Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Said Credenda Arismunandar
"Iklim Komunikasi dalam Organisasi sangat tergantung dari Pimpinan Organisasi, demikian pula kondisi yang ada di Organisasi Kemasyarakatan seperti KOSGORO. KOSGORO berdiri sejak tahun 1957, menjadi Organisasi Kemasyarakatan yang besar dan terpandang, dikarenakan Iklim Komunikasi yang demokratis, dan berorientasi kepada Pengabdian kepada Bangsa & Rakyat Indonesia dengan pengembangan rasa Solidaritas, Regenerasi dan sistem Pengkaderan yang baru. Iklim Komunikasi dan Kepemimpinan yang ada harus saling menunjang. "The climate of organization is more crucial than are communication skills or Techniques (taken by themselves) in creating an effective Organization". Dan kepemimpinan adalah relational, process, kemampuan mempengaruhi.
Pada tahun 1964 KOSGORO bersama beberapa KINO lain membentuk Sekber GOLKAR, dengan kondisi yang berkembang, GOLKAR menjadi pemeran Politik yang dominan di Indonesia. Pada era Reformasi, KOSGORO mengambil keputusan strategis untuk menjadi Organisasi Independen dan menjaga jarak dengan semua Partai dan Kekuatan Politk. Sebagai Simbol Organisasi, maka Ketua Umum KOSGORO oleh sebagian anggota diharuskan Non Partisan, tetapi ada yang menganggap tidak perlu, terlebih anggota anggota yang aktif di Partai GOLKAR. Konflik timbul, karena perbedaan diantara kelompok internal, penanganan yang dilakukan oleh KOSGORO masih mengandalkan cara lama, yaitu yakin dengan Iklim Komunikasi dan kekuatan Pengaruh Pimpinan, ini bisa saja dilakukan, bila bentuk konflik adalah bersifat Interpersonal, sesaat dan dilingkup Intern.
Dengan adanya 2 organisasi KOSGORO (KOSGORO dan KOSGORO 1957), maka yang dihadapi adalah Konflik antar Organisasi, yang bersifat struktural, ini bukan sesuatu yang mudah untuk ditangani. Perlu porgram PR yang bersifat mediasi yang berfokus pada dialog, dan mencari terobosan penyelesaian.
Tujuan Penelitian ini adalah peran dan fungsi PR di organisasi dapat membantu menangani konfik yang ada didalam organisasi kemasyarakatan yang mempunyai iklim komunikasi dan kepemimpinan yang khas, seperti yang diuraikan diatas.
Dari hal ini, dilakukan Penelitian dengan methode Kualitatif, memakai strategi penelitian Studi Kasus, yang berfokus pada suatu kejadian dengan waktu tertentu, berbentuk Single Case Design (R. K.Yin), banyak menggunakan data Primer, salah satunya wawancara mendalam dari nara sumber yang terlibat langsung.
Hasil dari penelitian, ditemukan bahwa dengan konflik yang berkembang di KOSGORO peran Iklim komunikasi dan kepemimpinan dalam Organisasi tidak akan mudah menyelesalkan konflik yang terlanjur menjadi konflik antar Organisasi, dan bersifat struktural walaupun segala program PR dijalankan, baik PR yang menempel kefungsi Pimpinan atau PR Profesional dalam bagian yang khusus, mulai dengan Penelitian Format ( Formative Research ), mengenai analisa situasi, penganalisaan Organisasi, analisa Public, selanjutnya tahapan Strategi, tahapan taktik termasuk media yang digunakan dan evaluasi.
Untuk itu diperlukan adanya tambahan strategi dari KOSGORO, dengan dimasukannya Departemen khusus Public Relations dengan jabatan setingkat Ketua. Ketua yang menangani PR bertanggung jawab langsung ke Ketua Umum PPK. KOSGORO.
Hasil penelitian ini tidak merupakan hal yang mutlak harus diikuti dan peran PR bukan harus menjadi sesuatu yang dominan dalam penyelesaian konflik, tetapi berperan sebagai mediator yang netral. Perlu diperhatikan bahwa konflik yang masih bersifat interpersonal harus segera diselesaikan dengan tuntas dan berbentuk solusi Win Win.
Masukan ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan struktur organisasi dimasa yang akan datang, dimana profesionalisme suatu bidang harus benar diperhatikan.

Communication Climate in an Organization depends on organization leader, like KOSGORO. KOSGORO is established in year 1957. Become a big mass organization because they have a Democratic Communication Climate and Oriented to Indonesian Nation and People with Solidarity and a good regeneration system and cadre for a becoming leader. Communication and Leadership is to reciprocal support and subsidy each other. The Climate of organization is more crucial than communication skills or techniques (taken by themselves) in creating an effective Organization. Leadership is a relational, process and persuade.
In 1964 KOSGORO and some other KIND made SEKBER GOLKAR with condition that prosper GOLKAR, become a Dominant political institution in Indonesia. In Reformation era KOSGORO took a strategic decision to become an Independent Organization and took neutral position with all Political party.
To Symbolize organization, there some people want the Chairman must be non partisan, but the other its not ( mostly who an active in GOLKAR party). Conflict raise because of a difference perception in internal group. KOSGORO handle that conflict with the old fashioned way, that believe Communication Climate and Leader influence can be done when the conflict interpersonal, short term and internal.
With 2 (two ) KOSGORO organization (KOSGORO and KOSGORO 1957) therefore for facing an inter organizational conflict, this is not to easy to manage and need a PR program with the mediation program and to be focused on a Dialogue and find a new way.
The aim of the research is the Function of PR in Organization which is can be help to handle conflict in the mass Organization with a special climate Communication & special leader, as mention above.
This' Research used a Qualitative method, Case Study with focused in a Single Case Study, a Primary data such as depth interview with reliable sources.
Conclusion from the research found that conflict in KOSGORO can't easily manage by Organization, what ever the condition of Climate communication or leadership influence, if the conflict become an Inter organizational. Conflict and structural.
Although implement a Public Relations Program has been done, PR included in Chairman Function or hired a professional PR.
Therefore is needed to have more policy from KOSGORO, to develop a Special PR Department who handle all PR Function as professional and proper, directly responsible to Chairman.
This research its not absolute to be followed and PR's role is not dominant to manage a conflict in organization but only to be a neutral mediator.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan iklim komunikasi dalam perubahan organisasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika pasca pembubaran Departemen Penerangan. Berbagai perubahan yang terjadi secara tidak langsung mempengaruhi pembentukan iklim komunikasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode penelitian berupa studi kasus. Kerangka pemikiran yang dipakai dalam penelitian ini antara lain komunikasi organisasi, iklim komunikasi dan perubahan organisasi.
Hasil temuan dalam penelitian ini antara lain, bentuk komunikasi antara atasan dan bawahan yang terjadi di Departemen Penerangan ditandai dengan karakteristik instruktif, hirarkis, otoriter, feodal, dan top down. Sedangkan di Kementerian Komunikasi dan Informatika komunikasi ditandai dengan suasana egaliter, terbuka, dan tidak berjarak, serta adanya pemanfaatan teknologi seperti e-mail, e- office, dan media sosial dalam komunikasi atasan dan bawahan; Gambaran iklim komunikasi yang tercipta di Departemen Penerangan mengarah pada iklim komunikasi defensif. Sedangkan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, iklim komunikasi yang terjadi mengarah pada iklim komunikasi suport.

The research aims to describe communication climate in the organizational change especially in Ministry of Communication and Information Technology (MCIT) after Departemen Penerangan's era. Many of change that isn't directly affect on the creation of communication atmosphere in MCIT. This research is a qualitative descriptive research using case study research method. The framework idea is used in the research such as communication, organization, communication atmosphere and organizational change.
The finding result of the research such as, communication form between superiors and subordinates that occurred in Departemen Penerangan is marked with instructive characteristic, hierarchies, authoritarian, feudal and top down; while in MCIT, communication is marked with egalitarian atmosphere, open communication without any gap, and communication using technology such as email, e-office and social media. The description of communication atmosphere created in Departemen Penerangan aims to defensive communication, while in MCIT, the communication atmosphere aims to supportive communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Puspanidra
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kinerja pegawai negeri sipil
terutama dalam pengelolaan lingkungan. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bogor sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap masalah
pengelolaan lingkungan perlu meningkatkan kinerja agar lingkungan bersih dan
terawat dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Peningkatan kinerja dapat
dipengaruhi oleh faktor iklim komunikasi organisasi dan perilaku organisasi,
dimana iklim komunikasi yang baik dapat menghasilkan kepuasan kerja
karyawan/individu dalam organisasi. Karyawan/individu yang memiliki kepuasan
kerja cenderung meningkat kinerjanya. Peningkatan kinerja individu pada
akhirnya meningkatkan produktivitas organisasi. Perilaku organisasi dapat
meningkatkan kemampuan para manajer/atasan dalam memahami orang lain. Juga
dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas pekerja dengan cara menunjukkan
pada para atasan bagaimana memberdayakan mereka, merancang dan
mengimplementasikan program-program perubahan, meningkatkan pelayanan,
dan membantu pekerja mengatasi konflik hidup-pekerjaan dan membentuk iklim
kerja yang sehat dan beretika. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh iklim komunikasi dan perilaku
organisasi terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
yang bersifat eksplanantif, dengan metode survei, yaitu menyebarkan kuesioner
dengan menggunakan tehnik sampling jenuh atau sensus. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dan hubungan yang positif antara iklim
komunikasi organisasi dan perilaku organisasi, baik secara parsial maupun
simultan terhadap kinerja pegawai. Sehingga, dalam rangka meningkatkan kinerja
pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, iklim komunikasi dan
perilaku organisasi juga perlu ditingkatkan.

ABSTRACT
This research is based on the poor performance of government employee,
especially in enviromental management. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bogor as the government institution responsible for enviromental issues that need
to improve the enviromental quality so can be enjoyed by all the citizen. Employee
performance can be affectted by organizational communication climate and
organizational behavior, where a good communication climate can result in job
satisfaction of employee. Employees who have job satisfaction tends to increase
its performance. Improved performance of the individual in the end can increase
the productivity of the organization. Organizational behavior can improve the
ability of the manager/supervisor in understanding other/the employess. Also can
improve the quality and productivity of employee with a way to show employer
how to empower them, to design and implement change programs, improving
service and helping employees cope with work-life conflict and establish a healthy
working climate. Accordingly, this study aims to determine the extent of the
influence of communication climate and organizational behavior on employees
performance. This research is quantitative, using survey method, which is
distributing questionnaires using saturated sampling technique or census. The
result showed that there are positive relationship between organizational
communication climate and organizational behavior, either partially or
simultaneously on employee performance. So, in order to improve the employee
performance in Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, communication
climate and organizational behavior also needs to improved."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Nurhayati
"PT Rajawali Nusantara Indonesia merupakan salah satu BUMN yang memiliki berbagai macam bidang usaha, Selain pengembangan industri gula sebagai core businessnya. PT RNI terus mengkonsolidasikan usahanya dengan mengembangkan SDM dan memperbesar usahanya di bidang farmasi, perdagangan, industri kulit, pakan ternak dan agrobisnis dengan diversifikasi pertanian, kehutanan yang meliputi industri teh dan kelapa sawit. Pesatnya perkembangan perusahaan salah satunya ditandai dengan perkembangan aset yang pada tahun 1991 hanya berjumlah Rp. 496 milyar menjadi Rp. 1,1 trilyun di tahun 1996. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi logis semakin kompleksnya struktur organisasi dan iklim komunikasi atau aktivitas komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Sebagai sebuah perusahaan yang tengah berkembang maka PT RNI tentu tidak bisa begitu saja mengabaikan persoalan tersebut mengingat pengaruhnya yang begitu besar terhadap keberhasilan perusahaan.
Konsep iklim komunikasi mencakup persepsi pesan dan kesan yang berhubungan dengan kejadian yang berlangsung dalam organisasi. Berdasarkan penelitian secara empirik, para pakar ilmu komunikasi terutama Redding dan Dennis berpendapat adanya lima faktor ideal yang melekat dalam iklim komunikasi yaitu supportiveness; participation decision making; trust, confidence and credibility; openness and candor; high performance goals.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap key informants di PT RNI maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa iklim komunikasi yang selama ini berlangsung di PT RNI relatif baik. Mayoritas pimpinan menyadari pentingnya dukungan atasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugas dan mengembangkan ide-ide yang inovatif. Demikian juga halnya dengan komunikasi lisan atau komunikasi dua arah, dipandang sebagai jenis atau bentuk komunikasi yang lebih memungkinkan terbentuknya iklim komunikasi yang relatif terbuka dan dialogis antara atasan dan bawahan. Dalam proses pengambilan keputusanpun, pimpinan biasanya terlebih dahulu berupaya untuk mendapatkan informasi, usulan dan saran dari bawahan sebagai pengembangan ide demi mendapatkan berbagai alternatif yang mungkin dapat membantu dalam pemecahan masalah. Sedangkan berkaitan dengan sosialisasi dan akses informasi tentang kebijakan atau keputusan perusahaan, mayoritas mengaku selama ini berjalan tanpa ada persoalan yang cukup berarti. Mayoritas informan mengakui bahwa iklim komunikasi di lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang besar implikasinya bagi peningkatan motivasi kerja dan kesadaran karyawan akan makna perannya.
Namun demikian ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan. Pertama, perlu ditingkatkannya pengakuan dan penghargaan atasan terhadap prestasi atau keberhasilan bawahan dalam melaksanakan tugas. Persoalan kedua yang harus diperhatikan adalah menyangkut pernyataan beberapa informan yang secara eksplisit menyampaikan harapan diberlakukannya pertemuan rutin dan ditingkatkannya dialog atau diskusi internal. Hal ini perlu, selain sebagai media sosialisasi informasi secara jujur dan konkret juga sebagai salah satu bentuk media transfer of knowledge yang dapat meningkatkan self confident dan motivasi kerja bawahan karena perasaan dianggap penting oleh atasan. Ketiga, berkaitan dengan terdapatnya kekurangan menyangkut komunikasi atau sosialisasi informasi secara tertulis tentang beberapa persoalan. maka pimpinan perusahaan perlu lebih memperhatikan hal tersebut karena bagaimanapun juga komunikasi semacam ini tetap merupakan sesuatu yang penting sehingga karyawan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang persoalan yang ada. Hal ini penting sebagai salah satu bentuk pengakuan atasan terhadap keberadaan bawahan sehingga semakin meningkatkan motivasi kerja dan membuka gairah kesadaran pribadinya untuk mendukung keberhasilan perusahaan mewujudkan misinya menjadi holding company dengan kinerja terbaik di bidangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T4929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres kerja, tingkat iklim komunikasi organisasi serta menjelaskan pengaruh stres kerja terhadap iklim komunikasi organisasi di perguruan tinggi. Subyek penelitian adalah dosen di Universitas Indonesia sebanyak 79 orang. Metode penelitian adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Job Stress Survey (C.D. Spielberg dan P.R Vagg, 1998) dan Communication Climate Inventory (R.Wayne Pace Brent dan Brent D. Peterson, 1998).
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Stres kerja sebagai variabel bebas memiliki lima dimensi pengukuran, yaitu kondisi kerja, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, pengembangan karir dan struktur organisasi. Sedangkan iklim komunikasi organisasi sebagai variabel terikat memiliki enam dimensi pengukuran, yaitu kepercayaan, kejujuran, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Analisis data menggunakan statistik SPSS22 dengan uji regresi linier sederhana.
Hasil dari penelitian ini adalah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap iklim komunikasi organisasi dengan hasil perhitungan statistik yang menunjukkan nilai Rxy = 0,362 (nilai Rxy < Rtabel, Rtabel = 0,444) dan dengan nilai p = 0,001 (nilai p < 0,05), hal ini menjelaskan bahwa kedua variabel tersebut saling berhubungan dan berpengaruh secara signifikan. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa tingkat stres kerja pada dosen di Universitas Indonesia memiliki tingkat stres kerja yang sedang, dan tingkat iklim komunikasi organisasi di Universitas Indonesia sangat baik dan positif.

The purpose of this study is to determine the level of work stress, the level of organizational communication climate and to explain the effect of work stress on the climate organizational communication in higher education. The subjects in this study is the lecturers of Universitas Indonesia by the number of 79 peoples. This study is using quantitative research method using questionnaires adapted from Job Stress Survey by C.D Spielber and P.R Vagg (1998) and the Communication Climate Inventory by R. Wayne Pace and Brent D. Peterson (1998).
The sampling technique using random cluster sampling technique. Job stress as the independent variable has five dimensions of measurement, namely working conditions, role ambiguity, interpersonal relationships, career development and organizational structure. While organizational communication climate as the dependent variable has six measurement dimensions, namely trust, honesty, participative decision making, openness to down communication, listening in upward communication and concern to the goals of high performance. Analysis of data using statistical tools SPSS22 with simple linear regression test.
The results of this study are job stress significantly influence organizational communication climate with the results of statistical calculations that show the value of Rxy = 0,362 (which is Rxy < Rtable = 0,444) and with p value = 0,001 (it means p < 0,05). It is explains that these two variables are correlated and significantly influence. From the research results can be concluded that the level of job stress in lecturers at the faculties of Universitas Indonesia has a moderate level of job stress, and the levels of organizational communication climate at Universitas Indonesia is very good and positive
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Srinursih
"Sempati Air merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia, yang secara berkesinambungan meluncurkan berbagai macam program pelayanan, dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan, sehingga dapat dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Perbaikan pola layanan ini dilaksanakan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, dalam usaha memasuki era globalisasi. Dalam mensosialisasikan program kerja ataupun program pelayanan yang inovatif tersebut dibutuhkan suatu iklim komunikasi yang terbuka. Sehingga semua pihak mengerti dan memahami program kerja tersebut secara rinci. Dengan demikian dapat dicapai kualitas layanan yang lebih baik bagi penumpang Sempati Air. Dalam kenyataannya, Sempati Air mengalami berbagai kendala dalam mengimplementasikan program-programnya, hal ini karena tidak efektifnya program sosialisasi karena tidak adanya iklim komunikasi yang sesuai.Akibatnya pelaksana dilapangan tidak dapat melaksanakan program tersebut secara optimal. Konsep iklim komunikasi mencakup dua pengertian yakni persepsi dan reaksi para karyawan terhadap kualitas organisasi tempatnya bekerja. Dalam penelitian secara empiris konsep iklim komunikasi oleh para Ahli terutama Redding telah dijabarkan mejadi 5 komponen, yaitu : daya dukung, pengambilan keputusan yang partisipatif kepercayaan, percaya diri dan krediabilitas, keterbukaan dan keterusterangan, serta tujuan prestasi yang tinggi.
Dari penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan kunci dalam perusahaan PT. Sempati Air , yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang organisasi dan konsep kerja maupun perilaku segenap karyawannya. Maka dapat disimpulkan komunikasi antara atasan dan bawahan dapat dikategorikan baik , karena bawahan tidak perlu takut-takut untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kepada atasan. Tetapi hal yang ada kaitannya dengan program kerja inovatif masih banyak kurang dipahami oleh karyawan Sempati.Dalam hal ini dikarenakan Top down dilakukan secara lisan , yang sayangnya tidak didukung oleh adanya petunjuk teknis yang dapat digunakan sebagai pegangan dilapangan. Selain itu dalam perkembangnnya penyebaran informasi dari atas tidak dilakukan secara terpadu, sehingga ditemukan banyak masalah dilapangan. Oleh karena itu disarankan : 1. Agar diselenggarakan komunikasi timbal balik antara Top Down dan Button Up maupun komunikasi horizontal dalam pertemuan-pertemuan yang setingkat. 2. Dibuat buku pedoman sebagai petunjuk kerja. 3. Harus ada program khusus untuk pelaksanaan program inovatif tersebut, karena sistem komunikasi dan iklim komunikasi yang ada nampaknya hanya efektif untuk program yang rutin, bukan untuk program inovasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Hardjana
Depok: Rajawali Pers, 2019
302.2 AND k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Chairani
"ABSTRAK
Hijabersmom Community merupakan organisasi yang memiliki potensi
krisis tinggi karena seluruh anggotanya adalah perempuan sehingga rentan
mengalami persinggungan perasaan. Entah karena perbedaan pendapat, sentimen
pribadi atau mengutamakan kepentingan diri dan kelompok di atas kepentingan
organisasi. Krisis terjadi karena adanya perbedaan pendapat yang mengakibatkan
persinggungan dan perpecahan di kalangan Committee. Saat itu terjadi pula situasi
yang menimbulkan kepanikan baik di kalangan anggota maupun stakeholder
karena organisasi berada pada situasi yang tidak stabil selama hampir 5 bulan.
Media pun sempat mengalami kesulitan memperoleh informasi baik dari kalangan
committee HmCD maupun Pusat. Keberadaan PR sangat penting dalam
menyampaikan informasi yang tepat kepada publik

ABSTRACT
Hijabersmom Community is an organization that have a high potential
of crisis attack because all its members are women who are very sensitive to the
feelings intersection. Whether because of a difference of opinion, personal
feelings or interests of self and group above the interests of the organization. The
crisis occurred because of differences of opinion lead to friction and division
among Committee. At that time, there were also situations that cause panic both
among members and stakeholders because the organization is in an unstable
situation for almost five months. The media also encountered difficulties in
obtaining information for both the committee and the HmCD or HmC Center. PR
are essential in delivering the right information to the public"
2016
T46425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rachmawati Bargowo
"Tesis ini membahas mengenai iklim komunikasi organisasi yang ada di dalamorganisasipemerintahdaerahdalamhaliniPemerintahProvinsi DKI Jakarta sertamengetahui apakah unsu runsur organisasi seperti budaya dan strategi komunikasi memiliki pengaruh terhadap pembentuka niklim dari sebuah organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif evaluative dimana peneliti ingin mengetahui iklim organisasi yang terbentuk di dalam Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri serta mengetahui apakah iklim yang terbentuk berimplikasi terhadap pelaksanaan kerjasama luar negeri sebagai salah satu tugas dan fungsi pokok Biro Kepala Daerah dan Kerja sama Luar Negeri. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara mendalam maka diketahui bahwa iklim komunikasi organisasi yang terbentuk di Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri memiliki dampak yang negative bagi anggota organisasinya.Walaupun tidak dimungkiri iklim yang terbentuk pun akibat adanya
budaya yang dibawa oleh masing-masing anggota organisasi serta strategi komunikasi yang ditetapkan oleh Biro Kepala Daerah dan Kerjasama LuarNegeri itu sendiri. Selain itu iklim yang terbentuk ternyata berimplikasi terhadap pelaksanaan kerjasama luar negeri sehingga sampai saat ini hasil yang dicapai oleh Pemprov. DKI Jakarta tidak maksimal.

This thesis explains about the organization communication climate in the provincial government organization and to find out whether culture and communication strategic influence the form of organization climate. This thesis using evaluative qualitative methods which is tries to find out the organization climate in the Bureau for Gubernatorial Affairs and International Cooperation and also to find out whether the organization climate influence the international cooperation itself. The results expose that the organization climate has influence
the organization and the members itself and also influence the international cooperation as one of the purpose of the organization. Besides that, it is found that the communicationculture and communication strategic have also influence the form of organization climate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30600
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
E. Mochamad Chamdan
"Permasalahan dalam tesis ini difokuskan pada faktor-faktor iklim komunikasi organisasi pada SD dan SMP di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah. Hal ini berkaitan dengan terjadinya pergeseran kebijakan dari pemerintahan berbasis. pusat menuju pemerintahan yang lebih otonom. Dalam bidang pendidikan, pemerintah berupaya menerapkan manajemen berbasis sekolah. Dalam konteks perubahan itulah terjadi ketidakpastian, termasuk iklim komunikasi yang terjadi: apakah iklimnya turut berubah atau tidak. Jikapun berubah, apakah ke arah yang lebih baik atau malah lebih buruk? Secara khusus, apakah terdapat perbedaan antara SD dengan SMP di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam hal faktor-faktor iklim komunikasi organisasi?
Aspek yang ditelaah dalam kerangka teori adalah seputar iklim komunikasi organisasi dari perspektif teori-teori transisional. Karena itu, iklim komunikasi organisasi dipandang sebagai hasil oleh interaksi antar anggota, yaitu persepsi individu yang menyeluruh dari peristiwa komunikasi dalam berorganisasi. Persepsi tersebut mencakup persepsi kognitif dan afektif. Perspesi tersebut meliputi pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan dalam organisasi, seperti: perilaku manusia, tanggapan antara pegawai, pengharapan, konflik antar pribadi dan kesempatan berkembang dalam berorganisasi, khususnya dalam menerapkan kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) di lingkungan SD dan SMP.
Secara metodologis, permasalah tersebut diteliti dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survey dan teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner yang disebar kepada 157 responden; terdiri atas 75 responden dari 5 SD dan75 responden dari 5 SMP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal persepsi mengenai daya dukung, kepercayaan, dan tujuan berkinerja tinggi ada kesamaan antara SD dan SMP, yaitu sama-sama besar. Namun, dalam hal persepsi mengenai keterbukaan, antara SD dan SMP sama-sama mempersepsi sedang. Sedangkan berkaitan dengan persepsi mengenai partisipasi dan hubungan manusiawi, terdapat perbedaan antara SD dan SMP: Pertama, responden SD cenderung mempersepsi partisipasinya besar, sedangkan SMP cenderung mempersepsi partisipasinya sedang. Kedua, responden SD cenderung mempersepsi hubungannya dekat, sedangkan responden SMP cenderung mempersepsi hubungannya renggang. Namun, secara keseluruhan, kedua kelompok responden sama-sama mempersepsi iklim komunikasinya agak mendukung penerapan MBS. Dengan demikian dapat disimpulkan, dalam situasi perubahan kebijakan, iklim komunikasi yang semula berorientasi `pusat' mulai bergerak menuju iklim komunikasi yang berorientasi 'otonom'.
Data penelitian ini, mengacu pada Barnard, memperlihatkan institusi SD dan SMP tidak menunjukkan kekhasan kelompok dalam organisasi yang bernama Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta. Sebaliknya, jika acuan kelompok itu adalah lokasi sekolah, gender, usia, dan pendidikan formal, maka terlihatlah perbedaan-perbedaan persepsi kelompok mengenai faktor-faktor iklim tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kelompok-kelompok informal yang berbeda dalam suatu struktur birokrasi (dalam hal ini lokasi, gender, kelompok usia, dan pendidikan formal) ikut mempengaruhi perbedaan persepsi mengenai faktor faktor iklim komunikasi tertentu dalam suatu organisasi.
Jika acuan kelompok itu adalah jabatan, maka persepsi yang baik mengenai iklim komunikasi umumnya muncul pada orang-orang yang memiliki tanggung jawab atas organisasi yang bersangkutan, yakni kepala sekolah dan ketua komite sekolah. Dengan kata lain, faktor kepemimpinanlah yang menonjol dalam iklim komunikasi pada Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta. Mereka ini, mengacu pada Barnard, Pace & Faules, dan Goldhaber, para pimpinan/pengurus berfungsi sebagai kekuatan yang padu. Mereka bertugas mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi.
Berdasarkan uraian tersebut kemudian direkomendasikan agar para pimpinan/pengurus, yang berperan sebagai kekuatan yang padu, dapat lebih menggalang partisipasi anggotanya dengan lebih sering mengkomunikasikan dan mengkonsultasikan persoalan yang berkaitan dengan kedudukan masing-masing, khususnya di SMP. Para pimpinan diharapkan lebih mengenal dan menghargai bawahan, khususnya di SMP.
205 halaman + 15 buku + 8 artikel + 9 lampiran"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>