Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robert Adiwinoto
"Membandingkan dua perusahaan atau lebih, selalu menarik dan memancing rasa ingin tahu kita. Apalagi ketika kita membahas bank, tempat tradisional kita melindungi uang tunai dari ancaman inflasi. Kali ini, di dalam thesis ini, kita diajak memandang bank bukan dengan kacamata nasabah, melainkan bankir yang kebetulan baru direkrut Citibank, yang akan menilai kinerja finansial banknya berdasarkan laporan keuangan sejumlah bank dalam 4 tahun terakhir. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat menantang!
Ada cukup banyak peralatan analisis yang tersedia : analisis trend, analisis common-size, analisis resiko finansial dan profitabilitas, dan analisis DuPont. Yang manakah yang sebaiknya digunakan?! Layaknya seorang bankir yang belum berpengalaman, kita belum mengetahui keandalan dan jangkauan ukuran yang dimiliki oleh tiap peralatan, jadi mengapa tidak memanfaatkan semua pisau analisis yang tersedia!?
Sebelum analisis dimulai, perhatian kita diarahkan pada potret kini industri perbankan Indonesia. Restrukturisasi hutang swasta yang terbengkalai, bank-bank yang tampak sulit menyalurkan kredit, bank-bank rekapitalisasi yang ternyata lebih menjadi beban bagi industri perbankan (bahkan perekonomian nasional), ancaman negative spread yang terus membayang, sikap BI yang terombang-ambing, kondisi sosial-politik yang masih carut-marut dan terlihat pula : bank-bank asing dancampuran yang menguasai "kue" laba perbankan di Indonesia. Apa benar hal demikian berlaku bagi Citibank?!
Di bagian berikutnya, si bankir Citibank mencoba mengenali perusahaannya sendiri. Sayang tidak banyak data yang telah tersedia di meja kerjanya, sedangkan jadwal presentasinya di kantor pusat Citibank semakin dekat. Setidak-tidaknya ia menjadi tahu kanal-kanal dan produk-produk yang telah dikembangkan Citibank sejauh ini di Indonesia.
Setelah kita memperoleh gambaran yang memadai tentang industri dan perusahaannya sendiri, kita diajak memeriksa prosedur evaluasi yang akan digunakan, memastikan seluruh pisau analisis dapat membantu menguraikan "isi perut" Citibank, sambil memikirkan alur penyimpanan dan pengolahan data yang seefisien mungkin. Dan akhirnya, proses analisis pun dijalankan.
Apakah Citibank mengelola resiko finansialnya pada level yang cukup rendah? Apakah Citibank merupakan bank asing yang paling profitable? Apakah rahasia di balik bank yang paling profitable? Kita akan menyaksikan suatu rangkaian analisis yang semula tampak sulit dan menjemukan, disajikan secara singkat-padat, menarik, dan begitu mudah dipahami.
"
2001
T250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aviliani
"Penelitian ini merupakan suatu tinjauan atas perilaku manajerial bank terhadap kinerja bank. Kepentingan penelitian ini bertalian dengan badan usaha milik pemerintah khususnya bank, yang di dalam kondisi deregulasi masih menunjukkan kinerja yang rendah. Kondisi ini karena adanya perbedaan struktur kepemilikan (bank pemerintah, bank swasta nasional dan asing) yang berakibat pada perbedaan perilaku manajerialnya.
Sebagaimana hasil penelitian Davies di Australia penyebab terjadinya perbedaan perilaku manajerial bank karena struktur kepemilikan dan biaya transaksi. Oleh karena itu, pengkajian terhadap perilaku manajerial bank dilakukan dengan permasalahan (l.) Bagaimana pengaruh perbedaan struktur kepemilikan terhadap kinerja dan biaya transaksi bank, serta bagaimana perbedaan perilaku manajerial bank dilihat dari kinerja dan biaya transaksi.
Pengkajian terhadap masalah tersebut dilakukan terhadap bank-bank devisa yang berdiri sejak sebelum deregulasi 1983, baik bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank asing. Untuk menguji struktur kepemilikan terhadap kinerja bank digunakan dua macam pendekatan yaitu melalui analisis likuiditas (loan to assets, effect to asset, deposits growth) dan rentabilitas (profit to assets dan profit to deposits). Dengan periode tahun 1984-1992. Estimasi modal digunakan metode regresi variabel boneka (standard dummy variable regression approach) sedangkan data yang dipakai adalah data gabungan (polling data), yang merupakan penggabungan data antara slang (cross section) dengan data runtun waktu (time series).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi kinerja, biaya transaksi dan perilaku manajerial bank. Dengan hasil bahwa kinerja bank swasta nasional dan asing lebih baik dari bank pemerintah, dan biaya transaksi bank swasta nasional dan asing lebih rendah dari bank pemerintah. Kondisi tersebut cerminan perilaku manajerial bank swasta nasional dan asing lebih risk averter dari bank pemerintah yang lebih risk taker. Hasil ini merekomendasikan kepada pemerintah dalam jangka pendek, pembenahan manajemen melalui reorganisasi dan penyempurnaan sistem prosedur, melibatkan konsultan dan memberikan otonomi dalam pengelolaan kegiatannya. Pada tahap jangka panjang diharapkan semua bank pemerintah melakukan go publik."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamrakarsa Awiadhi
"ABSTRAK
Yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa saat DPK BMI diuraikan menjadi beberapa segmen denominasi kopur, ditemukan bukti bahwa trend penurunan DPK yang terjadi tidak seragam pada setiap segmen denominasi kopur. Fenomena ini belum teridentifikasi dan dikelola dengan baik melalui diferensiasi produk dalam strategi pemasaran BMI sehingga perlakuannya masih disamakan dengan segmen dana lainnya, sehingga volume dana dengan segmen denominasi yang bergerak berbeda ini dalam total portfolio DPK BMI masih belum dominan. Fenomena ini masih belum bisa terukur oleh manajemen BMI, sehingga belum diciptakan suatu tindakan atau kebijakan khusus terhadap dana-dana ini. Karenanya ada empat tujuan yang ingin dilihat dalam penulisan tesis ini. Pertama, mengetahui faktor-faktor makro yang diduga mempengaruhi perilaku nasabah dalam menempatkan dananya di bank syariah pada setiap segmen denominasi. Kedua, mengetahui bagaimana faktor-faktor makro tersebut mempengaruhi penempatan dana pihak ketiga pada setiap segmen denominasi. Ketiga, mengetahui nasabah dengan range level denominasi berapa yang paling rendah dipengaruhi oleh instrumen-instrumen makro daiam pertimbangan penempatan dananya. Keempat, bagaimana sinergi kebijakan deposito BMI terhadap kebijakan pemasaran umum BMI. Data yang digunakan bersumber dari data laporan Dana Pihak Ketiga dari Bank Muamalat pada periode Januari 2004 sampai dengan September 2006 dan data publikasi dari Bank Indonesia. Hasil penelitian dengan metode Error Correction Model (ECM), dalam keseimbangan jangka panjang, variabel Base landing Rate dan Indeks Harga Konsumen sebagai proxy dari inflasi menjadi variabel yang dapat menjelaskan perilaku penempatan deposito pada segmen denominasi sampai dengan 1 milyar. Narnun untuk segmen denominasi 1 milyar atau iebih, terdapat faktor bunga deposito konvensional yang signifikan mempengaruhi perilaku penempatan dana pihak ketiga pada segmen ini. Dari hasil penelitian ini didapat suatu cara untuk mengukur bagaimana dana pada setiap denominasi dipengaruhi oleh instrumen-instrumen imbal hasil makro, sehingga suatu produk yang dapat mengakomodasi pasar segmen denominasi yang paling rendah dipengaruhi oleh instrumen-instrumen imbal hasil makro, sehingga portfolio dana pihak ketiga dapat terjaga tanpa terlalu terpengaruh fluktuasi kondisi perbankan konvensional.

ABSTRACT
The problem identified in this thesis is that when third party funds in Mu'amalat Bank Indonesia is segmented based on kopur denomination, the finding shows that the trend of decrease among each kopur segmented third party funds is not homogeneous. This phenomenon has not yet been identified and well managed through product differentiation in the bank's marketing strategies. Since the bank's policy toward the specified denominated segment is still similar to other segments, this particular segment has not yet become dominant in the total portfolio of the bank's third party funds. It seems that this fact has not yet occurred to the management of Mu'amalat Bank Indonesia as so far there are no special actions and policies taken to manage the funds in this segment. Therefore, there are four objectives of this thesis. First, to find out macro factors, which could influence the attitude of costumers in placing their funds in shariah banks in every denominated segment. Second, to find out how those macro factors influence the placement of third party funds in every denominated segment. Third, to identify the denomination level range in which costumers are at least influenced by macro instruments in their consideration of placing their funds. Fourth, to find out the synergy of BMI's policies on deposits toward its general marketing policies. The data used in this thesis is acquired from Muamalat Bank Indonesia's report on third party funds from January 2004 until September 2006 as well as publications from Bank of Indonesia. The Poundings using the Error Correction Model (ECM) method in the long-run equilibrium show Base Lending Rate and Consumers Price Index as a proxy of inflation which can explain the behaviour in deposits placement at denomination segment up to l billion rupiah. However, for the segment 1 billion rupiah and above, there are factors, such as conventional deposit interests, which are significantly influencing the behaviour of third party fund placement. As a result of this research, a means to measure how deposit fund in each segment is influenced by macro profit instruments is found. Therefore, a product which can accommodate the denomination segment at least influenced by macro profit instruments can be designed. Based on this result, the portfolio of third party fund can be maintained without being too affected by fluctuating conditions of conventional banks.
"
2007
T20708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ananda Surya Ramadhan
"Dengan berkembangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keberlangsungan lingkungan sekitar, perusahaan mulai menggerakkan inisiatif yang bertanggung jawab secara ESG dan memiliki sistem pelaporan khusus. Perbankan sebagai salah satu sektor yang dinamis dengan perubahan dunia dan memangku kepentingan masyarakat menjadi sektor yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ESG yang diduga mempengaruhi kinerja keuangan sektor perbankan di negara ASEAN-5 (Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura). Sampel penelitian berjumlah 17 bank ASEAN-5 yang dipilih berdasarkan aset dikelola bank terkait pada periode 2014-2019. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan balanced panel data. Penelitian melakukan regresi variabel independen yang merupakan komponen ESG yaitu Environmental, Social dan Governance terhadap kinerja keuangan melalui return on assets, return on equity, stock market returns dan Tobin’s Q sebagai alat ukur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen Environmental dan Social memengaruhi Tobin’s Q namun tidak pada tiga indikator kinerja keuangan lainnya. Komponen Governance ditemukan memengaruhi ROE dan Tobin’s Q namun tidak pada indikator ROA dan SMR. Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa Tobin’s Q dipengaruhi oleh ketiga komponen ESG namun pada indikator lainnya tidak ditemukan bukti yang definit bahwa ESG merupakan pengaruh yang signifikan.

There is a growing public interest on the importance of sustainability, reflected in firms’ initiatives and actions to launch ESG responsibility programs with its own reporting system. The banking sector is an interesting sector to examine due to it being a dynamic environment which is dependent on the changing times and in doing so is responsible in fulfilling society’s demands on their practices. This paper is written for the purpose of analyzing ESG as a factor that might affect a bank’s financial performance in ASEAN-5 countries (Indonesia, Philippines, Malaysia, Thailand, Singapore). Our data sample is on 17 banks that operates within ASEAN-5 that is chosen due to the number of assets under their management for the period of 2014 to 2019. Data used in this research is balanced panel data. The research uses panel data regression using ESG as an independent variable comprising of Environmental, Social and Governance towards financial performance using return on assets, return on equity, stock market returns dan Tobin’s Q as a proxy. The outcome of this paper shows that Environmental and Social factors affect Tobin’s Q significantly although the case is not the same with the other indicators. The Governance factor is found to affect both ROE and Tobin’s Q significantly although does not affect ROA and SMR. The overall outcome of this paper shows that Tobin’s Q is significantly affected by ESG and its three components although in other indicators the results are not definite enough to justify the existence of an effect of ESG towards financial performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Jasfar
"Gejolak tingkat bunga sebagai akibat dari perubahan- perubahan yang sering terjadi di bidang moneter dan perbankan ditambah dengan semakin berkembangnya pasar keuangan internasional (international financial market), mengharuskanmanajemen bank siap mengembangkan strategi untuk mengantisipasi setiap keadaan secara cepat dan cermat. Salah satu aspek manajemen yang sangat penting untuk menghadapi situasi yang bergejolak ini adalah Asset Liability Management (ALM) yaitu pengelolaan Asset dan Liability secara terpadu dengan memperhatikan kedua sisi neraca yang peka terhadap resiko perubahan tingkat bunga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh penerapan ALM pada perbankan di Indonesia, kesulitan apa yang dihadapi dalam pelaksanaannya, faktor- faktor apa saja yang menunjang keberhasilannya, dan apakah terdapat hubungan antara penerapan ALM dengan tingkat kesehatan (kinerja) bank. Dari basil penelitian Binder and Linquist tahun 1982 pada 60 bank komersial di Amerika Serikat dan pendapat praktisi perbankan kita, ternyata aspek kualitatif dari pengelolaan Asset dan Liability merapakan faktor yang sangat menentukan berhasilnya fungsi operasional manajemen bank tersebut. ALM yang pelaksanaannya dilembagakan dalam Asset Liability Committee (ALCO) akan efektif apabila terdapat komitmen yang-tinggi dari pimpinan bank.
Hasi1 pene1itian menyimpulkan bahwa penerapan ALM sangat dipengaruhi o1eh karakteristik bank yang me1iputi besar keci1nya bank, status kepemi1ikan, port fo1io asset, Iingkup kegiatan dan jum1ah cabang-cabangnya. Secara keseluruhan terlihat penerapan ALM pada industri perbankan kita sudah berja1an dengan cukup baik, terutama di1ihat dari tingkat pemahaman serta kesediaan para penge1o1a mengerahkan sumberdaya untuk terlaksananya proses manajemen tersebut. Dukungan (support) dan tingkat keyakinan dari penge1o1a bank tentang berperannya ALM dalam meningkatkan kinerja bank di ukur masih kurang baik. Ha1 ini ter1ihat dart masih sangat berperannya pen11aian-peni1aian (judgement) dari pimpinan bank terhadap keputusan-keputusan strategis yang akan diambil, yang terutama dipengaruhi oleh Iingkungan perbankan Kita yang masih be1um mendukung berkembangnya profesiona1isme dalam manajemen perbankan.
Keberhasi1an bank menerapkan manajemen yang profesiona1 be1um tercermin me1alui tingkat kesehatan bank tersebut. Keberhasi1an ditentukan tidak hanya oleh "good management" tetapi juga o1eh "good luck". Dengan disyahkannya Rancangan Undang-Undang Perbankan yang baru diharapkan profesiona1isme perbankan dapat ditingkatkan secara optimai.Hasi1 pene1itian menyimpulkan bahwa penerapan ALM sangat dipengaruhi o1eh karakteristik bank yang me1iputi besar keci1nya bank, status kepemi1ikan, port fo1io asset, Iingkup kegiatan dan jum1ah cabang-cabangnya. Secara keseluruhan terlihat penerapan ALM pada industri perbankan kita sudah berja1an dengan cukup baik, terutama di1ihat dari tingkat pemahaman serta kesediaan para penge1o1a mengerahkan sumberdaya untuk terlaksananya proses manajemen tersebut.
Dukungan (support) dan tingkat keyakinan dari penge1o1a bank tentang berperannya ALM dalam meningkatkan kinerja bank di ukur masih kurang baik. Ha1 ini ter1ihat dart masih sangat berperannya pen11aian-peni1aian (judgement) dari pimpinan bank terhadap keputusan-keputusan strategis yang akan diambil, yang terutama dipengaruhi oleh Iingkungan perbankan Kita yang masih be1um mendukung berkembangnya profesiona1isme dalam manajemen perbankan. Keberhasi1an bank menerapkan manajemen yang profesiona1 be1um tercermin me1alui tingkat kesehatan bank tersebut. Keberhasi1an ditentukan tidak hanya oleh "good management" tetapi juga o1eh "good 1uck". Dengan disyahkannya Rancangan Undang-Undang Perbankan yang baru diharapkan profesiona1isme perbankan dapat ditingkatkan secara optimal."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Areno Papadaki
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan pertumbuhan kredit pada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia. Terdapat dua model, model pertama menggunakan variabel independen Laba Bersih per Kredit,Liquidity, Capitalization, Size, State Loan Growth dan Loan Quality. Sedangkan model kedua menggunakan variabel independen Laba Bersih per Kredit Periode Sebelumnya, Liquidity, Capitalization, Size, State Loan Growth dan Loan Quality. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel Laba Bersih per Kredit berpengaruh negatif dan signifikan pada Bank Umum, dan tidak signifikan pada BPR. Sebaliknya, variabel Laba Bersih per Kredit Periode Sebelumnya memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada BPR, dan tidak signifikan pada Bank Umum.

This study aims to analyze the differences of loan growth among Commercial Banks and Rural Banks in Indonesia. There are two models, the first one uses Net Income per Loan, Liquidity, Capitalization, Size, State Loan Growth and Loan Quality as its independent variables. The second uses Lagged Net Income per Loan, Liquidity, Capitalization, Size, State Loan Growth and Loan Quality as its independent variables. This study employs panel data regression.
The results of this study indicate that there is a negative and significant effect on Net Income per Loan to Loan Growth in Commercial Banks, while in Rural Banks, the effect is not significant. On the contrary, the results show that there is a negative and significant effect on Lagged Net Income per Loan to Loan Growth in Rural Banks, while in Commercial Banks, the effect is not significant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiryanto
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Asia, termasuk
Indonesia, telah berdampak kurang menguntungkan bagi sektor perbankan. Berbagai
pandangan berkembang menjadi polemik berkepanjangan menyusul terjadinya krisis
ekonomi dan perbankan di negara-negara tersebut dengan segala argumentasinya.
Sebelumnya krisis yang sama juga pernah terjadi di negara-negara Amerika Latin
(Brasil, Chile, Meksiko, Argentina).
Bahkan krisis ekonomi di Argentina yang tak dapat dikendalikan oleh
pemerintahnya mengejutkan seantero dunia menyusul mundurnya Presiden dan
kabinet pemerintahan atas desakan rakyat yang semakin merana karena didera oleh
krisis. Adalah tumpukan utang luar negeri yang (sekitar 130 milyar dolar AS) yang
menyebabkan hancurnya kredibilitas pemerintah Argentina di mata rakyatnya
sebingga mendesak dilakukannya pemilihan Presiden baru beserta kabinetnya.
Untuk kawasan Asia, bermula dari krisis ekonomi yang dipicu oleh gejolak
nilai tukar di Thailand yang pada gilirannya mengimbas ke negara-negara di
sekitarnya, termasuk Indonesia. Pada saat itu tak seorang pun memperkirakan bahwa
krisis ekonomi akan menjalar ke krisis perbankan dengan segala akibatnya.
Keterpurukan perbankan Indonesia semakin mendalam ketika terapi yang
dijalankan pemerintah, yakni melikuidasi 16 bank swasta dan membekukan kegiatan
usaha sejumlah bank lainnya, temyata direspon negatif oleh masyarakat luas. Tak
sedikit pengamat dan analis dari dalam dan luar negeri mengecam langkah pemerintah
yang dinilai berani itu. Sejak saat itu, kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri
terhadap perbankan Indonesia mulai menurun. Ditolaknya sejumlah letter of credit
(LOC) yang diterbitkan oleh bank-bank di Indonesia dalam transaksi perdagangan
internasional, menunjukkan turunnya kepercayaan internasional.
Kendati Dana Moneter Interniasional (IMF) yang mulai masuk ke Indonesia
pada bulan Oktober 1997 berada di belakang kebijakan yang tidak populer itu, namun
kecaman dan sorotan tetap saja tertuju kepada pemerintah. Jatuhnya rezim
pemerintahan Orde Baru tak pelak lagi merupakan akumulasi puncak kekecewaan
masyarakat atas langkah-langkah yang ditempuh pemerintah yang dinilai justru
semakin menjauhkan masyarakat dari level kesejahteraan yang memadai.
Keputusan pemerintah untuk menambah modal bank-bank yang bermasalah
melalui program rekapitalisasi pada akhirnya bisa diterima semua pihak, kendati
sebelumnya sempat terjadi polemik mengenai keputusan pemerintah tersebut.
Keputusan politis yang diberikan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengakhiri
polemik itu, disusul langkah pemerintah menerbitkan obligasi senilai hampir Rp 500
trilyun untuk keperluan menambah modal bank-bank bermasalah.
Proses restrukturisasi perbankan mencakup restrukturisasi bidang operasional
dan keuangan merupakan tahapan pealing dalam percepatan penyehatan perbankan,
khususnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Universal Tbk.
Pemilihan Bank BNI sebagai representasi bank milik pemerintah dan Bank Universal
sebagai representasi bank swasta nasional dimana keduanya merupakan bank publik
rasanya cukup tepat dan bisa dipenanggungjawabkan.
Didukung kebijakan-kebijakan ekonomi yang lebih propasar, program
rekapitalisasi perbankan diharapkan dapat mendorong pemutihan sektor perbankan
nasional yang pada gilirannya diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan
masyarakat.
Yang lebih kritikal untuk menyehatkan perbankan adalah komitmen dan
konsistensi manajemen bank-bank dalam menjalankan Business Plan dimana
didalamnya mencakup target-target kuantitatif dan kualitatif yang harus dicapai
(milestone). Hal ini sesual dengan Final Peformance Contract atau Kontrak Kinerja
yang ditandatangani oleh manajemen bank-bank dan Pemerintah yang diwakili oleh
Manteri Keuangan.
Dalam peIaksanaan restrukturisasi perbaikan memang dihadapkan pada
berbagai hambatan dan kendala baik yang datang dan internal bank maupun eksternal
bank. Kalau kinerja usaha Bank BNI dan Bank Universal pasca rekapitalisasi
dijadikan sebagai studi kasus, hal ini cukup menarik mengingat ternyata kinerja yang
dihasilkan diantara keduanya relatif berbeda.
Perbedaan yang mencolok tampaj pada kinerja tahun 2000 dan semester 1/
2001 dimana Bank BNI secara kuantitatif mampu membukukan hasil usaha yang jauh
lebih baik dibandingkan Bank Universal. Hal ini terutama tampak dari indikator laba
bersih dan rasio kecukupan modal (CAR). Pada gilirannya perbedaan semakin tampak
manakala Pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bank Universal dengan
empat bank swasta nasional lainnya (Bank Bali, Bank Prima Ekspres, Bank Patriot,
Bank Artha Media).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tekanan yang dihadapi Bank BNI relatif
lebih ringan dibandingkan yang dihadapi Bank Universal. ini terutama kalau mengacu
pada masalah aktivitas kredit, dimana Bank Universal memiliki eksposur kredit yang
besar kepada kelompok usaha sendiri sehingga melanggar, bukan saja melampaui,
ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit atau BMPK (Legal Lending Limit
LLL).
Bank Universal dihadapkan pada kesulitan untuk merestrukturisasi kreditnya
karena sebagian besar tertanam di kelompok usaha sendiri. Hal ini berbeda dengan
yang dihadapi Bank BNl, yang relatif lebih mudah dalam merestrukturisasi kreditnya
karena tidak ada pelanggaran atas ketentuan BMPK. Restrukturisasi kredit menjadi
salah satu faktor kunci dalam mendorong percepatan penyehatan bank.
Kemampuan Bank BNI dan Bank Universal mencetak laba positif pada tahun
2000 (masing-masing sebesar Rp 295 milyar dan Rp 3,5 milyar) dan per Juni 2001
(masing-masing sebesar Rp dan 1,05 trilyun dan Rp 6,2 milyar ) dan secara khusus
kemampuan Bank BNI membukukan laba bersih yang mengesankan pada kuartal
III/2001 (sebesar Rp 1,3 trilyun) cukup memberikan petunjuk bahwa pencapaian
kinerja Bank BNI relatif jauh lebih baik dibandingkan Bank Universal, kendati
pendapatan Bank BNI dari hasil bunga obligasi rekapitalisasi cukup dominan.
Kendati studi kasus ini hanya mencakup dua bank rekap, namun tetap menarik
untuk mengkaji kenapa satu bank rekap (Bank BNI) secara relatif lebih berhasil dalam
memperbaiki kinerjanya setelah direkap dibandingkan bank lainnya (Bank Universal).
Ditambah dengan kajian singkat tentang perkembangan terakhir (per November 2001)
kinerja bank-bank rekap, semakin mengukuhkan kesimpulan bahwa berhasil tidaknya
manajemen bank-bank dalam meningkatkan kinerja usahanya pasca rekapitalisasi
terpulang kembali kepada kapabilitas manajemen dalam mengimplementsikan
Business Plan secara konsisten dan committed.
Menghadapi ikiim usaha yang diliputi ketidakpastian sebagaimana dinyatakan
secara resmi oleh Gubernur Bank Indonesia pada awal tahun 2002, manajemen Bank
BNI dan Bank Universal (sambil menunggu keputusan final mergernya) dituntut
untuk mampu menyikapi perubahan Iingkungan usaha yang bergerak dinamis untuk
menjaga dan meningkatkan kinerjanya."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Irawan
"ABSTRAK
Kesulitan ekonomi yang berlangsung di Indonesia memberikan dampak yang buruk
bagi kegiatan operasi dan kondisi keuangan bank-bank yang ada di Indonesia, termasuk Bank
Cental Asia (Bank BCA). Untuk menyehatkan keadaan keuangan bank, pemerintah
mengeluarkan Program Rekapitalisasi Perbankan yang dilanjutkan dengan pembentukan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang bertanggung jawab dalam program rekapitalisasi
perbankan tersebut.
Dalam program ini, BPPN menjadi pemegang saham mayoritas dari Bank BCA.
Keberhasilan BPPN dalam menjalankan program rekapitalisasi tersebut membuat BCA keluar
dari program dan kembali menjadi bank yang sehat, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Sehat atau tidaknya suatu bank diukur dari lima faktor, yaitu faktor permodalan, faktor kualitas
aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas dan faktor likuiditas.
Penulis melihat bahwa faktor manajemen dalam penilaian kesehatan tersebut bersifat
subjektif sehingga kriteria ?sehat? yang disandang oleh BCA pada saat dikeluarkan dari BPPN
masih diragukan kebenarannya. Dengan demikian, penulis merumuskan permasalahan untuk
penulisan karya akhir ini adalah ?Bagaimana tingkat kesehatan bank BCA selama periode 1997-
2000 dengan dan tanpa faktor manajemen?.
Pada tahun 1997, terdapat perbedaan predikat karena faktor rentabilitas
mendapatkan nilai yang rendah. Hal ini memperlihatkan bahwa kemampuan Bank BCA
dalam mengelola operasinya untuk mendapatkan tingkat laba operasi yang memenuhi
ketentuan BI adalah kurang baik. Sedangkan untuk tahun 1998-2000, predikat yang
diperoleh adalah sama untuk kedua perhitungan. Hasil yang sama tersebut disebabkan
faktor rentabilitas dan faktor likuiditas pada perhitungan tingkat kesehatan tanpa faktor
manajemen, yang mendapatkan nilai yang hampir sama dengan nilai untuk faktor
manajemen, mendapatkan bobot nilai yang lebih besar.
Dari kedua perhitungan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa faktor
manajemen dalam perhitungan tingkat kesehatan bank dapat dihilangkan karena selain
merupakan faktor yang bersifat subjektif, juga keempat faktor lainnya, yang bersifat
objektif dan seharusnya memberikan pengaruh yang sama besar, sudah cukup dalam
perhitungan tingkat kesehatan bank.
Penulis mencoba untuk memberikan saran kepada BI dan BCA. Untuk BI, saran
yang dapat diberikan adalah faktor manajemen dalam perhitungan tingkat kesehatan
bank sebaiknya merupakan penilaian terhadap suatu hal yang bersifat kuantitatif, Selain
itu, sebaiknya perhitungan tingkat kesehatan bank pada suatu tahun merupakan rata-rata
tingkat kesehatan tiap bulan yang telah dicapai selama tahun tersebut dan mengeluarkan
laporan tingkat kesehatan dan bank-bank yang ada di Indonesia secara bulanan. Untuk
Bank BCA, penulis menyarankan untuk mengurangi biaya-biaya operasional atau
meningkatkan pendapatan operasional sehubungan dengan rendahnya nilai yang
diperoleh untuk faktor rentabilitas. Selain itu disarankan juga untuk meningkatkan
partisipasi dan setiap karyawannya dan setiap divisi yang berkepentingan sehingga
tingkat kesehatannya dapat terjaga.
"
2001
T3071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Herwanto
"Tesis ini merupakan pembahasan dari studi kasus perbankan yang terjadi pada salah satu bank yang sedang berkembang di Indonesia. Analisis ini terfokus pada kinerja sistem operasional Bank ABC sebagai bank lokal baik dari segi waktu maupun biaya yang dibutuhkan. Sistem operasional yang dibahas dalam tesis ini akan direfleksikan melalui proses transfer LLG dan RTGS (Activity Diagram dan CPM). Hasil analisis ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja proses transfer pada sistem operasional sehingga kinerja waktu dan biaya yang digunakan dapat ditingkatkan.

This thesis is a discussion about banking case study that occurred at one of a growing bank in Indonesia. This analysis focused on the performance of Bank ABC operational system as a local bank in terms of both time and cost required. Operating systems discussed in this thesis will be reflected through the LLG and the RTGS transfer process (using activity diagram and CPM). The results of this analysis are expected to improve performance on the transfer process so that the performance of operational systems can be increased."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32235
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsu Fauzie
"ABSTRAK
Pemerintah dengan kebijakan yang dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun telah memberikan kesempatan bagi Bank ataupun Perusahaan Asuransi Jiwa mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk menyelenggarakan program pensiun kepada masyarakat luas. Kebijakan merupakan usaha Pemerintah untuk memelihara kesinambungan pendapatan karyawan perusahaan dan pekerja mandiri pada saat memasuki usia pensiun (retirement benefit).
Sebagai implementasinya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. telah mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang disingkat DPLK BNI, berdasarkan keputusan Direksi Bank BNI Nomor KP/137/DIR/R tanggal 09 Juni 1993, yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sesuai Surat Keputusan Nomor KEP13011KM.1711993 tanggal 28 Desember 1993 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 18 tanggal 4 Maret 1994, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri, yang terpisah dari Dana Pensiun bagi karyawan Bank BNI.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesempatan dalam penyerapan pasar oleh Bank BNI dalam memasarkan program pensiun DPLK BNI, dengan menggunakan Analisis SWOT, dalam rangka menyusun kebijaksanaan strategi pemasaran yang tepat untuk mendapatkan peluang pasar yang ada dan mengantisipasi pensaingan yang semakin meningkat.
DPLK BNI mempunyai banyak peluang untuk memasuki pasar. Hal ini terlihat dari tingkat pertumbuhan rata-rata perusahaan di Indonesia per tahun untuk periode Tahun 1991-1997 sebesar 3,01 persen atau 4.357 perusahaan, dengan rata-rata penyerapan jumlah tenaga kerja WNI per tahun sebanyak 454.712 tenaga kerja atau 6,99 persen.
Target pasar program pensiun adalah masyarakat pekerja secara keseluruhan, maka untuk menggarap peluang dan dalam rangka mensosialisasikan program pensiun kepada masyarakat, perlu dilakukan promosi lewat media massa antara lain televisi, disamping memanfaatkan secara optimal pendayagunaan jaringan Kantor Cabang Bank BNI yang ada diseluruh Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>