Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandar
"Tenaga sanitasi Puskesmas merupakan tenaga yang sangat menentukan keberhasilan program kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas. Oleh karena itu tenaga sanitasi tersebut harus terampil dan memiliki kinerja yang baik. Tolak ukur kinerja adalah cakupan penggunaan air bersih dan cakupan inspeksi sanitasi sarana air bersih_ Masalah dalam penelitian belum adanya gambaran tentang kinerja Petugas Sanitasi Puskesmas di Kabupaten Pidie dan falctor-faktor yang berhubungan dengan kinerja, sehingga perlu dilalcukan suatu penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Petugas Sanitasi Puskesmas dilihat dari cakupan penggunaan air bersih dan cakupan inspeksi sanitasi sarna air bersih, dimana kinerja baik bila cakupan 2 60 % dan kinerja kurang bila cakupan < 60 %. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pidie Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Rancangan penelitian yang digunakan adalah crass sectional, sedangkan sampel penelitian semua Petugas Sanitasi Puskesmas khususnya yang menangani program air bersih di Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 23 orang (total populasi).
Hasil penelitian menunjukan bahwa cakupan penggunaan air bersih baru mencapai 44,96 % dan cakupan inspeksi sanitasi sarana air bersih 10,83 %, masih dibawah target yang ditentukan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja Petugas Sanitasi Puskesmas di Kabupaten Pidie masih kurang. Variabel-variabel yang diteliti meliputi faktor predisposisi (jenis kelamin, pengalaman kerja dan pendidikan), faktor pemungkin (pelatihan, tugas rangkap, buku pedoman kerja dan peralatan), faktor penguat (dukungan pimpinan, supervisi/bimbingan teknis dan insentif). Dari semua variabel yang diteliti hanya variabel insentif yang mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinelja Petugas Sanitasi Puskesmas dilihat dari cakupan inspeksi sanitasi sarana air bersih. Penelitian ini menyarankan perlu peningkatan dana operasional. pemenuhan peralatan dan sarana, pedoman kerja (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis), reward (penghargaan), peningkatan kualitas supervisi dan pelatihan umuk memperbaiki kinerja Petugas Sanitasi Puskesmas dimaksud.

The sanitation oiiicer of Public Health Center is otlicer who to determine. The successfull sanitation?s program, especially water suppy program. Therefore, the sanitation officer have to be skilled and good-exellent of his job performance. The indicators of job performance are covering of water supply and sanitation inspection of water supply fasilities. The problem in this study, that had not description of sanitation officer job performance in district of Pidie and the factors related to job performance. The study had objectives to know the sanitation otiicer job performance that observed from covering of water-supply using and emering of sanitation inspection of water-supply facilities, if coverage at least 60%, the performance is said good-exellent, and lower than 60% of covering is considered unsatisfactory performance. The Study in district of Pidie, Province of Daerah Istimewa Aceh. The study used cross sectional design and all of the sanitation oliicer in district of Pidies as sample especially who handled of water-supply program. Total sample amount 23 sanitation officer.
The results of study showed that the covering of water-supply using only 44,96% and the covering of sanitation inspection of water supply facilities l0_83%. Means, under the target that determined. The study conclude that the job performance of sanitation officer in district of Pidie is unsatisfactory. The variables that are studied; predisposing factors (sex, esperience of working and education), enabling factors (training, double job, guider's book of working and tools), reinforcing factors (the chief supporting, supervision, incentive) and incentive is variable significant related to performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Chori Rahmawati
"Abstrak
Program pengabdian kepada masyarakat ini dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Terdapat banyak anak usia sekolah senang bermain di
lingkungan yang tidak sehat yang dikhawatirkan akan memengaruhi kesehatan dirinya sejak dini. Ketidaksadaran ini dapat diatasi dengan penanaman perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Tujuan kegiatan penanaman PHBS di PAUD Atmabrata, Cilincing, adalah
membangun kesadaran hidup sehat sejak dini, memberi pelatihan tujuh langkah cuci tangan,
membiasakan anak anak untuk mencuci tangan dan mengonsumsi makanan sehat. Metode
pelaksanaan dilakukan dengan bercerita, tanya jawab, dan demonstrasi. Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa dalam hal kegiatan mencuci tangan, 85% peserta didik dapat
melakukannya sesuai dengan tujuh langkah mencuci tangan yang telah disimulasikan dan
didemontrasikan. Untuk mengonsumsi makanan sehat, 90% peserta didik menikmati makanan
sehat dan menghabiskannya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menyimpulkan
adanya peningkatan pengetahuan dan kebiasaan peserta didik dalam berperilaku hidup bersih
dan sehat yang terlihat pada saat mencuci tangan, peserta didik melakukannya dengan benar
sesuai dengan langkah langkah yang telah dipaparkan. Peserta didik juga terlihat bersemangat
dalam menyantap makanan sehat dan menghabiskannya. Harapannya dengan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat melalui cuci tangan dan makanan sehat, peserta didik dapat
melakukannya dalam keseharian, menjaga kesehatan dirinya, dan menularkannya pada
temannya. Selama program ini berjalan ada beberapa catatan untuk perbaikan berikutnya, yaitu perlu dilakukan monitoring lebih lanjut apakah perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah selalu dilaksanakan. Saran untuk program pengabdian kepada masyarakat berikutnya adalah melatih cara menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan rumah, dan kebersihan lingkungan umum. "
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019
300 JPM 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Victorino
"ABSTRAK
Realisasi dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk Puskesmas di Kota
Depok dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 meningkat sebesar 25,56%.
Tingginya serapan dana tersebut seharusnya diimbangi dengan peningkatan
cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1). Hasil capaian KN1 di tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 6,11%, sehingga perlu dievaluasi. Penelitian
dilakukan di Dinas Kesehatan dan 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Cipayung,
Puskesmas Cinere, Puskesmas Cilodong dan Puskesmas Tapos dengan metoda
kualitatif dan mempertimbangkan variabel dana serta cakupan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak semua Puskesmas kekurangan sumber daya manusia
dan sarana prasarana dalam mengelola BOK dan program kesehatan anak. Namun,
ketersediaan dana operasional rutin (BOP) untuk melakukan kunjungan luar
gedung relatif terbatas, sehingga Puskesmas mengutamakan dana BOK. Sebelum
pelaksanaan kegiatan, tiap Puskesmas menetapkan rencana pelaksanaan
berdasarkan capaian program tahun sebelumnya dengan melibatkan lintas program
di Puskesmas. Dana BOK dimanfaatkan untuk kunjungan neonatus resiko tinggi,
penyuluhan dan pendataan sasaran oleh kader kesehatan

ABSTRACT
The Health Operational Fund (BOK) to support programs in 2013 in Depok has
increased 25,56% as compared to 2012. This should be followed by an increase in
coverage of the first neonatal visit (KN1). Performance of KN1 in the year 2013
decreased by 6,11%, so it is needed to evaluate the use of BOK. The study was
conducted at the District Health Office level and covering 4 health centers, namely
Cipayung, Cinere, Cilodong and Tapos using qualitative approach and considered
cost and coverage variables. The results showed that there was no shortage on
human resources and facility to manage the Puskesmas Operational funds (BOK)
and neonatal health programs. The availability of routine operational funds (BOP)
is limited so that the health center has been relying on BOK fund to support
outreach programs. Each health center set up Plan of Action based on previous
programs achievement involving various relevant programs. The fund was used for
high risk neonatal visit, counseling and mapping the target by cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanidar Kamaruddin
"Puskesmas merupakan ujung tombak Pelayanan Kesehalan dan sebagai suatu organisasi melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, salah satu fungsi tersebut adalah penggerakan pelaksanaan (P2) dan pada pclaksanaannya di Puskesmas dikenal dengan lokakarya mini Puskesmas yang berguna mengevaluasi kegiatan-kegiatan program yang telah dikeijakan bulan lalu, tennasuk P2 TB-Paru dalam penemuan penderita TB-Paru- Untuk dapat meningkatkan cakupan penemuan penderita TB Paru ini, sarana yang cukup strategis adalah membahasnya secara mendalam dalam kegiatan Iokakarya mini Puskesmas. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran atau informasi tcntang evaluasi pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas dalam penemuan penderita TB-Paru di Kota Jambi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena belum ada penelitian serupa sebelumnya, dengan memakai pendekatan sistem meliputi input yaitu jadwal, data cakupan penemuan penderita TB-Pam bulan lalu, hambatan pelaksanaan penemuan penderita TB-Paru bulan lalu, proses pelaksanaan meliputi variabel daftar hadir, agenda/materi rapat, tema pembicaraan, laporan kegiatan penemuan penderita TB-Paru bulan lalu, metode pelaksanaan, analisis hambatan pelaksanaan kegiatan penemuan penderita TB-Paru bulan lalu, mekanisme keljasama antara pihak terkait, pemecahan masalah, perhitungan target cakupan penemuan penderita TB-Paru bulan yang akan datang, notulen rapat serta output berupa rencana keija baru (POA) penemuan penderi ta TB-Paru untuk bulan yang akan datang. Analisis data dilakukan dengan membuat transkrip hasil wawancara, membuat ringkasan data dalam bentuk matriks, mengkategorikan data yang mempunyai karakteristik atau pola yang sama, serta melakukan identifikasi persamaan, perbedaan dan kecenderungan antar variabel dengan melakukan interpretasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pcngetahuan petugas tentang Lokakarya mini Puskesmas cukup baik sementara untuk program P2 TB-Paru masih bervariasi, masih kurangnya sarana dan prasarana serta penghargaan terhadap petugas. Lokakarya mini Puskesmas telah dilaksanakan setiap bulan dengan tema yang berbeda dan tidak fokus pada kegiatan penemuan penderita TB-Pam saja. Kerjasama diantara petugas belum semuanya berjalan dengan baik, belum optimalnya pelaksanaan Lokakar-ya mini Puskesmas ini sehingga belum dapat menyelesaikan masalah rendahnya penemuan penderita TB-Paru di Kota Jambi serta belum ditindak lanjutinya hasil lokakarya mini Puskesmas ini dalam bentuk pembuatan Rencana Kerja Baru (POA).
Dengan mclihat hasil penelitian di atas perlu bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk menyusun suatu petunjuk teknis tentang Lokakarya Mini Puskesmas, meningkatkan pembinaan, mengadakan pelatihan serta melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Bagi Kepala Puskesmas agar membina kerjasama tim dengan baik atas dasar keterbukaan, saling menghargai dan memperbaiki sistem penyimpanan dokumen.

A Health Center is a Primary Health Service in the grass root level. Health Center is an organization that order management function like "implementation" (P2), known as a ?Lokakarya Mini" (a simple workshop) to evaluate all activities done in last month, including the TB control activities like case finding. To increase the coverage of TB case finding, a simple workshop in the Health Center is required. The objective of this study is to find out the infomation of TB case finding activities conducted in the city of Jambi through the implementation of a simple workshop.
This study was conducted with qualitative method using the following information like time schedule, number of TB cases treated last month, problem arises on case tindi ng for last month. For process of the implementation of activities, the following are studied i.e. absenteism, agenda of the workshop, topic of discussion, TB cases reported for the last month, method of simple workshop implementation, analysis of case finding, the mechanism of collaboration of related units on TB control, to solve the existing problems, problem solving, estimating the total TB cases expected for the next month, minutes of the meeting, and the ?output? of preparing a new plan of action on the expected TB cases to be covered next month. Analysis of existing data made produced the following, a transcript of the result of the interview, a list of information tabulated in a matrix, categorizing data in groups, identified the same group and the different one, and the inclination of variables followed by interpretation of data with reference to the respective theory.
The result indicated that the knowledge of the Health Center staff on the simple workshop of the health center is good enough but it is varied for TB control because of less of availability of equipment and because of lack of rewards. A simple workshop is organized every month with different topics not.only for TB case finding. Lack of cooperation among the Health Center staff makes the Lokakarya Mini (simple workshop) not optimum enough to solve the problem of low TB coverage in Jambi township and because of no follow up taken based on the finding during the last workshop by introducing the plan of action (POA).
According that result the Municipal Health Department of Jambi township should arrange a manual for a simple workshop on TB control, to improve the services, the trainings and to provide the required resources. The head of the Health Center is required to build up a good collaboration of his/her staff based on transparancies, respecting each other, and improving the filing system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T3722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Dari data pemeriksaan sanitasi kapal yang dilakukan oleh petugas sanitasi kantor kesehatan pelabuhan Pangkalpinang, didapatkan bahwa tingkat sanitasi kapal yang dinyatakan baik hanya 15%, tingkat sanitasi yang sedang sebanyak 20 %, sedangkan untuk kapal dengan tingkat sanitasi kapal yang jelek sebesar 65 % dari keseluruhan kapal kargo yang sandar.
Desain penelitian ini adalah potong lintang (Crossectional), sebagai populasinya adalah seluruh kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam, sedangkan sampel pada penelitian ini sebanyak 92 kapal kargo yang diambil ser'ara quota berjatah. Rata-rata kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam, yang mempunyai tingkat sanitasi kapal balk sebesar 16,3 %, tingkat sanitasi kapal sedang sebanyak 18,5 %, sedangkan tingkat sanitasi kapal yang buruk sebesar 65,2%. Hasil ini memperlihatkan bahwa tingkat sanitasi pada kapal-kapal yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam masih rendah.
Standar operasional prosedur, kepemimpinan nahkoda dan waktu yang digunakan untuk peningkatan sanitasi kapal secara signifikan berhubungan dengan tingkat sanitasi pada kapal yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam. Kapal yang mempunyai standar operasional prosedur yang baik akan mempunyai 98, 3 kali lebih besar dalam peningkatan sanitasi kapal dibandingkan pada kapal yang mempunyai standar operasional yang buruk. Kapal yang di nahkodai oleh nahkoda dengan komitmen tinggi dalam bidang sanitasi akan mempunyai 22, 7 kali lebih besar dalam peningkatan sanitasi kapal dibandingkan pada kapal yang dinahkodai oleh nahkoda dengan komitmen rendah. Kapal yang menyediakan waktu yang tinggi dalam bidang sanitasi kapal akan mempunyai 24, 1 kali lebih besar dalam peningkatan sanitasi kapal dibandingkan pada kapal yang menyediakan waktu yang rendah. Selanjutnya berdasarkan basil analisa variabel yang paling berhubungan terhadap peningkatan sanitasi kapal adalah variabel standar operasional prosedur dengan nilai OR sebesar 21,01 yang berarti kapal yang mempunyai standar operasional prosedur yang balk akan meningkatkan sanitasi kapal sebesar 21,01 kali lebih besar dibandingkan pada kapal dengan standart operasional prosedur yang buruk.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan setiap kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam mempunyai standar operasional prosedur yang baik. Untuk mengontrol standar operasional prosedur tersebut perlu supervise/pengawasan yang rutin dari petugas sanitasi kantor kesehatan pelabuhan Pangkalpinang.

From data inspection of ship sanitation which is conducted by sanitation staff in port health office Pangkalpinang, found that good ship sanitation level is only 15%, middle ship sanitation level is 20%, and bad ship sanitation level is almost 65% from entire of cargo ship which anchor.
The aim of this research is to know the image of factors related to sanitation level at ship which anchor in Pangkalbalam Harbour, Pangkalpinang, Variable which is checked is management characteristic, crew human resource characteristic, and also anticipated supporter characteristic related to sanitation level at ship which anchor in Pangkalbalam Harbour, Pangkalpinang.
This Research Desain is transversal. Cargo ship mean which anchor in Pangkalbalam Port, good ship sanitation level is 16.3%, middle ship sanitation level is 18.5%, and bad ship sanitation level is almost 65.2%. This result shows that ship sanitation which anchor in Pangkalbalam harbour is still lower. Standard operating procedure, leadership of Captain and timing that is used to improve ship sanitation which related significantly to sanitation level of ship which anchors in Pangkalbalam Harbour. Ship which has a good standard operating procedure will have 98, 3 risk of good sanitation compared with ship which has a bad standard operating procedure. Ship which is operated by Captain who has a high commitment in the sanitation field will reach 22, 7 times risk on improvement of ship sanitation compared with ship which is operated by Captain who has a low commitment. Ship which provide an affective time in the field of ship sanitation will reach 24, 1 risk of ship sanitation compared with ship which provide a non effective time. The most variable correlated on improvement of ship sanitation is standard operating procedure variable with OR value is 21, 01. A good standard operating procedure will improve ship sanitation almost 21, 01 times.
From this result research is expected that every cargo ship which anchor in Pangkalbalam port have a good standard operating procedure to guide crew how to manage ship sanitation. To control this standard operating procedure need supervising or routine observation from sanitation staff in port health office Pangkalpinang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka
"Penelitian ini membahas tentang manajemen program penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2015. Data dicari menggunakan pedoman wawancara mendalam dengan informan berjumlah enam orang yang berasal dari petugas program penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok. Variabel yang diteliti adalah input (petugas HIV/AIDS, dana, sarana, logistik, kebijakan), proses (perencanaan, pengorganisasian, kemitraan, penggerakkan/pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi). Hasil penelitian ini menunjukkan penyebab tidak tercapainya target pada program penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok adalah jumlah tenaga pelaksana kurang, kelancaran pencairan dana sering terlambat, sarana yang dibutuhkan masih belum lengkap, belum baiknya perencanaan di Puskesmas, kurang optimalnya kerja sama dengan mitra yang dekat dengan masyarakat, kurangnya
penggerakkan dari pimpinan, belum optimalnya pengawasan dan evaluasi dari pimpinan.

This study discusses about the management of HIV/AIDS in the health center of Sukmajaya, Depok in 2015. The data are obtained by using the guidelines depth interviews with informants of six people who come from the clerk of HIV/AIDS in health centers Sukmajaya, Depok. The variables observed were from (attendant HIV / AIDS, funds, facilities, logistics, methods), processes (planning, organizing,
partnerships, mobilizing / implementation, monitoring and evaluation). The result of this research showed the cause of the unachieved target HIV/AIDS tackling program at the health center of Sukmajaya, Depok, these failures are caused by lack of number of human resources for example, incomplete infrastructure, Notwell prepared plan, the cooperation which is not optimum with the sociality, the leader who does not lead and monitoring and evaluation are not optimum from
leader.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Amelia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran angka kunjungan dan angka rujukan di Puskesmas Kelurahan Gelora Jakarta Pusat bulan Oktober-Desember Tahun 2014 berdasarkan umur peserta, jenis kelamin, jenis kepesertaan, dan diagnosa penyakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kelurahan Gelora memiliki angka kunjungan 17,1% dan angka rujukan 3,1%. Angka kunjungan berdasarkan umur paling banyak adalah kelompok umur 15-57 tahun sebesar 17,4%, jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki sebesar 21,8%, jenis kepesertaan Bukan PPU paling banyak sebesar 33,7%, diagnosis penyakit terbanyak adalah faringitis akut sebanyak 197 kasus. Angka rujukan berdasarkan umur terbanyak kelompok umur ≥58 tahun sebesar 9,4%, jenis kelamin laki-laki paling banyak dirujuk sebesar 3,2%, jenis kepesertaan Bukan Pekerja paling banyak sebesar 14,3%, diagnosa penyakit paling banyak dirujuk adalah Diabetes Melitus Tipe 2. Diharapkan BPJS Kesehatan Kantor Cabang Jakarta Pusat meningkatkan monitoring dan evaluasi penatalaksanaan dan pengendalian ke Puskesmas masing-masing.

This research aims to know about the description of visit rate and referral rate in Puskesmas Kelurahan Gelora Jakarta Pusat, October-December 2014 based on age, sex, type of membership, and disease diagnosis. The results shows that Puskesmas Kelurahan Gelora has 17,1% visit rate and 3,1% referral rate. Visit rate based on age 15-57 is the most 17,1%, female more than male 21,8%, type of membership Bukan PPU is the most 33,7%, disease diagnosis accute pharyngitis is the most case about 197. Referral rate based on age ≥58 is the most 9,4%, male is the most widely referenced 3,2%, type of membership Bukan Pekerja is the most 14,3%, disease diagnosis Diabetes Mellitus Type 2 is the most widely referenced. Expected BPJS Kesehatan Jakarta Pusat Branch Office increase monitoring and evaluation management and control to every Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswati
"Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dalam bentuk kegiatan pokok yang salah satu di antaranya adalah pelayanan laboratorium sederhana dasar.
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk pada tahun 1998 sebanyak 1,870.877 jiwa, memiliki 42 Puskesmas, semua Puskesmas telah memiliki sarana laboratorium sederhana dan petugas pelaksana laboratorium telah dilatih baik tingkat dasar maupun tingkat lanjut. Namun demikian bila dilihat dari hasil cakupan pelayanan laboratorium masih sangat rendah, bila dibandingkan dengan cakupan program pokok Puskesmas yang lain, sedangkan cakupan jumlah hasil pemeriksaan laboratorium merupakan pengukuran terbaik untuk penilaian kinerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tenaga pelaksana teknis laboratorium Puskesmas. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan studi "Cross Sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas laboratorium Puskesmas yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas laboratorium Puskesmas yang ada di Kabupaten Cirebon. Sampling dalam penelitian ini tidak dilakukan, karena seluruh populasi dimanfaatkan untuk dianalisis (total populasi).
Pengumpulan data dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabel independen dan untuk variabel dependen berupa data sekunder dari laporan bulanan Puskesmas. Yang termasuk variabel dependen adalah kinerja tenaga pelaksana terknis Puskesmas, dan yang termasuk variabel independen adalah jenis kelamin, umur, pendidikan, pelatihan, lama kerja, motivasi, dan persepsi peran yang tergabung dalam faktor internal individu. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal individu adalah variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi, dan desain pekerjaan. Pengolahan data dengan menggunakan program Epi Info V.6.0 dan SPSS for Windows V.10.01.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium Puskesmas sebesar 45,2%. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kinerja petugas laboratorium adalah pelatihan, sumber daya dan keteraturan imbalan. Hasil lain dari penelitian ini adalah variabel kepemimpinan, ternyata berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja tetapi kepemimpinan yang baik akan meningkatkan ketersediaan sumber daya dan sistem imbalan yang baik.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah diharapkan agar pelatihan tingkat lanjut bagi petugas terus dilaksanakan secara bertahap. Dinas Kesehatan agar mendorong penyediaan sumber daya seperti peralatan dan reagensia serta Kepala Dinas Kesehatan perlu mengadakan pelatihan penyegaran tentang kepemimpinan.

Community health center or called Puskesmas is an organizational unit with functions to develop community health: establish community participation on health activities; and provide basic health services including basic laboratory service.
Cirebon District is one of districts within Java Province with total population of 1.870.877 in 1998. There are 42 Puskesmas supplied with basic laboratory service. All puskesmas have laboratory technical staff that is well-trained in basic and advanced training. However, the performances of the laboratory service, which is measured by number of laboratory examinations per-month, are very low in comparison to other services in the puskesmas.
This study had objective to examine factors related to the performance. For that purpose, this study used a cross sectional research design. Population is all laboratory technical staff at Cirebon District, which also the sample the sample of the study (total sample).
Data are collected using structured interviews and examining monthly report for the performance. Independent variables are age, sex, level of education, training experiences, work experience measured by length of work, motivation level, and role perception. These are called internal factors. While external factors are laboratory resources and facilities, leadership index, incentives system, structure of puskesmas, and job design. Collected data were analyzed using Epi Info version 6 and SPSS version 10,01.
This study showed that the level of performance is only at 45,2% , which only increase slightly to the previous report ( 36,94 % in 1997). Furthermore, this study shown that training experiences, laboratory resources and facilities and continuity of incentives are factor related significantly to the performance. Leadership factor is found as an important factor related to laboratory resource availability and incentive system.
This study recommends that laboratory technical staff should be given appropriate training at advance level. District Health Office should always maintain laboratory resources and facilities at certain quality. Furthermore the office should plan leadership training for puskesmas' head.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hendro Saputra
"Kinerja petugas sanitasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu/kualitas lingkungan, khususnya sanitasi dasar yang berdampak terhadap timbulnya penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare, kulit, ISPA dan lain-lain. Selain itu peningkatan kinerja merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia di daerah yang mandiri dan berkualitas.
Dalam penelitian ini, rendahnya cakupan ISPA dan tingginya jumlah penyakit yang berbasis lingkungan dijadikan latar belakang timbulnya rnasalah. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kinerja petugas sanitasi puskesmas di Kabupaten Lampung Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja petugas sanitasi di Kabupaten Lampung Tengah dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja tersebut. Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh petugas sanitasi di Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 30 petugas. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentase, sedangkan analisa bivariat menggunakan uji chi square. Nilai alpha yang digunakan adalah 5% (CI 95%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kinerja dengan tingkat pendidikan, aktifitas sosial, sarana dan prasarana, imbalan, struktur, dukungan pimpinan, desain pekerjaan, kontrol dan motivasi.
Disarankan kepada Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah untuk meningkatkan kinerja petugas sanitasi dengan upaya-upaya antara lain: peningkatan pendidikan, peningkatan aktifitas sosial, pengadaan sarana dan prasarana, pernberian imbalan, peningkatan kerjasama lintas program, dukungan pimpinan, pengurangan tugas rangkap secara bertahap, peningkatan kontrol terhadap petugas sanitasi dan peningkatan motivasi kerja petugas sanitasi.

Factor Related to the Sanitation Officials Performance of Public Health in Order to Improve Coverage Waste Water Treatment System in Central Lampung Region 2003The sanitation officials performance is one factors which influence low environmental quality, Especially the basic sanitation which causes the disease from environment such as : Diarrhea, Scabies, ISPA, etc. Besides the improvement of performance is one way to improve human resources in region which is qualified and self relied on.
In this research, low coverage of waste water treatment system and the high number of diseases which are environment based is the back ground. The problem of this research is the low performance of sanitation officials in Public Health Centre in Central Lampung. The objectives of this research were to find out the performance of sanitation officials in Central Lampung and factor related to performance. The population and sample of the research were all sanitation officials of thirty Central Lampung. This research is quantitative using cross sectional. The data were analyzed univariate and bivariate. Univariate used frequent distribution with percentage, while bivariate analysis used chi square test. Alpha being used was 5 % (Cl 95 % ).
The result of the research shows that there is a meaningful correlation between the sanitation officials performance with educational level, social activities, accommodation, incentive, divisional relationship inter organizational, leader support, work design, control and motivation.
It is suggested to public Health Centre and Health Institution of Central Lampung to improve the sanitation officials performance with some efforts such as : the improvement of education, the improvement of social activities, providing accommodation, providing financial support, the better cooperation across program, leader support, the step by step reduction of double functions, better control to the sanitation officials and their motivation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusril
"Berdasarkan SK Bupati Tanah Datar No. 12/BTD-2004 maka dimulai pelaksanaan Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat pada bulan Maret 2004, dimana kebijakan ini memberikan kewenangan dalam mengolah pendapatan fungsional secara mandiri untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan serta upaya peningkatan mutu pelayanannya.
Penelitian bersifat Cross Sectional, unit analisis adalah Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat yaitu Puskesmas Lima Kaum I, Sungayang dan Tanjung Emas.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa dengan kebijakan menjadi unit swadana pendapatan Puskesmas Unit Swadana meningkat cukup tinggi dimana Puskesmas Lima Kaum I tertinggi peningkatan pendapatannya dari Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang.
Pendapatan yang diperoleh sudah dapat menutupi seluruh biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas dan bahkan berlebih yang berarti ada cadangan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengernbangkan puskesmas unit swadana lebih baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan nilai Cost Recovery didapatkan Puskesmas Lima Kaum I = 126,38 %, Puskesmas Tanjung Emas 122,01 % dan Puskesmas Sungayang 118,56 %. Namun nilai Cost Recovery ini barulah tahap recovery biaya operasional dan pemeliharaan sedangkan kondisi sebenarnya dengan memperhitung¬kan biaya investasi, gaji dan subsidi lainnya belum diketahui. Sistem pembayaran terbesar secara tunai dan askes/gakin, namun masih ditemukan adanya pembayaran gratis terbanyak di Puskesmas Tanjung Emas.
Penerimaan sebelum swadana terbesar berasal dari retribusi karcis namun setelah menjadi unit swadana sudah hampir berimbang antara pendapatan dari karcis dan pelayanan kesehatan lainnya bahkan di Puskesmas Lima Kaum I penghasilan dari karcis lebih kecil dari penghasilan dari tindakan pelayanan kesehatan lainnya.
Utilisasi pengguna jasa dari retribusi di Puskesmas unit Lima Kaum I berasal dari tindakan medik dasar, konsultasi kesehatan, pengujian kesehatan dan i emakaian ambulance, di Puskesmas Sungayang potensinya dari pemeriksaan dokter gigi dan pertolongan persalinan dan di Puskesmas Tanjung Emas dari pemeriksaan dokter spesialis dan tindakan laboratorium.
Upaya penerimaan Puskesmas dari retribusi bayar setelah pembentukan unit swadana di Puskesmas Lima Kaum I sudah baik tetapi di Puskesmas Sungayang dan Tanjung Emas masih belum maksimal, padahal sebelum swadana puskesmas Lima Kaum I masih belum maksimal upaya penerimaannya.
Kebijakan tarif hanya bersifat makro, tarif secara mikro belum diperbo!ehklan untuk dilaksanakan oleh Puskesmas. Namun dari pentarifan yang ada sudah cukup mendukung pelaksanaan kebijakan swadana yang dilaksanakan.
Persepsi waktu tunggu yang lama masih ditemukan terbanyak pada unit pendaftaran dan obat. Persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan yang dianggap maha! tidak begitu banyak, persepsi mahal terbanyak ditemukan pada pemeriksaan penunjang di Puskesmas Tanjung Emas.
Persepsi terhadap pelayanan petugas sudah balk namun masih ditemukan adanya persepsi kurang baik pada pelayanan petugas terbanyak dibagian pendaftaran di Puskesmas Lima Kaum dan Sungayang.
Persepsi terhadap sikap petugas cukup baik namun masih ditemukan masih ada persepsi pengguna jasa yang tidak puas terhadap sikap petugas terutama di bagian pendaftaran dan obat di Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang.
Kondisi kebersihan dan kenyamanan puskesmas baik, walaupun masih ditemukan tidak nyaman terhadap toilet yang tersedia.
Sebagai suatu kebijakan, pelaksanaan puskesmas unit swadana membawa banyak manfaat bagi pengguna jasa dimana adanya peningkatan mutu pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta mutu obat. Bagi petugas adanya kemendirian dalam perencanaan keuangan dan kemantapan sumber daya manusia. Dalam pelaksanaannya konsep swadana yang dilaksanakan bukanlah murni swadana melainkan lebih pada upaya pembentukan Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasanya. Perlu dikembangkan lebih lanjut karena diharapkan dimana yang akan datang puskesmas swadana merupakan prototipe puskesmas ideal yang dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu bagi masyarakat sehingga memiliki dampak positif yang cukup besar, baik bagi puskesmas maupun bagi masyarakat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>