Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paula Rita Wijayanti
"Taylor Swift mulai dianggap sebagai ikon feminisme saat berganti genre musik dari country ke pop ketika ia menyoroti masalah standar ganda yang dihadapi perempuan. Pada tahun 2018, Taylor Swift yang sebelumnya apolitis, menyatakan dukungan politiknya pada salah satu kandidat Partai Demokrat Senate dan House of Representatives. Swift juga mendukung hak-hak komunitas LGBTQAI+ dan membuat petisi untuk Equality Act.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi representasi ide-ide feminisme Taylor Swift dalam lirik lagu dan pidato-pidatonya, serta mencermati pengaruh representasi feminisme tersebut dalam konteks dunia hiburan di Amerika Serikat. Representasi ide-ide feminisme Taylor Swift dan pengaruhnya dalam dunia hiburan Amerika dianalisis dengan menggunakan lensa representasi dan white feminism, dengan teknik analisis tekstual.
Penelitian ini menemukan bahwa lirik lagu dan pidato-pidato Taylor Swift menyuarakan agenda feminisme, seperti menentang seksisme, misogini, dan pelecehan seksual, namun feminisme yang ditunjukkan Swift mengarah kepada bentuk white feminism. Swift menunjukkan perlawanan terhadap patriarki yang sejalan dengan agenda feminisme, namun belum mencakup aspek-aspek interseksionalitas karena tidak merasakan tekanan sistemik, seperti rasisme dan klasisisme.
Dalam dunia hiburan Amerika, White feminism Taylor Swift digambarkan dalam bentuk branding sebagai ikon feminisme. Swift memanfaatkan menjadi ally LGBTQAI+ untuk mendapatkan ketenaran dan kekayaan. Melalui pemberdayaan, Swift menjadi musisi papan atas yang memecah "glass ceiling", namun belum membawa efek "trickle down" bagi perempuan kulit berwarna.

Taylor Swift is considered a feminist icon when she changed her music genre from country to pop when she highlighted double standards faced by women. In 2018, Taylor Swift, who was apolitical, declared her political support for one of Democratic Party candidates for Senate and House of Representatives. Swift also supports the rights of the LGBTQAI+ community and petitioned for the Equality Act.
This study aims to analyze and evaluate the representations of Taylor Swift's feminist ideas in her song lyrics and speeches, as well as to examine the influence of these representations of feminism in the show business in the United States. The representation of Taylor Swift's feminist ideas and their influence in American show business is analyzed using the lens of representation and white feminism, with textual analysis techniques.
This study found that Taylor Swift's song lyrics and speeches showed feminist agendas, such as fighting sexism, misogyny, and sexual harassment, however, Swift demonstrated form of white feminism. Swift shows resistance to patriarchy which is in line with the agenda of feminism, but does not include aspects of intersectionality because she lacks of systemic pressures, such as racism and classism.
In show business, Taylor Swift's white feminism is described in the form of branding as a feminist icon. Swift used being an LGBTQAI+ ally as a way to gain fame and fortune. Through empowerment, Swift becomes a top musician who breaks the "glass ceiling", but has not yet brought a "trickle down" effect for women of color.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Arini Natalia Rotua
"Skripsi ini membahas tentang hak dan kebebasan perempuan dalam perkawinan menurut salah satu tokoh feminisme yaitu Betty Friedan yang dikaji secara filosofis. Skripsi ini memaparkan masalah-masalah yang dihadapi perempuan di dalam perkawinan, mulai dari masalah keluarga, budaya, dan sosial politik. Ide-ide filosofis Friedan seperti bagaimana perempuan harus menjadi pribadi yang otonom, adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, serta perempuan dipandang sebagai subjek yang utuh bukan dipandang hanya sebagai objek.

This thesis discuss the rights and freedom of women in marriage according to one of the feminist?s characters, Betty Friedan which is studied philosophically. This thesis describes the problems which is faced by women in marriage, starts from family problems, cultural, social and political. Friedan philosophical?s ideas such as how women should be an autonomous individual, equality between men and women, and women are seen as the whole subject not only seen merely as objects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Mudzakkir
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
305.42 AMI f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Griselda Febrina Talitha
"ABSTRAK
Skripsi ini mengangkat tema mengenai mitos yang terkandung di dalam tiga buah lirik mengenai Lorelei dari tiga masa berbeda. Lirik mengenai Lorelei dibedakan dari tiga rentang waktu yang berbeda, yaitu Lorelei karya Heinrich Heine yang diciptakan tahun 1823, Loreley karya Dschinghis Khan yang diciptakan tahun 1981, dan Lore Lay karya Faun yang diciptakan tahun 2013 untuk menampilkan mitos Lorelei dari waktu ke waktu. Selain itu, penelitian mengacu kepada relasi antara tokoh laki-laki dengan tokoh perempuan. Melalui telaah feminisme eksistensialisme terlihat perbedaan posisi antara laki-laki dan perempuan dalam ketiga teks. Ketiga teks memperlihatkan posisi laki-laki sebagai subjek, namun laki-laki juga dapat menjadi objek apabila dikuasai oleh perempuan. Posisi perempuan sebagai Sosok yang Lain juga fleksibel. Di satu sisi, perempuan dipandang sebagai objek, namun di sisi lain ia dapat menjelma menjadi subjek, namun hanya sebagai subjek yang jahat femme fatale . Selain itu, berdasarkan pada teori mitos Roland Barthes, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat mitos yang mengakar kuat karena adanya kepercayaan masyarakat sejak dahulu kala.

ABSTRACT
This thesis placed its focus on the myth that contained in three lyrics about Lorelei from three different periods. The lyrics of Lorelei are distinguished from three different time ranges, Lorelei by Heinrich Heine in 1823, Loreley by Dschinghis Khan in 1981, and Lore Lay by Faun in 2013 to show Lorelei myth from time to time. In addition, this research refer to the relationship between man and woman characters. Through the study of existentialist feminism, it shows the difference in position between man and woman in all three texts. All of the texts show the position of man as a subject, but men can also become an object when controlled by woman. The position of woman as The Other is also flexible. On the one hand, woman is seen as an object, but on the other hand she can transformed herself into a subject, but only as an evil subject femme fatale . Furthermore, based on Roland Barthes myth theory, the result of this study indicate that there is a myth that is deeply rooted because of the belief of society since a long time ago."
2017
S67877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enia Karina Priskila
"Tesis ini membahas representasi feminisme yang ada dalam Film Grandma (2015). Film Grandma (2015) adalah sebuah film karya Paul Weitz yang dirilis pada tahun 2015. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode multimodal dalam menganalisis keenam adegan terpilih yang merepresentasikan feminisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami representasi feminisme berdasarkan analisis multimodal dalam metafungsi representasional, metafungsi interaktif dan metafungsi komposisional. Hasil penelitian menunjukkan representasi feminisme dihadirkan melalui ketiga metafungsi dengan temuan berupa perlawanan tokoh perempuan terhadap kultur patriarki, perempuan mengambil alih kepemilikan tubuhnya secara utuh dan film ini menciptakan ruang aman untuk perempuan di dalam layar.

This thesis discusses the representation of feminism in the film Grandma (2015). The film Grandma (2015) is a film by Paul Weitz which was released in 2015. This research is qualitative research using multimodal methods in analyzing the six selected scenes that represent feminism. The aim of this research is to understand feminist representation based on multimodal analysis in representational metafunction, interactive metafunction and compositional metafunction. The research results show that the representation of feminism is presented through the third metafunction with findings in the form of female characters' resistance to patriarchal culture, women taking complete ownership of their bodies and this film creates a safe space for women on screen."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiara Citra Rasaski
"Modernisasi dan westernisasi yang terjadi secara masif pada masa awal Korea menyebabkan banyaknya wacana barat terinstitusi dan diimplementasi ke dalam sistemnya. Konsep feminisme, keadilan, dan kesetaraan atas hak-hak perempuan di Korea belum menjadi dikursus aktif hingga tahun 1993. Prinsip Konfusianisme yang menjadi akar dari nilai dan tradisi Korea dianggap mengopresi dan membatasi ruang gerak perempuan, sehingga menyebabkan perempuan Korea memulai perlawanannya melalui aktivisme sosial untuk menuntut hak-hak dasarnya. Menggunakan metode kritik epistemologi feminis, penelitian ini dilakukan untuk menelaah pengaruh pemikiran barat terhadap konseptualisasi dan praktik Konsep Feminisme dalam masyarakat Konfusianisme Korea dan juga perkembangannya pada era kontemporer ini. Didukung dengan teori stand point serta interseksionalitas, peneliti menemukan bahwa aktivisme perempuan di Korea hingga saat ini memancarkan retorika feminis-radikal dengan perjuangan kelas dan sedikit isu gender di dalamnya. Perbedaan budaya yang kontras juga menyebabkan kontradiksi yang kompleks dan rumit hadir dalam feminisme kontemporer Korea.

Modernization and westernization that occurred massively in the early days of Korea cause many western discourses to be institutionalized and implemented into its system. The concept of feminism, justice, and equality for women’s rights in Korea did not become an active discourse until 1993. The Confucian principles which are the roots of Korean values and traditions are considered to suppress and limit women’s movement, causing Korean women to start their resistance through social activism to claim their basic rights. Using the method of criticism of feminist epistemology, this research was conducted to examine the influence of western thought on the conceptualization and practice of the concept of feminism in Korean Confucian society and also its development in the contemporary era. Supported by Standpoint Theory by Sandra Harding and Kimberlé Crenshaw’s intersectionality concept, the author found that women’s activism in Korea exudes radical-feminist rhetoric with class struggle and gender issues in it. The contrasting cultural differences also lead to complex and complicated contradictions present in contemporary Korean Feminism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tampilan feminisme dan purity pada idola K-Pop perempuan terhadap intensi fanship dari fans laki-laki. Partisipan dalam penelitian ini adalah 93 individu laki-laki yang mengidentifikasi diri sebagai fans K-Pop dengan rentang umur 15–35 tahun (M = 20.88, SD = 4,02). Partisipan diberikan stimulus berupa vignette fiktif berupa foto, biodata fiktif, dan deskripsi kepribadian dari model dengan variasi pada tampilan ideologi feminisme dan pelanggaran purity. Hasil analisis Repeated Measures ANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tampilan Feminisme (F(2,184) = 7,74, p = 0,001, ηp2 = 0,08) dan Purity (F(2,184) = 14,26, p < 0,001, ηp2 = 0,13) pada idola K-Pop perempuan terhadap intensi fanship, serta tidak terdapat interaksi yang signifikan antara feminisme dan purity pada idola K-Pop perempuan dalam mempengaruhi intensi fanship pada fans laki-laki (F(2,184) = 1,62, p > 0,05, ηp2 = 0,02). Post-hoc paired samples t-test dilakukan dan ditemukan bahwa perbedaan tingkatan intensi fanship lebih tinggi secara signifikan pada perlakuan feminisme dibandingkan dengan non-feminisme dan pada perlakuan tampilan purity dibandingkan dengan perlakukan purity violation. Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki tidak ingin menjadi fans dari idola K-Pop perempuan yang menampilkan pelanggaran purity dan beridentitas feminis dengan menggunakan label feminis, tetapi justru memiliki preferensi terhadap idola yang menampilkan ideologi feminisme tanpa label.

This research aims to examine the influence of the display of feminist ideology and purity in female K-Pop idols on the fanship intentions of male fans. The participants in this study were 93 male individuals who identified themselves as K-Pop fans, ranging in age from 15 to 35 years (M = 20.88, SD = 4.02). Participants were presented with stimuli in the form of fictional vignettes containing ‘idol’ photos, fictional biodata, and personality descriptions of a model with variations in the display of feminist ideology and purity violation. The results of the Repeated Measures ANOVA analysis show that there is a significant influence between the display of Feminism (F(2,184) = 7.74, p = 0.001, ηp2 = 0.08) and Purity (F(2,184) = 14.26, p < 0.001, ηp2 = 0.13) on female K-Pop idols towards fanship intention, and there is no significant interaction between feminism and purity in influencing fanship intentions for male fans (F(2,184) = 1.62 , p > 0.05, ηp2 = 0.02). Post-hoc paired samples t-test was carried out and it was found that the difference in fanship intention levels was significantly higher in the feminism treatment compared to non-feminism and in the display of purity treatment compared to the purity violation treatment. This findings indicate that men do not intend to be fans of female K-Pop idols who display purity violations and feminist labels, instead males prefer idols who display feminist ideology without labels."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randie Ananda Agam
"Tesis ini bertujuan mengungkap praktek diskursus mengenai feminisme dalam internet, dengan meneliti internet meme, spesifiknya jenis image macro, di situs
meme repository 9GAG. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif terhadap teks meme dengan analisis multimodal dan analisis wacana Teun A. van Dijk. Sampel
data adalah subkategori meme yang secara konsisten menampilkan ide feminisme dalam tiap kemunculannya dan pernah muncul di 9GAG. Hasil peneltian menunjukkan bahwa diskursus feminisme tampil secara beragam sebagian merefleksikan diskursus humor yang merupakan diskursus utama 9GAG, sebagian lain tidak merefleksikan humor atau menampilkan humor dengan cara yang berbeda. Aktor-aktor sosial di balik meme yang diteliti juga beragam; sebagian dapat ditelusuri karena identitasnya tercatat dengan lengkap di internet, sebagian lain hanya bisa diduga berdasarkan karakteristik tertentu seperti penggunaan humor, posisi mengenai feminisme dan ketimpangan akses internet berdasar jenis kelamin. Ruang-ruang internet tempat meme yang membawa diskursus feminisme menyebar mengharuskan diskursus feminisme mengikuti diskursus humor yang sudah lebih dahulu berkuasa jika tidak mereka akan terpinggirkan dan hanya bisa mempertahankan status quo di situs orisinal mereka jika ada.

The thesis attempts to reveal discursive practices involved in construcing discourses on feminism in the internet. The research takes multiple subcategory of memes, that fall into image macro types, available on 9GAG. This is a qualitative research on
text and visual of memes, with analysis conducted using multimodal analysis and Teun A. van Dijk?s discourse analysis framework. Selected subcategories are the ones that consistently present ideas on feminism, and is available to access on 9GAG at least once. The result shows that discourse on feminism are various some reflects the humorous nature of 9GAG while others don?t or uses humor in a different direction than the ones found on 9GAG. Social actors are also different several are readily identifiable through the internet, while others are describable only based on several characteristics like the use of humor, stance on feminism and access gap of internet based on gender and sex difference. Social spaces where memes spread also require the memes to conform to preexisting discourse if they want to thrive in it; otherwise they will simply froze in an obscure corner of the space, while only barely maintaining the status quo of their original sites.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesya Arveila
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi feminisme liberal dalam anime Attack on Titan: The Final Season serta menganalisis makna dari temuan representasi feminisme liberal tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai kerangka analisis, yaitu feminisme liberal oleh Alison Jaggar (1983), teori kode televisi oleh John Fiske (2001), dan teori fantasi dalam kesusastraan modern Jepang oleh Susan Napier (1996). Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi feminisme liberal yang terdapat dalam Attack on Titan berupa penokohan karakter tokoh perempuan yang berkontribusi dalam militer dan politik, tindakan para tokoh perempuan yang menunjukkan kemampuannya dalam militer, dan kesetaraan hubungan antar tokoh perempuan dan laki-laki di dalam organisasi militer. Representasi perempuan dalam anime Attack on Titan: The Final Season ini dapat dibaca sebagai refleksi terhadap realitas dinamika gender di Jepang pada era kontemporer.

The purpose of this study is to discover liberal feminism representations in Attack on Titan: The Final Season and to analyze the meaning of these representations. This study uses three theories as a framework for analysis: liberal feminism by Alison Jaggar (1983), television code theory by John Fiske (2001), and fantasy theory in modern Japanese literature by Susan Napier (1996). The results of the analysis show that the representation of liberal feminism presented in this anime is in the form of characterizations of female characters who contribute to politics and the military, the actions of female characters who show their capabilities in the military, and the equality among female and male characters in military units. The representation of women in the anime Attack on Titan: The Final Season can be interpreted as a reflection of the reality of gender dynamics in Japan in the contemporary era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irwansyah
"Tahun ini hiburan/program non berita telah mendominasi layar televisi Indonesia. Memainkan peran yang signifikan sebagaimbagian dari identitas budaya, televisi membawa bersama dengan program hiburannya : produksi budaya dan reproduksi dalam bentuk simnol, barang, dan komitas. Melalui program produksi TV hiburan, keterkaitan budaya ini tak dapat dielakkan sejak keterlibatan wujud manusia, - yang mana budaya tertanam- menemani semua proses pembuatan program. Sehingga program televisi Indonesia berisi budaya dan tradisi Indonesia yang menampilkan beragam jenis dan bentuk dari entitas, suku, agama, kelas, bangsa, dan sekitarnya. Pertanyaan yang timbul yang mana simbol budaya dimunculkan pada layar televisi yang hanya menghadirkan identitas budaya (tanpa banyak valensi yang menarik) atau jika mereka bermaksud untuk menarik audiens ke stereotip tertentu.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa program non faktual pada televisi swasta nasional di aindonesia sekitar 24% menunjukkan identitas budaya ; sementara 7% dari program yang ditampilkan berisi elemen stereotip (Pusat UI Kajian Komunikasi, 2012). Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki banyak isu seperti ini. Ini mengidentifikasi tanda budaya yang muncul pada satu televisi nasional Indonesia. Program yang dianaliais 'Untung Ada Sule' , seorang komedian yang ditayangkan setiap hari di salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Selama penulisan penelitian ini, UAS memperoleh rating yang tinggi dan hasilnya berdasarkan Penelitian AGB Media Nielsen, meletakkan program tersebut menjadi tingkat prioritas untuk iklan. Pada setiap episode, Untung Ada Sule (UAS) berisi banyak tanda budaya-termasuk pakaian, makanan, dialek, dekorasi, kerajinan tangan, ornamen, dan lainnya-yang menghadirkan etnik spesifik di Indonesia.
Objektivitas dari penelitian ini adalah untuk meneliti makna dibalik penggunaan simbol entitas budaya sebagai pemanfaatan bingkai kontekstual yang diberikan pada layar TV hiburan yang akan menciptakan sebuah makna tertentu yang akan membawa prasangka etnik. Penelitian ini akan memperkaya kajian tekx analisis pada program non faktual. Bahkan, hasil penelitian menunjukkan gambaran umum tentang apa yang ditawarkan oleh program TV hiburan yang menggangap komoditas simbol budaya. Ini bisa menjadi bukti rekomendasi untuk kebijakan kepenyiaran Indonesia untuk program televisi yang lebih baik dan lebih sehat. Akhirnya, penelitian ini ingin mengkontibusikan perkembangan kualitas dari program TV hiburan denvan cara mempromosikan pemahaman budaya dan mencegah dari stereotip negatif terhadap entitas tertentu.
Penelitian ini diteliti dengan cara teori dan konsep analisis isi, penelitian ini mennyelidiki makna proses pembuatan simbol prasangka etnik yang ditampilkan pada satu episode di program UAS. Dengan mengimplementasikan analisis isi dengan bingkai kontekstual pada setiap adegan program di episode tersebut, dimana penelitian ini dilakukan. Melalui interpretatif konstuktivisme , analisis pada setiap adegan dibuat untuk memahami bagaimana produksi dan reproduksi dari komoditas simbol yang dimanfaatkan semua cara melalui adegan tersebut dan pengaturan episode yang mungkin menciptakan makna tertentu pada konteks tersebut. Identitas budaya menghadirkan masing -masing dan setiap simbol yang muncul di layar diteliti apakah benar atau tidak beberapa tingkatan yang mereka bawa untuk stereotip tertentu terhadap entitas tertentu.
Hasil penelitian ini mengidinkasi salah satu adegan UAS yang berisi banyak simbol budaya yang menghadirkan permasalahan ide antara apa pemahaman biasa yang dianggap entitas tertentu dan menciptakan makna baru yang berbeda, yang menyebabkan prasangkan etnik.

In recent years entertainment/non-news program have been dominating the Indonesian television screen.mPlayimg a significant role asmpart of cultural identity industry, televisiom brongs together in its entertainment program : cultural production and reproduction in the form of symbols, goods, and commodities. Throughout the production of TV entertainment program, this cultural engagement is inevitable since the involvement of humannentity -in which culture is embedded -naccompanies thenoverallnprocess of the making. zThus,mthe Indonesian television program contains the Indonesian culture and traditions that show various kinds and forms of ethnicity, race, religion, class, nation, and vicinity. Questions arise as of whether the cultural symbols appeared on the televisionmscreen are merely representingmthe cultural identity (without any valence attached) of if they are meant to drag the audience toma particula stereotyping.
Previous research reveals that in the npn-factual programs on national private televisions inmIndonesia 24% of whichnshows cultural identity; meanwhile 7% of the programs shown contains stereotyping element (UI Center of CommunicationmStudy, 2012). This research is meant to exploremmore on this issue. It identifies the cultural signs appeared on one of the Indonesian television entertainmentmprogramsmwhich obtainsmthe top rank in rating, acquiring prime show time on the nationalmTV slots. The program to bw analuzedmis 'Untung Ada Sule'm(can be translated as 'Luckily There os Sule'), a comedian soap operamthat is beingnaired every day in one privatennational TV station in Indonesia. During the making of this research, UAS has been acquiring high rating and share based on AGB nielsen Media Research, putting the progra, at priority level form advertisements. In every episode, 'Untung Ada Sule' (UAS) contains plentiful cultural signs-including clothing, food, dialect, decoration, handicrafts, ornaments, etc - representing specificmethnicity in Indonesia.
The objective of this research is to explore the meaning bwhind the use of symbols representing cultural ethnicity as whether the utilization of the symbols within the contextual framework given on the entertainment TV scene would create a particular meaning that will bring program. Moreover, the research result will providena general picture about what is offered by the Indonesian entertainment TV program with regards to cultural symbolic commodities. This can be furthered up so to provide a recommendation for the Indonesian broadcasting policy for better and healthier television programs. In the end, the study may contribute tp the quality enhancement of TV entertainment program in a way that it promotes cultural undertanding and prevents from negative stereotyping towards particular ethnicity.
By means of tje text analysis concepts and theories, this research exploresnthe meaning making process towards ethnic prejudice symbols shown on one episode of UAS program. By implementing text analysis within the contextual framework of every scene in the episode, the study is conducted. Through the interpretive constructivism, analysis on each scene is made as to understand how the production and reproduction of sympolic commodities utilized all the wah through the scene and setting of the episodw may create particular meaning within context. Cultural identities represented by each and every symbol appeared on scene are scrutinized as whether or not to some extent they lead to a particular stereotyping towards a particular ethnicity.
This research result indicates one of which is that UAS contains abundant cultural symbols representing the conflicting ideas between what is commonly understood regarding a specific ethnicity and the 'newly created' meaning different from that, which may lead to ethnic prejudice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>