Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99230 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Wilson
"Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan mengamanatkan narapidana yang menjalani pidana dalam lembaga pemasyarakatan mendapatkan pembinaan reintegrasi tentu saja dengan mempersiapkan narapidana dengan pembinaan kepribadian dan keterampilan. Program pembinaan mental, rohani, dan keterampilan dimaksudkan untuk mempersiapkan narapidana untuk hidup sebagai anggota masyarakat yang balk ditengah masyarakat. Namun dalam pelaksanaan program tersebut banyak mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab adalah stigma yang diberikan masyarakat kepada narapidana. Stigma ini dapat mengakibatkan adanya perilaku diskriminasi, yang berakibat self-esteem semakin rendah. Akibatnya narapidana tidak mampu berjuang dan bertahan hidup ditengah masyarakat. Melakukan kejahatan kembali menjadi satu-satunya cara untuk mempertahankan hidup. Berdasarkan analisa kegiatan maka disusun suatu program kampanye komprehensif untuk mengurangi stigma masyarakat pada narapidana. Program ini memuat berbagai kegiatan yang integral yang kemudian direkomendasikan sebagai strategi intervensi yaitu pertemuan dialog interaktif tokoh masyarakat. Program dengan teknik penyuluhan sosial (campaign) ini diharapkan akan terjadi perubahan pada kognisi dan sikap pada anggota komunitas lokal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Ratnawulan
"Dalam situasi pandemi yang penuh dengan kecemasan akan penularan COVID-19 dan belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, penyintas COVID-19 sangat rentan untuk mengalami stigma sosial. Dengan mengacu pada gagasan Contact Hypothesisdari Allport (1954) yang menyatakan bahwa kontak antarkelompok dapat mengurangi prasangka, peneliti memandang bahwa dalam situasi pandemi COVID-19 sulit untuk menciptakan suatu kondisi yang ideal untuk melaksanakan proses kontak antarkelompok. Oleh karenanya, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian terkait stigma sosial terhadap penyintas COVID-19 dengan menggunakan metode kontak antarkelompok secara tidak langsung melalui metode kontak bayangan sebagaimana dikembangkan oleh Pettigrew (1998). Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas metode kontak bayangan dalam mengurangi stigma sosial terhadap penyintas COVID-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kontak bayangan dapat mengurangi stigma sosial secara signifikan dan hal ini didukung oleh adanya perilaku positif untuk mendukung kampanye anti stigma oleh 80% partisipan program intervensi.

In a pandemic situation that is full of anxiety about the transmission of COVID-19 and with the fact that there was no medicine that has been proven to cure the disease effectively, COVID-19 survivors are very vulnerable to experiencing social stigma. Referring to the idea of Contact Hypothesis from Allport (1954) which states that intergroup contact can reduce prejudice, the researcher views that in a COVID-19 pandemic situation it is difficult to create an ideal condition for carrying out the inter-group contact process. Therefore, researchers took the initiative to conduct research related to social stigma towards COVID-19 survivors by using the indirect inter-group contact method through the imagined contact method as developed by Pettigrew (1998). This study aims to test the effectiveness of imagined contact methods in reducing social stigma against COVID-19 survivors. The results showed that the imagined contact method could significantly reduce social stigma and this was supported by positive behavior to support the anti-stigma campaign by 80% of the participants of the intervention program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Farida Swasono
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
614 MEU k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naedi
"Stigma merupakan tindakan diskriminatif oleh masyarakat kepada individu maupun kelompok. Keluarga yang terkonfirmasi Covid-19 sering kali mendapatkan stigma oleh masyarakat dan lingkungan sekitar. Tujuan penelitia ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman stigma pada keluarga yang terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologi dengan melibatkan sembilan partisipan yang direkruit secara pusposive sampling. Pengumpulan data secara indepth interview dengan analisis menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian didapatkan lima tema, yaitu respon proses berduka keluarga akibat stigma pada Covid-19, dampak stigma terhadap keluarga dan hubungan sosial, perubahan sikap keluarga akibat adanya stigma, mekanisme koping keluarga dan sumber dukungan dalam menghadapi stigma, dan dukungan psikososial sebagai harapan keluarga dalam menghadapi stigma Covid-19. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai acuan tenaga kesehatan dalam meminimalisir tindakan stigma.

Stigma is a discrimination act by some individuals or groups societies towards. Families who are confirmed to have Covid-19 often get stigmatized by the community environment. The purpose of this research is to get an overview of the experience of stigma in families who are confirmed by Covid-19 in the Jabodetabek area. The design of this study is used to a phenomenological descriptive approach involving nine participants recruited by purposive sampling. Collecting data through in-depth interviews by using Collaizi method analysis. The results of the study found five themes, namely the response to the family grieving process due to the stigma of Covid-19, the impact of this stigma on family and social relationships, changes in family attitudes due to stigma, family coping mechanisms and sources of support in dealing with stigma, and psychosocial support as family hope. Dealing with the stigma of Covid-19. The results of the study are expected to be used as a reference for healthy workers to minimize the stigma"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hayati
"ABSTRAK
Tesis ini membahas kaitan antara program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) dengan perubahan norma dan perilaku masyarakat menuju budaya bersih
dan sehat masyarakat di Kabupaten Bojonegoro. Sebagai studi ilmiah, metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Soft Systems Methodology
Checkland yaitu suatu model pendekatan untuk memecahkan situasi masalah
kompleks yang tidak terstruktur berdasarkan analisis holistik dan berpikir sistem.
Selama studi ditemukan fakta-fakta menarik seputar gerakan sanitasi atau
jambanisasi, dimana pemerintah bersama masyarakat dan pihak swasta secara
bersama-sama menggerakkan dan mensosialisasikan program jambanisasi secara
serentak. Untuk melihat hal tersebut dan menggali lebih dalam masalah tersebut
penelitian ini menggunakan analisa perilaku kesehatan Lawrence W. Green
(2005) yakni faktor perilaku dilihat dari faktor pencetus (Predisposing Factors),
faktor pendorong (Reinforcing Factors) dan faktor pendukung (Enabling
Factors). Keberhasilan program STBM di Kabupaten Bojonegoro serta perubahan
norma dan perilaku yang terjadi di masyarakat karena adanya faktor-faktor
tersebut pertama; Faktor pencetus (Predisposing Factors) yakni pengetahuan
individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial masyarakat Kabupaten
Bojonegoro yang terlihat dari adanya sosialisasi dan penyuluhan pengetahuan
perilaku BAB bersih dan sehat, sikap teladan dari aparat dan tokoh desa dalam
berperan aktif menjalankan program STBM. Kedua; Faktor penguat (Reinforcing
Factors) yakni sikap dan perilaku petugas kesehatan seperti dari Dinas Kesehatan,
aparat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan. Terlihat peran aktif
dari aparat, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan masyarakat dalam gerakan
sanitasi seperti lomba ODF, penyuluhan, adanya pengawasan dan sanksi sosial.
Ketiga; Faktor pendukung (Enabling Factors) tersedianya sarana pelayanan
kesehatan masyarakat, bangunan wc yang berada di dalam maupun luar rumah
warga, bertambahnya tenaga kesehatan, tenaga penyuluhan, dukungan dan peran
aktif dari berbagai pihak sehingga masyarakat dapat membangun dan merawat
WC. Tiga faktor tersebut saling terkait dalam menciptakan perilaku masyarakat
sehat dan bersih yang berkelanjutan melalui program STBM.

ABSTRACT
This thesis discusses the Community Led Total Sanitation (CLTS) in relation to
changes in norms and behavior towards a clean and healthy community in
Bojonegoro District. As a scientific study, the approach taken in this study was using
a model of Checkland’s Soft Systems Methodology, that is an approach model used
to solve complex problem situations which are unstructured based on a holistic
analysis and systems thinking.
During this study, some interesting facts associated with sanitation and toiletry
movement where the government and the public and private sectors collectively got
together to mobilize and socialize toiletry program simultaneously. In order to to see
and explore much deeper about the problem being studied, this research then
analyzed by using the analysis of Lawrence W. Green (2005). The behavioral factor
views of Predisposition Factors, Reinforcing Factors and Enabling Factors. The
success of the above sanitation and toiletry program in Bojonegoro District and the
changes in the norms and behaviors that occurred in the community, have been
mainly encouraged by: First, Predisposition Factors, that is individual's knowledge,
attitudes, beliefs, traditions, social norms of Bojonegoro’s that seen from the
socialization and education of knowledge of clean and healthy defecation behavior,
exemplary attitude of the officials and village leaders to take an active role running
the CLTS program. Second, Reinforcing Factors, that is the attitudes and behaviors
of health workers such as Department of Health, officials, community leaders,
religious leaders and health workers. Seen the active role of officials, community
leaders, health workers and the community in the movement such as ODF
competition sanitation, education, supervision and social sanction.Third, Enabling
Factors,that is availability of public health services, building WC inside or outside
homes, increased health, energy counseling, support and active participation of
various stakeholders so that people can build and maintain the toilets. The three
factors are interrelated in creating a healthy and clean people's behavior sustainable
through CLTS program."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline Kartika Sosrodjojo
"Universitas merupakan tempat untuk mendidik para pemimpin yang berprinsip, yaitu menjunjung tinggi integritas dan memiliki kompas moral yang kuar (intuisi untuk menilai apa yang benar dan salah) (Hendrick & Circle, 1980; Sims, 1993; dalam Anitsal, Anitsal, Elmore, 2009). Kenyataannya, banyak mahasiswa yang melakukan kecurangan saat ujian dan memaksa mahasiswa lain untuk ikut melakukannya. Jika pelanggaran ini dibiarkan terus, maka tidak ada lagi mahasiswa yang mau tidak curang saat ujian. Kasus seperti ini tidak hanya terjadi pada universitas, tapi juga banyak terjadi pada organisasi lainnya. Kelompok di dalam organisasi membuat norma yang bertentangan dengan regulasi organisasi dan memaksa anggota lain untuk ikut melakukan pelanggaran. Dalam penelitian ini, orang-orang yang tetap menunjukkan tingkah laku sesuai dengan regulasi organisasi di tengah kelompok yang melakukan pelanggaran disebut individu good deviant, dan tingkah lakunya disebut good deviance. Pada penelitian ini, sampel tingkah laku good deviance yang digunakan adalah tingkah laku intensional tidak melakukan kecurangan saat ujian di tengah teman-teman clique yang sering melakukan kecurangan saat ujian. Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkah laku good deviance dengan tiap-tiap personality traits, yaitu agreeableness, conscientiousness, extravresion, neuroticism, openness to experience. Hasil ini dipengaruhi oleh kondisi sampel yang kebanyakan jarang melakukan kecurangan saat ujian.

University is a place to educate leaders who has integrity, and strong moral which are able to distinguish right and proper (Hendrick & Circle, 1980; Sims, 1993; dalam Anitsal, Anitsal, Elmore, 2009). In fact, many students are cheating in the exam and force other students to do so. If a violation is allowed to continue, there will be no students are not cheating on exams. Cases like this do not just happen at the university, but also occurs in many other organizations. Groups within the organization making norm that opposing the regulation of organization and forcing other members to participate in violating organization?s regulation. In this study, people who continued to show the behavior in accordance with the regulations of the organization in a group of individuals who violate it called good deviant, and the behavior called good deviance. Sample of good deviance that use in this study is intentional no cheating behavior that occurs among clique that intentionaly cheating in written examination. The results of this study show that there is no significance corelation between good deviance behavior with each of personality traits, namely agreeableness, conscientiousness, extraversion, neuroticism, and openness to experience. This results are influenced by the condition that the sample are rarely cheating during written examination."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawati Alida Bahaweres
"ABSTRAK
Pemberitaan tentang PE (16 tahun) yang dituduh ‘khalwat’ oleh Wilayatul Hisbah (polisi
syariah) menarik perhatian peneliti. Ruang lingkup larangan khalwat/mesum adalah segala
kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina. Ini termuat dalam Pasal
2 Qanun Aceh No 14 Tahun 2003 tentang Larangan Berbuat Mesum. Informasi penangkapan PE
pun diberitakan oleh media. Berita tersebut mengatakan bahwa PE adalah pelacur dan pelaku
mesum. Keesokan hari PE ditemukan bunuh diri. Selang dua hari kemudian ditemukan surat
yang berisikan tulisan tangan PE. Surat tersebut berisikan peryataan PE yang menyatakan bahwa
ia tidak jual diri seperti yang dituduhkan Dinas Syariat Islam Aceh.
Tesis ini ingin mengetahui konstruksi pemberitaan PE di media dan hubungan antara
pemberitaan dengan bunuh diri. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan
menggunakan analis wacana kritis. Data penelitian adalah media yang memberitakan tentang PE.
Penulis juga melakukan wawancara dengan keluarga PE yakni Ayah dan Makcik PE. Selain itu
wawancara dengan pengelola media.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada konstruksi negatif pada saat PE ditangkap oleh WH.
Ada stigma kepada PE serta pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. Namun pada saat PE ditemukan
bunuh diri, stigma kepada PE semakin berkurang. Selain itu, penulis menyimpulkan bahwa
konstruksi negatif berita membuat PE menjadi malu sehingga bunuh diri.

ABSTRACT
The news on media concerning PE (16 years old) who was accused of 'Khalwat or
seclusion' by Wilayatul Hisbah (sharia police) has drawn attention from researcher. The scope of
theprohibition of seclusion and all nasty activities, actions and any circumstances that lead
tofornication. This is written in Article 2 of Aceh Qanun No. 14 of 2003 on the Prohibition
ofImmoral Act. The information about PE detention was reported by the media. The
newspublished that the PE is a nasty whore and adulterers. On the next day PE was found dead.
Two days later found a handwritten letter of PE.
The letter contains a statement of PE that she has never swhored herself as alleged
Islamic Law Office in Aceh. This thesis would like to explainthe social construction or the news
making of PE in the media and the relationship between thereporting of her suicide.This study
applies qualitative research methods by using critical discourse analysts. The data in this research
is that media reports about PE.
I conducted interviews with her family that is her father and her aunt. Besides, I also
conducted interviewswith the media administrator. This study shows that there was a negative
construction at the time of PE was arrested by the WH.There found a stigma to PE as well as
violations of the Codeof Journalistic Ethics.However, when PE was found committed suicide,
the stigma PEdecreased.In addition, the author conclude that the negative construction of news
makingeffecting PE felt so disgrace and drove her to commit suicide."
2013
T35975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Saraswati
"Kajian literatur ini menganalisis promosi kesehatan jiwa sebagai upaya mengurangi stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Latar belakang dibuatnya penelitian ini yaitu tingginya stigma negatif masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Indonesia yang berpengaruh terhadap perlakuan diskriminatif terhadap ODGJ seperti pemasungan, pengucilan, dan perlakuan diskriminatif lainnya. Dalam mengkaji topik penelitian ini, peneliti melakukan penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik kajian literatur ini. peneliti memilih 15 (lima belas) penelitian terdahulu yang paling relevan dari rentang waktu 2016–2022. Dari 15 penelitian tersebut, peneliti kembali memilih 10 (sepuluh) penelitian yang relevan dengan setiap konsep yaitu stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa, promosi kesehatan jiwa, dan upaya mengurangi stigma. Terdapat 3 (tiga) jurnal acuan dalam menganalisis stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), 5 (lima) jurnal acuan mengenai promosi kesehatan jiwa, dan 2 (dua) jurnal acuan mengenai upaya mengurangi stigma. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian literatur jenis integrative review dengan menganalisis kelebihan, kekurangan, serta substansi dari jurnal-jurnal acuan yang ditelaah. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa stigma negatif masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan jiwa dan gangguan kejiwaan sehingga promosi kesehatan jiwa diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan empati masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa promosi kesehatan jiwa dapat menjadi upaya mengurangi kesehatan jiwa dan dilakukan dengan berbagai metode seperti penyuluhan, sosialisasi, bahkan praktik seperti roleplay atau direct contact dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Metode promosi kesehatan jiwa melalui praktik menunjukkan hasil berkurangnya stigma dan munculnya empati masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Promosi kesehatan jiwa pun perlu dilakukan kepada tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri mereka untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat terkait kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. Selain itu, promosi kesehatan jiwa pun dapat melibatkan peran pekerja sosial sebagai educator, group facilitator, dan activist dengan menerapkan cultural competence dengan memperhatikan aspek kebudayaan seperti kepercayaan, seni, nilai-nilai moral, hukum, adat, serta kebiasaan dan kemampuan lainnya yang menjadi pedoman hidup masyarakat. Promosi kesehatan jiwa pun perlu memperhatikan penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan budaya masyarakat sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

This literature review analyzes mental health promotion as a strategy to reduce stigma towards people with severe mental illness (ODGJ). The background of this research is the existing stigmatization towards people with severe mental illness (ODGJ) in Indonesia that influences discriminative action towards them such as shackling, exclusion, and the other discriminatory behaviour in our society. In reviewing this topic, study towards previous relevant research has been done in this literature review. There are 15 (fifteen) previous studies that are relevant with the concepts of stigma towards people with severe mental illness (ODGJ), mental health promotion, and strategy in reducing stigma. There are 3 (three) reference articles in analyzing stigma towards people with severe mental illness (ODGJ), 5 (five) reference articles about mental health promotion, and 2 (two) reference articles about strategy in reducing stigma. The method used in this literature review is integrative review by analyzing the strengths, limitations, and substances of the studied reference articles. Based on the analysis, the negative public stigma towards people with severe mental illness is existing due to the lack of information people’s knowledge about mental health and mental illness in our society. Therefore, mental health promotion could be considered as a strategy to reduce stigma and increase empathy towards people with mental illness (ODGJ). This literature review concludes that a mental health promotion is potential as a strategy to reduce stigma through various methods such as socialization, counseling, and even practical activities such as roleplay and direct contact with people with severe mental illness (ODGJ). Mental health promotion through practical activities shows the decreasing of public stigma towards people with severe mental illness and the increasing of empathy towards them. Also, mental health promotion is required to strengthen the capacity and self-efficacy of health practitioners to deliver mental health socialization or counseling to the society. In addition, mental health promotion could involve social worker roles as educator, group facilitator, and activist by involving cultural competence and paying attention to cultural aspects such as beliefs, arts, moral values, laws, customs, habits, and other capabilities that have already become the guidance of society. Mental health promotion needs to be conducted by using languages that can be understood and relevant to the culture in the society in order to ensure that the information is well-delivered and accepted."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidza Cika Sadewinta
"Penelitian ini mengkaji stigma budaya patriarki yang muncul dalam tiga cerita pendek
karya Eka Kurniawan, yaitu Lesung Pipit, Dongeng Sebelum Bercinta, dan Kutukan
Dapur. Ketiga cerita pendek tersebut menunjukkan stigma budaya patriarki yang
dibangung melalui relasi laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, pernikahan yang
dipaksa, dan relasi ayah-anak perempuan. Ketiga karya tersebut memiliki masalah yang
berhubungan dengan stigma budaya yang muncul karena langgengnya budaya patriarki
dan berkaitan erat dengan pengambilan sikap tokoh-tokoh perempuan untuk melawannya.
Ketiga masalah tersebut berhubungan dengan konstruksi masyarakat dalam budaya
patriarki, bahwa peran perempuan seharusnya berkuasa pada ranah domestik (dapur dan
tempat tidur), permasalahan ayah-anak, dan keperawanan yang dijaga sebelum menikah.
Ketiga cerpen tersebut menunjukkan adanya stigma budaya patriarki yang mengopresi
perempuan. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap
perlawanan yang tunjukkan oleh para tokoh perempuan di dalam ketiga cerpen
membebaskan diri dari stigma budaya patriarki. Dalam penelitian menggunakan konsep
budaya patriarki untuk memaparkan represi yang diterima oleh ketiga tokoh perempuan
dalam ketiga korpus. Konsep seks dan gender digunakan untuk menjabarkan posisi
perempuan dan perannya dalam ranah domestik yang didominasi budaya patriarki. Yang
terakhir adalah konsep stigma budaya yang menjadi pembahasan utama dalam penelitian
untuk menjabarkan ketiga tokoh perempuan yang terjebak di dalamnya. Dalam ketiga
cerita pendek, Eka Kurniawan menggunakan perspektifnya sebagai laki-laki dalam
menempatkan tokoh-tokoh perempuan. Ketiganya ditempatkan dalam posisi yang
tertindas, sehingga membutuhkan alasan lebih untuk mengambil kuasa atas dirinya
sendiri. Sikap yang ditunjukkan oleh ketiga tokoh perempuan tersebut dapat dimaknai
sebagai pembebasan diri dari stigma-stigma yang muncul pada masyarakat berbudaya
patriarki. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan dengan budaya
patriarki dengan stigma, budaya patriarki dengan pernikahan, dan budaya patriarki
dengan sikap-sikap yang diambil oleh tokoh perempuan untuk merebut kembali
kekuasaan atas diri dan tubuhnya.

This study examines the stigma of patriarchal culture that appears in three short stories by
Eka Kurniawan. Entitled Lesung Pipit, Dongeng Sebelum Bercinta, and Kutukan Dapur.
The three short stories show the patriarchal cultural stigma that is built through male and
female relationships in marriage, forced marriages, and father-daughter relationship. All
three have problems related to the cultural stigma that arises because of the patriarchal
cultures longevity and it closely pushing women to fight against it. These three problems
are related to the construction of society in patriarchal culture, that the role of women
should be in power in the domestic sphere (kitchen and bed), father-daughter problems,
and virginity that is guarded before marriage. The three short stories show the patriarchal
cultural stigma oppresses women. Thus the problem in this study is how the resistance
shown by female leaders in the three short stories free themselves from the stigma of
patriarchal culture. In research using the concept of patriarchal culture to describe the
repression received by the three female figures in the three corpus. The concepts of sex
and gender are used to describe the position of women and their role in the domestic
sphere which is dominated by patriarchal culture. The last is the concept of cultural
stigma which is the main discussion in the study to describe the three female leaders who
are trapped in it. In the three short stories, Eka Kurniawan uses his perspective as a male
in placing female characters. All three are placed in an oppressed position, so they need
more reasons to take power over themselves. The attitude shown by the three female
leaders can be interpreted as freeing themselves from the stigmas that arise in patriarchal
culture. Thus, it can be concluded that there is a relationship with patriarchal culture with
stigma, patriarchal culture with marriage, and patriarchal culture with attitudes taken by
female figures to regain power over themselves and their bodies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T54613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Pramudita Hanjani
"Tesis ini mengkaji tentang tiga orang ibu sebagai orang tua tunggal dalam keluarga keturunan Keraton Mangkunegaran Surakarta. Mereka dituntut untuk hidup dalam peraturan unggah-ungguh (norma sopan santun) yang sesuai dengan nilai-nilai kepribadian Jawa. Permasalahan muncul saat terjadi perbedaan persepsi antara para ibu dan para tetua dalam memandang nilai-nilai kepribadian Jawa. Nilai welas asih (belas kasih), ngerti isin (tahu malu) dan jogo aji (penjagaan harga diri) menjadi sebuah landasan utama terbentuknya stigma butuh welas asih (membutuhkan belas kasihan) dan stigma rondho ompong (janda berlubang/penggoda) yang tertuju kepada para ibu. Sedangkan para tetua memiliki persepsi bahwa nilai-nilai kepribadian Jawa sudah diterapkan dengan semestinya. Dengan menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara mendalam, penelitian ini menemukan fakta bahwa para ibu sebagai orang tua tunggal memiliki kepribadian tangguh atau hardiness yang menyebabkan mereka berpegang teguh kepada keputusan akan kehidupan mereka sendiri, sehingga mereka berani untuk melawan stigma dengan melakukan resistensi secara terbuka maupun tertutup. Resistensi yang dilakukan oleh para ibu memiliki tujuan sebagai bentuk pembelaan, agar para tetua dan masyarakat tidak lagi memberikan stigma kepada mereka.

This thesis discusses about three mothers as single parents in a descended family from the Surakarta Mangkunegaran Palace. They’re required to live according to the rules of unggah-ungguh (polite norms) that are in accordance with Javanese personality values. Problems arise when there are differences perceptions between the mothers and the elders in viewing Javanese personality values. The values ​​of butuh welas asih (compassion), ngerti isin (understand on shame) and jogo aji (preservation of self-respect) are the main basis for the formation of the stigma of butuh welas asih (needing compassion) and the stigma of rondho ompong (widow with holes/tempter) which is directed at the mother. Meanwhile, the elders have the perception that the values ​​of Javanese personality have been applied properly. By using the involved observation method and in-depth interviews, this study found that the mothers as single parents have a tough personality or hardiness that causes them to keep up their decisions about their own lives, so that they dare to fight stigma by doing resistance openly (public transcript) or secretly (hidden transcript). The resistance that carried out by the mothers has a purpose as a form of defense, so that elders and the community no longer stigmatize them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>