Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harijono Jonggowisastro
"ABSTRAK
Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian Indonesia yang tercermin dalam berbagai indikator ekonomi antara lain dengan dapat dicapainya Pendapatan Nasional Bruto sebesar 6,5% pada tahun 1989 merupakan hasil dari rencana pembangunan lima tahun kita dan sekaligus memberikan implikasi tersendiri dalamindustri perhotelan. Seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan perekonomian Indonesia, peningkatan modal asing atau domestik merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan permintaan akan kamar hotel khususnya kamar hotel berbintang lima di Jakarta.
Pada sekitar awal kwartal keempat tahun 1990 di Jakarta bagi tamu-tamu yang akan bermalam di suatu hotel bintang lima harus mengadakan pemesanan satu bulan dimuka pada. hal bukan saat musim ramai (peak season) demikian yang diberitakan oieh harian Pelita tanggal 19 Nopember 1990. Keadaan ini menyebabkan kebutuhan untuk menambah hotel baru semakin terasa. Melihat adanya peluang usaha yang baik ini PT PAH tidak mau melewatkan begitu saja melainkan ikut berlomba-lomba dengan investor lain untuk menginvestasikan dananya dalam pembangunan hotel bintang lima di Jakarta dengan orientasi tamu yang maksud kedatangannya untuk usaha. Oleh karena investasi dalam usaha perhotelan ini memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perseroan dalam jangka panjang , make keputusan investasi ini harus di buat secara teliti dan hati-hati. Untuk itu maka penulis mencoba melakukan evaluasi rencana investasi hotel bintang lima di Jakata oleh PT PAH tersebut dengan pendekatan teoritis dan praktis yang menitik beratkan pada analisa aspek pasar dan keuangan terbatas pada investasinya sendiri (bukan perseroan secara keseluruhan) Serta dibahas sedikit mengenai aspek teknis,manajemen dan ekonomis/sosial. Dari hasil analisa pasar, didapat kesimpulan bahwa hotel bintang lima masih memiliki potensi pasar yang baik dicerminkan dengan perkiraan tingkat penghunian kamar hotel (TPKH) pertahunnya lebih dari 65% yaitu mencapai 75% mulai tahun 1997
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bjardianto Pudjiono
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi pada khususnya. Kalau di masa lalu investasi masyarakat umumnya hanya terbatas di sektor-sektor riif saja seperti tanah, logam mulia, dan berbagai jenis properti, maka di masa sekarang ini investasi sudah berkembang sedemikian pesatnya serta menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Disamping itu dapat pula memberikan peluang usaha, peluang pekerjaan serta peluang untuk meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat usaha maupun pemerintah.
Investasi tersebut adalah investasi di bidang keuangan yang antara lain dapat berupa tabungan, deposito berjangka, obligasi, saham, reksa dana dan berbagai sekuritas keuangan lainnya. Oleh sebab itu agar dapat menjamin bahwa berbagai ragam investasi keuangan tersebut benar-benar dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat usaha dan dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, maka perlu diciptakan suatu regulasi yaitu Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 yang mengatur tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan pasar modal di Indonesia.
Bagi masyarakat investor baik secara individu maupun secara kelompok yang merasa mempunyai keterbatasan dana kemudian keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan untuk menganalisa suatu investasi, namun berminat untuk melakukan investasi di Pasar Modal maka mereka dapat melakukan investasi tersebut melalui instrumen financial yang di sebut sebagai Reksa Dana, yaitu suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer lnvestasi.
Permasalahan muncul seiring dengan semakin banyaknya Manajer lnvestasi yang mengeluarkan produk investasi Reksa Dana dengan berbagai 1enis dan komposisinya serta dengan menjanjikan tingkat pengembalian yang sangat fantastis, sehingga seringkali timbul kesan terjadi persaingan yang tidak sehat dan akhirnya masyarakat pemodal menjadi rugi. Padahal kondisi yang demikian ini justru pada akhirnya akan merugikan manajer investasi sendiri selaku perusahaan pengelola portofolio investasi yang dananya berasal dari masyarakat. Dengan demikian bagi masyarakat pemodal atau investor, preferensi yang tepat terhadap jenis reksa dana menjadi sangat penting, karena jika salah memilih akan memperoleh reksa dana yang kinerjanya kurang baik dan tidak menguntungkan serta tidak cocok dengan tujuan investasinya. Sedangkan bagi manajer investasi, sangat perlu untuk selalu menjaga dan meningkatkan kinerja yang baik dari portofolio reksa dananya dan kegiatan ini adalah tindakan penting yang tidak boleh diabadikan agar tidak kalah bersaing dalam memperebutkan calon investor. Perusahaan sebagai manajer investasi akan di hadapkan pada suatu pilihan atas berbagai alternatif investasi yang tersedia untuk membentuk portofolio reksa dana yang layak ditawarkan kepada investor. Hal ini disebabkan sebagaimana sarana investasi lainnya, reksa dana disamping mendatangkan keuntungan yang relatif tinggi juga mengandung risiko usaha yang harus dipertimbankan, walaupun risiko pada reksa dana masih bisa diminimalkan melalui diversifikasi yang memang merupakan ciri investasi reksa dana, yaitu investasi yang berbentuk portofolio.
Kemudian iklim investasi di Pasar Modal yang berkembang pesat di awal
tahun 1996, tidak di sia-siakan oleh PT.Danareksa Fund Management (pesero)
sebagai anak perusahaan dari PT.Danareksa (pesero) yang bertindak selaku
Manajer lnvestasi. Perusahaan ini menjadi pefopor dalam mengefuarkan Reksa
dana di Indonesia dengan menawarkan tiga jenis Reksa Dana yaitu, Reksa Dana
Mawar dengan komposisi 80persen saham dan 20persen non saham seperti obligasi dan
deposito, kemudian Reksa Dana Anggrek dengan komposisi yang moderat namun
lebih banyak ke efek hutang dibanding saham dan yang ketiga adalah Reksa Dana
Melati dengan komposisi yang lebih banyak ke risk-free asset.
Oleh sebab itu karya akhir ini penulis beri judul Penilaian Portofolio
lnvestasi Reksa Dana pada PT Danareksa Fund Management (pesero).
Pemilihan PT. Danareksa Fund Management (pesero) sebagai obyek, karena alasan kepeloporannya sebagai manajer investasi reksa dana kontrak investasi
kolektif di Indonesia.
Selanjutnya setelah melalui berbagai proses penelitian dan perhitungan kinerja dari ketiga reksa dana tersebut, ternyata reksa dana Mawar mempunyai kinerja yang kurang bagus jika dibandingkan dengan reksa dana lain yang sejenis dan dikeluarkan oleh Manajer lnvestasi lain juga masih kalah, kemudian jika dibanding dengan kinerja Pasar (IHSG) pun masih kalah. Hasil yang didapat dari
perhitungan berdasar data-data yang ada, menunjukkan return rata-rata per bulan
adalah 2,00persen, sedangkan Reksa Dana lain yang sejenis dan dikeluarkan ofeh
Manajer lnvestasi lain adalah sebesar 2,19persen kemudian return rata-rata dari Pasar
(IHSG) adalah sebesar 2,48persen. dari analisa terhadap ratio pendapatan operasi bersih terhadap total aktiva bersih selama 6 bulan terakhir sejak bulan Januari
sampai dengan bulan Juni 1997 juga menunjukkan trend yang menurun.
Berkaitan dengan kondisi diatas, agar kinerja portofolio Reksa Dana Mawar
dapat ditingkatkan, maka diperlukan suatu tindakan atau langkah koreksi terhadap
kualitas portofolio dengan mempertimbangkan kebijakan-kebijakan baru dalam
proses investasinya yang antara lain meliputi bagaimana memlilih saham yang akan dijadikan target pembentukan portofolio investasi. Dari proses pembentukan portofolio yang selama ini dilakukan oleh perusahaan diketahui bahwa proses pemilihan saham dilakukan atas dasar pendekatan PER saham individual yang dibandingkan dengan PER rata-rata dari pasar (IHSG), kemudian saham-saham yang mempunyai PER diatas dan PER rata-rata pasar ditetapkan sebagai target bagi pembentukan portofolio investasi reksa dana. Disamping itu pemilihan saham juga dilaukan berdasar pengamatan langsung di Bursa saham dengan melihat trend harga yang terjadi pada saat tersebut. Model pemilihan saham yang demikian ini ternyata menghasilkan kinerja portofolio yang kurang optimal.
Untuk mengatasi kondisi diatas maka pendekatan PER yang diterapkan oleh perusahaan selaku manajer nvestasi tersebut, dapat dipertajam lagi dengan
melakukan langkah regresi berganda (multiple regretion) terhadap PER saham individual yang dijadikan target awal dan cara ini lazim disebut sebagai Cross
Section Model. Kemudian dengan bantuan program statistik komputer dari
microstat dapat diperoleh suatu persamaan regresi berganda dengan PER saham
sebagai variabel dependen dan Dividen Payout Ratio, Growth dan Beta saham
sebagai variabel independen. Dari proses regresi ini dapat dihitung PER prediksi dari saham-saham tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan antara PER-actual dengan PER-prediksi dapat dihasilkan kelompok saham yang mempunyai
PER-actual yang overvalued, kelompok saham dengan katagori normal dan
kelompok saham yang mempunyai PER-actual undervalued. Akhirnya kelompok
saham yang mempunyai PER-actual uncfelalued inilah yang seharusnya dijadikan
target untuk membentuk portofolio melalui prose pembuatan effesien frontier,
tentunya dengan memper atikan kondisi fundamental dari perusahaan emiten yang
mengeluarkan saham tersebut.
Pembentukan portofolio saham yang optimal dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun dalam penulisan ini penulis mempergunakan bantuan program komputer dari invest (Charles P. Jones) yang khusus digunakan untuk membentuk effecient frontier yaitu sekelompok portofolio yang dianggap efisien.
Kemudian deng.an mempertimbangkan degree at averse atau tingkat utilitas dari
investor dapat ditentukan komgosisi dari portofolio yang optimal. Dengan demikian
dapat diharapkan portofolie yang terbentuk bisa menghasilkan kinerja yang optimal
dan tingkat pengembalian yang optimal dengan risiko yang relatif kecil. Dari
perhitungan pada bab 4, diperoleh tingkat pengembalian yang diharapkan dari
portofolio yang berasal dari 10 saham terpilih sebesar 18,65persen dengan tingkat risiko
20,87persen dan hasil ekspektasi ini ternyata relatif lebih baik jika dibanding dengan
return yang selama ini dihasilkan perusahaan. Dengan demikian penggunaan Cross
Section Model dalam melakukan proses pemilihan saham akan dapat membantu Manajer lnvestasi untuk mengoptimalkan portofolionya.
Pada akhir dari penelitian ini penulis dapat menyarankan bahwa
pembentukan portofolio investasi sebaiknya dilakukan dengan perencanaan dan
perhitungan yang tepat dan selanjutnya membentuk suatu portofolio yang optimal
melalui effesien frontier. Disamping itu perusahaan hendaknya selalu meningkatkan
kemampuan sumber daya manusianya, sehingga diharapkan dapat semakin mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang terjadi dan dapat memanage risiko yang timbul. Perlu juga diperhatikan untuk menghindari kerugian besar yang mungkin terjadi sebagai akibat harga saham yang turun drastis sampai titik nol atau mendekati harga perdananya atau bahkan lebih kecil lagi, maka perlu dilakukan tindakan preventif melalui kebijakan pembelian saham yang sifatnya defensif, dengan demikian risiko rugi besar dapat ditekan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yardho Irhama
"Makalah ini memiliki topik tentang ekonomi Arab Saudi yang berjudul “Investasi Jangka Panjang Arab Saudi Dalam Visi Saudi 2030”. Tujuan penelitian makalah ini adalah menjelaskan langkah-langkah Arab Saudi dalam menerapkan investasi jangka pangjang pada Visi Saudi 2030. Dalam makalah ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik penelitian yang digunakan pada makalah ini adalah teknik penelitian studi pustaka. Makalah ini menjelaskan tentang langkah-langkah Arab Saudi dalam investasi jangka panjang yang telah direncanakan pada Visi Saudi 2030. Terdapat empat poin rencana bidang ekonomi dalam Visi Saudi 2030, yaitu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perekonomian, melakukan investasi jangka panjang, pembukaan sektor bisnis baru, dan optimalisasi posisi strategis wilaya Arab Saudi.

This paper has topic about Saudi Arabia’s Economic that has title is “Long-Term Investment of Saudi Arabia on Saudi Vision 2030”. Purpose of this paper is describe steps of Saudi Arabia to investing for long-term that listed on Saudi Vision 2030. In this paper, the methode that used is qualitative methode. The research technique used in this paper is literature study research techniques. This paper describes steps and strategics of Saudi Arabia to investing for long-term that listed on Saudi Vision 2030. There are four plans economic sector on Saudi Vision 2030: increasing public participation in the economy, making long-term investments, opening new business sectors, and optimizing the Saudi Arabian strategic position.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Tasman Permana
"Data return reksa dana yang ada di pasar bukanlah merupakan satu-satunya parameter yang dapat dijadikan pedoman bagi investor dalam pemilihan produk reksa dana yang tepat. Penilaian kinerja reksa dana yang portfolionya dikelola secara aktif, dimana tingkat resiko dan nilai harapan investasi selalu berubah, dapat dilakukan dengan cara menilai kemampuan market timing.
Market timing merupakan strategi aktif dalam mengelola portofolio, dimana manajer Investasi memindahkan atau memperbesar bobot dana dalam suatu aktiva yang diperkirakan akan memberikan hasil investasi yang lebih tinggi. Henriksson dan Merton telah membuktikan bahwa dengan prosedur parametrik, penilaian kinerja portofolio yang dikelola secara aktif dapat dilakukan dengan analisa regresi pada data-data lampau excess return portofolio tersebut.
Dengan menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton, penelitian ini mengukur kemampuan market timing dan tiga jenis reksa dana. Ketiga jenis reksa dana tersebut adalah reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Dan ketiga jenis reksa dana yang dipilih tersebut, dievaluasi semua reksa dana yang telah aktif sejak tenggal 18 September 2000. Sehingga untuk reksa dana pendapatan tetap terdapat 34 buah reksa dana, untuk reksa dana cam puran terdapat 22 buah reksa dana, sedangkan untuk reksa dana saham terdapat 21 buah reksa dana. Data yang diarnbil adalah data harian sehingga didapatkan 226 sampel data pengamatan.
Dari hasil perhitungan regresi dengan menggunakan metoda parametrik dart Henriksson dan Menton, didapatkan bahwa pada jenis reksa dana Saham, hanya empat buah reksa dana yang memiliki kemampuan ,nurke timing yang balk. Yaitu reksa dana Dana Megah Kapital, Dana Reksa Syariah, GTF Sentosa, dan Panin Dana Maksima. Enam belas reksa dana yang lain, menunjukkan kemampuan market timing yang tidak balk. Sedangkan sam buah reksa dana yaltu Niaga Saham. Pada jenis reksa dana campuran, dan 21 buah reksa dana yang dianalisa, terlihat bahwa ada enam buab reksa dana yang memiliki kemampuan market timing yang balk. Yaltu reksa dana Bangun Indonesia, Dana Megah Kombinasi, GTF Dinamis, Mahameru, Niaga Kombinasi Sen A, dan PNM Syariah. Lima belas reksa dana yang lain, menunjukkan kemampuan market timing yang tidak balk. Sedangkan satu buah reksa dana yaitu reksa dana DUIT, cendez-ung tidak melakukan market timing. Pada jenis reksa dana Pendapatan Tetap dan 34 reksa dana yang diregresi, hanya ada satu reksa dana yang melakukan market timing, yaltu Master Pundi. Dan reksa dana Master Pundi ini memiliki kemampuan market timing yang tidak baik.
Tugas akhir ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi para investor yang tertarik untuk menanamkan investasinya pada reksa dana. Namun harus diperhatikan bahwa terdapat kemungkinan salah dalam menganalisa kinerja sampel reksa dana tersebut. Karena kinerja sampel reksa dana selama periode ¡ni belum tentu akan benilang kembali untuk periode yang akan datang. Hal ini dise babkan oleh karena perubahan parameter-parameter makro ekonomi yang belum diketahui dan strategi investasi reksa dana yang mungkin berubah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Yulianto Rachmawan
"ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di Indonesia dalam beberapa dekade ini sangat
pesat, baik di bidang ekonomi, politik, sosial maupun bidang-bidang lainnya. Titik
berat pembangunan Indonesia di bidang ekonomi membuat bidang ini lebih menonjol
kemajuannya dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Pesatnya pembangunan di
bidang ekonomi ini salah satunya ditandai dengan meningkatnya pembangunan saranasarana
fisik diantaranya adalah pembangunan gedung-gedung properti dan
pembangunan jaringan-jaringan jalan.
Perkembangan yang pesat di segala bidang apabila tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan, disebabkan lingkungan
sudah tidak dapat lagi menampung buangan-buangan industri yang dihasilkan oleh
aktifitas manusia.
Kesadaran akan perlunya mengelola lingkungan dengan benar ini menyebabkan
timbulnya berbagai macam teknologi yang berusaha untuk mengurangi kadar
pencemar/polutan yang dikeluarkan oleh aktivitas industri. Hal tersebutlah yang
menyebabkan timbulnya teknologi baru aspal emulsi sebagai altematif bahan
perkerasan jalan menggantikan teknologi perkerasan jalan menggunakan aspal panas
konvensional.
Berbeda dengan aspal panas konvensional yang dalam pengoperas1annya
membutuhkan pembakaran, aspal emulsi yang disebut juga aspal dingin, dalam
pengoperasiannya tidak perlu dilakukan pembakaran, karena produk ini telah
bercampur ( diemulsikan) dengan air, sehingga menyebabkan produk ini menjadi lebih
ramah lingkungan/tidak menimbulkan polusi serta mengurangi resiko kecelakaan akibat
kebakaran.
Selain keunggulan-keunggulan yang berhubungan dengan lingkungan diatas,
aspal emulsi juga mempunyai keunggulan di bidang lainnya terutama dalam hal
kepraktisannya dalam pengoperasian. Kepraktisan ini timbul disebabkan tidak
diperlukannya pembakaran dan aspal emulsi dapat langsung dicampur dengan aggregat
batuan untuk mendapatkan campuran perkerasan jalan yang diinginkan. Kepraktisan
penggunaan dan berkurangnya resiko kerusakan lingkungan ini menyebabkan secara
keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan perkerasan jalan lebih murah
bila menggunakan teknologi aspal emulsi dibandingkan bila menggunakan teknologi
aspal konvensional lainnya.
Keunggulan tersebut diatas ditambah dengan performance perkerasan aspal
emulsi yang tidak kalah dengan teknologi lainnya, serta semakin meningkatnya
penggunaan aspal emulsi di Indonesia menyebabkan adanya peluang untuk membuat
suatu pabrik aspal emulsi di Indonesia. Peluang ini perlu untuk dianalisa, apakah
memang dapat diwujudkan menjadi suatu bisnis yang menguntungkan. Adapun analisa
yang dilakukan adalah analisa mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan dan
juga analisa lingkungan usaha yang melingkupinya.
Dari analisa-analisa yang dil~ tampaknya pendirian pabrik aspal emulsi
merupakan peluang bisnis yang patut dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai aspek yang ditinjau. Ditinjau dari aspek pasar, terdapat
pertumbuhan kebutuhan yang besar dan cenderung untuk terus tumbuh akibat pesatnya
pembangunan jaringan jalan dan bangunan-bangunan properti di Indonesia selama ini.
Dari aspek teknis, pendirian pabrik yang bersifat mobile ini menguntungkan karena
pabrik dapat dipindahkan dengan mudah ke tempat lain dimana terdapat pasar yang
membutuhkan dalam jumlah yang besar. Ditinjau aspek keuangannya, semua parameter
yang diteliti yaitu NPV, /RR dan Payback Period menunjukkan nilai yang baik. Hal ini
disebabkan harga jual di pasaran untuk produk ini cukup tinggi, sedangkan biaya
pembuatan dengan teknologi produksi yang dipilih cukup murah. Sedangkan apabila
ditinjau dari aspek lingkungan usahanya, tampaknya usaha ini mempunyai lingkungan
dengan tingkat persaingan yang tidak terlalu tinggi dan masih dapat diatasi dengan
menggunakan strategi pemasaran yang tepat.
Dengan dukungan analisa-analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa peluang
mendirikan pabrik aspal emulsi ini merupakan peluang emas yang dapat diwujudkan
dalam suatu tindakan investasi sehingga dapat menjadi suatu bisnis yang
menguntungkan.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Purwanto
"ABSTRAK
Perkembangan instrumen investasi obligasi di Indonesia akhir-akhir ini, semakin
marak yang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan
obligasinya di pasar modal serta meningkatnya nilai obligasi yang diperdagangkan.
Sehingga tidak mengherankan saat ini obligasi dijadikan alternatif pendanaan oleh
perusahaan dan disisi lain juga dijadikan alternatif investasi oleh investor.
Fenomena perkembangan obligasi di indonesia pada pertengahan tahun 1990-an
tergolong menarik, dimana sebagian besar obligasi yang ditawarkan ke para investor
adaiah obligasi bunga mengambang yang berubah-ubah mengikuti perubahan tingkat
bunga deposito berjangka. Path akhir tahun 1999, hampir 60% dan total 90 obligasi y
diperdaganglcan aclalah obligasi bunga mengambang (floating rate bond).
dengan fenomena yang terjadi pada negara-negara tetangga seperti Malaysia, lhailanci
dan Australia.
PT. Jamsostek (Persero), salah satu investor institusi terkemuka di Indonesia
dihadapkan pada permasalahan di bidang investasi. Disatu sisi sebagai dampak dari
perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, perusahaan mengalami peningkatan
dana yang dihimpun sehingga akan berdainpak terhadap peningkatan dana investasi yang
dikelolanya. Peningkatan dana tersebut tentunya memerlukan pengelolaan yang balk dan
profesional sehingga diharapkan mampu memberikan hasil yang optimal. Namun disisi
Lain perusahaan ini juga dibatasi oleh sejumlah peraturan Pemerintah seperti PP 28/1996
yang membatasi ruang gerak investasi perusahaan.
Dampak dan penerapan kebijakan tersebut perusahaan diharus mengalokasikan
dananya keberbagai macam instrumen investasi dan adanya pembatasan dana yang
tentanam di satu jenis intrumen investasi. Dalam upaya melakukan diversifikasi investasi,
salab saW alternatif investasi yang cukup menarik adalah obligasi bunga mengambang
yang menawarkan return yang relatif menarik, yaitu membenikan prerni tetap antara
1,00% s/d 2,00%.
Setelah dilakukan evaluasi yang cukup mendalam terbadap hasil investasi obligasi
ini, dimana penulis xnengambil studi kasus obligasi Pcrum Pegadaian III serta
bandingkannya dengan instrumen investasi yang memiliki karakteristik yang sama
yaitu deposito berjangka, ditemukan baliwa basil yang diterima dafi obligasi ini tidak
lebib besar dan deposìto berjangka. Hal ini menuniukkan bahwa ada potensial loss yang
cukup material yang akan diperoleh investor jika menginvestasikan pada instrument ini.
Potensial loss tersebut terjadi karena sistem pembayaran bunga obligasi,
benchmark tingkat bunga yang digunakan serta besarnya premi tetap yang dibenikan. Hal
ini juga diperburuk lagi dengan kelemahafl dañ obligasi tersebut seperti tidak optinialnya
kcberadaan pasar sekunder obligasi di Indonesia serta resiko lain yang terkait dengafl
instrumen ini.
Permasalahan tersebut jika tidak ditangani secara serius dikhawatirkan akan
menghanibat perkembangan obligasi dimasa mendatang, dimana obligasi bunga
mengambang akan menjadi instrumefl yang tidak menarik bagi investor. Untuk itu
penulis mengajukan alternatif pemecahan masalah antara lain menambah premi tetap
yang ditawarkan hingga level 2,271 %, mengubah sistem benchmark tingkat bunga,
memperpendek jangka waktu pembayaran bunga dan memperhitungkan risk premium
untuk obligasi yang memiliki resiko relatif tinggi.
Khusus untuk para investor institusi dibarapkan untuk lebih untuk melihat
evaluasi yang mendalam terhadap aspek risk and return dan istrumen ini serta
menghindari pembelian obligasi di pasar perdana untuk menekan opportunity loss yang
mungkin timbul dan investasi pada instrumen ini."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Syaifudin
"Pasar modal Indonesia merupakan salah satu sarana investasi yang berkembang sangat pesat sejak tahun 1988. Perkembangan pesat ini dapat dilihat dan jumlah transaksi yang terus meningkat , banyaknya perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat. dan bertambah banyaknya pelaku pasar modal lainnya seperti pialang dan investor.
Terdapat berbagai jenis investor seperti investor perorangan, yayasan dana pensiun, perusahaan asuransi dsb. Setiap investor mempunyai ciri-ciri dan tujuan tertentu yang berbeda, namun pada dasarnya tujuan utama investasi adalah meningkatkan kekayaan investor. Salah satu jenis investor yang banyak melakukan investasi dalam pasar modal Indonesia adalah perusahaan asuransi. PT.X merupakan salah satu perusahaan asuransi milik negara yang cukup besar.
PT. X dapat memilih berbagaï alternatif investasi baik investasi dengan resiko rendah maupun investasi dengan resiko tinggi, investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Pasar modal Indonesia merupakan sebuah alternatif investasi yang semakin berperan dalam PT. X dimana hal ini ditandai dengan peningkatan investasi PT. X dalam pasar modal secara drastis dalam tahun 1990.
Penurunan harga saham tercermin dalam penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG). Penurunan harga saham, menyebabkan perusahaan memperoleh kerugian potensial sehingga menyebabkan nilai kekayaan saham PT. X berkurang cukup besar. Penurunan kekayaan ini terjadi secara perhitungan saja dan hanya akan terjadi jika perusahaan menjual saham-sahamnya.
Dilain pihak penghasilan dari saham yang nyata dapat berupa capital gain dan dividen. Capital gain dan dividen yang dìperoleh oleh perusahaan merupakan penghasilan yang sudah direalisasikan. Penghasilan ini merupakan penghasilan yang benar?benar meningkatkan kekayaan PT. X.
Evaluasi kinerja terhadap investagi saham PT. X dapat dilakukan dengan melihat beberapa pendekatan antara lain dengan melihat penghasilan nyata yang diterima perusahaan, melihat penghasilan nyata dan laba/ rugi potensial maupun dengan membandingkan portfolio saham yang dimiliki dengan saham-saham di pasar modal. Saham-saham yang dimiliki perusahaan dapat dibandingkan dengan saham-saham di pasar modal dengan menggunakan pendekatan indeks harga. Perbandingan IHSG dengan indeks harga saham PT. X (IHSA) dapat menunjukkan apakah kinerja saham yang dimiliki PT. X lebih baik/buruk dibandingkan pasar modal.
Kinerja saham individu yang dimiliki PT. X dapat lebih baik/buruk dari kinerja portofolio saham PT. X. Dalam me lakukan investasi PT. X harus membeli saham individu yang mempunyai kinerja lebih baik dan menjual saham yang mempunyai kinerja atau kurang baik khususnya saham yang mempunyai resiko tinggi tapi memberikan tingkat hasil yang rendah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardani Murad Husain
"ABSTRAK
Dalam situasi krisis ekonomi seperti sekaiang ini, sektor usaha yang masih
cukup menarik dan sangat menjanjikan di antaranya adalah usaha perkebunan
kelapa sawit. Sektor ini termasuk yang diminati oleh investor untuk melakukan
investasi baik dalain bentuk Penanaman Modal Daiam Negeri (PMDN) ataupun
penanaman Modal Asing (PMA). Muka - muka baru dalam investasi tersebut
terutama muncul dari perusahaan industri kehutanan yang mengkonversi Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi area perkebunan kelapa sawit dan tanaman
keras lainnya. Demikian juga dengan PT. WLK yang berlokasi di Kabupaten
Banggai, Sulawesi Tengah.
Perusahaan ini berencana untuk membuka perkebunan kelapa sawit mulal buJan
Desember 1997 hingga Desember 2000 dengan pola Perkebunan inti Rakyat
(PIR) yang merupakan perkebunan dengan pola kemitraan antara PT. WLK
sebagal perusahaan inti dengan petani plasma yang tergabung dalam wadah
Koperasi Tani usaha. Luas lahan yang direncanakan awal dibuka seluas 12,000
Ha terdiri atas 6,000 Ha Jahan inti dan 6,000 Ha lahan plasma yang tersebar di 5
wilayah di Bauggai yaftu Toil, Pandauke, Bantayan, Baturube dan Pasir Lamba.
Diharapkan pada tahun 2001, perkebunan sudah mencapai tahap menghasilkan
Tandan Buah Segar.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini bersumber dari pinjaman kredit bank
dari modal sendiri dengan proporsi sebesar 57%:43%. Direncakan kredit investasi
Perbankan dengan bunga nominal 14% dapat dicairkan pada bulan September
2001. Sedangkan patokan nilai tukar rupiah pada awal perencana ditetapkan
sebesar Rp 4650,00.
Namun dalarn perkembangan Sepanjang akhìr tahun 1997 hingga akhir 2000
seiring dengan perubahan kondisi lingkungan ekonomi makro, beberapa kondisi
yang telah ditetapkan pada awal perencanaan tidakiah berjalan seperti yang
direncanakan.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai kelayakan perkebunan sesuai
dengan kondisi pada awal perencanaan yaitu Desember 1997 dan mengevaluasi
kembali pada Desember 2000 berdasarkan perubahaan kondisi eksternal dan
internal perkebunan yang terjadi selama 3 tahun proyek berjalan.
Penilaian kelayakan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang sudah dikenal seperti Net Present Value, Internal Rate of Return dan
Payback Period Horison period dalam penilaian perkebunan adalah 25 tahun
sedangkan cost of capital yang digunakan sebagai discaunt rate dalam
penghitungan net present value diperoleh dan weighted cost of capital
perkebunan Sedangkan penghitungan return of equi(y dan perkebunan
menggunakan metode Capital Asset Pricing Models dengan nilai beta dan
Perusahaan sejerns dengan PT. WLK yaltu PT. Bakii Sumatra Plantation yang
sama ? sama bergerak di bida.ng perkebunan kelapa sawit.
Sedangkan kondisi ? kondisi yang mengalami perubahan adalah dari
internal adalah pertama, penarikan kredit investasi KKPA dan Bank Danamon
Indonesia oleh perusahaan inti dan plasma yang direncanakan Desember 1997
mengalami keterlambatan realisasi hingga September 2000. Kedua luas Iahan
yang terealisasi sampal dengan Desember 2000 adalah 8.149,80 Ha dari 12,000
Ha yang direncanakan semula. Ketiga, base cost pada awal perencanaan
diperkirakan hanya Rp 4.855.442,00/Ha namun dalam kenyataannya
membengkak menjadi Rp. 13.918.620,00/Ha yang berarti mengalami kenaikan
lebib dari 300% terutama disebabkan oleb naiknya harga pupuk, pestisida dan
upah minimum regional Sulawesi Tengah. Sedangkan dari kondisi eksternal
adalah pertama, nilal tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika pada saat
studi kelayakan pertama (November 1997) adalah Rp 4.650,00 sedangkan pada
Desember 2000 sudah mencapai Rp. 8.600,00. Kedua, harga pasaran dunia untuk
minyak sawit (FOB) pada saat awal perencanaan digunakan asumsi
USS420,50/MT tahun 1997 kemudian meningkat menjadi US$46610/MT tahun
2000 dan akhìrnya US$47510/MT tahun 2001 dan seterusnya sedangkan dalam
kenyataannya pada Desember 2000 barga CPO berada pada US$300,00.
Berdasarkan hasil analisa net present value perkebunan pada awal perencanaan
yaitu Desember 1997, dengan cost of capital proyek sebesar 14,66% maka net
present value perkebunan adalah Rp 46.031,05 juta dan internal rate of return
adalah 18,48% masib di atas cost of capital.
Sedangkan berdasarkan kondisi internal pertama yaitu keterlambatan penarikan
KKPA, maka nilai proyek (dengan asumsi cateris paribus) menjadi Rp 51.736,78
juta atau meningkat Rp 5.705,72 juta sedangkan internal rate of return
perkebunan meningkat 0,8% menjadi 19,28%.
Berdasarkan kondisi internal kedua yaitu realisasi luas lahan hanya 67,92% yaìtu
8.149,8 Ha namun ternyata menyebabkan net present value perkebunan menjadi
Rp 102.405,16 atau meningkat Rp 56.374,11 juta sedangkan IRR meningkat
hampir 5,43% menjadi 23,91%.
Dilihat dari kondisi internal ketiga yaltu kenaikan base cose dari Rp
4,855,44100/Ha menjadi Rp 13.918.620/Ha menyebabkan net present value
perkebunan turun sebesar Rp 137.319,51 juta menjadi negatif Rp 91.288,46 juta
sedangkan IRR turun 8,37% menjadi 10,11% sehingga menyebabkan proyek ini
menjadi tidak layak.
Sedangican berdasarkan kondisi eksternai pertama yaltu depresiasi niiai tukar
rupiah dari Rp 4.650,00 pada Desember 1997 menjadi Rp 8.600 pada Desember
2000 memperbesar net present wilue perkebunan nienjadi Rp 290.480,54 atau
bertambah Rp 244449,49 juta sedangkan InternaI rate of return perkebunan
nieningkat 14,36% menjadi 32,84%.
Terakhir berdasarkan kondisi eksternal kedua yaitu penurunan harga pasar CPO
yang awalnya diasumsikan US$ 420,5/MT CIF Malaysia namun pada buJan
Desember 2000 menjadi hanya US$ 300/MT CIF Malaysia sehingga
mengakibatkan net present value perkebunan turun drastis sebesar Rp 127.128
juta menjadi negatif Rp 81.096,98 juta sedangkail IRR turun 12,39% menjadi
6,09% dengan kata lain menyebabkan proyek ¡ni menjadi tidak layak.
Dengan asumsi bahwa nilai covarian adalah negatif maka secara keluruhan
berdasarkan perubahan kondisi di atas maka nilai proyek perkebunan kelapa sawit
PT. WLK adalah secara akumulatif sebesar Rp 272.237,03 juta sedangkan
internal rate of return rata ? rata menjadi 18,45% sehingga dengan kata lain
proyek perkebunan kelapa sawit PT. WLK per Desember 2000 masih dianggap
layak untuk diteruskan.
"
2001
T2391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyadi B. Sukamdani
"Usaha akomodiasi telah dikenal sejak lama, sejak manusia mulai membutuhkan jasa penginapan untuk mendukung kegiatan yang terjadi jauh dari tempat tinggalnya. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, usaha akomodasi tersebut berkembang menjadi industri perhotelan dengan berbagai jenisnya untuk melayani kebutuhan spesifik dari berbagai konsumen.
Kelompok usaha Z atau dapat disebut KUZ adalah suatu kelompok usaha di Indonesia yang mempunyai beberapa kegiatan usaha dan unit usaha yang menonjol adalah perhotelan. Pada awal tahun 1992 kelompok usaha ini mempunyai 11 hotel yang tersebar di beberapa wilayah indonesia. Hotel-hotel yang dimiliki oleh KUZ sebagian besar adalah Business/City Hotel yaitu 9 unit dan Resort Hotel 2 unit.
Dengan berkembangnya perekonomian Indonesia maka diperlukan adanya tambahan kamar dalam dunia perhotelan nasional untuk menampung peningkatan jumlah konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri yang bertujuan bisnis atau wisata. Persaingan duni perhotelan semakin keras dengan masuknya investor asing yang mempunyai International Hotel Chain dengan jaringan pemasaran internasional yang kuat. Dalam menghadapi persaingan tersebut KUZ harus dapat mengantisipasi dengan baik, alternatif terbaik bagi KUZ adalah memperbesar kapasitas kamar untuk memperluas pasar pada waktu yang sedini mungkin.
Dalam usaha untuk memperbesar kapasitas kamar tersebut diperlukan investasi yang cukup besar. Mulai akhir tahun 1990. Kondisi perekonomian Indonesia kurang menguntungkan karena pemerintah berusaha untuk menekan laju inflasi yang cukup tinggi dengan menarik dana yang eredar dimasyarakat melalui instrumen SBI, sehingga terjadi pengurangan uang beredar dan menyebabkan meningkatnya suku bunga pinjaman pada lembaga perbankan. Kondisi demikian dikenal dengan sebagai Tigh Money Policy atau Kebijakan Uang Ketat.
Kebijakan uang ketat tidak menguntungkan bagi dunia usaha terutama yang menghasilkan devisa, termasuk dalam hal ini adalah dunia perhotelan, karena rencana untuk melakukan investasi menjadi tertunda sedangkan peluang menarik wisatawan dan usahawan asing untuk berkunjung ke Indonesia cukup besar.
Dalam kondisi yang tidak menguntukan tersebut untuk mebiayai investasinya KUZ mempunyai beberapa alternatif pembiayaan yaitu:
- Bank Loan (Direct Financing)
- Go Public
- Joint Venture
- Obligasi
- Credit Supplier
- Pembiayaan International (Off Shore Loan)
KUZ merencanakan untuk membangun 4 unit hotel yaitu
1. Medan / Hotel bintang 4 / 400 kamar
2. Bandung / Hotel bintang 4 / 350 Kamar
3. Semarang / Hotel bintang 3 / 300 Kamar
4. Ujung Pandang / Hotel bintang 3 / 300 kamar
Pada lokasi yang akan dibangun hotel tersebut, KUZ telah memiliki tanahnya dan status tanah tersebut adalah bankable yaitu dapat dijaminkan pada bank sebagai equity.
Dalam menganalisa alternatif pembiayaan yang ada, metode yang digunakan adalah :
- Net Present Value (NPV)
- Internal Rate of Return (IRR)
- Rasio Keuangan"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"ABSTRAK
Pada saat ini, industri pariwisata di Indonesia mengalami masa yang suram paling tidak
disebabkan oleh 2 hal utama yaitu pertama, krisis ekonomi yang berkepanjangan yang
menghantam Indonesia sejak 3 tahun terakhir dan kedua, unjuk rasa dan kerusuhan-kerusuhan
sosial. Akibat krisis ekonomi dan krisis sosial yang melanda dunia pariwisata di Indonesia, juga
dialami PT Pembangunan Jaya Ancol ( PT PJA) dengan penurunan jumlah pengunjung dan
jumlah pendapatan operasional khususnya pada tahun 1997 dan terutama 1998, walaupun sampai
saat ini PT PJA merupakan market leader. PT PJA memiliki 2 kegiatan usaha pokok yaitu pada
industri pariwisata yang meliputi bisnis rekreasi dan resort, dan industri properti. Dalam
pembahasan hanya dibatasi pada bisnis rekreasi yang meliputi unit DUFAN, Taman & Pantai,
Gelanggang Renang AncoL (GRA), Gelanggang Sarnudera Ancol (GSA), dan Pasar Seni.
Rekreasi dan hiburan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Beragam jenis rekreasi
dan hiburan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia yang selatu meningkat
dari masa ke masa, menjadikan industri pariwisata suatu industri yang dinamis, terus berkembang
mengikuti kemajuan jaman terutama di milenium mendatang. Untuk dapat mengikuti dinamika
perkembangan jaman perlu dilakukan pengkajian strategis agar industri pariwisata tidak
ditinggalkan wisatawan atau masyarakat pendukungnya.
Bisnis rekreasi PT PJA dapat dimasukkan dalam industri taman rekreasi, dengan demikian
PT PJA perlu melakukan pengkajian strategis terhadap bisnisnya dengan melakukan analisis
lingkungan eksternal baik Iingkungan makro maupun lingkungan ìndustri usahanya dengan
menangkap peluang yang diberikan dan memperlemah ancaman yang ditimbulkan, serta
menganalisis lingkungan internalnya untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan yang
dimiliki serta mengurangi kelemahan yang ada, sehingga rekreasi PT PJA dapat bertahan dan makin berkembang.
Analisis terhadap faktor Lingkungan eksternal yang mempengaruhi industri rekreasi
dimana PT PJA berada dilakukan dengan melihat perubahan-perubahan pada lingkungan
makro meliputi kondisi ekonomi, isu Lingkungan dan sosial, stabilitas politik dan keamanan,
perubahan teknologi dan tenaga kerja serta penerapan otonomi daerah. Lingkungan industri
rekreasi yang dianalisis meliputi hambatan masuk pemain baru di industri taman rekreasi
perilaku rekreasi meliputi perubahan konsep rekreasi. pola rekreasi, persepsi tentang Ancol,
tempat rekreasi favorit; produk substitusi rekreasi di DKI: kekuatan tawar menawar pemasok
dan pembeli. Dan hasil analisis terhadap lingkungan eksternal diperoleh peluang dan
ancaman yang mempengaruhi industri taman rekreasì. Selanjutnya terhadap peluang dan
ancaman industri rekreasi secara rinci dengan melakukan pembobot dan penilaian masing
masing faktor lingkungan eksternal yang memberikan pengaruh penting pada industri
pariwisata untuk melihat daya tarik industni taman rekreasì. Dari hasil analisis yang
dilakukan, diketahui daya tarik industri taman rekreasi berada pada posisi Iemah di tingkat
atas dan mendekati biasa saja dengan skor 2,67 dan total skor 6 = sangat menarik.
Berdasarkan analisis internal dan berbagai faktor keuangan dan non keuangan penting
dapat diketahui seberapa kekuatan dan kelemahan unit rekreasi PT PJA Selanjutnya
terhadap faktor-faktor kunci keuangan dan non keuangan tersebut, serta perbandinganya
dengan pesaing secara rinci dilakukan pembobolan dan penilaian untuk mengetabui posisi
kekuatan bisnis rekreasi PT PJA. Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui kekuatan bisnis
rekreasi PT PJA berada pada posisi agak kuat cenderung menuju kuat (kuat tetapi di tingkat
bawah) dengan skor 4,13 dan total skor 6 sangat kuat. Selain itu berdaaarkan analisis risiko
bisnis rekreasi PT PJA adalah rendah, disebabkan beragamnya produk rekeasi yang diberikan,
pengunjung dan pendapatan operasional tidak begitu sensitif terhadap perubahan kondisi
ekonomi makro karena disaat krisispun orang tetap mernbutuhkan rekreasi, dan operating
leverage yang relatif rendah karena penggunaan teknologinya tidak terlalu susah (kecuali unit
DUFAN).
Berdasarkan matriks daya tarik industri-kekuatan bisnis. unit rekreasi PT PJA berada
pada kuadran II dengan strategi grow and build dalam bentuk pertumbuhan selektif Strategi
secara rinci yang dapat dilakukan adalah strategi intensive dalam bentuk pengembangan
produk, pengembangan pasar dan penetrasi pasar; dan strategi integratif datam bentuk
forward integration, backward integration dan horizontal integration.
Dengan strategi generik diferensiasi untuk bisnis diwujudkan dalam strategi investasi
yang dilakukan dalani bentuk aktiva berwujud, aktiva tidak berwujud dan sumber daya manusia
balk jangka pendek maupun jangka panjang yang mengacu pada strategi intensive dalam bentuk
pengembangan produk, pengembangan pasar dan penetrasi pasar; dan strategi integratif dalam
bentuk forward integration, backward integration dan horizonta? integration. Sena penambahan
kapasitas rekreasi dengan melakukan rekiamasi.
Prioritas pertama sumber dana adalah sumber dana internal berupa laba ditahan
PT PJA Selanjutnya adalah hutang, berdasarkan analisis nisiko keuangan PT PJA adalah rendah
hal ¡ni lampak pada debt to equity ratio yang rendah dan risiko bisnis yang rendah, PT. PJA
masih aman untuk menambah hutangnya sampai batas tertentu dengan memperhatikan antara lain
fluktuasi Laba usahanya serta indikator keuangan lainnya yaitu debt equity ratio dan time interest
earned. Penambahan hutang dapat dilakukan dari kredit bank , yaitu dari bank yang memiliki
CAR (tasio kecukupan modal) yang memenuhi persyaratan dan otoritas moneter dan memiliki
likuiditas tinggi, serta dan bank yang melakukan kerja sama sponsor dengan PT PJA dan juga
pemah memberikan kredit kepada PT PJA. Alternatif lain yang disarankan dengan menjual
obligasi mengingat bentuknya beragam dan jatuh temponya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
PT PJA.
Go public merupakan prioritas terakhir sebagai alternatif sumber dana eksternal karena
selain biayanya mahal juga membutuhkan proses yang lama.
"
2000
T1972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>