Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Luh Made Murniasih Jayanthi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam tangan dengan jarak tempuh enam menit pada remaja sehat. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada remaja sehat di lingkungan kelurahan Kenari dan Utan Kayu Selatan, Jakarta. Pengukuran kekuatan genggam tangan menggunakan Jamar hidrolik dinamometer sesuai protokol the American Society of Hand Therapist (ASHT). Pengukuran jarak tempuh enam menit berdasarkan uji jalan lintasan 15 meter sesuai dengan modifikasi protokol uji oleh Nusdwinuringtyas dkk. Penelitian ini melibatkan 61 orang subjek (30 subjek laki-laki dan 31 perempuan) berusia 14.87 ± 1.28 tahun pada subjek laki-laki dan 14.45 ± 1.73 tahun pada subjek perempuan, tingkat pendidikan subjek di dominasi oleh SMP (64%), dengan BB laki-laki 53.95±7.33 Kg, perempuan 49.40±5.86 Kg, TB laki-laki 163.47±8.4 cm, perempuan 155.61±5.66 cm, IMT 20.12±1.67 Kg/m2 pada remaja laki-laki dan 20.35±1.62 Kg/m2. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi sedang (r=0.418, P=0.001) pada tangan dominan saat inspirasi, korelasi lemah (r=0.383, P=0.002) pada tangan dominan saat ekspirasi, korelasi lemah (r=0.338, P=0.008) pada tangan non dominan saat inspirasi, korelasi lemah (r=0.312, P=0.014) pada tangan non dominan saat ekspirasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat korelasi antara kekuatan genggam tanagn dengan jarak tempuh enam menit pada remaja sehat.

This study aims to determine the relationship between hand grip strength and six-minute walking distance (6MWD) in healthy adolescents. This research is a cross-sectional study on healthy adolescents in Kenari and Utan Kayu Selatan sub-districts, Jakarta. Hand grip strength was measured using a Jamar hydraulic dynamometer according to the protocol of the American Society of Hand Therapists (ASHT). The 6MWD was measurement based on the modified test protocol on 15-meter walk test by Nusdwinuringtyas et al. This study involved 61 subjects (30 boys and 31 girls subjects) aged 14.87 ± 1.28 years in boys subjects and 14.45 ± 1.73 years in girls subjects, the education level was dominated by junior high school (64%), with boys weight 53.95±7.33 Kg, girls 49.40±5.86 Kg; boys height 163.47±8.4 cm, girls 155.61±5.66 cm; BMI 20.12±1.67 Kg/m2 in boys and 20.35±1.62 Kg/m2. The results showed that there was a moderate correlation (r=0.418, P=0.001) in the dominant hand during inspiration, a weak correlation (r=0.383, P=0.002) in the dominant hand during expiration, in the non-dominant hand during inspiration (r=0.338, P=0.008), and in the non-dominant hand during expiration (r=0.312, P=0.014). This study concludes that there is a correlation between hand grip strength and 6MWD in healthy adolescents."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya
"Pasien dengan penyakit jantung koroner akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang dapat diukur dengan uji jalan enam menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan uji jalan enam menit pada pasien rawat inap pascaintervensi koroner perkutan dengan kajian respon tanda vital, skala borg, dan skala angina. Penelitian ini merupakan studi one group pre and post test design pada pasien rawat inap pascaintervensi koroner perkutan di Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Subjek penelitian melakukan uji jalan enam menit sebanyak dua kali dengan istirahat lima menit di antaranya. Pemeriksaan tanda vital, skala borg, skala angina sebelum dan sesudah uji jalan. Jumlah subjek penelitian sebesar 30 subjek (27 laki-laki dan 3 perempuan) dengan mayoritas memiliki stratifikasi risiko rendah. Uji jalan enam menit dilakukan dalam waktu dua hari atau lebih pada 56.7% subjek. Rerata jarak tempuh uji jalan keseluruhan adalah 294.68 ± 57.02 meter. Tanda vital tekanan darah sistolik dan diastolik, laju nadi, laju nafas, dan skala borg usaha mengalami peningkatan selama uji dan menurun ke nilai dasar setelah beristirahat selama lima menit dengan p-value <0.05 pada uji Wilcoxon Signed Rank, namun tidak didapatkan adanya perubahan bermakna pada saturasi, skala borg sesak nafas, kaki lelah, dan skala angina. Seluruh subjek penelitian tidak ditemukan kejadian tidak diharapkan mayor. Kesimpulan penelitian ini adalah uji jalan enam menit aman untuk dilakukan pada pasien rawat inap pascaintervensi koroner perkutan dengan perubahan respon tanda vital, skala borg, dan skala angina sesuai respon fisiologis.

Patients with coronary heart disease has a decrease in functional capacity that can be measured by a six-minute walk test. This study aims to determine the safety of the six-minute walk test in inpatients after percutaneous coronary intervention by assessing the response of vital signs, borg scale, and angina scale. This study is a one group pre and post test design study in inpatients after percutaneous coronary intervention at the Integrated Cardiac Service at Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta. Research subjects conducted a six-minute walk test twice with a five-minute break in between. Examination of vital signs, borg scale, angina scale before and after walking test. The number of research subjects was 30 subjects (27 male and 3 female) with the majority classified as a low-risk stratification. The six-minute walk test was performed over two days or more in 56.7% of the subjects. The average covered distance was 294.68 ± 57.02 meters. Vital signs of systolic and diastolic blood pressure, pulse rate, respiratory rate, and RPE Borg scale increased during the test and decreased to baseline ​​after resting for five minutes with p-value <0.05 in the Wilcoxon Signed Rank test, but there were no significant change on saturation, dyspnea and leg fatigue of the borg scale, and angina scale. All study subjects did not have major adverse events. The conclusion of this study is the six-minute walk test is safe to do in inpatients after percutaneous coronary intervention with vital signs, borg scale, and angina scale change accordingly to physiological response."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Akbar Suryoadji
"

Pendahuluan: Perilaku sedenter atau menetap pada pekerja dapat menyebabkan berbagai risiko penyakit yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Salah satu uji yang dapat dilakukan dengan mudah dan fleksibel untuk menilai tingkat kebugaran seseorang adalah melalui uji jalan 6 menit yang ditunjukan berdasarkan persentase antara hasil dan prediksi uji jalan 6 menit.  Oleh karena itu, penelitian untuk mencari tahu hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat kebugaran perlu dilakukan sebagai pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan, dalam hal ini dilakukan kepada petugas kebersihan luar UI Depok.

Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Subjek merupakan petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok. Jenis pekerjaan pada subjek terbagi menjadi lokasi, durasi, giliran waktu, dan cara kerja subjek yang diisi melalui kuisioner oleh subjek. Tingkat kebugaran subjek didapatkan berdasarkan persentase hasil dan prediksi uji jalan 6 menit yang dilakukan oleh peneliti sesuai pedoman dari ATS. Data tingkat kebugaran dan jenis pekerjaan dianalisis korelasinya dengan Uji Fisher.

Hasil: Sebaran jenis pekerjaan pada petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok didapatkan berdasarkan lokasi 95,4% bekerja di outdoor, 1,8% bekerja di indoor dan outdoor, dan 2,8% bekerja di tempat yang tidak menentu. Berdasarkan durasi didapatkan 93,6% pekerja bekerja lebih dari 8 jam dan sebanyak 6,4% pekerja bekerja kurang dari 8 jam. Berdasakan giliran waktu kerja sebanyak 94,5% pekerja bekerja pada giliran waktu pagi, sebanyak 1,8% bekerja pada giliran waktu sore, dan sebanyak 3,7% bekerja pada waktu tidak menentu. Berdasarkan cara bekerjanya 100% pekerja bekerja secara fisik. Sebaran tingkat kebugaran melalui uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok didapatkan sebanyak 1,83% pekerja tergolong bugar, sebanyak 2,75% pekerja tergolong tidak bugar, dan sebanyak 95,4% pekerja tergolong sangat tidak bugar. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat kebugaran melalui hasil uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan UI Depok didapatkan pada hubungan tingkat kebugaran terhadap lokasi, durasi, dan waktu kerja menunjukan tidak adanya hubungan (p>0,05). Sedangkan pada korelasi antara tingkat kebugaran dengan cara bekerja tidak dapat dihubungkan karena cara bekerja pada subjek konstan.

Kesimpulan: Korelasi antara tingkat kebugaran dengan lokasi, durasi, dan waktu kerja tidak memiliki hubungan (p>0,05), serta tidak dapat dilakukan hubungan antara tingkat kebugaran dengan cara bekerja karena cara bekerja subjek bersifat konstan.


Introduction: Sedentary behavior in workers can cause various risks of illness that interfere with daily activities. One of the test that can be done easily and flexibly to assess a persons fitness level is through 6-minute walking test which is shown based on the percentage between the results and predictions of the distance. Therefore, research to find out the relationship between work type and fitness level needs to be done as new knowledge that has never been done before, in this case conducted to janitors of UI Depok.

Method: The design used in this study is cross-sectional. The subjects are janitors of the Universitas Indonesia Depok. The type of work of the subjects is divided into location, duration, shift time, and how the work of the subjects and its filled out through questionnaires by the subjects. The fitness level of the subjects was obtained based on the percentage of results and predictions of the 6-minute walking test conducted by the researchers according to the guidelines of ATS. Data on fitness level and type of work were analyzed by correlation with the Fisher Exact Test.

Results: The distribution of work types on subjects was obtained based on the location it was found that 95.4% working in outdoor, 1.8% working indoor and outdoor, and 2.8% working in uncertain places. Based on the duration, it was found that 93.6% of workers worked more than 8 hours and 6.4% of workers worked less than 8 hours. Based on work time 94.5% of workers work in the morning shift, 1.8% work in the afternoon shift, and as many as 3.7% works in uncertain times. Based on how it works 100% of workers work physically. The distribution of fitness levels through a 6-minute walk test on subjects was found as many as 1.83% of workers classified as fit, as many as 2.75% of workers were classified as unfit, and as many as 95.4% of workers were classified as very unfit. The relationship between the types of work with the fitness level through the results of the 6-minute walk test that the subjects were found in the relationship of fitness level to location, duration, and work time showed no relationship (p>0.05). Whereas the correlation between fitness level with how to work cannot be connected because the way to work on subjects was constant.

Conclusion: The correlation between fitness level with location, duration, and work time has no relationship (p>0.05), and there is no relationship between fitness level and work method because the subjects work method is constant.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Widyaputri Adisti
"Meningkatnya tren gaya hidup sehat dan penetrasi smartphone membuka peluang bagi pengembang aplikasi untuk menciptakan aplikasi sport and fitness tracker yang dapat memantau aktifitas fisik pengguna bersamaan dengan data lainnya. Penyedia layanan perlu mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pengguna dalam menggunakan aplikasi sport and fitness tracker, salah satunya dengan pendekatan extended technology model. Penelitian ini menggunakan pendekatan extended technology acceptance model yang dikombinasikan dengan innovation diffusion theory. Penelitian ini melibatkan 216 responden dan dianalisis menggunakan pemodelan Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use berpengaruh terhadap intensi penggunaan aplikasi sport and fitness tracker. Selain itu, variabel compatibility juga berpengaruh terhadap perceived usefulness dan variabel trialability dan visibility berpengaruh terhadap perceived ease of use
The increasing level of healthy lifestyle along with the high penetration of smartphone creates a big opportunity for application providers to establish sport and fitness tracker app. This application has the ability to monitor the user physical activities along with the other data. Providers need to understand the factors which are considered to affect the decision to adopt this technology. The proposed model is extended technology acceptance model and inovation diffusion theory. This study consist 216 respondents and was analyzed using Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM. The results suggest that perceived usefulness and perceived ease of use positively affect the intention to use sport and fitness tracker app. This study found compatibility positively affect perceived usefulness also trialability and visibility affect perceived ease of use as well."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Fathia Herianti Suhermanto
"ABSTRACT
Studies have shown that weight affects the pressure placed on the tendons and muscles of the foot and legs affecting the stride lengths stance and swing cycle. With the rising body weight gain and implied health complications, the author wants to know whether body mass index (BMI) affect human activity especially walking. Cross-sectional method using primary data collection is conducted. The source of data in this study measures healthy pre-clinical students in Faculty of Medicine, University Indonesia. Once informed consent is signed, subjects weight and height will be measured, calculating BMI. Data is analysed using SPSS version 23 to analyze the correlation between step length and BMI. From a total of 53 subjects (26 male, 27 female) age group 18-22, subjects with normal BMI accounts for the highest percentage of the group in this study (60.4%). Overweight and obese patients contribute 30.2% and 3.8% respectively, and underweight 5.7%. Using the pearson correlation formula, there was no significant correlation between BMI and step length of male (0.778; p>0.05) and female (0.098; p>0.05). Based on pearson correlation formula, male calculations resulted with 0.778; p>0.05, and female with 0.098; p>0.05; therefore, there is no significant difference between the two variables.

ABSTRACT
Penelitian telah menunjukkan bahwa berat badan mempengaruhi tekanan ditempatkan pada tendon dan otot-otot kaki dan kaki mempengaruhi siklus sikap dan ayunan panjang langkah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuhi apakah apakah indeks massa tubuh (IMT) mempengaruhi aktivitas manusia terutama berjalan. Metode potong-melintang menggunakan pengumpulan data primer dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini mengukur siswa pre-klinik yang sehat di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Setelah informed consent ditandatangani, berat badan dan tinggi badan subyek akan diukur untuk menghitung IMT. Data di mengolah dengan menggunakan SPSS versi 23 untuk menganalisis hubungan antara panjang langkah dan BMI. Dari total 53 subyek (26 laki-laki , 27 perempuan) di kelompok usia 18-22, subyek dengan IMT yang normal berkontribusi presentase tertinggi dari kelompok dalam penelitian ini (60,4%). Pasien kelebihan berat badan dan obesitas berkontribusi 30,2% dan 3,8%, dan berat badan di bawal normal 5,7%. Dari hasil rumus korelasi pearson, tidak ada korelasi yang signifikan antara BMI dan panjang langkah dari laki-laki (0,778; p>0,05) dan perempuan (0.098;p > 0,05). Berdasarkan rumus korelasi pearson, perhitungan laki-laki menghasilkan dengan 0,778 ; p > 0,05 , dan perempuan dengan 0.098 ; p > 0,05; Oleh karena itu, tidak ada perbedaan signifikan antara kedua variabel."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gilang Pamungkas
"Pendahuluan: Pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) dapat mengalami penurunan kapasitas fungsional dan produktivitas. Hal ini dikarenakan adanya penurunan curah jantung dan penghancuran protein otot (aktin dan miosin). Latihan berjalan dilakukan untuk meningkatkan pompa jantung dan keseimbangan metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan produktivitas ada pasien pasca BPAK.
Metode: Penelitian ini menggunakan Randomized Controlled Trial (RCT) dengan single blind pada outcome assessor. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 42 orang yang dibagi menjadi 21 orang di kelompok intervensi maupun kontrol.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil adanya pengaruh yang bermakna antara latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional (0,008<0,05), gangguan dalam bekerja (0,011<0,05), dan gangguan aktivitas(0,044<0,05). Hasil juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara latihan berjalan terhadap kehilangan waktu kerja (0,967>0,05) dan gangguan pekerjaan keseluruhan (0,696).
Diskusi: Latihan berjalan meningkatkan pompa jantung dan metabolisme. hal tersebut meningkatkan pengeluaran Adenosine Triphospat (ATP) sehingga meningkatkan kapasitas fungsional dan produktivitas pada pasien.
Kesimpulan: Latihan berjalan meningkatkan kapasitas fungsional dan produktivitas pada pasien pasca BPAK.

Introduction: Patients after coronary artery bypass graft (CABG) may experience reduced functional capacity and productivity. This is due to decreased cardiac output and destruction of muscle proteins (actin and myosin). Walking exercise is performed to improve cardiac pump and metabolic balance. This study aims to assess the effect of walking training on functional capacity and productivity in patients after BPAK.
Methods: This study used a Randomized Controlled Trial (RCT) with a single blind on the outcome assessor. The number of respondents in this study amounted to 42 people who were divided into 21 people in the intervention and control groups.
Results: This study showed a significant effect of walking training on functional capacity(0,008<0,05), work interference(0,011<0,05), and activity interference(0,044<0,05). The results also showed no significant difference between walking training on lost work time (0,967>0,05)and overall work interference(0,696>0,05).
Discussion: Walking exercise improves cardiac pump and metabolism, which increases Adenosine Triphosphate (ATP) expenditure, thereby improving functional capacity and productivity in patients.
Conclusion: Walking exercise improves functional capacity and productivity in patients after BPAK.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Namira Pertiwi Isma
"Penelitian ini dilakukan pada 66 pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi medik. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran optimisme dan subjective well-being serta hubungan keduanya pada pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi medik. Dari pengukuran menggunakan Life Orientation Test-Revised dan Subjective Happiness Scale,hasil menunjukkan tidak terdapat hubungan yan signifikan antara optimimse dan subjective well-being pada pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi medik. Secara umum, mereka memiliki optimisme yang sedang dan tinggi, serta termasuk ke dalam kategori orang yang bahagia. Optimisme serta subjective well-being tidak ditemukan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, serta jenis program rehabilitasi mereka.

This research is conducted with 66 medical rehabilitation patients. The purposeis to describe optimism, subjective well-being, and the relationship between the two in patients within a medical rehabilitation program. Using the Life Orientation Test-Revised and Subjective Happiness Scale, the result showed that optimism is not significantly correlated with subjective well-being among patients in a rehabilitation program. Generally, the patients’optimism are moderate and high, and so does their subjective well-being. There was no optimism and subjective well-being diferrences found in patients, based on their age, gender,occupation, education, marital status, and medical rehabilitation program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Damar Rahmahani
"

Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan suatu gambaran umum yang dapat memberikan penilaian terhadap performa seseorang dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Penilaian terhadap kualitas hidup terkait kesehatan dianggap sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan berbagai faktor di dalam kehidupan, seperti kesehatan, efisiensi, produktifitas, kepuasan, keterlibatan dalam kinerja, motivasi, dan kesejahteraan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari karena adanya pengaruh dari faktor kesehatan fisik dan mental. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keeratan hubungan di antara kualitas hidup dengan berbagai faktor gaya hidup pada anggota Komunitas lari di Kota Depok. Desain studi pada penelitian ini adalah cross sectional dengan variabel dependen yaitu kualitas hidup terkait kesehatan dan variabel independen yaitu tingkat kebugaran kardiorespiratori, jenis kelamin, usia, riwayat penyakit kronik, kualitas diet, IMT, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan kualitas tidur. Penelitian ini dilakukan kepada 125 anggota aktif lima Komunitas lari terpilih yang ada di Kota Depok. Nilai kualitas hidup terkait kesehatan diukur dengan menggunakan kuesioner SF 36 V2 Quality of Life. Hasil terhadap penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit kronik pada aspek kesehatan fisik dan kualitas tidur pada aspek kesehatan fisik (r = 0,593), kesehatan mental (r = 0,615) , dan kualitas hidup (r = 0,710) dengan kualitas hidup terkait kesehatan.

 


Health-related quality of life is a general description that can provide an assessment of a persons performance in carrying out their daily lives. Assessment of quality of life related to health is considered very important because it is related to various factors in daily life, such as health, efficiency, productivity, satisfaction, involvement in performance, motivation, and welfare in carrying out daily activities due to the influence of physical health factors and mental health. This study aims to look at the close relationship between quality of life with various lifestyle factors in running community members in the city of Depok. The study design in this study was cross sectional with the dependent variable namely health related quality of life and independent variables namely cardiorespiratory fitness level, gender, age, history of chronic illness, diet quality, BMI, physical activity level, smoking habits, and sleep quality. This research was conducted on 125 active members from five running communities in the city of Depok. Health-related quality of life values were measured using the SF 36 V2 Quality of Life questionnaire. The results of this study indicate that there is a significant relationship between the history of chronic illness in physical health aspects and sleep quality in physical health aspects (r = 0.593), mental health (r = 0.615), and quality of life (r = 0.710) with health related quality of life.

 

 

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenik Kusrini
"Latar belakang: Peningkatan populasi usia lanjut diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan terkait penurunan kapasitas fungsional. Gangguan kognitif ringan sering dijumpai pada usia lanjut, yang merupakan fase transisi sebelum berkembang menjadi demensia. Aktivitas fisik yang bersifat aerobik terbukti bermanfaat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dan mencegah terjadinya demensia pada populasi ini, namun studi berjalan kaki terukur menggunakan pedometer belum diteliti di Indonesia.
Metode: Studi ini bertujuan menilai efek aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu terhadap fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan. Studi ini adalah studi intervensi mixed method, quantitative and qualitative research, dilakukan pada 12 subjek, berusia 60-74 tahun, di Poliklinik Rumah Sakit Ciptomangukusumo. Penilaian fungsi kognitif menggunakan kuesioner MoCa-Ina berbahasa Indonesia, yang dinilai sebelum dan setelah intervensi.
Hasil: Rerata capaian jumlah langkah harian adalah 5689 ± 505,59 langkah. Terjadi peningkatan rerata nilai MoCa-Ina sebelum dan setelah intervensi (26,0 ± 3,16 dan 27,29 ± 1,49, p=0,175). Pada akhir intervensi, dilakukan wawancara kepada seluruh subjek yang berhasil menyelesaikan program, didapatkan bahwa seluruh subjek merasakan peningkatan kebugaran fisik dan tidak ada efek samping yang terjadi selama intervensi.
Simpulan: Aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu dapat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan.

Background: The increasing of elderly population followed by increasing health problems due to decreased functional capacity. Mild cognitive impairment commonly found in the elderly, which is a transitional phase before developing into dementia. Aerobic physical activity has been shown to be beneficial in maintaining cognitive function in the elderly and preventing dementia in this population, however, studies of walking-based pedometer have not been studied in Indonesia.
Methods: This study aims to assess the effect of 12 week of 4000-daily steps of the pedometer-home based walking activity on cognitive function in elderly with mild cognitive impairment. This study is a mixed method, quantitative and qualitative research intervention study, conducted on twelve subjects, aged 60-74 years, at the outpatient Ciptomangukusumo Hospital. Evaluation of cognitive function using the MoCa-Ina questionnaire Indonesian version, which was assessed before and after the intervention.
Results: The average number of daily steps count was 5689 ± 505.59 steps. There was an increase in the mean value of MoCa-Ina before and after the intervention (26.0 ± 3.16 and 27.29 ± 1.49, p=0.175). Interviews were conducted with all subjects who successfully completed the program, it was found that all subjects felt an increase in physical fitness and no side effects occurred during the intervention.
Conclusion: Twelve weeks of 4000 daily steps maintain cognitive function in the elderly with mild cognitive impairment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patrick William Gading
"ABSTRAK
Kesesuaian Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit Lintasan dengan Uji Jalan Enam Menit Jentera pada Dewasa Sehat IndonesiaAbstrakLatar Belakang. Penilaian kapasitas fungsi seseorang sangatlah penting untuk keperluan penentuan program latihan, evaluasi program latihan dan prognosis seseorang. Sebuah uji yang mudah, cepat, dan tidak membutuhkan perlengkapan yang rumit untuk menentukan kapasitas fungsi kebugaran kardiorespirasi terus dikembangkan, tetapi uji jalan enam menit yang menjadi standar saat ini pun terkadang sulit dilakukan karena keterbatasan fasilitas lintasan. Sehingga dibutuhkan adanya uji alternatif lainnya yang menggunakan fasilitas ruang yang lebih memadai dan mampu laksana dalam kondisi apa pun. Tujuan penelitian ini untuk menilai kesesuaian jarak Uji jalan 6 menit dengan jentera dibandingkan dengan jarak Uji jalan enam menit lintasan sebagai uji penilaian kebugaran kardiorespirasi.Metode. Disain observasional potong lintang. Penelitian ini dilakukan terhadap 46 usia dewasa muda sehat yang didapat secara konsekutif. Jarak tempuh dalam studi ini dilihat tingkat kesesuaiannya dengan menggunakan uji spearman dan uji Bland altmand.Hasil. Jarak tempuh uji jalan enam menit pada jentera memiliki mean 508.8 61, sedangkan lintasan 514.4 47. Berdasarkan Uji t berpasangan didapatkan rerata selisih antara kedua pemeriksaan adalah -5,6 IK 95 -23,6-12,31 dengan hasil nilai p 0,533. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan signifikan antara pengukuran jarak tempuh menggunakan jentera dan lintasan. Hasil uji Spearman mendapatkan nilai p 0.002 dan kekuatan korelasi r=0,463.Simpulan. Didapatkan kesesuaian antara jarak tempuh Uji jalan enam menit jentera dengan Uji jalan enam menit lintasan dengan korelasi sedang.ABSTRACT Agreement between Hallway Six Minutes Walk Distance and Treadmill Six Minutes Walk Distance in Healthy Indonesian AdultsAbstractBackground. Assessment of the functional capacity is important to determine the exercise program, evaluation and prognosis of a person. A test that is easy, fast, and does not require complex equipment to determine the capacity of cardiorespiratory fitness function continues to be developed, but the standard six minute test is at times difficult to perform due to the limitation of space or track. So a need for an alternative test with less adequate space is required. The purpose of this study to assess the agreement of the treadmill six minute walk test compared to the hallway six minutes walk test as a cardiorespiratory fitness assessment test.Methods. A cross sectional observational design. This study was conducted on 46 healthy young adults. The agreement between the distances treadmill and hallway is measured using the Spearman and Bland Altmand test.Results. Treadmill six minutes walk distance has a mean of 508.8 61, while the hallway is 514.4 47. Paired t test found a mean difference between both tests 5.6 95 CI 23,6 12,31 with the result p value 0.533. Thus there is no significant difference between the measurement of the distance between treadmill and hallway. From the Spearman 39 s test we found p 0.002 with correlation strength r 0.463.Conclusions. There rsquo s agreement between treadmill six minute walk distance to hallway six minute walk distance with moderate correlation."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>