psychological distress. It is recommended to increase nurses’ concern and awareness of the phenomenon of loneliness and other stressors that can affect students’ psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Esi Nailulzahwaidar
"Pada masa pandemi, mahasiswa tidak hanya dihadapkan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus dilalui oleh semua individu pada seusianya. Namun juga mengalami berbagai situasi yang termasuk baru dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Apabila mahasiswa tidak dapat menoleransi ataupun menerima berbagai situasi tersebut akan menyebabkan mahasiswa mengalami distres psikologis. Nilai skor distres psikologis pada setiap mahasiswa dapat berbeda antara satu dengan lainnya, hal ini tergantung bagaimana individu melakukan penilaian terhadap peristiwa maupun stresor yang dihadapinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah
personality traits dan hope dapat menjadi prediktor dari kondisi distres psikologis pada mahasiswa di masa COVID-19. Partisipan pada penelitian berjumlah 330 mahasiswa yang sedang aktif kuliah strata-1 (S1) berusia 18-20 tahun (51.22%) berjenis kelamin perempuan (68.8%) dan tidak menikah (95.5%). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Kessler Psychological Distress Scale (K10), IPIP-BFM-25 Indonesia, dan The Trait Hope Scale. Berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa personality trait dan hope dapat memprediksi terjadinya distres psikologis pada mahasiswa—faktor openness, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness memiliki arah negatif, sedangkan faktor neuroticism memiliki arah positif.
During the pandemic, students are not only faced with various developmental tasks that must be passed by all individuals at their age. But also experiencing various situations that include new and unpredictable in advance. If students cannot tolerate or accept these various situations, they will experience psychological distress. The psychological distress score for each student can be different from one another, this depends on how the individual evaluates the events and stressors he faces. This study aims to determine whether personality traits and hope can be predictors of psychological distress conditions in college students during the COVID-19 period. Participants in the study were 330 students who were actively studying for undergraduate (S1) aged 18-20 years (51.22%) were female (68.8%) and unmarried (95.5%). This study uses a quantitative approach with convenience sampling technique. The measuring instruments used are the Kessler Psychological Distress Scale (K10), IPIP-BFM-25 Indonesia, and The Trait Hope Scale. Based on the results of the analysis, it is known that personality trait and hope can predict the occurrence of psychological distress in students—openness, conscientiousness, extraversion, and agreeableness factors have a negative direction, while the neuroticism factor has a positive direction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aulia Salsabilla Ibrahim
"Fenomena COVID-19 menimbulkan distres pada dewasa muda. Distres dewasa muda salah satunya disebabkan oleh interaksi di dalam keluarga, saat dewasa muda harus tinggal bersama keluarga selama masa pandemi. Studi kuantitatif ini bertujuan untuk melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor distres psikologis pada dewasa muda selama pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 411 orang berusia 18 sampai 25 tahun (M=20,7). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan General Health Questionnaire (GHQ-12). Ditemukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi distres psikologis pada orang dewasa muda (R2 = 0,235, p<0,05) dan dimensi komunikasi dalam keberfungsian keluarga dapat memprediksi secara signifikan distres psikologis dewasa muda (β= -0,245, p<0,05). Lebih lanjut, ditemukan distres psikologis yang lebih tinggi pada dewasa muda perempuan dibandingkan laki-laki dan laki-laki mempersepsikan keberfungsian keluarganya lebih baik dari perempuan.
The COVID-19 phenomenon causes distress in young adults. One of the causes of young adults distress is due to interactions within the family, when young adults have to live with their families during the pandemic. This quantitative study aims to look at family functioning as a predictor of psychological distress in young adults during the COVID-19 pandemic. The participants in this study were 411 people aged 18 to 25 years (M=20,7). The measuring instruments used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the General Health Questionnaire (GHQ-12). It was found that family functioning significantly predicts psychological distress in young adults (R2 = 0.235, p<0.05) and the communication dimension in family functioning can significantly predict psychological distress in young adults (β= -0.245, p<0.05). Furthermore, it was found that psychological distress was higher in young adult women than men and men perceived their family functioning as better than women. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kholifia Nabila
"Depresi pada remaja menjadi masalah global yang penting. Prevalensi peningkatan gejala depresi pada remaja dari tahun ke tahun terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan gejala depresi pada remaja. Sebuah studi online cross-sectional dilakukan menggunakan kuesioner secara online pada 124 remaja berdasarkan kriteria inklusi yaitu remaja SMA, berdomisili di Kota Depok, Jawa Barat serta bersedia menjadi responden. Sampel sekolah dipilih dengan teknik
simple random sampling. Pertanyaan tentang karakteristik remaja, dukungan sosial, dan gejala depresi. Simplification of the Beck Depression Inventory (BDI-S) digunakan untuk mengukur kemungkinan mengalami gejala depresi. Dukungan sosial dinilai menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk mengukur dukungan sosial pada remaja. Analisis Mann-Whitney dilakukan untuk menentukan hubungan antara dukungan sosial dan gejala depresi. Secara keseluruhan, 75,8% remaja menunjukkan gejala depresi dan 75,8% remaja mendapatkan dukungan sosial sedang. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial yang sedang pada keluarga, teman, dan orang lain. Studi ini menunjukkan bahwa adanya hubungan dukungan sosial dengan gejala depresi di kalangan remaja. Penelitian ini merekomendasikan agar remaja mampu meningkatkan dukungan sosial sehingga dapat mengurangi gejala depresi yang dirasakan. Penelitian lebih lanjut yang menghubungkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gejala depresi pada remaja disarankan.
Depression in adolescents is an important global problem. The prevalence of increasing depressive symptoms in adolescents from year to year continues to increase. This study aims to determine the relationship between social support and symptoms of depression in adolescents. An online cross-sectional study was conducted using an online questionnaire on 124 adolescents based on inclusion criteria, namely high school youth, domiciled in Depok City, West Java and willing to be respondents. The school sample was selected by simple random sampling technique. Questions about adolescent characteristics, social support, and depressive symptoms. The Simplification of the Beck Depression Inventory (BDI-S) was used to measure the likelihood of experiencing depressive symptoms. Social support was assessed using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) to measure social support for adolescents. Mann-Whitney analysis was performed to determine the relationship between social support and depressive symptoms. Overall, 75.8% of adolescents showed symptoms of depression and 75.8% of adolescents received moderate social support. Most respondents get moderate social support from family, friends, and other people. This study shows that there is a relationship between social support and depressive symptoms among adolescents. This study recommends that adolescents are able to increase social support so that they can reduce the symptoms of depression they feel. Further research linking factors that may influence depressive symptoms in adolescents is suggested."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sutrani Rachmawati
"Pandemi Covid-19 menjadi situasi yang menantang bagi tenaga kesehatan karena menempatkan mereka sebagai populasi berisiko tinggi untuk terinfeksi dan mendapatkan permasalahan terkait kondisi kerja yang berpengaruh terhadap tingkat distres. Tujuan penelitian ini ingin menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat distres pada tenaga kesehatan di Kabupaten Pandeglang selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada Oktober-Desember 2021 secara daring. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan di Kabupaten Pandeglang yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik. Distres diukur menggunakan Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C). Data dianalisis menggunakan Chi-squere dan regresi logistik ganda. Tenaga kesehatan memiliki tingkat distres rendah (30,49%) dan sedang (69,51%). Analisis regresi logistik ganda menunjukan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat distres yaitu ketersediaan APD dan dukungan rekan kerja. Tenaga kesehatan di Kabupaten Pandelang mengalami tingkat distres rendah dan sedang selama pandemi Covid-19. Pasokan APD yang memadai dan pembagian tugas yang jelas antar rekan kerja dibutuhkan untuk mencegah meningkatnya tingkat distres pada tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19.
The Covid-19 pandemic has become a challenging situation for health workers because it places them as a population at high risk for infection and getting problems related to working conditions that affect the level of distress. This study aims to analyze the factors associated with the level of distress among health workers in Pandeglang during the Covid-19 pandemic. This study uses a cross-sectional study design that was conducted in October-December 2021. The population in this study were all health workers in Pandeglang who worked in hospitals, public health centers, and clinics. The distress level is measured using the Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C). Data are analyzed using Chi-square and multiple logistic regression. Health workers have low (30.49%) and moderate (69.51%) levels of distress. Multiple logistic regression analysis showed that the dominant factors associated with the level of distress are the availability of PPE and the support of colleagues. Health workers in Pandelang experienced low and moderate levels of distress during the Covid-19 pandemic. An adequate supply of PPE and a clear division of tasks among co-workers are needed to prevent an increase in the level of distress for health workers during the Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library