Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214550 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryodi Wahyu Kurniawan
"Populisme berkembang di berbagai negara pada dua dekade terakhir, termasuk di Indonesia. Sebagian besar penelitian terkait populisme di Indonesia terpusat pada tokoh politik dan masih sedikit yang berfokus pada faktor-faktor psikologi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara group relative deprivation (GRD), resentment, dan sikap populis, serta peran mediasi resentment terhadap hubungan antara GRD dengan sikap populis. Responden berjumlah 180 orang, 38,3% laki-laki dan 61,7% perempuan, dengan rata-rata umur 30 tahun (SD = 10,30). Hasil penelitian menunjukkan GRD berhubungan positif signifikan dengan sikap populis (r = 0,182, p < 0,05) dan resentment (r = 0,15, p < 0,05). Resentment ditemukan berhubungan positif signifikan dengan sikap populis (r = 0,231, p < 0,01). Selain itu, resentment memiliki efek mediasi parsial yang signifikan terhadap hubungan GRD dengan sikap populis (β = 0,06, SE = 0,04). Dapat disimpulkan bahwa GRD dapat memprediksi sikap populis dan hubungan tersebut dimediasi oleh resentment. Penelitian ini melengkapi kerumpangan hasil penelitian tentang hubungan antara GRD terhadap sikap populis dengan resentment sebagai mediator, serta mengetahui faktor afektif yang berhubungan dengan sikap populis. Hasil dari penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi publik agar mendasarkan penentuan keberpihakan dan dukungan politik dengan lebih kritis dan rasional, bukan dilandaskan oleh narasi kampanye yang mempolitisasi perasaan kekurangan dari rakyat dan kemarahan rakyat semata.

Populism has developed in various countries in the last two decades, including in Indonesia. Most of the research related to populism in Indonesia has focused on political figures and only a few have focused on social psychology factors. This study aims to determine the relationship between group relative deprivation (GRD), resentment, and populist attitudes, as well as the role of mediating resentment on the relationship between GRD and populist attitudes. Respondents totaled 180 people, 38,3% male and 61,7% female with an mean age of 30 years (SD = 10.30). The results showed that GRD had a significant positive relationship with populist attitudes (r = 0.182, p < 0.05) and resentment (r = 0.15, p < 0.05). Resentment was found to be significantly and positively related to populist attitudes (r = 0.231, p < 0.01). In addition, resentment has a significant partial mediating effect on the relationship between GRD and populist attitudes (β = 0.06, SE = 0.04). It can be concluded that GRD can predict populist attitudes and the relationship is mediated by resentment. This study completes the gap in research results on the relationship between GRD on populist attitudes and resentment as a mediator, as well as looking at affective factors related to populist attitudes. The results of this research can also be useful for the public in order to base their determination on political alignments and support more critically and rationally, instead of being based on campaign narratives that politicize the people's feelings of inadequacy and people's anger alone.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Kusumo
"ABSTRAK
Studi ini menganalisis fenomena Aksi Bela Islam ldquo;411 rdquo; dan ldquo;212 rdquo; tahun 2016 oleh Gerakan Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia GNPF-MUI dalam perspektif populism. Argumentasi dalam penelitian ini adalah Aksi Bela Islam oleh GNPF-MUI merupakan gerakan populisme dalam bentuk strategi politk dan termasuk dalam varian populisme Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus case study . Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mendapatkan data adalah melalui wawancara dan pemberitaan seputar GNPF-MUI di berbagai media massa. Temuan dari penelitian ini didapatkan penjelasan bahwa penyebab kemunculan Aksi Bela Islam oleh GNPF-MUI adalah adanya konteks Ahok menjadi kontestan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, sentiment anti-Ahok, dan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Aksi Bela Islam GNPF-MUI merupakan pupulisme dalam bentuk strategi politik Jansen, 2011 karena mampu memobilisasi massa yang berasal dari kalangan yang terpinggirkan dari sektor sosial dan berbagai ormas Islam, diajak untuk melakukan tindakan politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 untuk tidak memilih Ahok anti Ahok . Di dalam Aksi Bela Islam GNPF-MUI juga terdapat elemen populisme Islam Vedi R. Hadiz , yaitu koalisi multi kelas yang terbentuk dari berbagai ormas Islam, disatukan oleh identitas bersama yang sengaja dibentuk yaitu sebagai pembela Islam Islamic Defender dengan seruan ldquo;Bela Quran rdquo; sebagai pemersatu.Kata kunci : penyebab kemunculan, strategi politik, mobilisasi massa, populisme Islam.

ABSTRACT
This study analyzes the phenomenon of Aksi Bela Islam 411 and 212 in 2016 by the Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia GNPF MUI in the perspective of populism. The argument in this research presents that the Aksi Bela Islam by GNPF MUI is a populist movement in the form of political strategy and included into one of Islamic populism. This research uses qualitative approach with case study method. The data obtained by interviewing and researching news about GNPF MUI in various mass media. This study finds that the cause of the emergence of Aksi Bela Islam by GNPF MUI are the existence of Ahok related to his status as candidate of Jakarta rsquo s Governor elections in 2017, anti Ahok sentiment, and the blasphemy of Ahok. The Aksi Bela Islam of GNPF MUI is a populism in the form of political strategy Jansen, 2011 because it is able to mobilize people from various background such as the marginalized, Islamic mass organizations, who were invited to take political action not to vote Ahok anti Ahok in Jakarta elections 2017. In the Aksi Bela Islam of GNPF MUI there is also an element of Islamic populism Vedi R. Hadiz , a multi class coalition formed from various Islamic mass organizations, united by a commonly formed identity of the defender of Islam Pembela Islam with the call Bela Quran as a unifier.Keywords causes of emergence, political strategy, mass mobilization, Islamic populism"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aina Athira Maulana
"Kemunculan populisme meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Sebagian besar penelitian mengenai populisme di Indonesia berfokus pada tokoh politik dan masih sedikit penelitian yang dilakukan pada level pemilih. Penelitian ini melihat peran national collective narcissism dan religious collective narcissism sebagai prediktor dukungan terhadap populisme di Indonesia. Hasil analisis data terhadap 331 partisipan dengan rentang usia 19-71 tahun (M = 30, SD = 12.8) menggunakan multiple regression menunjukkan bahwa national collective narcissism dan religious collective narcissism memprediksi dukungan terhadap populisme di Indonesia. Penelitian ini juga melihat hubungan national collective narcissism dan religious collective narcissism dengan dukungan terhadap calon presiden pada Pilpres 2019. Analisis data terhadap 301 partisipan menggunakan independent samples t-test menunjukkan tingkat religious collective narcissism yang lebih tinggi pada pemilih Prabowo Subianto dibandingkan pemilih Joko Widodo. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa national collective narcissism dan religious collective narcissism memengaruhi dukungan terhadap kebijakan maupun politisi populis, dan religious collective narcissism berpotensi memengaruhi pilihan politik warga Indonesia.

The emergence of populism has increased in recent years in Indonesia. Most research on populism in Indonesia focused on political figures, but less research had been done at the voter level. This study investigated the role of national collective narcissism and religious collective narcissism as predictors of support towards populism in Indonesia. The results of data analysis on 331 participants with an age range of 19-71 years (M = 30, SD = 12.8) using multiple regression showed that national collective narcissism and religious collective narcissism predicted support towards populism in Indonesia. This study also looked at the relationship between national collective narcissism and religious collective narcissism with support for presidential candidates in the 2019 Presidential Election. Data analysis of 301 participants using independent samples t-test showed that the level of religious collective narcissism was higher in Prabowo Subianto voters than Joko Widodo voters. The results of the study indicated that national collective narcissism and religious collective narcissism influenced support for populist policies or politicians, and religious collective narcissism has the potential to influence the political choices of Indonesian citizens."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vedi R. Hadiz, 1964-
"In a novel approach to the field of Islamic politics, this provocative new study compares the evolution of Islamic populism in Indonesia, the country with the largest Muslim population in the world, to the Middle East. Utilising approaches from historical sociology and political economy, Vedi R. Hadiz argues that competing strands of Islamic politics can be understood as the product of contemporary struggles over power, material resources and the result of conflict across a variety of social and historical contexts. Drawing from detailed case studies across the Middle East and Southeast Asia, the book engages with broader theoretical questions about political change in the context of socio-economic transformations and presents an innovative, comparative framework to shed new light on the diverse trajectories of Islamic politics in the modern world."
Cambridge: Cambridge University Press, 2016
e20521834
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Khalil Ar Rahman
"Kasus kekerasan seksual yang banyak terjadi di Indonesia menarik perhatian peneliti untuk meneliti mengenai prediktor dari kekerasan seksual. Beberapa literatur terdahulu mengindikasikan adanya hubungan antara perilaku objektifikasi seksual dan sikap persetujuan seksual, serta antara perilaku kekerasan seksual dan sikap persetujuan seksual. Melihat adanya hubungan kedua variabel dengan sikap persetujuan seksual, peneliti menduga terdapat variabel yang dapat menjembatani hubungan di antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap persetujuan seksual sebagai mediator dalam hubungan antara perilaku objektifikasi seksual dan perilaku kekerasan seksual. Partisipan pada penelitian ini adalah 372 laki-laki dewasa muda heteroseksual yang tinggal di Indonesia dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Aggressive Sexual Behavior Inventory milik Mosher dan Anderson (1986) untuk mengukur perilaku kekerasan seksual, Interpersonal Sexual Objectification Scale—Perpetration Version milik Gervais dkk. (2018) untuk mengukur perilaku objektifikasi seksual, dan Sexual Consent Attitude Scale milik Humphreys dan Herold (2007) untuk mengukur sikap persetujuan seksual. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dimensi Commitment Reduces Asking for Consent dari sikap persetujuan seksual dapat memediasi hubungan positif antara perilaku objektifikasi seksual dan perilaku kekerasan seksual, namun dimensi Asking for Consent First is Important dari sikap persetujuan seksual tidak dapat memediasi hubungan.

Sexual violence cases that prevalently happened in Indonesia draw researcher’s interest to study sexual violence's predictor. Literature indicates that there is relationship between sexual objectification behavior and sexual consent attitude, also between sexual aggressive sexual behavior and sexual consent attitude. Thus, researcher argues there is a variable that might be able to mediate the relationship between those two variables. This research aims to see the mediation role of sexual consent attitude in the relationship between sexual objectification behavior and aggressive sexual behavior. Participant of this study is 372 heterosexual young adult male that lives in Indonesia and had been or currently involved in a romantic relationship. This research used Mosher and Anderson’s Aggressive Sexual Behavior Inventory (1986) to measure aggressive sexual behavior, Gervais et al.’s Interpersonal Sexual Objectification Scale—Perpetration Version (2018) to measure sexual objectification behavior, and Humphreys and Herold’s Sexual Consent Attitude Scale (2007) to measure sexual consent attitude. The result shows Commitment Reduces Asking for Consent dimension from sexual consent attitude is able to mediate the relationship between sexual objectification behavior and aggressive sexual behavior, meanwhile Asking for Consent First is Important dimension from sexual consent attitude is not able to mediate the relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Khairunnisa
"ABSTRAK
Hubungan romantis menjadi salah satu tugas perkembangan pada individu yang memasuki usia dewasa muda 20-40 tahun . Hubungan romantis sendiri menjadi salah satu hubungan yang paling rentan mengalami konflik yang berakibat pada dirasakannya emosi negatif bagi individu. Salah satu dampak dari emosi negatif yang dirasakan adalah kemunculan perilaku makan sebagai salah satu strategi coping dalam meregulasi emosi negatif tersebut. Salah satu hal yang menyebabkan perilaku makan ini untuk muncul adalah deprivasi tidur yang mana dalam hal ini, deprivasi tidur dapat disebabkan oleh konflik yang dirasakan. Penelitian ini sendiri berupaya untuk mempelajari peran deprivasi tidur sebagai mediator dalam hubungan antara konflik psikologis antar-pasangan dan tingkah laku makan emosional pada populasi dewasa muda yang menjalin hubungan romantis. Data diperoleh dari 474 partisipan berdasarkan respons pada alat ukur CTS2 skala negosiasi dan agresi psikologis, item 4 pada PSQI, dan skala emotional eating dalam alat ukur DEBQ yang diberikan secara online. Berdasarkan perhitungan analisis mediasi, ditemukan adanya pengaruh yang signifikan bahwa konflik psikologis antar-pasangan mempengaruhi tingkah laku makan emosional secara langsung, c rsquo; = 0,03, SE= 0,01, p.

ABSTRACT
Building a romantic relationship has been one of many developmental tasks in a young adult developmental period 20 40 years old . The romantic relationship itself is prone to the conflict that can elicit negative emotions to the people who go through a conflict with their partner. In order to regulate the negative emotions from interpartner conflict, eating behavior is considered as a coping strategy when interpartner conflict arises. Besides the conflict itself, sleep deprivation is considered as a predictor of emotional eating. On the other hand, sleep deprivation is influenced by interpartner conflict. This study aimed to examine the role of sleep deprivation as a mediator between interpartner psychological conflict and emotional eating in young adult population. Data gathered from 474 participants based on their responses in negotiation and psychological aggression scale in CTS2, item number 4 in PSQI, and emotional eating scale in DEBQ via online. Using mediation analysis, result showed that interpartner psychological conflict directly affecting emotional eating with c rsquo 0,03, SE 0,01, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah Rahman
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara pencarian signifikansi dan pengorbanan diri dalam konteks Aksi Kamisan, serta peran deprivasi relatif individual dan kelompok sebagai moderator. Menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional, data dikumpulkan dari 129 partisipan yang pernah mengikuti Aksi Kamisan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pencarian signifikansi dan pengorbanan diri, baik secara langsung maupun yang dimoderasi oleh deprivasi relatif. Temuan ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam aktivisme, khususnya aksi kamisan tidak dipengaruhi oleh dorongan pencarian makna.

This research sought to investigate the relationship between the quest for significance and self-sacrifice within the context of Aksi Kamisan, also examining the moderating roles of individual and group relative deprivation. Employing a non-experimental quantitative approach with a correlational design, data were gathered from 129 Aksi Kamisan participants. The subsequent analysis revealed no significant association between the quest for significance and self-sacrifice, whether directly or when moderated by relative deprivation. Consequently, these findings propose that participation in activism, specifically Aksi Kamisan, is not driven by a pursuit of meaning.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Tri Padya
"Angka perceraian di Indonesia cenderung meningkat tiap tahunnya. Salah satu alasan pasangan bercerai adalah perselingkuhan. Terdapat indikasi bahwa seiring perkembangan zaman, individu memiliki sikap yang cenderung permisif terhadap perselingkuhan sehingga menjadi lebih rentan melakukan perselingkuhan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh self-disclosure pada sikap terhadap perselingkuhan yang dimiliki individu dalam perkawinan. Penelitian ini juga melihat peran kepuasan perkawinan yang dimiliki individu dalam memediasi hubungan antara self-disclosure dan sikap terhadap perselingkuhan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Attitude toward Infidelity Scale (ATIS; Whatley, 2008), Marital Self-disclosure Questionnaire (MSDQ; Waring, et al., 1998), dan Couple Satisfaction index (CSI; Funk & Rogge, 2007). Teknik statistik deskriptif, korelasi, regresi sederhana dan analisis mediasi digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini dilakukan pada 461 partisipan yang berada dalam perkawinan (361 perempuan, 100 laki-laki). Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-disclosure memiliki pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap perselingkuhan. Selain itu, dapat diketahui bahwa kepuasan perkawinan berperan memediasi secara penuh hubungan antara self-disclosure dan sikap terhadap perselingkuhan.

The divorce rate in Indonesia tends to increase every year. One of the reasons couples divorce is infidelity. There is an indication that individuals tend to have a permissive attitude towards infidelity along with the times so that they become more vulnerable to infidelity. This study aims to examine the effect of self-disclosure on attitudes towards infidelity that individuals have in marriage. This study also looks at the role of marital satisfaction in mediating the relationship between self-disclosure and attitudes towards infidelity. The Attitude toward Infidelity Scale (ATIS; Whatley, 2008), Marital Self-disclosure Questionnaire (MSDQ; Waring, et al., 1998), and Couple Satisfaction index (CSI; Funk & Rogge, 2007) were used in this study. Descriptive, correlation, regression, and mediation analysis techniques were used to to analyze the data. This study was conducted on 461 participants who were in marriage (361 women, 100 men). The results showed that self-disclosure had a significant effect on attitudes towards infidelity. In addition, the result found marital satisfaction fully mediate the relationship between self-disclosure and attitudes towards infidelity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ryzky Pamungkas
"Industri garmen saat ini menghadapi tantangan cukup besar dalam memenuhi permintaan buyer dari luar negeri. Tren fast fashion membuat siklus produksi garmen menjadi lebih pendek dan membuat pabrik garmen harus bekerjasama dengan suplier yang dapat diandalkan, terutama suplier benang jahit, untuk memenuhi kebutuhan produksi di pabrik garmen dalam waktu singkat. Penelitian ini menekankan pentingnya membangun kemitraan strategis antara pabrik garmen dan suplier benang jahit dalam kerangka hubungan pemasaran B2B untuk memastikan rantai pasok yang efektif dan berkesinambungan. Penelitian terdahulu menyatakan terdapat pengaruh positif antara commitment, trust, dan Relative dependence terhadap customer satsifaction dan customer loyalty dalam hubungan distributor dan seller. Penelitian ini membangun model untuk menganalisis lebih lanjut pengaruh faktor-faktor Affective commitment, Instrumental Commitment, Capability-based Trust, Benevolence-based Trust, dan Relative dependence untuk mencapai customer satisfaction dan customer loyalty dalam hubungan pabrik garmen dan suplier benang jahit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pengumpulan data melalui survei yang dikirimkan kepada pabrik garmen yang berada di Propinsi Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SmartPLS untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel penelitian. Temuan dari penelitian ini menyatakan Affective commitment, Instrumental Commitment, Capability-based Trust, dan Benevolence-based Trust dapat meningkatkan customer satisfaction dan customer loyalty, namun relative dependendence ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap customer satisfaction dan customer loyalty. Temuan ini memberikan wawasan baru bagi perusahaan dalam mengembangkan strategi bisnisnya.

The garment industry is currently facing considerable challenges in meeting the demands of overseas buyers. The fast fashion trend has shortened garmen production cycles and forced garmen factories to work with reliable suppliers, especially sewing thread suppliers, to fulfil the production needs of garmen factories in a short period of time. This research emphasises the importance of building strategic partnerships between garmen factories and sewing thread suppliers within the framework of B2B marketing relationships to ensure an effective and sustainable supply chain. Previous research states that there is a positive influence between commitment, trust, and Relative dependence on customer satisfaction and customer loyalty in distributor and seller relationships. This study builds a model to further analyse the influence of Affective commitment, Instrumental Commitment, Capability-based Trust, Benevolence-based Trust, and Relative dependence factors to achieve customer satisfaction and customer loyalty in the relationship between garmen factories and sewing thread suppliers. The research method used is quantitative method with data collection through surveys sent to garmen factories located in Banten, West Java, and DKI Jakarta Provinces. Data analysis was conducted using SmartPLS to determine the relationship between the research variables. The findings of this study state that Affective commitment, Instrumental Commitment, Capability-based Trust, and Benevolence-based Trust can increase customer satisfaction and customer loyalty, but Relative dependence was found to have no significant effect on customer satisfaction and customer loyalty. These findings provide new insights for companies in developing their business strategies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutmainnah
"Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tindakan mencari bantuan pada pihak profesional masih tergolong rendah. Diduga terdapat faktor lain yang menghambat intensi remaja untuk mencari bantuan pada pihak profesional ketika memiliki masalah. Sayangnya, penelitian mengenai faktor utama penghambat remaja mencari bantuan pada pihak profesional seperti stigma diri dan sikap terhadap tindakan mencari bantuan masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap sebagai mediator terhadap hubungan stigma diri dan intensi remaja untuk mencari bantuan profesional. Sebanyak 255 remaja Indonesia (laki-laki=57 dan perempuan=198) berusia 11-19 tahun (M= 15.31 tahun) menjadi partisipan dan mengisi serangkaian kuesioner meliputi Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Berdasarkan analisis mediasi ditemukan sikap memediasi secara penuh hubungan stigma diri dan intensi mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Semakin rendah stigma diri, maka sikap terhadap tindakan mencari bantuan pada pihak profesional semakin positif. Sikap yang positif selanjutnya akan meningkatkan intensi remaja meminta bantuan kepada pihak profesional. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan perlu digencarkannya program psikoedukasi berkaitan dengan pentingnya merawat kesehatan mental untuk remaja untuk menurunkan stigma diri dan mendorong sikap positif dan intensi mencari bantuan pada tenaga profesional remaja meningkat.

Mental health problems in adolescents in Indonesia are increasing from year to year, but the act of seeking professional help is still relatively low. It is suspected that other factors prevent adolescents from seeking professional help when they have problems. Unfortunately, research on the main factors inhibiting adolescents from seeking professional help such as self-stigma and attitudes toward seeking help is still minimal. This study aims to determine the role of attitude as mediator on the relationship bestween self-stigma and adolescents intention to seek professional help. A total of 255 Indonesian adolescents (boys = 57 and girls = 198) aged 11-19 years (M = 15.31 years) became participants. It filled out questionnaires including the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Based on the mediation analysis, it was found that the attitude of fully mediating the relationship of self-stigma and intention to seek help from professionals. The lower the self-stigma, the more positive the attitude towards seeking help from professionals. A positive attitude will further increase the intention of adolescents seeking help from professionals. The findings in this study need to be intensified with psychoeducational programs related to the importance of treating mental health for adolescents to reduce self-stigma, encourage adolescents positive attitudes, and increased intention ti seek help from proffesionals mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>