Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buddi Wibowo
"Efficient Market Hypothesis stated stock returns should be unpredictable and has no clear pattern because stock price at any date has reflect all available information. This hypothesis is very rational because predictable stock return give investor chances to reap high abnormal return without risk through arbitrage activity. In spite of its rationality, this hypothesis has been rejected by many empirical researches in many countries. This paper empirically tested calender anomaly in Jakarta Stock Exchanges. It investigated 3 types calender anomaly; turn of the month effect, month-of-the year effect and holidays effect. The result is that Calender Anomaly is statistically significant occurred. Meanwhile January effect is not statistically significant occurred."
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-16
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Effecient market hypothesis stated returns should be unpredictable and has no clear pattern because tock returns should be unpredictable and has no clear pattern because stock price at any date has reflect all available information..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hermanto
"We try to detect chaos structure on the capital market by searching for low dimensional chaos at the market portfolio index: IHSG. We apply BDS statistic, R/S Analysis, Correlation Dimension and Lyapunov Exponent for non linearity and chaos testing. We observe IHSG data from January 1988 until November 2003. We find nonlinearity, persistence and low dimensional chaos in IHSG"
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper investor reaction to the good news and bad news earnings announcements around earning announcements dates. The result show that investor react positively and significantly to the good news and bad news earnings announcements of 1998 and 1999 at the announcement dates, but respond negatively and significantly to the good news and bad news earnings announcements of year 2000. Statistically there is no significant difference in investor reaction to the good news and bad news earnings announcements for three years. However the study finds two market anomalies. Firstly investors respond positively and significantly to the bad news earnings announcement of year 1998 and 1999 as well as respond negatively to the good news earnings announcement of year 2000. Secondly the magnitude of CAAR values of the bad news earnings announcement is greater that CAAR values of the good news earnings announcements. These evidence are contrary with the efficient market theory (efficient market hypothesis-EMH)"
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (02) Februari 2003: 3-12, 2003
MUIN-XXXII-02-Feb2003-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sautma Ronni Basana
"Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering, disingkat IPO) atau go publik merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan Cara menawarkan saham kepada masyarakat. Penetapan harga saham perdana pada IPO atau pada saat go publik sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran. Selain itu, kebanyakan dari Perusahaan yang akan go publik mempunyai sedikit atau bisa juga tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga ini. Untuk hal tersebut di atas, Perusahaan yang hendak go publik berhubungan dengan Underwriter dalam usaha bersama menetapkan harga saham.
Terdapat Anomali dalam IPO ini yang dapat difragmentasikan menjadi tiga : Pertama, Underpricing / Positive Initial Return (IR), adapun yang dimaksud Underpricing adalah harga perdana (IPO) berada di bawah harga Pasar Sekunder yang terjadi setelah Pasar Perdana berakhir. Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya Positive Initial Return (IR) ). Perhitungan dilakukan lewat : (Aftermarket Price - Offer Price)/Offer Price * 100%].Bukti empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa Anomali ini terjadi juga di berbagai bursa negara lain. Kedua, Kinerja Jangka Panjang yang jelek ( Long Term Underperfbmance of IPO Shares). Ketiga, Pasar Hot dan Cold, Pada saham- saham IPO pada periode Hot mempunyai kinerja jangka panjang yang lebih jelek dibanding sahamsaham IPO pada periode Cold.
Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena Anomali IPO tersebut pada Pasar Modal Indonesia yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Studi yang dilakukan untuk menjelaskan fenomena tersebut menggunakan penjelasan Withdrawn IPO (WIPO) Model yang dikembangkan Roy Sembel(1996) sebagai penjelasan atau model terbaru dalam menjelaskan fenomena Anomali IPO. Model ini berpijak pada lima konsep dasar: (1) IPO dapat dilakukkan penundaan; (2) Reputasi Underwriter jadi penting; (3) Terdapat dua grup Investor: Pertama, Frequent Investor (Investor yang berpengalaman), Kedua, Occasional Investor (Investor yang tidak berpengalaman) ; (4) Keheterogenan penilaian Investor ; (5) Faktor Random dan Sistematis yang mempengaruhi Excess Demand saham IPO. Pengamatan dilakukan dari tahun 1992 hingga Maret 1998. Sampel yang digunakan adalah Perusahaan yang melakukan IPO selama kurun waktu tersebut dan ditemukan sebanyak 153 Perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1996 hingga Maret 1998, dengan menggunakan metode Weighted Average Model, WIPO Model mampu menjelaskan 7,83% dari 13,79 % (56,78 %) fenomena anomali pada rata-rata positif IR terhadap IPO yang dapat terobservasi, sedangkan dengan menggunakan The Truncated a - Left Tail Model dan Gradually Decreasing Probability of Withdrawal Model menjelaskan 5,6328 % dan 3,6 % dari 13,79 % rata-rata positif Initial Return (IR).
Selanjutnya, Penelitian menghasilkan faktor Offer price, Age dan Risk sebagai Proxy yang baik dari Uncertainty. Hasil ini berarti ketiga faktor tersebut dalam WIPO Model dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat/level keheterogenan penilaian Investor. Penelitian juga melihat adanya hubungan positif yang signifikan antara positif Initial Return (IR) dengan Excess Demand.
Untuk Penelitian terhadap Kinerja Jangka Panjang yang jelek sebagai fenomena Anomali yang kedua, diambil sampel sebanyak 81' Emiten yang melakukan IPO pada tahun 1992,1993 dan 1994 agar Kinerja Jangka Panjang selama I tahun, 2 tahun dan 3 Tahun secara konsisten dapat teramati. Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka panjang saham IPO berkinerja jelek, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, Kinerja Jangka Panjang saham-saham IPO (termasuk IR disertakan) adalah not hanya berada di tahun pertama saja.
Pada fenomena Anomali ketiga, Penelitian juga memperoleh hasil bahwa pada Pasar saham Hot, kinerja jangka panjangnya sesudah tahun kedua lebih jelek dibandingkan dengan kinerja jangka panjang saham Cold , hasil ini juga konsisten dengan WIPO Model."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Reza Khalifa Sidhik
"Kondisi pasar modal sendiri tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal, dimana perubahan pada tingkatan aktifitas ekonomi khususnya perubahan pada faktor makroekonomi. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel yang dapat menggambarkan kondisi tersebut, yaitu Indeks Produksi Industri IPI , Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB, Suku Bunga Bank Indonesia interest rate, jumlah uang beredar secara luas M2, serta nilai tukar kurs. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimanakah hubungan antara variabel makroekonomi dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dengan menggunakan metode time series Vector Autoregresive Model dan Granger Causality untuk melihat arah hubungan tersebut. Data yang digunakan adalah data bulanan setiap variabel selama periode 2007-2016.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat kointegrasi hubungan jangka panjang antara variabel makroekonomi dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan menunjukan hubungan signifikansi jangka panjangnya. Variabel IPI ditemukan tidak signifikan, sementara IHPB serta KURS ditemukan positif signifikan, dan variabel IR dan M2 ditemukan negatif signifikan. Hasil pengujian arah hubungan menggunakan Granger Causality menunjukan bahwa terdapat hubungan unidirectional antara IHSG terhadap M2, IHSG terhadap Kurs, Kurs terhadap M2, IR terhadap KURS dan hubungan bidirectional antara IHSG dengan IR.

Condition of the capital market is inseperable from internal and external influences, where capital market are sensitive to changes in the economic activity, especially changes in macroeconomic factors. Therefore, this study will use variables that can describe the condition, namely Industrial Production Index IPI, Wholesale Price Index WPI or IHPB, Interest Rate IR, Broad Money Supply M2 and exchange rate KURS. This study aims to test how the relationship between macroeconomic variables with Jakarta Composite Index JKSE or IHSG using time series Vector Autoregresive Model VAR and Granger Causality to see the direction of the relationship. The data used in this study are monthly data of each variable during the period of 2007 2016.
The result of this study is there is a cointegration long term relationship between macroeconomic variables with Jakarta Composite Index JKSE or IHSG and shows the long term relationship significance. IPI were found unsignificant, IHPB or WPI, and KURS were found to be significantly positive, while IR and M2 were found to be significantly negative. The result of Granger Causality shows that there is unidirectional relationship between JKSE or IHSG to M2, JKSE or IHSG to KURS, KURS to M2, and IR to Kurs and bidirectional relationship between JKSE or IHSG and IR.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Thirtha M. K.
"Pada akhir tahun 2005 di Bursa Efek Jakarta telah tercatat 432 emiten, dimana dari semua saham yang ada memiliki nilai kapitalisasi dan tingkat likuditas, serta menawarkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Nantinya hal-hal tersebut akan menjadi pertimbangan investor ketika memilih saham dan menginvestasikan dananya.
Investor dapat meminimalkan risiko yang ditanggungnya dan memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperolehnya dengan Cara membentuk portofolio optimal. Periode dalam penelitian ini adalah Januari 2004-Oktober 2006, penelitian akan menggunakan model indeks tunggal untuk membentuk portofolio optimal dari seluruh saham yang telah dan masih tercatat selama periode penelitian (portofolio I) dan membentuk portofolio optimal dari sahamsaham yang konsisten terpilih sebagai penyusun I,Q45 selama periode penelitian (portofolio II). Sesuai dengan model indeks tunggal, pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan memasukan saham-saham yang memiliki nilai excess return to beta (ERB) diatas cut-off rate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan single index model dalam pembentukan portofolio optimal dan menganalisis kinerja dari portofolio tersebut. Model indeks tunggal yang dipergunakan yaitu apabila short sales tidak diperkenankan, sesuai dengan peraturan BE.T. Hipotesis yang hendak diuji adalah apakah kinerja portofolio II akan mengungguli portofolio I. Perbandingan kedua portofolio ini akan dilakukan berdasarkan return portofolio (In), beta portofolio (J) dan Treynor Measure. Penelitian juga akan melihat apakah ada saham yang masuk dalam portofolio optimal II tetapi tersisih dalam portofolio I.
Dari hasil penelitian, portofolio I terbentuk dengan komposisi 33 saham. Dimana saham Bank NISP tbk (NISP) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 9303%. Portofolio II terbentuk dengan komposisi 8 saham, dimana saham Astra Argo Lestari tbk (AALI) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 27.992%, sedangkan saham Astra International tbk (ASII) memiliki proporsi dana terkecil yaitu 0.473%. Terdapat 5 saham dalam portofolio 11 yang tidak masuk ke dalam saham penyusun portofolio I, yaitu United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asarn tbk (PTBA) dan Astra International tbk (ASH). Hal ini terjadi dikarenakan dalam perhitungan portofolio I ketiga saham tersebut mempunyai nilai ERB < unique cut-off point portofolio I. Sehingga dapat disimpulkan tidak selalu saham-saham yang berada dalam Indeks LQ45 dapat mengungguli saham-saham di luar LQ45.
Dari basil perbandingan, tingkat pengembalian portofolio II mengungguli portofolio I sebesar 2.4169%. Dan resiko portofolio II juga lebih tinggi dari portofolio II sebesar 0.341235. Hal ini menunjukkan hubungan antara risk dengan return, dimana semakin tinggi return yang diharapkankan maka akan semakin tinggi juga risiko yang harus diambil.
Nilai Treynor Measure portofolio II (0.034528032) lebih besar dart portofolio I (-0.005277947), sehingga slope (kemiringan) garis portofolio II dengan R f lebih besar daripada garis portofolio I dengan R f yang menandakan perbandingan antara return dan risk portofolio II lebih bail( dari portofolio I, sehingga dapat disimpulkan portofolio II lebih unggul kinerjanya dart portofolio I.

At the end of 2005, there had been 432 stocks that listed in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Which from all the stock that listed, they had a different value of capitalization and liquidity, they also offered different rate of return and risk. Which this will be a factor for investor in choosing stocks for their investment.
Investor could reduce the risk they take and maximize the return they have by making an optimum portfolio. The periods of this research is January 2004 - October 2006, the research will use single index model for making optimum portfolio. Portfolio I will be selected from all the stocks that had and still active in BEJ in the period of research, while Portfolio II will be selected from the stocks that had been selected in LQ45 in the period of research. Based on single index model, the making of optimum portfolio will be executed by selecting the stocks that have excess return to beta (ERB) above the cut-off rate.
The goal of this research is to know how to use single index model in making an optimum portfolio, and to analyze the portfolio performance. The using of the model is based on the rule of BEJ, which there are no short sales allowed. The hypothesis that will be tested is; is portfolio II will outperformed portfolio I? The comparison of portfolio will be conducted based on the return of portfolio (R.p), beta portfolio (Op), and Treynor Measure. And in this research we will see if there is a stock that listed in portfolio II but not listed in portfolio I.
The result from the research, portfolio I is formed by 33 stocks, which Bank NISP tbk (NISP) has the largest proportion of funds with 9.303%. Portfolio II is formed by 10 stocks, which Astra Agro Lestari tbk (AALI) has the largest proportion of fund with 27.992%, while Astra International tbk (ASII) has the lowest proportion with 0.473%. There are 5 stocks in portfolio II that not included in portfolio I; they are United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asam tbk (PTBA) and Astra International tbk (ASII). This is because in they all had a value of ERB lower than the unique cut of point portfolio I. So, not all the stocks in LQ45 can outperform other stocks in BEJ.
From the comparison of portfolio, the return of portfolio II outperform portfolio I with 2.416%. And the risk of portfolio II is also bigger than portfolio I with 0.341235. This result showed that there is a connection between risk and return, the higher ther return we expected, the higher the risk we must take.
Portfolio II has a higher Treynor Measure than portfolio I with 0.0398059 (0.034528032-(-0.0052779), which this can showed that portfolio II have a better risk and return ratio than portfolio I. So the conclution of the research is; portfolio II is outperformed portfolio I."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Firdaus
"Replicating dan Benchmarking merupakan langkah penting dalarn menerapkan strategi indexing, Sementara metode yang digunakan untuk mengukur kinerja replikasi indeks terhadap benchmark-nya adalah tracking error. Tracking error didefinisikan sebagai volatilitas perbedaan return antara replikasi indeks terhadap benchmarknya. Penelitian ini mengkaji penerapan metode tracking error pada return JR dan return IHSG. Data yang digunakan bersumber pada data penutupan harian, mingguan awal, mingguan akhir, bulanan awal dan bulanan akhir pada Bursa Efek Jakarta dari Januari 2001 hingga Desember 2003. Terjadi penyimpangan nilai tracking error yang disebabkan oleh adanya distribusi data yang tidak normal pada data harian dan mingguan, heteroskedastis pada data harian serta nonstasioner pada data bulanan. Koreksi yang dilakukan adalah dengan membuang outliers tertinggi sebanyak 5% dan outliers terendah sebanyak 5% baik pada return JII maupun pads return IHSG.
Nilai tracking error return JII terhadap return IHSG berdasarkan data harian adalah sebesar 0.56%, data mingguan awal 0.58%, data mingguan akhir 0.57%, data bulanan awal 0.57% dan data bulanan akhir 0.54%. Diketahui bahwa return JII secara statistik tidak berbeda terhadap return IHSG namun JII lebih agresip dibandingkan pasar dengan ß sebesar 1.14 kali, Dengan kedua kondisi tersebut, berinvestasi indexing pada JII jelas lebih menguntungkan bila dilihat dari sisi transaction cost. Diperoleh pula informasi adanya reversed monthly effect di Bursa Efek Jakarta dimana return pads akhir bulan lebih tinggi dibandingkan return pada awal bulan.

Replicating and Benchmarking are important step in applying indexing strategy, whereas method used to measure performance of replicating index to its benchmark is tracking error. Error Tracking defined as volatility of difference of return between replicating index to its benchmark. This research study applying of method of tracking error at JII return and IJ-ISG return. Used Data coming from daily closing data, weekly early, final weekly, monthly early and final monthly at Jakarta Stock Exchange of January 2001 till December 2003. The Value of tracking error are deviate which because of existence of data distribution which not normally distributed at weekly and daily data, non homogeneity of variance at daily data and also non stationer at monthly data. Corrective action taken is by throwing away highest outliers counted 5% and lowest outliers counted 5% goodness at JII return and IHSG return.
Tracking error based on daily data is 0.56%, weekly data early is 0.58%, final weekly data 0.57%, monthly data early 0.57% and final monthly data 0.54%. Known that HI return statistically do not different to IHSG return but JII more aggressive than market with equal to 1.14 times (ß0= 1.14). On the both condition, investment on indexing at JII more beneficial if seen from side of transaction cost. Obtained also information about existence of reversed monthly effect at Jakarta Stock Exchange whereas return by the end of month is higher than the beginning of month.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Ramdhani Tousa
"Secara umum penelitian ini menganalisis apakah teori agency atau teori signaling yang dapat menjelaskan dividend smoothing di Indonesia. Pengujian cross-sectional dari 33 perusahaan di Indonesia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2014 menunjukkan perusahaan dengan tingkat market-to-book ratio yang rendah, ukuran yang kecil dilihat dari total aset yang dimiliki serta tingkat volatilitas stock return yang tinggi memiliki tingkat dividend smoothing yang tinggi. Hasil penelitian ini memberikan dukungan kepada teori agency dan teori signaling secara bersama-sama menjadi faktor dalam mengambil keputusan dividend smoothing.
In general, this study analyzes whether agency theory or signaling theory explains dividend smoothing in Indonesia. Cross-sectional test of 33 firms in Indonesia listed on Bursa Efek Indonesia from 2004-2014 shows that firms with low market-to-book ratio, small viewed from their total assets, and high volatility of stock return, have higher degree of dividend smoothing. This result gives support that agency theory and signaling theory simultaneously explain the decision of dividend smoothing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S65251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutang Wirachman
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara sejak pertengahan tahun 1997, telah mewarnai perkembangan perekonomian Indonesia, dan dampaknya masih terus dirasakan dalam rentang waktu lima tahun ini.
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi memberikan idea untuk melihat sampai seberapa jauh kondisi tersebut berpengaruh terhadap pasar modal, dengan melakukan penelitian terhadap pergerakkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta.
Tujuan penelitian untuk melihat seberapa jauh gejolak ekonomi yang diwakili pergerakkan indikator pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product), laju inflasi, tingkat bunga SBI dan kurs dollar Amerika, berpengaruh terhadap imbal hasil indeks IHSG di Bursa Efek Jakarta, pada kurun waktu tahun 1997 sampai tahun 2001.
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder, dengan populasi yang dipilih sebagai objek riset adalah harga saham-saham yang telah listing di Bursa Efek Jakarta yang tergabung dalam indeks harga saham gabungan (IHSG), data pertumbuhan ekonomi (GDP), laju inflasi, bunga SBI dan kurs dollar Amerika, masing-masing sebanyak 20 sampel dari tahun 1997 sampai tahun 2001 dalam kwartalan.
Model penelitian digunakan model persamaan regresi linier berganda, dimana variabel terikat adalah IHSG dan variabel bebas adalah GDP, laju inflasi, bunga SBI dan kurs dollar Amerika.
Dari hasil analisis diperoleh gambaran bahwa pada dasarnya pengaruh indikator-indikator ekonomi tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap imbal hasil indeks IHSG, dan dapat menjelaskan pengaruhnya sebesar 61,90% dan sisanya sebesar 38,10% dijelaskan variabel lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gejolak krisis ekonomi di Indonesia yang ditinjau dari pergerakkan indikator-indikator ekonomi diatas, pengaruhnya cukup signifikan terhadap naik turunnya imbal hasil indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 9787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>