Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 241833 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faizah Aliyah Rachman
"Penerapan 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada Instagram mengubah implementasi celebrity endorsement di media sosial. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki apakah keberadaan label 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada unggahan berbayar berpengaruh langsung terhadap intensi membeli dengan hubungan parasosial sebagai moderator. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental between-subject pada perempuan dewasa pengguna Instagram di Indonesia dalam rentang umur 18-34 tahun. Disclosure language dipilih sebagai variabel bebas (tanpa disclosure language dan dengan disclosure language), hubungan parasosial sebagai moderator, dan intensi membeli sebagai variabel terikat. Analisis Multiple Regression digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari disclosure language terhadap intensi membeli dan hubungan parasosial juga tidak secara signifikan memoderasi pengaruh disclosure language terhadap intensi membeli. Sementara, penelitian justru menemukan hubungan parasosial menunjukkan pengaruh langsung terhadap intensi membeli. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa hubungan parasosial dapat menjadi prediktor munculnya intensi membeli.

The implementation of 'Paid Partnership' as a disclosure language on Instagram has changed the way of celebrity endorsements are presented on social media. This research was conducted to investigate whether the appearance of the 'Paid Partnership' as a disclosure language in paid post has a direct effect on purchase intention with parasocial relationship as a moderator. This research is a between-subject experimental study on adult female Instagram users in Indonesia within the age of 18-34 years old. Disclosure language was chosen as the independent variable (no disclosure language and with disclosure language), parasocial relationship as the moderator, and purchase intention as the dependent variable. Multiple Regression Analysis is used to test the hypothesis of this study. The results shown that there was no significant effect of disclosure language on purchase intentions and parasocial relationships also did not significantly moderate the effect of disclosure language towards purchase intentions. Meanwhile, this research discovered that parasocial relationship show a direct effect on purchase intention. This research implies that parasocial relationships can be a predictor of purchase intentions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farsya Khairani Permana Adi
"Fenomena boikot terhadap figur publik, seperti yang terjadi pada kolaborasi grup K-Pop NCT dengan Starbucks di tahun 2024, menyoroti kompleksitas perilaku penggemar sebagai konsumen di tengah isu moral dan sosial, terutama mengingat dinamika hubungan parasosial antara penggemar dan idola. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot, serta menguji peran mediasi persepsi transgresi moral dalam korelasi tersebut pada 370 penggemar grup K- Pop NCT di Indonesia yang berusia 18–25 tahun. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan uji mediasi sederhana (Model 4) oleh PROCESS Macro dari Andrew Hayes, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memiliki korealasi secara langsung dengan intensi boikot penggemar dan persepsi transgresi memiliki peran penting sebagai mediator dalam memprediksi korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot pada penggemar sebagai konsumen. Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan kajian literatur hubungan parasosial dan perilaku konsumen, khususnya dalam konteks perilaku boikot.

The phenomenon of boycotting public figures, as seen in the 2024 collaboration between the K-Pop group NCT and Starbucks, highlighted the complexity of fans as a consumer behavior amid moral and social issues, particularly considering the dynamics of parasocial relationships between fans and idols. This study aimed to analyze the correlation between parasocial relationships and boycott intention, as well as to examine the mediating role of perceived moral transgression in that correlation among 370 Indonesian fans of the K-Pop group NCT aged 18–25. Using a quantitative approach with a correlational method and simple mediation analysis (Model 4) from Andrew Hayes' PROCESS Macro, the findings showed that parasocial relationships did not have a direct correlation with fans’ boycott intention. Moreover, perceived moral transgression played a significant mediating role in predicting the correlation between parasocial relationships and boycott intention among fans as consumers. This study may contribute to the development of parasocial relationship and consumer behavior literature, particularly in the context of boycott behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harya Vandika Daniswara
"Penelitian ini menganalisis pengaruh interaksi parasosial dalam ulasan TikTok terhadap niat beli Generasi Z di Jakarta, dengan fokus pada aspek hedonis (perceived enjoyment dan Transparency) dan utilitarian (Informativeness dan Credibility). Metodologi yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, menggunakan data primer dari 195 responden yang merupakan pengguna aktif TikTok. Responden adalah Generasi Z yang lahir antara 1996 dan 2004 di Jakarta. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis data. Temuan menunjukkan bahwa interaksi parasosial berpengaruh positif signifikan terhadap perceived enjoyment, Transparency, Informativeness, dan Credibility. Selain itu, perceived enjoyment dan Transparency signifikan mempengaruhi niat beli, menekankan pentingnya pengalaman positif dan informasi yang jelas dalam ulasan produk di TikTok.

This study analyzes the influence of parasocial interaction in TikTok reviews on the purchase intention of Generation Z in Jakarta, focusing on hedonic (perceived enjoyment and Transparency) and utilitarian aspects (Informativeness and Credibility). The methodology used is a correlational quantitative study, utilizing primary data from 195 active TikTok users. Respondents are Generation Z, born between 1996 and 2004 in Jakarta. The study uses Structural Equation Modeling (SEM) to analyze the data. Findings indicate that parasocial interaction significantly positively influences perceived enjoyment, Transparency, Informativeness, and Credibility. Additionally, perceived enjoyment and Transparency significantly affect purchase intention, emphasizing the importance of positive experiences and clear information in TikTok product reviews."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sofi Yatasya
"Merek dan bisnis kini semakin tertarik untuk menemukan cara menggunakan influencer sebagai ‘tokoh populer’ untuk mengenalkan produk kepada audiens mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kredibilitas dan interaksi parasosial oleh Youtube influencer terhadap intensi pembelian produk kecantikan yang dipengaruhi oleh physical attractiveness, attitude homophily, serta social attractiveness. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan Covariance Based Structural Equation Modelling (CB-SEM) untuk pengolahan data berdasarkan data dari 639 responden yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap pengguna aktif Youtube yang mengikuti (berlangganan) pada beauty influencer Indonesia selama lebih dari 3 bulan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa physical attractiveness, attitude homophily, dan social attractiveness berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap para-social interaction. Selanjutnya physical attractiveness dan attitude homophily berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap credibility dari influencer. Terakhir, credibility dan para-social interaction berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap purchase intention. Implikasi manajerial serta saran bagi penelitian selanjutnya dibahas lebih lanjut di dalam penelitian ini.

Brands and businesses are increasingly interested in finding ways to use influencers as ‘popular figures’ to introduce products to their audience. This study aims to determine the influence and parasocial interaction by Youtube influencer on the intensity of purchasing beauty products influenced by physical attractiveness, attitude homophily, and social attractiveness. This quantitative research uses Covariance Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) for data processing based on data from 639 respondents obtained through questionnaires to active Youtube users who have subscribed to Indonesian beauty influencers for more than three months. This study shows that physical attractiveness, attitude homophily, and social attractiveness have a positive and significant effect on interpersonal interactions. Furthermore, physical attractiveness and attitude homophily have a positive and significant effect on the credibility of the influencer. Finally, credibility and parasocial interaction have a positive and significant effect on purchase intention. The managerial implications and suggestions for further research are discussed further in this study."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Yolanda Nabasa
"Saat ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan selebritas asal Korea Selatan untuk mempromosikan produknya. Hal ini dilakukan karena selebritas asal Korea Selatan dianggap dapat menciptakan kesan kedekatan personal dengan para penggemar mereka, atau yang secara ilmiah disebut sebagai hubungan parasosial. Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa hubungan parasosial berhubungan dengan perilaku konsumen, seperti intensi pembelian dan pembelian impulsif. Pembelian impulsif juga ditemukan berhubungan dengan materialisme seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan parasosial dan pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan dan apakah materialisme berperan sebagai moderator pada hubungan tersebut. Sebanyak 359 penggemar selebritas asal Korea Selatan yang berusia 20 – 25 tahun mengikuti penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial memprediksi pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01), akan tetapi materialisme ditemukan tidak memoderasi hubungan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam merancang strategi pemasaran produk untuk meningkatkan penjualan dan di sisi lain meningkatkan literasi konsumen, termasuk penggemar selebritas asal Korea Selatan, untuk lebih sadar dan berhati-hati ketika membeli produk yang dipromosikan oleh idolanya.

Currently, an increasing number of companies are using South Korean celebrities to promote their products. This is done because South Korean celebrities are believed to create a sense of personal closeness with their fans, known scientifically as parasocial relationships. Previous studies have found that parasocial relationships are related to consumer behavior, such as purchase intention and impulsive buying. Impulsive buying has also been found to be related to an individual's materialism. This study aims to investigate the relationship between parasocial relationships and impulsive buying among fans of South Korean celebrities, and whether materialism plays a moderating role in this relationship. A total of 359 fans of South Korean celebrities, aged 20-25, participated in this study. The research was conducted by distributing an online questionnaire. The results of the study indicate that parasocial relationships predict impulsive buying among fans of South Korean celebrities (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01). However, materialism was found to not moderate this relationship. The findings of this study are expected to provide insights for companies in designing marketing strategies to increase sales, while also enhancing consumer literacy, including among fans of South Korean celebrities, to be more aware and cautious when purchasing products promoted by their idols."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Dwiyanti
"Penelitian ini mengeksplorasi bentuk interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar musik K-Pop yang berusia dewasa muda (26 – 39 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta wawancara mendalam terhadap 4 perempuan dewasa muda untuk pengambilan data. Data dianalisis melalui coding dan ditulis dengan teknik analisis naratif. Pada penelitian ini, interaksi parasosial dilihat dari aktivitas penggemar yang dilakukan dan memasukkan perspektif usia dewasa muda, sehingga dapat terlihat bagaimana interaksi parasosial berperan dalam kehidupan penggemar. Karakteristik individu dewasa muda turut melatarbelakangi bentuk interaksi parasosial yang dialami penggemar. Hasil analisis menemukan adanya keterbatasan sebagai individu dewasa muda yang berpotensi menghentikan interaksi parasosial pada diri penggemar. Namun, keterbatasan tersebut diatasi dengan penggunaan media digital dan fandom. Penelitian ini menemukan interaksi parasosial pada penggemar dewasa muda digunakan sebagai sarana media enjoyment.

This research explores forms of parasocial interactions that occur in K-Pop music fans who are young adults (26-39 years). This study uses a qualitative approach, phenomenological strategy, and in-depth interviews with 4 young adult women. The data were analyzed through coding process and written with narrative analysis techniques. Parasocial interaction in this study are seen from the fan activity and include the age perspective as young adults (life course perspectives), so the study can see how parasocial interactions have a role in the fans’ life. Characteristics of young adult individuals also contribute to the form of parasocial interactions experienced by the fans. The results of this research found that young adult fans have limitations that potentially stop parasocial interactions in fans. However, these limitations are overcome by the use of digital media and fandom. This study found interactions in young adult fans are used as media enjoyment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Anindita Humaira
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong perempuan dewasa muda untuk membangun kedekatan dengan sosok idola, yang dikenal sebagai hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesepian dapat memprediksi hubungan parasosial secara positif pada perempuan dewasa muda penggemar K-Pop di Indonesia. Partisipan berjumlah 389 orang perempuan berusia 18–25 tahun yang mengidentifikasi diri sebagai penggemar K-Pop. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan teknik analisis regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale Version 3 untuk mengukur kesepian dan Multidimensional Parasocial Relationship Measure untuk mengukur hubungan parasosial, yang mencakup dimensi para-friendships dan para-romantic love. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesepian secara signifikan memprediksi para-friendships (R2 = 0.044, F(1, 387) = 17.68, p < .001) dan para-romantic love (R2 = 0.015, F(1, 387) = 5.89, p = .016), dengan effect size yang kecil. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesepian, semakin besar kecenderungan individu membentuk hubungan parasosial dengan idola K-Pop. Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai kontribusi literatur untuk memperluas pemahaman mengenai kesepian dan hubungan parasosial, serta menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dalam konteks psikologi dan budaya popular.

The lack of real-life social relationships may lead young adult women to form emotional bonds with public figures, known as parasocial relationships. This study aims to examine whether loneliness can positively predict parasocial relationships among young adult women who are K-Pop fans in Indonesia. A total of 389 female participants aged 18–25 who identified themselves as K-Pop fans took part in this study. A correlational quantitative approach was used with simple linear regression analysis. The instruments employed were the UCLA Loneliness Scale Version 3 to measure loneliness and the Multidimensional Parasocial Relationship Measure to assess parasocial relationships, covering two dimensions: para-friendships and para-romantic love. The results showed that loneliness significantly predicted para- friendships (R2 = 0.044, F(1, 387) = 17.68, p < .001) and para-romantic love (R2 = 0.015, F(1, 387) = 5.89, p = .016), with small effect sizes. These findings indicate that the higher the level of loneliness experienced by individuals, the greater their tendency to form parasocial relationships with K-Pop idols. The implications of this study contribute to the literature by enhancing understanding of the link between loneliness and parasocial relationships, and serve as a foundation for future research in psychological and popular culture contexts."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadelia Dwiphala
"Sudah ada beberapa penelitian yang berfokus pada bagaimana kredibilitas sumber dan keadilan mempengaruhi hubungan parasosial dan ketertarikan produk , serta bagaimana ketertarikan produk berdampak terhadap niat membeli konsumen terhadap produk baru. Tapi hanya sedikit yang meneliti faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi niat membeli dan eWOM, maka penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut, berfokus pada beauty influencer Indonesia di Instagram. Dengan 492 responden, penelitian ini menggunakan SPSS 26 (pre-test) dan SmartPLS 4 untuk analisis data.
Di penelitian ini ditemukan bahwa: variabel-variabel attractiveness, similarity, dan trustworthiness memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap parasocial relationship; similarity yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap product interest. Interpersonal fairness dan informational fairness berpengaruh positif dan signifikan terhadap parasocial relationship; dan distributive fairness berpengaruh positif dan signifikan terhadap product interest. Variabel parasocial relationship berpengaruh signifikan dan positif terhadap product interest, purchase intention, dan eWOM. Product interest berpengaruh signifikan dan positif purchase intention dan eWOM.

Few studies have focused on how source credibility and fairness influence parasocial relationships and product interest, and how product interest impacts consumers' purchase intentions towards new products. But few have examined how these factors can influence purchase intention and eWOM, so this study aims to fill the gap, focusing on Indonesian beauty influencers on Instagram. With 501 respondents, this study used SPSS 26 (pre-test) and SmartPLS for data analysis. The results show that:
This study found that: the variables of attractiveness, similarity, and trustworthiness have a significant and positive effect on parasocial relationships; similarity has a significant and positive effect on product interest. Interpersonal fairness and informational fairness have a positive and significant effect on parasocial relationship; and distributive fairness has a positive and significant effect on product interest. Parasocial relationship has a significant and positive effect on product interest, purchase intention, and eWOM. Product interest has a significant and positive effect on purchase intention and eWOM.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah Arya Sulthanah
"Kemajuan teknologi dan berkembangnya berbagai bentuk media baru yang lebih interaktif telah mengubah cara audiens dalam menjalin hubungan dengan karakter media favoritnya. Media Sosial sebagai salah satu bentuk media baru kini digunakan oleh berbagai publik figur, salah satunya adalah
Social Media Influencer untuk membangun Personal Brand dan
berkomunikasi dengan audiensnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengaruh dari Hubungan Parasosial yang terjalin dalam diri pengikut akun media sosial Instagram @ariefmuhammad sebagai seorang Social Media Influencer, terhadap salah satu aspek Personal Branding dari Arief Muhammad yaitu Relationship yang
merupakan hubungan baik yang terjalin antara seseorang dengan orang lain
sebagai hasil dari praktik Personal Branding yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan sifat eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Parasosial yang dirasakan audiens
berpengaruh signifikan secara positif terhadap Relationship antara audiens dengan Social Media Influencer. Variabel Hubungan Parasosial berpengaruh sebesar 51,4% terhadap Relationship, dengan Friendship sebagai dimensi paling berpengaruh menurut responden."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Qoriana Nurfadilah
"Penyebaran budaya K-pop melalui idol group semakin sukses di berbagai belahan dunia. Penyebaran konten K-pop tidak lepas dari pemanfaatan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube. Industri hiburan Korea Selatan membuat inovasi baru dengan menciptakan beberapa aplikasi media sosial. Inovasi yang dilakukan industri hiburan Korea Selatan adalah penggemar dapat mengunggah pesan untuk idola, lalu idola akan memilih beberapa unggahan penggemar untuk diberikan komentar atau cheer. Aplikasi yang memiliki fungsi tersebut bernama Weverse. Weverse mengumumkan bahwa TREASURE menjadi artis pertama naungan YG Entertainment yang bergabung. Melalui aplikasi ini, diharapkan penggemar di seluruh dunia dapat berkomunikasi dengan TREASURE. Intensitas komunikasi yang tinggi antara idola dan penggemar dapat memunculkan hubungan parasosial. Perasaan penggemar seperti mengenal idola secara personal ketika melakukan komunikasi melalui media sosial termasuk dalam kriteria hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan parasosial yang terlihat dari ragam honorifik mitra tutur ketika TREASURE berinteraksi dengan penggemar. Penulis menggunakan metode analisis kualitatif terhadap data yang diperoleh dari hasil dokumentasi percakapan yang bersumber pada aplikasi Weverse. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa anggota TREASURE memperlakukan penggemar sebagai teman dekat dan akrab karena lebih sering memakai ragam honorifik mitra tutur informal.

The spread of K-pop culture through idol groups is increasingly successful in various parts of the world. The spread of K-pop content cannot be separated from the use of social media such as Instagram, Facebook, Twitter and Youtube. The South Korean entertainment industry is making new innovations by creating several social media applications. An innovation made by the South Korean entertainment industry is that fans can upload messages for idols, then idols will select several uploaded fans to give comments or cheers. The application that has this function is called Weverse. Weverse announced that TREASURE will be the first artist under YG Entertainment to join. Through this application, it is hoped that fans around the world can communicate with TREASURE. The high intensity of communication between idols and fans can give rise to parasocial relationships. The feeling of fans like knowing idols personally when communicating through social media is included in the criteria for parasocial relationships. This study aims to explain the parasocial relationship that can be seen from the honorific variety of speech partners when TREASURE interacts with fans. The author uses a qualitative analysis method on the data obtained from the documentation of conversations originating from the Weverse application. The findings from this study indicate that TREASURE members treat fans as close and intimate friends because they more often use honorifics in informal speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>