Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutapea, Emelia Astuty
"Permasalahan, tantangan dan kesulitan merupakan fenomena hidup yang tidak bisa dihindari. Reaksi setiap orang terhadap berbagai tantangan atau permasalahan dalam hidup mereka temyata berbeda-beda. Perbedaan reaksi ini temyata disebabkan oleh cara pandang yang berbeda terhadap permasalahan yang ada. Salah satu faktor yang mempenganuhi perbedaan itu adalah resiliensi. Resiliensi didefinisikan sebagai karakteristik seseorang untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi terhadap situasi-situasi berat dalam hidupnya (Wagnild dan Young dalam Montheit & Gilboa, 2002).
Setiap tahap usia menghadapi tantangan hidup yang berbeda-beda. Penelitian ini difokuskan pada mahasiswa perantau yang berada di tahun pertama Perguruan Tinggi. Pemilihan ini didasari oleh pemikiran bahwa memasuki dunia kuliah dan sedang menghadapi transisi tahap perkembangan remaja menuju dewasa muda rnenyebabkan mereka harus menghadapi berbagai perubahan. Dan untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dibutuhkan resiliensi.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Resilience Scale (Skala Resiliensi) yang dikembangkan oleh Gail Wagnild dan Heather Young pada tahun 1993. Pengembangan Skala Resiliensi dalam bentuk paper-and-pencil questionnaire bertujuan untuk mengukur kapasitas kemampuan individu untuk menerima, menghadapi dan mentransfonnasikan masalah-masalah yang telah, sedang dan akan dihadapi dalam sepanjang kehidupan individu tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji validitas dan reliabilitas Skala Resiliensi yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan untuk memperoleh gambaran resiliensi mahasiswa perantau di tahun pertama Perguruan Tinggi yang bertempat tinggal di Asrama UI.
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantau yang sedang menjalani tahun pertama pendidikannya di Perguruan Tinggi dan bertempat tinggal di Asrama UI. Pemilihan subyek tersebut didasari oleh pemikiran bahwa sebagai mahasiswa perantau, subyek harus menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan perubahan sistem pendidikan dari SMU ke Perguruan Tinggi, tuntutan tugas perkembangan dimana mereka harus belajar mandiri, tidak bergantung sepenuhnya pada orang tua dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, serta tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan budaya tempat mereka menuntut ilmu yang berbeda berbeda dengan latar belakang budaya mereka. Hal ini menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang harus mereka atasi agar mereka bisa berhasil menyelesaikan pendidikan mereka dengan balk. Dan untuk menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan ini dibutuhkan kemampuan yang disebut dengan resiliensi.
Hasil penelitian diperoleh dari 72 subyek yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dan perhitungan uji reliabiltas dengan metode alpha cronbach terhadap sub skala Personal Competence diperoleh hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.7848, sub skala Acceptance of Self and Life sebesar 0.1857, dan terhadap keseluruhan skala Resiliensi sebesar 0.7341. Hasil ini menunjukkan bahwa sub skala Personal Competence terbukti mengukur domain yang sama, yaitu keyakinan individu terhadap kemampuan sendiri, sikap mandiri, berpendirian dan kegigihan dalam menghadapi rintangan; sub skala Acceptance of Self and Life tidak mengukur domain yang sama, yaitu pandangan yang seimbang mengenai hidup, kemampuan beradaptasi dan bersikap fleksibel; sedangkan skala keseluruhan terbukti mengukur domain yang sama, yaitu kemampuan individu untuk menerima, menghadapi dan mentransformasi masalah yang telah, sedang dan akan dihadapi sepanjang hidup individu.
Uji validitas dilakukan melalui corrected item-total correlation dimana nilai signifikansi untuk jumlah responden sebanyak 72 orang pada 1.o.s. 0.005 adalah 0.232, diperoleh bahwa dari 17 item pada sub skala Personal Competence terdapat 3 item yang tidak valid, sedang 14 item lainnya valid mengukur domain personal competence; dari 8 item pada sub skala Acceptance of Self and Life terdapat 6 item yang tidak valid, dan hanya 2 item yang valid mengukur domain acceptance of self and life; sedangkan secara keseluruhan terdapat 9 item yang tidak valid dari 25 item yang ada, dengan demikian terdapat 16 item yang terbukti valid mengukur resiliensi seseorang. Dari perhitungan skor total dan item no 26, diperoleh korelasi sebesar 0.577 (signifikan), yang berarti mereka yang memberikan skor tinggi pada item no 26 ini jugs memberi skor tinggi pada keseluruhan skala resiliensi (25 item).
Dari seluruh subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebanyak 2 orang (2.78%) berada pada kategori resiliensi tinggi, 12 orang (16.56%) berada pada kategori resiliensi auk-up tinggi, 45 orang (62.5%) pada kategori resiliensi sedang, 10 orang (13.89%) pada kategori resiliensi agak rendah dan 3 orang (4.16%) berada pada kategori resiliensi rendah.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif agar diperoleh gambaran resiliensi yang lebih lengkap. Dengan begitu hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai data untuk mengembangkan kapasitas individu dan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan membantu mahasiswa untuk mengantisipasi dan mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatus Soimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa tahun pertama dan kedua di Perguruan Tinggi Negeri. Resiliensi adalah kemampuan untuk pulih dari kesulitan dan merupakan sebuah karakteristik kepribadian positif seseorang yang dapat meningkatkan adaptasi individu dan meringankan efek negatif dari stres jika menghadapi takanan atau permasalahan Wagnild Young, 1993 dalam Losoi etal, 2013. Efikasi diri keputusan karier adalah tingkat kepercayaan individu bahwa ia bisa melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan keputusan membuat karier Taylor Betz, 1983 dalam Betz Taylor, 2001. Untuk melakukan pengukuran terhadap variabel resiliensi digunakan alat ukur Resilience Scale RS yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young 1993, sedangkan untuk mengukur efikasi diri keputusan karier digunakan alat ukur Career Decision Self Efficacy- Short Form CDSE-SF yang dikembangkan oleh Taylor dan Betz 1983. Partisipan dalam penelitian ini adalah 188 mahasiswa tahun pertama dan kedua di Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa tahun pertama dan kedua di Perguruan Tinggi Negeri. Artinya, semakin tinggi kemampuan resiliensi pada seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkatan efikasi diri keputusan keriernya. Diskusi dan keterbatasan penelitian akan dijelaskan pada bab tersendiri.

ABSTRACT
The purpose of this study is to know the relationship between resilience and career decision self efficacy on freshman and sophomore at public university. Resilience is the ability to recover from adversity and a positive ability that can improve individual adaptation to changing and stresfull situation Wagnild Young, 1993 dalam Losoi etal, 2013. Career decision self efficacy is the level of individual confidence that he she can carry out tasks related to making career decisions Taylor Betz, 1983 dalam Betz Taylor, 2001. To measure resilience variable, researcher use Resilience Scale RS which was developed by Wagnild and Young 1993 while Career Decision Self Efficacy Short Form CDSE SF which developed by Taylor and Betz 1983 is used for measuring career decision self efficacy variable. Participants of this study were 188 freshman and sophomore in public university. The results showed that there was a significant positive correlation between resilience and career decision self efficacy on freshman and sophomore in public university. This means that the higher resilience level in a person, the higher career decision self efficacy in that person. Discussions and limitations of the study will be explained in separate chapters."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nadzifah
"Resiliensi memiliki peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena resiliensi dapat memfasilitasi kemampuan individu untuk beradaptasi dengan tantangan yang cukup mengkhawatirkan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resilience dan college adjustment pada mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi negeri yang berada di Jabodetabek. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 198 orang. Resilience diukur dengan menggunakan alat ukur Cannor-davidson resilience scale versi 10 item yang dikembangkan Campbell-Sills dan Stein (2007). Selain itu, college adjustment diukur menggunakan alat ukur Student Adaptation to College Questionnaire yang dibuat oleh Baker dan Siryk (1984). Analisis data menggunakan teknik analisis pearson product-moment correlation. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikan (r = 0,48, 𝑝<0,01) antara resilience dan college adjustment yang artinya semakin tinggi resilience individu maka semakin tinggi pula college adjustment.

Resilience has an important role in the process of adjustment because resilience can facilitate the ability of individuals to adapt. This research was conducted to find the correlation between resilience and college adjustment among first-year students at universities located in Jabodetabek. The Participants of this research were 198 first-year college students. Resilience was measured by using a 10-item version of the Cannor-Davidson resilience scale developed by Campbell-Sills and Stein (2007). In addition, college adjustments was measured by using the Student Adaptation to College Questionnaire by Baker and Siryk (1984). Data analysis was processed using Pearson Product-Moment Correlation analysis techniques. The results of this research indicate a positive and significant correlation (r = 0,48, 𝑝<0,01) between resilience and college adjustment, which means that the higher the resilience of an individual, the higher the college adjustment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Arrania
"Pada tahun pertama perkuliahan, mahasiswa baru dituntut untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan akademis, sosial, dan emosional baru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi dan masing-masing dimensinya, yakni kompetensi personal serta penerimaan diri dan hidup, dalam memprediksi penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa baru. Studi kuantitatif dilakukan terhadap mahasiswa baru dalam rentang usia 18-20 tahun dari berbagai universitas di Indonesia (N = 130). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dimensi kompetensi personal serta dimensi penerimaan diri dan hidup dapat memprediksi penyesuaian diri di perguruan tinggi, dengan dimensi penerimaan diri dan hidup sebagai prediktor yang paling signifikan atas penyesuaian diri di perguruan tinggi. Institusi pendidikan perguruan tinggi dapat mempertimbangkan aktivitas yang dapat membangun resiliensi pada individu untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa baru.

During the first year of college, college freshmen must adapt to many novel academic, social, and emotional challenges. The goal of this study is to examine the role of resilience and its dimensions, which are personal competence and acceptance of self and life, as a predictor for college adjustment among college freshmen. A quantitative study was conducted on college freshmen aged between 18-20 years old across universities in Indonesia (N = 130). Based on our findings, personal competence and acceptance of self and life simultaneously and significantly predicted college adjustment, with acceptance of self and life as the most significant predictor of college adjustment. Higher education institutions need to consider developing certain activities that can build resilience in individuals to improve college adjustment among college freshmen.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yastrianne Febriselvada
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa untuk bertumbuh kembang (grow up), untuk
bergerak dari ketidakmatangan masa kanak-kanak ke kematangan masa dewasa, dan
untuk mempersiapkan masa depan (Larson dalam Steinberg, 2002). Transisi ini membuat
remaja mengalami konflik Identity Crisis versus Identity Confusion (Erikson dalam
Papalia, Olds, & Fsldman, 2001). Pencarian identitas pada remaja merupakan salah satu
penyebab remaja mengalami derita loneliness (Mijuskovic dalam Rice, 1990). Satu hal
yang memicu kemunculan loneliness adalah karakteristik personal (Peplau & Perlman,
1982). Ipdividu yang menderita loneliness dikatakan sebagai pemalu, introvert, kurang
mau mengambil resiko sosial, dan kurang memiliki keahlian sosial (Peplau & Perlman,
1982).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara loneliness dan
komponen tipe kepribadian pada remaja akhir. Komponen tipe kepribadian yang dibahas
dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori dari Cari Gustav Jung dan Isabel Briggs-
Mycs & Katharine Briggs.
Teori-teori yang dijadikan dasar penelitian adalah teori remaja, teori loneliness,
dan teori kepribadian Jung serta Myers dan Briggs. Selain itu dibahas pula mengenai
hubungan remaja dengan loneliness dan hubungan tipe kepribadian dengan loneliness.
Subjek penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi tingkat pertama yang saat
penelitian dilakukan merupakan angkatan 2003. Usia subjek ditetapkan antara 18 tahun
hingga 20 tahun sesuai dengan rentang usia kelompok remaja akhir. Subjek beijumlah
103 orang dan berasal dari berbagai fakultas pada Universitas Indonesia, Universitas
Gunadarma, dan Universitas Pancasila.
Penelitian ini menggunakan dua macam alat ukur sebagai alat pengumpul data,
yaitu Inventori Tipe Kepribadian yang merupakan adapatasi dari Myers-Briggs Type
Indicator Form M Self-Scorable dan skala loneliness yang merupakan adaptasi dari The
Revised UCLA Loneliness Scale versi 2 (1980) dari Daniel Russell, Letitia Peplau, dan
Carolyn Culrona. Pengolahan data dilakukan dengan menentukan skor tiap komponen
kepribadian subjek. Setelah itu dilakukan penghitungan korelasi skor loneliness dan skor
tiap komponen tipe kepribadian. Teknik korelasi yang digunakan adalah pearson produet
moment.
Sebagian besar subjek (92.2%) memiliki tingkat loneliness rendah (skor 20-49).
Hasil yang diperoleh dari perhitungan korelasi untuk skor loneliness dan skor komponen
tipe kepribadian menunjukkan hubungan yang signifikan untuk komponen Extraversion
(r =-0.477) dan komponen Introversion (r = 0.477) pada los 0.01. Analisis hasil tambahan
yang dilakukan untuk mencari perbedaan mean skor loneliness pada subjek perempuan
dan laki-laki dengan pengujian independent sample test menemukan terdapat perbedaan
mean antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa komponen tipe kepribadian
memiliki hubungan yang signifikan dengan loneliness. Disarankan agar melakukan
penelitian dengan alokasi waktu lebih panjang dan dengan jumlah subjek yang lebih
banyak. Pengalihbahasaan alat ukur agar dilakukan dengan lebih hati-hati. Perlu
dilakukan konstruksi ulang pada Inventori Tipe Kepribadian."
2004
S3308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Ambarsari Sadono
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada oleh mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah penyesuaian diri mahasiswa yang baru masuk ke perguruan tinggi. Ketidakmapuan untuk menyesuaikan diri dapat mengakibatkan putus studi. Pengukuran keterlibatan ayah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: Retrospective measures for adolescent and adult yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Sementara pengukuran penyesuaian diri di perguruan tinggi menggunakan Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) yang dikembangkan oleh Baker dan Siryk (1984). Responden penelitian ini berjumlah 326 orang mahasiswa tahun pertama yang berusia 16-22 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi (r = 0.194 untuk Nurturant Father Involvement dan r=0.197 untuk Reported Father Involvement; p<0.05; two-tailed).

This study examined the relationship between father involvement with college adjustment in first year college students. This research is motivated by the problem of adjustment of new students into college. Inability to adjust can lead to dropping out of the study. Measurement in this study is using two instruments, The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: by Finley (2004) and college adjustment is using Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) by Baker dan Siryk (1984). Respondents of this study consists of 326 college students aged 16-22 years old. The results showed a significant relationship between father involvement with college adjustment (r = 0194 to Nurturant Father Involvement and r = 0197 for Reported Father Involvement; P <0.05; two-tailed)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Renata Anindita Wibowo
"Mengalami transisi kehidupan bukan suatu pengalaman yang mudah. Hal ini dialami oleh para mahasiswa tahun pertama yang mengalami penyesuaian diri dalam berbagai aspek, yaitu akademik, sosial, dan emosional. Dalam menghadapinya, individu memerlukan strategi untuk dapat menyesuaikan diri, dimana fleksibilitas kognitif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara fleksibilitas kognitif dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Studi kuantitatif dilakukan terhadap mahasiswa tahun pertama, yaitu mereka yang berada di semester satu dan/atau dua (N=90). Fleksibilitas kognitif diukur dengan menggunakan instrument Cognitive Flexibility Inventory yang dikembangkan oleh Indrasari et al. (unpublished manuscript). Penyesuaian diri di perguruan tinggi atau college adjustment diukur menggunakan instrumen College Adjustment Quetionnaire yang dikembangkan oleh Purnamasari (2022). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini dapat diartikan keberhasilan mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan dapat diprediksi dengan adanya kemampuan fleksibilitas kognitif. Dalam arti lainnya, semakin tinggi fleksibilitas kognitif yang dimiliki, maka semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.

Life transitions is not an easy experience. This phenomena experienced by first-year students who are struggling with adjustment in various aspects, namely academic, social and emotional. In dealing with struggle, individuals need strategies to be able to adapt, where cognitive abilities are one of the influencing factors. This research was conducted with the aim of examining the relationship between cognitive flexibiluty and college adjustment in first-year students. The quantitative study was conducted on first year students, those in their first and/or second semester (N=90). Cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory instrument developed by Indrasari et al. (unpublished manuscript). College adjustment is measured using the College Adjustment Questionnaire instrument developed by Purnamasari (2022). The results of Pearson correlation test show that cognitive flexibiluty has a significant positive relationship with college adjustment. It means that students' success in facing various challenges of change can be predicted by their cognitive flexibility. It can also be concluded that the higher the cognitive flexibility, the higher the college adjustment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Tsamara Rustiadi
"Mahasiswa yang merantau harus menghadapi lebih banyak penyesuaian dalam kehidupan perkuliahannya, terlebih setelah adanya perubahan global yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Dalam situasi yang sulit tersebut, kedekatan dengan alam dan resiliensi dapat memiliki peran penting agar mahasiswa tidak mempersepsi situasi secara negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi sebagai mediator pada hubungan kedekatan dengan alam dan persepsi stres mahasiswa perantau. Data diambil menggunakan survei daring pada mahasiswa perantau di seluruh Indonesia (N = 123). Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan adaptasi 21-Item Nature Relatedness Scale (NR21), Resilience Scale (RS), dan Perceived Stress Scale (PSS). Data penelitian dianalisis dengan model mediasi pada perangkat PROCESS dari Hayes di SPSS. Penemuan yang didapatkan dari penelitian ini antara lain kedekatan dengan alam berpengaruh positif terhadap resiliensi, resiliensi berpengaruh negatif terhadap persepsi stres, dan terdapat indirect-only mediation dari resiliensi terhadap hubungan kedekatan dengan alam dan persepsi stres mahasiswa perantau.

Sojourner college students have to face more adaptation in their college life, especially now after there are global changes all around the world because of COVID-19 pandemic. In this stressful situation, nature relatedness and resilience have an important role in reducing college students’ negative perception of the situation. This research’s objective is to see the role of resilience as mediator between nature relatedness and perceived stress. Data were taken using online survey from sojourner students all over Indonesia (N = 123). Variables were measured using the adaptations of 21-Item Nature Relatedness Scale (NR21), Resilience Scale (RS), and Perceived Stress Scale (PSS). The data that have already been collected were analyzed using mediation model on Hayes’ PROCESS tool on SPSS. Results from this research is nature relatedness can positively predict resilience, resilience can negatively predict perceived stress, and there is an indirect-only mediation from resilience to the relationship between nature relatedness and perceived stress of sojourner college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Fithrah Adzany Ahmad
"Pada tahun pertama, mahasiswa rantau menghadapi masa transisi perkuliahan dengan permasalahan khusus karena adanya perbedaan nilai dan budaya, penyesuaian kehidupan sehari-hari, perubahan lingkungan sosial, dan lain sebagainya. Selain itu, situasi pandemi covid-19 menambah kompleksitas mahasiswa rantau dalam menghadapi masa transisi perkuliahan dengan diberlakukannya metode campuran (hybrid). Adanya rintangan dalam menghadapi masa transisi perkuliahan dapat menyebabkan mahasiswa rantau merasakan stres. Dalam situasi ini, adanya hubungan sosial dan dukungan sosial sangat penting dalam membantu mahasiswa mengatasi stres yang dirasakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kesepian dan dukungan sosial terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama perantau di Universitas Indonesia. Partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa S1 angkatan 2022 yang berasal dari luar daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekas (JABODETABEK) (N=104). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, ditemukan bahwa kesepian dan dukungan sosial secara simultan dan signifikan dapat memprediksi stres pada mahasiswa tahun pertama perantau di Universitas Indonesia (R2 = 0.280, p<0.05). Peneliti juga menemukan bahwa hanya variabel kesepian yang secara independen dan signifikan mampu memprediksi stres yang dirasakan mahasiswa. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya dan persiapan bagi mahasiswa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan merantau.

In the first year, migrant students face a lecture transition period with special problems due to differences in values and culture, adjustments to daily life, changes in the social environment, and so on. In addition, the Covid-19 pandemic situation adds to the complexity of migrant students in facing the lecture transition period by implementing hybrid methods. The existence of obstacles in dealing with the lecture transition period can cause migrant students to feel stressed. In this situation, the existence of social relationships and social support are very important in helping students deal with the stress they feel. Therefore, this study aims to look at the role of loneliness and social support toward stress among first-year migrant students at the University of Indonesia. Participants in this study were undergraduate students from class of 2022 who came from outside the Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK) areas (N=104). Based on the results of multiple regression analysis, it was found that loneliness and social support simultaneously and significantly predicted stress among first-year migrant students at the University of Indonesia (R2 = 0.280, p<0.05). The researcher also found that loneliness was independently and significantly able to predict the stress felt by students. The research results can be used as a basis for further research and preparation for students who continue their education to tertiary institutions by migrating."
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>