Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beatrix Angelina Haryono
"Latar belakang. Pandemi Covid-19 membawa perubahan yang dilakukan pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 sehingga diberlakukan aturan Work From Home (WFH) bagi dunia kerja. Saat kasus Covid-19 mulai menurun, perkantoran perlahan mulai kembali ke Work From Office (WFO). Perubahan sebelum dan selama pandemi Covid-19 menimbulkan tekanan yang membuat persepsi tertentu terhadap stres dan stressor kerja setiap saat.
Metode. Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Tangerang dengan menggunakan metode campuran, metode kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran deskriptif stres kerja dan stresor menggunakan kuesioner SV-NBJSQ (Short Version New Brief Job Stres Questionnaire) versi bahasa Indonesia dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam semi terstruktur untuk mendapatkan gambaran persepsi pekerja terhadap stres kerja dan stresor di masa sebelum dan selama pandemi Covid-19.
Hasil. Prevalensi stres kerja saat WFO masa pandemi Covid-19 sebesar 28%, dengan gejala stres kerja yaitu kurangnya vigor sebesar 18.3 %, kelelahan 12.2%, kecemasan 9.8%, dan stres reaksi fisik 3.7%. Hasil stresor kerja adalah tuntutan emosional 31.7%, konflik peran 28 % , keseimbangan kerja negatif  24.4%, dan kelebihan beban kuantitatif 15.4%. Didapatkan kategori persepsi stres dan stresor kerja di masa sebelum pandemi Covid-19, WFH dan WFO masa pandemi Covid-19 sesuai dengan kata kuncinya.
Kesimpulan. Wawancara mendalam dapat menggali jawaban kuesioner tentang gejala stres yang ada dan penyebab stres yang mendasarinya. Terdapat perbedaan dan persamaan persepsi stres dan stresor kerja pada pekerja pelayanan publik saat sebelum dan selama pandemi Covid-19 yang selanjutnya dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang akan terus dapat mengalami perubahan akibat pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir.

Background. The Covid-19 pandemic has brought changes  that made by the government to suppress the spread of Covid-19 so that Work From Home (WFH) regulation were held for the world of work. As  Covid-19 cases began to decline, offices slowly began going back to the Work From Office (WFO). Changes before and during the Covid-19 pandemic created a pressure that made certain perceptions of stress and work stressors at all times.
Method. The research was carried out at the Tax Service Office in Tangerang using a mixed method where quantitative methods are used to get a descriptive picture of work stress and stressors using the Indonesian version of the SV-NBJSQ ( Short Version New Brief Job Stres Questionnaire) and qualitative methods with semi-structured in-depth interviews to obtain in period before, during the WFH, along with the WFO Covid-19 pandemic to workers in public service offices.
Results. The prevalence of work stress during WFO during the Covid-19 pandemic was 28%, with the results of work stress in the form of low vigor of 18.3%, fatigue of 12.2%, anxiety of 9.8%, stress of physical reactions 3.7%. The results of work stressors are emotional demands 31.7%, role conflict 28%, negative work balance 24.4%, and quantitative load 15.4%. The categories of perception stress and work stressors were obtained before the Covid-19 pandemic, WFH and WFO during the Covid-19 pandemic according to the keywords.
Conclusion. In-depth interviews could explore the questionnaire answers about existing stress symptoms and the underlying stressors. There are differences and similarities between perceptions of stress and work stressors for public service workers before, and during the Covid-19 pandemic which could then be a factor of consideration for companies that will necessarily continue to experience changes due to the Covid-19 pandemic which currently is still happening.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viesca Ayu Vandila
"Peningkatan kasus COVID-19 menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia khususnya DKI Jakarta sebagai kota dengan kasus terkonfirmasi terbanyak. Lonjakan kasus yang terus bertambah mengakibatkan perubahan pola kerja baru sebagai bentuk pengendalian persebaran virus COVID-19, pekerja menjadi salah satu agregat berisiko yang rentan mengalami masalah psikososial. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara karakteristik dengan tingkat stres pekerja yang work from home (WFH) di Suku Dinas X Jakarta Selatan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan teknik quota sampling melibatkan 74 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner karaktestik pekerja dan tingkat stres dengan instrument Perceived Stress Scale (PSS-10). Hasil analisis dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan tingkat stres p value = 0,034; status perkawinan dengan tingkat stres p value = 0,033; serta jumlah beban kerja dengan tingkat stres p value = 0,037. Hasil penelitian ini merekomendasikan pihak institusi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan psikososial yang belum menjadi perhatian pada pekerja yang work from home (WFH).

The increase in COVID-19 cases has become a major health problem in Indonesia, especially in DKI Jakarta as the city with the most confirmed cases. The increasing number of cases has resulted in changes to new work patterns as a form of controlling the spread of the COVID-19 virus, workers are one of the risk aggregates who are vulnerable to psychosocial problems. This study aims to determine the relationship between characteristics and stress levels of workers who work from home (WFH) in the X South Jakarta Sub-dept. during the COVID-19 pandemic. This research is an analytic study using a cross-sectional research design with a quota sampling technique involving 74 respondents. Data collection is done using a questionnaire on worker characteristics and stress levels with the Perceived Stress Scale (PSS-10) instrument. The results of the analysis using the Pearson Chi-Square test showed a significant relationship between the number of children with stress levels p-value = 0.034; marital status with stress level p-value = 0.033; and the amount of workload with a stress level of p-value = 0.037. The results of this study recommend institutions to improve psychosocial health services that have not become a concern for workers who work from home (WFH). "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nya Natalina Lukman
"Kondisi pandemi COVID-19 telah membawa dampak psikososial bagi profesional kesehatan khususnya perawat yang bertugas sebagai garda terdepan dalam pelayanan keperawatan. Peningkatan kasus COVID-19 yang terus menerus menimbulkan stres kerja bagi perawat. Stres kerja perawat akan berdampak pada kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu dukungan sosial seperti dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres kerja dan dukungan keluarga terhadap kinerja perawat pelaksana selama pandemi COVID-19. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 87 perawat pelaksana yang diambil dengan menggunakan total sampling.Kuesioner stres kerja diukur dengan menggunakan kuesioner dari penelitian Junismar (2012) dengan r (0,893) sementara kuesioner dukungan keluarga diukur berdasarkan penelitian dari Kurniarifin (2017) dengan r (0,928) dan kuesioner kinerja diukur menggunakan kuesioner dari Royani (2019) dengan r (0,945). Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji somers’d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja (p>0,05) dan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kinerja (p<0,05). Rekomendasi dari penelitian ini yaitu pertahankan manajemen stres selama masa pandemi COVID-19 dan pemberian konseling tentang stres kerja secara konsisten serta pertahankan dukungan keluarga yang sudah baik.

The COVID-19 pandemic has had a psychosocial impact on health professionals, especially nurses who serve as the front line in nursing services. The continuous increase in Covid-19 cases causes work stress for nurses. The work stress of nurses will have an impact on the performance of nurses in carrying out nursing care. Therefore we need a social support such as family support. The purpose of this study was to determine the relationship between work stress and family support on the performance of implementing nurses during the COVID-19 pandemic. The number of samples in this study were 87 nurses who were taken using total sampling. The work stress questionnaire was measured using a questionnaire from Junismar (2012) with r (0.893) while the family support questionnaire was measured based on research from Kurniarifin (2017) with r (0.928). ) and the performance questionnaire was measured using a questionnaire from Royani (2019) with r (0.945). Data analysis in this study was carried out using the Somers'd test. The results showed that there was no significant relationship between work stress and performance (p>0.05) and there was a significant relationship between family support and performance (p<0.05). Recommendations from this study are to maintain stress management during the COVID-19 pandemic and provide counseling about work stress consistently and maintain good family support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Landauw
"Pendahuluan: Pemilu 2019 di Indonesia merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan serentak dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) harus menyelesaikan penghitungan suara di hari yang sama dengan penambahan kertas suara. Keadaan ini menyebabkan petugas KPPS meninggal dan sakit diduga akibat stres dan kelelahan akibat beban kerja yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan respon stres pada petugas KPPS Pemilu 2019.  
Metode: Desain studi potong lintang menggunakan data sekunder dilakukan terhadap masalah yang diteliti meliputi 80 data petugas KPPS di TPS di Jakarta, Banten, dan Yogyakarta. Stresor kerja dan respons stres dinilai dengan NBJSQ bahasa Indonesia. Beberapa model regresi logistik digunakan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait dengan respons stres.
Hasil: Stresor pekerjaan yang paling dirasakan oleh petugas KPPS Pemilu 2019 dalam penelitian ini adalah kelebihan beban kerja kuantitatif (47,5). Respon stres yang paling banyak terjadi pada petugas KPPS Pemilu 2019 dalam penelitian ini adalah kelelahan (17,5%). Tidak ada hubungan antara stresor pekerjaan dan faktor individu dengan respon stres (p>0,05).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kelebihan beban kerja kuantitatif merupakan stresor kerja utama di kalangan petugas KPPS pada pemilihan umum 2019. Stresor tersebut dapat memicu kejadian serangan jantung pada individu yang memiliki predisposisi.

Introduction: The 2019 general election in Indonesia was the first general election to be held simultaneously and election officers (KPPS) had to complete the vote count on the same day with additional ballot papers. This situation caused high mortality and morbidity among KPPS officers due to stress and fatigue caused by job overload. This study was aimed to explore the factors related stress response in 2019 election KPPS officers.
Methods: A cross-sectional study design was conducted to the issue under the study included 80 data of KPPS officers at Polling Station (TPS) in Jakarta, Banten, and Yogyakarta. Occupational stressor and stress response was assesed with NBJSQ bahasa Indonesia. Multiple logistic regression models were used to explore factors associated with stress response.
Results: The most perceived occupational stressor experienced by the 2019 General Election KPPS officers in this study were quantitative job overload (47,5%).The stress response that occurred in the 2019 General Election KPPS officers in this study was fatigue (17.5%). There was no relationship between occupational stressor and individual factors with stress response (p>0.05). The stressor can trigger the incidence of heart attacks in predisposed individuals.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Grisdy Mahardikana
"Beberapa tahun terakhir, masyarakat dihadapakan oleh kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia. Kondisi ini mengganggu seluruh aktivitas di berbagai sektor tak terkecuali sektor informal, seperti ojek online. Hal ini dipicu oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyebabkan terbatasnya pergerakan ekonomi masyarakat tak terkecuali pada sektor informal seperti ojek online. Dengan adanya kebijakan tersebut mengakibatkan menurunnya penghasilan pengemudi ojek online. Hal ini menggambarkan bagaimana tertekananya pengemudi ojek online, dimana kondisi ini dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan gangguan kesehatan mental yang sangat berbahaya karena dapat mengganggu produktivitas, fisik dan psikologis. Pada skripsi ini akan dicari faktor-faktor yang signifikan memengaruhi tingkat stres pada pengemudi ojek online di DKI Jakarta dan untuk mengetahui profil pengemudi ojek online yang mempunyai tingkat stres tinggi berdasarkan faktor-faktor yang signifikan. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial, religiusitas, kepuasan kerja, umur, status nikah, jumlah tanggungan, masa kerja, lama kerja dan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian ini yaitu metode Partial Least Square (PLS) dan metode Classification and Regression Tree (CART). Data yang digunakan adalah data primer sebanyak 271 pengemudi ojek online di DKI Jakarta yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial, kepuasan kerja, lama kerja, dan masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres. Selain itu, diperoleh pula bahwa profil pengemudi ojek online yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama waktu bekerja >8 jam/hari, serta memiliki dukungan sosial rendah dan juga pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama kerja > 8 jam/hari, memiliki dukungan sosial tinggi, serta memiliki masa kerja > 2 tahun

In recent years, society has been faced with the COVID-19 pandemic that is sweeping the world. As a result of this condition, it disrupts all activities in various sectors, including the informal sector, such as online motorcycle taxis. This is triggered by government policies that limit the economic movement of the community, including the informal sector such as ojek online. This is the pressure experienced by ojek online which can trigger stress. Stress is a mental health disorder that is very dangerous because it can interfere with productivity, physically and psychologically. In this research, the researcher wants to know the factors that significantly affect the stress level of online in DKI Jakarta and to find out the profile of ojek online who have high stress levels based on significant factors. The factors used in this research are social support, religiosity, job satisfaction, age, marital status, number of dependents, years of service, length of work and income. The methods used in solving this research problem are Partial Least Square (PLS) method and Classification and Regression Tree (CART) method. The data that are used in this research is primary data as many as 271 ojek online in DKI Jakarta taken using purposive sampling. The results showed that social support, job satisfaction, length of work, and year of service had a significant effect on stress levels. In addition, it was also found that the profiles of online who have high stress levels are drivers with low levels of job satisfaction, have a long working time of > 8 hours/day, and have low social support and are also drivers with a low level of job satisfaction, have long working hours/day, have high social support, and have a year of service > 2 years"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Nur Hakiki
"Seperti negara lain di dunia, Indonesia turut menghadapi pandemi Covid-19. Dalam rangka percepatan penanganan pandemi dilaksanakan PPKM. Sektor non-kesehatan melaksanakan kegiatan secara terbatas dan/atau jarak jauh. Sedangkan sektor kritikal seperti kesehatan beroperasi 100% staf (termasuk tenaga kesehatan) tanpa pengecualian. Selama pandemi covid-19, beberapa negara telah melakukan penelitian tentang risiko psikologi yang harus diterima tenaga kesehatan. Di Indonesia, 83% tenaga kesehatan mengalami burnout syndrome selama pandemi covid-19. Pemerintah turut mengambil peran dalam meningkatkan semangat kerja dengan memberikan kompensasi. Kompensasi dan stres kerja dapat mempengaruhi motivasi kerja tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stres dan kompensasi dengan motivasi kerja tenaga kesehatan RS X di Kota Bogor selama pandemi covid-19. Penelitian ini menggunakan desain analitik cross sectional. Dilaksanakan di RS X Kota Bogor pada Juli 2022. Penarikan sampel dilakukan dengan purposif sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan kuesioner online. Analisis data dilakukan dengan analisis chi square. Hasilnya didapatkan adanya hubungan antara stres kerja dan kompensasi dengan motivasi kerja tenaga kesehatan RS X di Kota Bogor selama masa pandemi. Tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi koping stres dan manajemen RS dapat melaksanakan rotasi kerja rutin, mengevaluasi jadwal dan beban kerja, pelaksanaan K3RS dan komunikasi efektif terkait pemberian kompensasi pada tenaga kesehatan.

Indonesia is currently dealing with the Covid-19 outbreak, just as other nations around the globe. PPKM is implemented in order to quicken the pandemic response. Limited and/or distant activities are carried out by the non-health sector. Meanwhile, essential industries like the health sector run completely on staff, especially healthcare professionals. Several nations have researched the psychological hazards that healthcare professionals must take during the COVID-19 epidemic. During the COVID-19 epidemic, 83% of health professionals in Indonesia reported having burnout syndrome. By offering rewards, the government contributes to raising morale as well. Health professionals' motivation to work can be impacted by compensation and workplace stress. The goal of this study is to ascertain how the COVID-19 pandemic's stress and compensation levels relate to the job motivation of healthcare professionals at Bogor City's X Hospital. Cross sectional analytic design was employed in this investigation. held in July 2022 at RS X Bogor City. Purposive sampling was used to collect samples, and it was based on inclusion and exclusion criteria. An online survey is the tool used to gather the data. Chi square analysis was used to analyze the data. The findings revealed a connection between work-related stress and pay and the motivation of health professionals at RS X in Bogor City during the epidemic. Health workers must be able to use stress management techniques, and hospital management must be able to implement K3RS, carry out normal work rotations, assess workloads and work schedules, and effectively communicate with regard to health workers' compensation. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lugina Prativi
"Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaanyaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu. Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan, sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan yaitu hubungan intepersonal.

This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews and direct observation to the work area, while the secondary data obtained from the company's data and previous literature. The results, factors affecting job stress is physical hazards of noise, whereas psychosocial hazards on the job content and context of the work load and the intepersonal relationships."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Puspa Paramita
"Pandemi COVID-19 telah menghancurkan industri penerbangan secara global. Di Indonesia sendiri, industri mengalami kerugian pendapatan sebesar USD 8,225 miliar dan mencatat penurunan 50% permintaan penumpang pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Rendahnya permintaan perjalanan udara dan tidak jelas berakhirnya pandemi telah menyebabkan krisis ganda, kesehatan dan ekonomi, yang juga mempengaruhi karyawan industri penerbangan secara pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak persepsi kekhawatiran pandemi Covid-19 terhadap Stres Kerja, Keterlibatan Kerja, dan Ketidakamanan Kerja di kalangan karyawan industri penerbangan. Ini juga mengeksplorasi hubungan antara Stres Kerja terhadap Ketidakamanan Kerja dan Ketidakamanan Kerja dengan Keterlibatan Kerja. Terakhir, penelitian ini akan mempelajari pengaruh Stres Kerja, Ketidakamanan Kerja, dan Keterlibatan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS), penelitian ini akan mengkaji data karyawan industri penerbangan yang bekerja di berbagai perusahaan, termasuk maskapai penerbangan, bandara, MRO, atau konsultan pihak ketiga di Indonesia. Tingkat orang yang disurvei juga berkisar dari eksekutif hingga staf. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kekhawatiran pandemi yang dirasakan akan memberikan lapisan lain dari ketidakamanan kerja dan stres kerja serta berdampak negatif pada keterlibatan kerja. Keterikatan kerja karyawan kemudian berdampak negatif terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, kekhawatiran pandemi yang dirasakan akan berdampak positif secara tidak langsung terhadap Prestasi Kerja Karyawan.

COVID-19 pandemic has devastated the airline industry globally. In Indonesia alone, the industry suffered USD 8.225 billion loss in revenue and recorded a 50% drop in passenger demand in 2020 compared to the previous year. The low demand for air travel and no clear end to the pandemic had caused a double crisis, health and economical, which also affecting aviation industry employees on a personal level. This research aims to see the impact of perceived Covid-19 pandemic concerns on Job Stress, Work Engagement, and Job insecurity among aviation industry employees. It also explores the relationship between Job Stress towards Job Insecurity and Job Insecurity to Work Engagement. Finally, the research will study the impact of Job Stress, Job Insecurity, and Work Engagement on Employee Job Performance. Using Structural Equation Modeling (SEM) based on Partial Least Square (PLS), the research will be examined data of aviation industry's employees who work on various companies, including airline, airport, MRO, or third-party consultant in Indonesia. The level of people who are being surveyed also ranges from executives to staff level. The result of this research is that perceived pandemic concerns will provide another layer of job insecurity and Job stress as well as negatively impact work engagement. Employee work engagement then negatively impacts the employee job performance. Therefore, as a result, the perceived pandemic concern will have an indirect positive impact on Employee Job Performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>