Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162683 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Faqih Hartono
"PT X Unit Citeureup merupakan pabrik industri manufaktur semen terbesar di dunia. Proses industri di dalamnya melibatkan berbagai proses, bahan, serta pekerjaan berbahaya. Sehingga dengan demikian proses kerja di dalamnya banyak menyebabkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, pada saat ini PT X Unit Citeureup juga menghadapi tantangan pandemi COVID-19 sama seperti industri lainnya. Hal ini dapat berdampak negatif baik kepada pekerja ataupun manajemen PT X Unit Citeureup. Berdasarkan hal tersebut, terbentuknya keselamatan di tempat kerja merupakan hal yang harus diupayakan dan lebih dimaksimalkan. Penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi faktor-faktor yang membentuk keselamatan di tempat kerja dengan upaya pencegahan COVID-19 dan dimensi-dimensi kerentanan K3. Dimensi-dimensi tersebut dapat digunakan sebagai dasar studi elemen psikologi organisasi dan iklim keselamatan yang mampu memprediksi keselamatan di tempat kerja. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara daring melalui google form untuk mengetahui bagaimana persepsi pekerja terkait variabel-variabel yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei dengan besar sampel yang terkumpul adalah 126 responden dari 19 divisi. Data berikutnya dianalisis dengan PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation Modeling). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor kerentanan K3 seperti kesadaran K3 dan partisipasi K3, serta upaya pencegahan COVID-19 berhubungan secara signifikan terhadap keselamatan di tempat kerja. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi terhadap peningkatan kesadaran K3, partisipasi K3, dan upaya pencegahan COVID-19 di tempat kerja dapat meningkatkan keselamatan di tempat kerja pada masa pandemi COVID-19. 

PT X Unit Citeureup is the largest cement manufacturing industrial plant in the world. The industrial processes in it involve a variety of processes, materials, and hazardous works. Thus, the work process in it causes a lot of occupational safety and health risks. In addition, at this time PT X Unit Citeureup is also facing the challenges of the COVID-19 pandemic just like other industries. This situation can have a negative impact on both employees and management of PT X Unit Citeureup. Based on this situation, the establishment of safety in the workplace is something that must be pursued and maximized. This study attempts to evaluate the factors that shape workplace safety with COVID-19 prevention measures and the dimensions of occupational health and safety (OHS) vulnerability. These dimensions can be used as the basis for the study of elements of organizational psychology and safety climate that are able to predict safety in the workplace. This research was conducted through a quantitative approach with a cross-sectional study design. Data were collected online by using google form to find out how workers perceive related to the variables studied. Data collection was carried out in May with a large sample of 126 respondents from 19 divisions. The next data were analyzed by PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation Modeling). The results of this study indicate that OHS vulnerability factors such as OHS awareness and OHS participation as well as COVID-19 prevention measures are significantly related to safety in the workplace. These results indicate that interventions to increase OHS awareness, OHS participation, and COVID-19 prevention measures in the workplace can improve workplace safety during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budisetiawan Muchtar
"Latar belakang: Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi kecelakaan kerja dan mengetahui hubungan aspek perilaku pekerja serta faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja industri minyak dan gas bumi (migas) di Kalimantan sehingga dapat dilakukan upaya. pcncegahan untuk menurunkan angka kecelakaan kerja.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada bulan November 2009 terhadap 364 responden di bagian operation yang bekerja selama bulan Januari-September 2009. Data dikumpulkan dengan wawancara dan kuesioner pada pekenja maupun supervisor. Hubungan antara umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, status kepegawaian, lama kerja, kerja safety, status kesehatan, perilaku, pengetahuan sqkzy, pelatihan keselamatan kerja, supervisi, tanda peringatan, bising, panas dan keadaan Iingkungan kenja Iainnya dianalisis statistik secara univariat, bivariat dan regresi Iogistik.
Hasil: Prevalensi keoelakaan kerja 5.7% yang terdiri dari kecelakaan kexja ringan sebesar 3.3% dan near miss 2.4%. Dari analisis mullivariat didapat hubungan bemmkna antara kejadian kecelakaan kezja dan variabel kenja shw (OR=1 1.9; CI 95% 2.2-49.9), at risk behavior (OR=8.4; CI 95% 1.9-36.6), pengctahuan safézy kurang (OR=9.3; Cl 95% 2.0-44.l), myop (OR=45.0; Cl 95% 2.9-70l.3), masa kerja antara 5-I0 tahun (OR=0.I; CI 95% 1.9-36.6), dan kebisingan (OR=3.4; CI 95% 1.9-36.6).
Kesimpulan: Prevalcnsi kecelakaan kenja 5.7% dan kerja .shw merupakan faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja.

Background: Work accident is an unexpected or unwanted event from work which is related to work in company. The purpose of this research is to know the prevalence of work accident and to determine relationship between behavior aspect of workforce and other factors which could influence the occurence of work accident to oil and gas workforce in Kalimantan, so that preventive efforts to reduce the number of work accident can be performed.
Method: A cross-sectional study was perfonned in November 2009 to 364 workforces of Operations Department who had worked during January-September 2009. The data was compiled through interviews and questionnaires to the workforce and supervisors. Relationship between age, education, tenure, marital status, employment status, length of work, work-shift, health status, behavior, safety knowledge, safety trainings, supervision, warning signs, noise, heat and other work environment condition were analyzed statistically by univariate, bivariate and logistic regression.
Result: Work accident prevalence of 5.7%, consists of minor work accident of 3.3% and near-miss of 2.4%. From multivariate analysis, it was identified that there is a significant relationship between work accident and work-shift (0R=l 1.9; CI 95% 2.2- 49.9), at risk behavior (OR=8.4; CI 95% 1.9-36.6), lack of knowledge on safety (OR=9.3; CI 95% 2.0-44.l), myop (OR=45.0; CI 95% 2.9-7013), tenure between 5-10 years (OR=0.1; CI 95% l.9-36.6), and perception of noise (OR=3.4; CI 95% 1.9-36.6).
Conclusion: Prevalence of work accident is 5.7% and work-shitt is the most associated factor with work accident.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32317
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raih Zenita Imami
"Perilaku selamat adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan (Heinrich, 1931). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan perilaku kerja selamat pada pekerja bagian warehouse dan workshop di PT X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner, observasi, dan wawancara dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan dan literatur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 79 responden, 62 responden dari bagian warehouse dan 17 responden dari bagian workshop. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square, dengan menggunakan α = 0,05 dan CI = 95%.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 53,2% pekerja berperilaku selamat, dan 46,8% pekerja berperilaku tidak selamat. Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah peran rekan kerja dan lingkungan. Faktor-faktor yang secara statistik tidak memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah pengetahuan, sikap, peraturan, pengawas, dan ketersediaan APD.

Safe behavior is an act or behavior from someone or some workers who reduce the possibility of accident to employees (Heinrich, 1931). The purpose of this research is to determine factors associated with the safe behavior on workers at warehouse and workshop department of PT X. This research is a quantitative research, using cross sectional study method. This research use primary and secondary data. Primary data is collected with questionnaire, observation, and interview the management. Secondary data is collected from documents and literatures. This research has 79 samples, 62 respondents from warehouse department and 17 respondents from workshop department. Bivariat analysis is done with chi square test, using α = 0,05 and CI = 95%.
The result showed that 53,2% of workers have done safe behavior, while 46,8% of workers have done unsafe behavior. Factors that were proven have significant relationship with safe behavior are working relation and environment. Factors that were not proven have significant relationship with safe behavior are knowledge, attitude, regulation, supervising, and Personal Protective Equipment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliawati Kusumaningrum
"Latar belakang: Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan setiap orang dapat mengalaminya. Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2005, di perkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 270 juta orang mengalami kecelakaan kerja dan 160 juta orang mengalami pcnyakit akibat kexja. Di Jepang, pada tahun 1998 jumlah kasus kecelakaan kerja di sektor jasa konstruksi sebesar 28%, diantaranya mengalami kematian sebesar 40%. Sedangkan di USA pada tahun 2005, kasus kecelakaan kerja di sektor jasa konsuuksi karena tidak menggunakan APD sebesar 56%. Di Indonesia, PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang memiliki kecelakaan kerja cukup tinggi dan belum pernah dilakukan analisisnya.
Metode: Penelitian menggunakan metode cross sectional. Dilakukan di PT X yang melaksanakan proyek konstruksi. Sampel sebanyak 461 responden diambil dari 1100 pekelja konslruksi.
Hasil dan kesimpulan penelitian: Diperoleh bahwa insiden kecelakaan kerja sebesar 34.7%, dengan frekuensi kecelakaan rata-rata 2.4 kali selama 1 tahun bekerja. Adapun karakteristik umur 21-30 tahun sebesar 44.5%, menikah sebesar 58.4% , pendidikan SMP sebesar 38%, pengetahuan tentang K3 yang kurang sebesar 45.3%, sikap baik sebesar 79%, pcrilaku kurang sebesar 46% dan tidak menggunakan alat pelindung diri sebesar 56.8%. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kecelakaan kerja adalah jenis pekerjaan pembesian (OR =l.490, CI 95%= 1.006-2.207; p=0.047).

Background: Anyone could be subject to occupational accidents, regardless of time and place. According to ILO on 2005, an estimated that, 270 million occupational accidents and 160 million work-related diseases each year. In Japan (1998), especially in construction industries areas, found that 28% for occupational accidents which 40% of them causes fatality. Therefore, in USA (2005) the number of occupational accident due to the unused PPE found 56%. ln Indonesia, PT X is one of relatively high for occupational accident construction company, that has not been researched yet.
Methods: The study used the cross-sectional method, sample was gathered 461 of 1100 workers, subjects from PT X in construction project.
Results and Conclusion: The study show that occupational accidents are 34.7% with frequency rate was 2.4 times for one working years. The group of age for 21-30 years old are 44.5%, married found 58.4%, Junior High School found 38%, lack of K3 knowledge found 45.3%, good attitude found 79%, lack of behavior found 46% and unused PPE found 56.8%. The iron related work acts as the highest risk of occupational accident (0R=l.490; CI95%=1.006-2.207; p=0,047).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32339
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Novianti
"Sesuai dengan target pembangunan nasional Indonesia yaitu pembangunan infrastruktur, khususnya infrastruktur yang mendukung konektivitas antardaerah dalam bentuk jalan tol sangat intensif dilakukan. Namun demikian, seiring dengan perkembangan tersebut, aspek K3 juga muncul sebagai topik utama yang memicu perhatian untuk diteliti oleh penulis. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pada tahun 2018 ada deretan insiden kecelakaan kerja yang terjadi di industri konstruksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja subyektif dalam proyek pembangunan jalan tol PT X, Jakarta. Desainnya adalah cross sectional dan sampel terdiri dari 120 pekerja yang menanggapi kuesioner dasar yang dikelola sendiri untuk nutrisi pekerja, karakteristik individu dan karakteristik pekerjaan. Kelelahan diukur dengan Kuesioner IFRC dengan 30 item. Karakteristik psikologis kerja terdiri dari tuntutan di tempat kerja, dukungan sosial, peran dalam organisasi, dan kepuasan kerja yang diukur dengan Kuisioner COPSOQ III. Sleep hygiene diukur dengan Sleep Hygiene Index dan kualitas tidur diukur dengan kuesioner PSQI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja subyektif dengan riwayat penyakit, kegiatan olahraga, masa kerja, shift kerja, tuntutan tempat kerja, peran organisasi, sleep hygiene, kualitas tidur. Namun, tidak ada korelasi yang menunjukkan antara kelelahan kerja subyektif dengan usia, status perkawinan, perilaku merokok, posisi kerja, durasi kerja harian, BMI, kegiatan minum kopi, kegiatan konsumsi minuman energi, konsumsi gorengan, dukungan sosial, kepuasan kerja.

In accordance with Indonesias national development targets, infrastructure development, especially infrastructure that supports inter-regional connectivity in the form of toll roads is very intensively carried out. Nevertheless, along with the development, the OHS aspect also emerged as the main topic that triggered the attention to be investigated by the author. This is due to the fact that in 2018 there were rows of work accident incidents that occurred in the construction industry. The purpose of this study is to analyze factors that related to subjective work fatigue in toll-road construction PT X, Jakarta. The design was cross sectional and included 120 employees who responded to the self-administered baseline questionnaire for worker nutrition along with worker characteristic and job characterstic. Fatigue was measured with IFRC Questionnaire with 30-item. Psychological work characteristics comprised demands at work, social support, roles in the organization, and job satisfaction as measured by the was measured with COPSOQ III Questionnaire. Sleep hygiene measured with Sleep Hygiene Index and sleep quality measured with PSQI Questionnaire. The result of this research showed that there was a correlation between subjective work fatigue with disease history, exercise, years of service, work shifts, workplace demands, organizational role, sleep hygiene, sleep quality. However, no correlation showed between subjective work fatigue with age, marital status, smoke habit, job position, daily work duration, BMI, coffee drinking, energy drink consumption, fried consumption, social support, job satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitri Noviadi
"Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APD Telinga) merupakan tahap terakhir dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara teknik dan administrasi tidak berhasil dijalankan, hal ini disebabkan risikonya masih cukup tinggi karena susahnya untuk memantau perilaku pekerja dalam menggunakan APD Telinga. Pada kenyataannya di PT Pupuk Sriwidjadja (PUSRI) Palembang dengan tingkat kebisingannya tinggi masih banyak ditemui pekerja yang tidak disiplin mengunakan APD Telinga. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD Telinga tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan APD Telinga di bagian Produksi Ammonia PUSRI II (P-II) PT PUSRI Palembang. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengadopsi teori Green, yaitu melihat dari faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforsing.
Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pekerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD Telinga dan 70% pekerja yang berperilaku baik dalam penggunaan APD Telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: pengetahuan, sikap, kenyamanan, kebijakan, pelatihan dan keteladanan terhadap penggunaan APD Telinga, sedangkan variabel: umur, masa kerja, kondisi APD Telinga, perawatan, pengawasan dan tanda bahaya bising tidak berhubungan dengan penggunaan APD Telinga. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang menentukan Perilaku Penggunaan APD Telinga oleh pekerja adalah Pelatihan (OR=10,19; 95% CI: 0,769-135,243), Pengetahuan (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), Sikap Keteladanan (OR= 8,40 ; 95% CI: 2,40-32,65), Kebijakan (OR= 7,87; 95% CI: 0,53-116,33) dan Kenyamanan APD Telinga (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah dengan meningkatkan penyuluhan/pelatihan dan motivasi tentang APD Telinga kepada pekerja agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja. Selain itu agar lebih tegas dalam memberikan sanksi apabila pekerja tidak menggunakan APD Telinga dan diupayakan memberikan hadiah/penghargaan kepada pekerja yang disiplin menggunakan APD Telinga. Akhirnya, dalam penyediaan APD Telinga mengutamakan faktor kenyamanan alat tersebut dengan meminta masukan dan para pekerja.

The use of hearing protector is the last stage of noise control if technical control and administration control cannot run well. This is due to it's high risk because it's difficult to supervise workers behavior in using hearing protector. In fact, in PT PUSRI Palembang with it's high level of noise, there are still many workers do not use the hearing protector.
The purpose of this research is to investigate factors related to workers behavior in using hearing protector at Ammoniac Production Department of PUSRI II (P-II) in PT PUSRI Palembang. The approach used is by using Green's theory which are consist of predisposing factor, enabling factor as well as reinforcing factor.
The research use Cross sectional design, with 60 workers as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statistically by using Chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 30% of workers did not use hearing protector appropriately. Based on bivariate analysis it is known that there is significant relation between variables: knowledge, attitude, comfort, policy, training and models of using hearing protector. On the other side, variables: age, length of work, the condition of hearing protector, maintenance of hearing protector, supervising and danger signal of noise didn't have significant relation with the use of hearing protector. Through logistic regression, it is known that the determinant variable in the workers behavior in using hearing protector is training (OR= 10,19; 95% CI: 0,769-135,243 ), knowledge (OR= 8,85; 95% CI: 0,75-103,58), attitude*models (OR= 8,40; 95% CI: 2,40-32,65), policy (OR=7,87; 95% CI: 0,53-116,33) and the comfort of hearing protector (OR= 4,59; 95% CI: 0,25-81,24).
Referring to the result of this research, I advice that management should intensify the information/training and motivation about using hearing protector to the workers in order to add their knowledge and positive attitude as well As giving sanction to those without hearing protector. Employee should be rewarded or giving such appreciation especially to the workers who are discipline in using hearing protector. Finally, management should prepare hearing protector that comfort with asking if any workers have suggestion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Miranti K.
"Kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu adanya penggunaan mesin, radiasi, peralatan listrik, bahan kimia dan sebagainya. Selain itu, kecelakaan juga terjadi karena adanya perilaku manusia sebagai pekerja. Perilaku tersebut terbentuk oleh persepsi seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pekerja PT. PX terhadap faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan di tempat kerja, tahun 2012.
Penelitian ini mengacu pada teori human factors yaitu model SHEL (Software, Hardware, Environment,Liveware) yang mana kecelakaan dipengaruhi oleh adanya peraturan, mesin, lingkungan dan Manusia. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode pengumpulan data primer (kuesioner dan wawancara) dan data sekunder. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang diteliti adalah pekerja PT. PX yang berada di daerah Jakarta Pusat dan Cilegon. Sampel ini diambil dari 96 responden yang mengisi kuesioner dan 6 orang yang diwawancarai.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner menunjukkan sebanyak 52,1% pekerja memiliki persepsi tidak setuju terhadap peraturan sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja, sebanyak 68,8% pekerja memiliki persepsi tidak setuju terhadap manusia sebagai faktor kecelakaan kerja. Namun, sebanyak 96,6% pekerja memiliki persepsi setuju terhadap peralatan dan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan dari hasil wawancara, empat sampai lima orang mengatakan bahwa faktor peraturan, peralatan, lingkungan, dan manusia dapat mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja.

Occupational accident in Indonesia is happened due to several factors, such as: the use of machines, radiation, electrical equipment, chemicals and so on. In addition, accidents also occur because of human behavior as a worker. It is formed by one's perception. This research aims to know the perceptions of PT. PX employee to the factors that impact accidents at workplace in 2012.
This research is using the theory of human factors, model of Shel (Software, Hardware, Environment, Liveware), which accident is influenced by the presence of regulatory, machinery, human, and environment. The design uses a cross sectional study with primary data collection methods (questionnaires and interview) and secondary data. Sampling was taken by using simple random sampling technique. Studied samples were 96 workers of PT. PX which located in Central Jakarta and Cilegon. These samples were taken from the 96 respondents who filled out questionnaires and interviewed of 6 people.
Results of the research showed that 52.1% of workers not agree to the rules of perception as a factor that affects the incidence of workplace accidents, 68.8% of workers not agree to the human perception as a factor of workplace accidents. However, 96.6% of workers agree to the equipment and the perception of the environment as factors that affect the incidence of workplace accidents. While from the results of interview, four to five people said that the regulatory factors, equipment, environment, and humans can affect the incidence of workplace accident.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jesslyn
"ABSTRAK
Cedera jari dan tangan sangatlah umum terjadi pada Divisi Maintenance. Hal ini dikarenakan tipe pekerjaan pada Divisi Maintenance adalah pemasangan dan pelepasan komponen yang bervariasi tahapannya, pekerjaan dilakukan saat berjalannya proses, menggunakan mesin yang rumit dan bekerja dengan tekanan waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran kecelakaan kerja dan analisis penyebab kecelakaan kerja pada insiden cedera jari dan tangan di Divisi Maintenance PT X. Penelitian ini menggunakan desain penelitian campuran (mixed method research) yang diawali dengan pengumpulan 102 data kecelakaan kemudian wawancara mendalam pada 6 orang yang mengalami cedera jari dan tangan, pengawas dan manajemen. Penyebab langsung paling banyak adalah tidak mengetahui adanya potensi bahaya, mengambil keputusan yang tidak tepat dan penggunaan perkakas secara tidak tepat. Penyebab dasar paling banyak adalah pengembangan PSP yang tidak memadai, perilaku aman yang penting tidak cukup diidentifikasi. Pekerja masih kurang memiliki kesadaran terkait kesehatan dan keselamatan kerja. Peran supervisor dalam mencegah kecelakaan adalah dengan mengingatkan pekerja terkait aspek keselamatan. Manajemen berperan dalam membuat dan mengembangkan prosedur kerja dalam mencegah kecelakaan.

ABSTRACT
Hand and finger injuries commonly happen in maintenance division. This happen because type of work in maintenance division have various stage, working alongside a running process, using complicated machinery, and time contraints. The objective of this study was to describe occupational accident and analyze accident causes hand and finger injury in Maintenance Division PT X. This research use mixed method research, that start with collecting accident data and in depth interview to 6 person hand and finger injuried, supervisor and management. The most direct causes were lack of knowledge of hazards present, improper decision making or lack of judgement, and improper use of tools. The underlying causes were inadequate development of policies / standards / procedures and inadequate identification of critical safe behaviors. Workers have inadequate awareness to health and safety. The roles of supervisor are reminder workers about safety issues. Management have made and developed work procedure to prevent accident.
;;"
2016
S64749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Tjahjani Pudjowati
"Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan "cross sectional" menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terstruktur, menggunakan kuesioner dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder yang sudah ada di pabrik tekstil "X" Banjaran Kabupaten Bandung. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekwensi, uji chi-square, serta analisis regresi logistik.
Penelitian ini dilaksanakan di pabrik tekstil "X" Banjaran Kabupaten Bandung dengan unit analisis pekerja di bagian pemintalan dan penenunan sebanyak 198 orang sebagai sampel, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pemakaian APD serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan paling besar kontribusinya terhadap pemakaian APD. Hasil penelitian ini diperoleh 64.14% dari responden memakai APD dan 35.86% sisanya tidak memakai APD secara lengkap.
Berdasarkan analisis bivariat ternyata ada hubungan antara faktor sarana (fasilitas, pelathian dan penyuluhan), dan sumber daya manusia (sikap) terhadap pemakaian APD di bagian pemintalan dan penenunan, sedangkan faktor pengorganisasian (pengawasan dan kebijakan) terbukti tidak ada hubungannya dengan pemakaian APD. Begitu pula dengan analisis regresi logistik dari faktor sarana, pengorganisasian dan sumber daya manusia yang diduga ada hubungannya dengan pemakaian APD, ternyata faktor sarana dan sumber daya manusia yang berhubungan dengan pemakaian APD dengan nilai p masing-masing 0.0000 pada sarana dan 0.0181 pada sumber daya manusia. Dari analisis ini pula diketahui bahwa faktor sarana memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pemakaian APD di pabrik tekstil "X" Banjaran Kabupaten Bandung.
Dengan melihat sarana yang telah memadai, pengetahuan pekerja yang cukup tinggi, serta sikapnya yang positif maka untuk meningkatkan pemakaian APD perlu dikaji kembali program pengawasan yang telah ada terutama personal pengawasnya, serta perlu dipikirkan keseimbangan antara pemberian sangsi dan penghargaan, khususnya penghargaan yang bersifat individual.

This research is a non experimental with the cross sectional approximation uses quantitative data analysis technique. Data taking over had been done by making a structured interview, using questioner and direct observation, and study thoroughly the exist secondary data in "X" textile factory on Banjaran, Residence of Bandung. Thus the obtained data is prepared statisticaly by using distribution frequency, chi-square test analysis technique, and logistic regression analysis.
The research is carried out in "X" textile factory on Banjaran, residence of Bandung in the spinning-mill and weaving-mill section to the workers analysis unit of 198 peoples as sample, in order to gain the illustration about the application of PPE beside to find out the related factors and the biggest contribution to the PPE application. There is 64.14% respondents who wear PPE and the rest is 35.86% who don't wear the PPE completely, gained in this research.
Based on the bivariate analysis showed that there is a relation between facility factors(facilities, training and instruction), and human resource(attitude) to the PPE application in spinning and weaving section, mean while, the organization factor(supervision and management policy) is proved it has not a relation to PPE application. There is also supposed that logistic regression analysis of facility factor, organization and human resource have a relation with PPE application, actually there is 0.0000 of each p value at facility and 0.0181 at human resource factor which is related with PPE application. There is also found out from the analysis that facility factors give the biggest contribution to the PPE application in "X" factory.
By using the appropriate facilities the knowledge of workers and positif attitude point of view, it is needed the further study about the existing program of supervision especially to the personal supervisor in order to increase the PPE application, there is also needed to be thought over about the balance between sanction and reward especially for an individual appreciation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovvyasa Wayka Putri
"Tesis ini mengkaji kecelakaan kerja di PT XYZ tahun 2015 dengan menggunakan framework Human Factors And Classification System (HFACS). Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain studi deskriptif analitik. Hasil dari penelitian ini adalah lapisan dari HFACS yang paling banyak kelemahannya adalah unsafe act sebanyak 11 dari total 11 kecelakaan yang diteliti dengan elemen decision error menjadi faktor yang paling lemah, lalu disusul dengan precondition of unsafe act sebanyak 10 dengan elemen conditions of operator menjadi faktor yang paling banyak berkontribusi terhadap kecelakaan, lalu disusul dengan unsafe supervision sebanyak 7 dengan elemen inadequate leadership menjadi faktor yang paling banyak berkontribusi terhadap kecelakaan, dan yang terakhir organizational influences sebanyak 5 dengan elemen organizational climate dan resource management menjadi faktor yang paling banyak berkontribusi terhadap kecelakaan. Hasil analisis penelitian menyarankan tindakan perbaikan di tiap tingkatan HFACS baik pada perbaikan kegagalan aktif maupun laten dengan penekanan pada perbaikan di lapisan unsafe act.

This thesis assess the accident in PT XYZ 2015 by using Human Factors And Classification System (HFACS) framework. This research is a semi-quantitative with design study analytical descriptive. Results from this study are a layer of HFACS most weakness is unsafe act at 11 from total 11 accidents with the elements of decision error becomes a factor of the number one weakness, then followed with a precondition of unsafe act at 10 with the elements of conditions of service to be the factors that most contribute to accidents, followed by unsafe supervision at 7 with inadequate leadership element is the factor that most contributed to the accident, and the latter as much as 5 of organizational influences with elements of organizational climate and resource management is the factor that most contributed to the accident. The analysis of research suggests corrective actions at each level of HFACS, not only for active failures but also latent failures with reinforcing corrective action at the unsafe act layer."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>