Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Favourita Sutiaputri
"Berhasilnya pembangunan di bidang kesehatan, meningkatkan angka harapan hidup bangsa Indonesia. Konsekuensinya jumlah penduduk 60 tahun ke atas (lansia) terus meningkat. Dalam proses menjadi tua lansia akan mengalami berbagai permasalahan, seperti masalah ekonomi, kesehatan, sosial dan psikologis yang menurun. Keadaan tersebut akan mempunyai implikasi terhadap kebijakan pemerintah, terutama dalam merancang dan menyediakan program-program pelayanan sosial terhadap para lansia. Untuk merancang program-program tersebut perlu dilakukan "assessment" terhadap kebutuhan-kebutuhan para lansia dan pelayanan-pelayanan apa yang dibutuhkan.
Masalah pokok penelitian : "Bagaimanakah karakteristik lansia?", "Aga sajakah Kebutuhan lansia ?", yang terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder, serta "Bagaimanakah Pelayanan yang diselenggarakan bagi lansia?".
Tujuan penelitian : Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik dan kebutuhan lanjut usia, serta pelayanan bagi para lansia. Metode penelitian yang digunakan adalah Survey Deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan : Sebagian besar responden sudah tidak punya pasangan dan tingkat pendidikannya rendah. Akibat menurunnya ataupun hilangnya penghasilan, banyak responden yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, demikian juga untuk menjangkau pelayanan kesehatan, karena biayanya cukup mahal. Walaupun banyak responden yang masih mempunyai tanggungan, tetapi juga banyak diantaranya yang memperoleh bantuan keuangan dari anak-anaknya. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah hipertensi, sedangkan gangguan fisik yang menonjol adalah gangguan pada mata dan gigi. Kacamata dan gigi tiruan merupakan alat bantu fisik yang banyak dibutuhkan oleh responden, tetapi banyak yang belum dapat memilikinya. Harapan responden untuk dikunjungi oleh anak dan cucu pada saat sakit, hari libur atau hari raya sangat menonjol. Kecemasan yang dihadapi, diantaranya : akibat hilangnya atau menurunnya penghasilan, ancaman penyakit, dan adanya tindakan kriminalitas. Banyak responden yang masih ingin bekerja. Selain untuk memenuhi kebutuhan akan aktivitas, juga untuk menambah penghasilan.
Kesimpulannya adalah bahwa dengan menurunnya penghasilan, kondisi fisik atau kesehatan, maka kebutuhan-kebutuhan lansia belum terpenuhi secara memadai. Disamping itu juga kebijakan-kebijakan dan pelayananpelayanan yang tersedia bagi lansia masih sangat terbatas. Perlu diupayakan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta, kebijakan-kebijakan dan pelayanan-pelayanan yang dapat mereduksi masalah-masalah lansia, yang pada saat ini belum ada atau tersedia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Haji Masagung, Gunung Agung, 1994
305.26 MAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Qori Fitria Nur A.
"Lingkungan tempat lansia tinggal dapat mempengaruhi kemandirian lansia karena memiliki beberapa perbedaan suasana, aktivitas, interaksi sosial, dan aturan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran perbedaan tingkat kemandirian pada lansia yang tinggal di panti dan lansia yang tinggal bersama keluarga.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan studi deskripsi. Sampel dalam penelitian ini adalah 218 lansia yang tinggal di panti dan tinggal bersama keluarga yang dipilih secara purposive sampling.
Hasil analisis menggambarkan proporsi lansia mandiri yang tinggal di panti lebih tinggi dibandingkan lansia yang tinggal bersama keluarga yaitu sebesar 86,2 . Disarankan bagi petugas kesehatan untuk menyediakan fasilitas yang mendukung lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

The environment in which the elderly live could affect the independence of the elderly because it has some differences in atmosphere, activity, social interaction, and regulation. This study aimed to identify the description of difference of independence level in elderly living in the retirement houses with elderly living with families.
This study used cross sectional design with description studies. The samples are 218 elderly living with family and elderly living in the retirement houses selected by purposive sampling.
The Result showed that the proportion of independent elderly living in the retirement houses is higher than the elderly living with families with the result of 86,2 . It is recommended for health workers to provide facilities that support the elderly in performing daily activities independently.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulpida Rizki
"Depresi merupakan masalah umum yang terjadi pada lansia. Tingginya tingkat depresi dapat mempengaruhi kualitas hidup. Spiritual merupakan salah satu kebutuhan dasar lansia yang dapat digunakan sebagai strategi koping dalam menghadapi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesehatan spiritual dan depresi pada lansia di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 37 lansia yang dipilih melalui total sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesehatan spiritual dan depresi dengan p value 0,340 (p > 0,05), akan tetapi lansia dengan kesehatan spiritual tinggi lebih berisiko rendah untuk mengalami depresi. Pemberi pelayanan di Sasana Tresna Werdha perlu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan spiritual sebagai salah satu upaya untuk mengurangi gejala depresi pada lansia.

Depression is a common problem which can occur in older adult. High level of depression can affect quality of life. Spiritual is one of basic needs that can be used as coping strategy to solve depression.This study aimed to determine the relationship between spiritual health and depression in older adult in Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur East Jakarta. The study design was cross sectional, involved 37 older adult who were selected through the total sampling.
The result of this study indicated that there was no significant relationship between spiritual health and depression with p value 0,340 (p >0,05), therefore older adult with high spiritual have low risk of suffer depression. Health providers in Sasana Tresna Werdha need to maintain and improve spiritual services in order to reduce the symptoms of depression in older adult.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metha Bhalkis Irianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi diri terhadap proses penuaan dan persepsi terhadap kepuasan hidup pada individu lanjut usia di Depok. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Attitudes Toward Own Aging (ATOA) yang dikembangkan oleh Liang dan Bollen (1983) berdasarkan lima item dari Philadephia Geriatric Center Morale Scale (Lawton, 1975) untuk mengukur persepsi diri terhadap proses penuaan dan Life Satisfaction Index A dari Indriani (2012) digunakan untuk mengukur persepsi terhadap kepuasan hidup. Penelitian ini melibatkan 100 partisipan lanjut usia terdiri dari 51 orang laki-laki (51%) dan 49 orang perempuan (49%). Berdasarkan pengolahan data menggunakan teknik statistik Pearson Product Moment, ditemukan bahwa persepsi diri terhadap penuaan berkorelasi positif dan signifikan dengan kepuasan hidup (r = 0.594; n=100; p < 0.01, one-tailed). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi diri terhadap penuaan berhubungan secara positif dan signifikan dengan kepuasan hidup. Artinya, semakin positif persepsi diri terhadap penuaan maka semakin tinggi pula kepuasan hidup pada individu lanjut usia.

The objective of the present study is to investigate the correlation between self-perception of aging process and perception of life satisfaction on Elders in Depok. Self-perception of aging process is measured with the Attitude Toward Own Aging (ATOA) (Liang & Bollen, 1983) based on 5-item of Philadelphia Geriatric Center Morale Scale (Lawton, 1975) and Perception of Life Satisfaction is measured with Life Satisfaction Index A (Indriani, 2012). 100 older adults which consists of 51 (51%) male older adults and 49 (49%) female older adults are participated in this study. The result of this study shows that self-perception of aging is significantly correlated with life satisfaction of the older adults. This result means that the older adults who have positive self-perception of aging will have higher life satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanniwati Yapianto
"Kematian pasangan hidup merupakan stressor terbesar dalam hidup seseorang yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Kesepian merupakan stress emosional yang paling menekan adalah masalah utama yang dihadapi oleh janda dan duda usia lanjut (Perlman & Peplau, 1982; Kimmel, 1992; Journal of applied family & child studies, 1986, vol 35). Menikah kembali dapat menjadi jalan keluar bagi para usia lanjut untuk terbebas dari kesepian (Journal of marriage & the family, 1978, vol 40; Hurlock, 1983; Papalia & Olds, 1992). Pada usia lanjut beberapa aspek seperti aspek fisik dan kognitif mengalami penurunan. Kesehatan emosi berkaitan dengan kehidupan yang telah dilalui; seseorang yang merasa bahagia dan mampu melihat kehidupannya di masa lalu tanpa merasa menyesal dan bersalah akan mengalami emosi positif (Vaillant & Vaillant dalam Papalia & Olds, 1992). Interaksi sosial sangat penting bagi usia lanjut agar mereka tidak merasa tersisih dari masyarakat.
Hubungan dengan pasangan hidup mempengaruhi kepuasan hidup seseorang; keberadaan pasangan hidup membantu orang usia lanjut dalam mencapai kesejahteraan emosional dan membuat mereka merasa penting dan diperlukan (Papalia & Olds, 1992). Oleh karena itu kehilangan pasangan hidup menimbulkan masalah-masalah praktis dan emosional bagi usia lanjut. Bagi duda usia lanjut kesepian yang mereka alami ditambah pula dengan keadaan mereka yang tidak terbiasa mengurus diri sendiri; sehingga mereka sangat membutuhkan pendamping di usia tua (Berardo dalam Bell, 1971). Janda usia lanjut walaupun mempunyai dukungan sosial dari anak dan sahabat tetap membutuhkan kehadiran pendamping dalam hidup mereka. Mereka menempatkan companionship sebagai alasan untuk menikah kembali (Gentry & Schulman, 1988; Bengston, 1990 dalam Aiken 1995). Menikah kembali memberikan pengaruh positif karena membuat para usia lanjut lebih bahagia (Butler &, Lewis, dalam Aiken, 1995). Namun para usia lanjut yang menikah kembali harus melalui penyesuaian yang cukup berat sebab selain adanya perbedaan latar belakang; harapan dan kebiasaan yang terbentuk selama pernikahan pertama dijadikan dasar dalam pernikahan kedua ini sehingga mereka sering membandingkan pasangan saat ini dengan pasangan yang dulu (Furstenberg, dalam Hall & Perlmutter, 1992).
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam sebagai bentuk pengumpulan data. Subyek dalam penelitian ini diperoleh melalui cara informal dan formal. Dari keempat subyek yang diwawancarai, kebutuhan akan pendamping merupakan alasan mereka menikah kembali. Selain itu perasaan kasihana pada pasangan juga menjadi dasar pertimbangan ketika memutuskan untuk menikah kembali. Adanya perbedaan latar belakang antar suami istri kerapkali menimbulkan masalah dalam penyesuaian diri. Menikah kembali setelah kematian pasangan hidup dapat menjadi pilihan bagi usia lanjut jika didukung oleh adanya kesamaan latar belakang, persetujuan keluarga, mengetahui kebutuhan pasangan dan adanya penghasilan yang memadai. Menikah kembali di usia lanjut membutuhkan pertimbangan matang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan usia lanjut tentang
kebutuhan gizi bagi usia lanjut. Desain yang digunakan adalah deskritif
sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Hasil yang diperoleh
ternyata tingkat pengetahuan responden mengenai kebutuhan gizi bagi usia lanjut
adalah tinggi , sebanyak 51,92 % dengan nilai> 13,90 sehingga membawa status
gizi yang bersangkutan pada kondisi optimal. Dari hasil penelitian , peneliti
merekomendasikan penelitian yang lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan
kebutuhan gizi bagi usia lanjut dengan peningkatan status kesehatan usia lanjut."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5433
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti Retno Annisa
"Tujuan: Mengetahui tingkat kualitas hidup pada usia lanjut di Klub Jantung Sehat (KJS) Kelurahan Pondok Kelapa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dipandang dari faktor sosiodemografi, status fungsional serta kesehatan mental.
Metode: Desain observasional potong lintang deskriptif. Penelitian dilakukan pada 69 subjek yang didapat secara konsekutif, berusia ≥ 60 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Penilaian kualitas hidup dengan kuesioner European Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), tingkat kesehatan mental menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) serta dilakukan penilaian status fungsional dengan uji performa 6 Minutes Walking Test (6MWT).
Hasil: Kualitas hidup pada 62,3% subjek memiliki hasil baik dengan nilai EQ5D Indeks tertinggi yaitu 1.000. Status fungsional didapatkan jarak tempuh 6MWT 401,73 ± 49,75 meter. Kesehatan mental 98,5% subjek memiliki nilai normal. Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor usia (p = 0,009), dengan subjek berusia rerata 66 tahun (berkisar 60 ? 79 tahun) memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan subjek berusia rerata 61,5 tahun (berkisar 60 - 82 tahun). Faktor sosiodemografi lain, status fungsional serta tingkat depresi tidak memiliki hubungan yang bermakna (p > 0,05).
Kesimpulan: Kualitas hidup usia lanjut dalam penelitian ini mayoritas baik, dengan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor usia. Subjek lebih tua memiliki kualitas hidup lebih baik, dapat disebabkan karena pada usia lebih muda terdapat penambahan angka individu yang tidak bekerja dan pensiunan yang cukup signifikan, sehingga mereka harus beradaptasi berkaitan dengan hal tersebut.

Objective:To know the quality of life in elderly joining "Klub Jantung Sehat" (KJS) Pondok Kelapa and the factors that influence it, in terms of sociodemographic factors, functional status, and mental health.
Methods: Descriptive cross-sectional observational study in 69 subjects taken consecutively, elderly ≥ 60 years old who met the study criteria. Quality of life were assessed with European Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), mental health with Geriatric Depression Scale (GDS), and functional status by 6 Minutes Walking Test (6MWT) performance test.
Results: Quality of life in 62.3% subjects had good results with the highest value of EQ5D index 1,000. Functional status with the 6MWT distance 401.73 ± 49.75 meters. Mental health in 98.5% subjects were normal. The most influence factorwas age (p = 0.009), with the mean of 66 years old (range 60-79 years) had a better quality of life than mean 61.5 years old (range 60 - 82 years). Other sociodemographic factors, functional status, and depression levels did not have a significant association (p > 0.05).
Conclusion: Quality of life majority ofsubjectswere good, with the most influence factor was age. Older subjects had a better quality of life, this might be caused by at younger age there was a significant increased inelderly individuals who did not work and retired, so they had to adapt more to this condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Rivelino Bouw
"[Tujuan : Mengetahui komponen manakah dari EQ-5D yang paling berhubungan
terhadap kualitas hidup pasien rawat inap usia lanjut, menilai hubungan
komponen EQ-5D terhadap kualitas hidup pasien rawat inap usia lanjut di
RSUPNCM serta menilai hubungan antara usia lanjut yang bekerja maupun tidak
bekerja terhadap penyakit seperti penyakit infeksi, kardiovaskular maupun
penyakit lainnya.
ABSTRAK
Metode : Desain observasional potong lintang deskriptif. Penelitian dilakukan pada 150 responden yang didapat secara konsekutif, berusia ≥ 60 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Penilaian kualitas hidup dengan kuesioner European Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan formulir Mini Mental State Examination (MMSE), penilaian aktivitas kehidupan sehari-hari dengan Barthel Index, pemeriksaan depresi menggunakan formulir Geriatric Depression Scale (GDS), serta penilaian kondisi kesehatan responden hari itu dengan menunjukkannya pada Visual Analog Scale (VAS).
Hasil : Penilaian kualitas hidup menggunakan EQ-5D menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak ada masalah atau nilai 1, kecuali pada komponen rasa kesakitan / tidak nyaman sebagian besar responden yaitu sebanyak 97 responden (64.7%) memperlihatkan beberapa masalah atau nilai 2. Semua responden memiliki nilai MMSE yang normal dengan nilai tengah 27 dimana nilai minimumnya 25 dan maksimum 30. Pada penilaian Barthel Index didapatkan nilai tengah 17 dengan nilai minimum 5 dan maksimum 20 serta modus 19 (32%).
Pada pemeriksaan menggunakan GDS didapatkan nilai tengah 3 dengan nilai minimum 0 dan maksimum 9 serta modus 2 (37,3%). Penilaian kualitas hidup menggunakan EQ VAS didapatkan nilai tengah 70 dengan nilai minimum 50 dan maksimum 100 serta modus 70 (30,7%). Nilai tengah usia 68 tahun (berkisar 60-88 tahun).
Kesimpulan : Komponen EQ-5D yang paling berhubungan terhadap kualitas hidup pasien rawat inap usia lanjut di RSUPNCM adalah komponen rasa kesakitan / tidak nyaman. Terdapat hubungan yang bermakna dengan korelasi negatif antara semua komponen EQ-5D terhadap kualitas hidup pasien rawat inap usia lanjut di RSUPNCM. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia lanjut yang bekerja maupun tidak bekerja terhadap penyakit seperti penyakit infeksi, kardiovaskular maupun penyakit lainnya.

ABSTRACT
Objective : To determine which of the components of the EQ-5D are most related to the quality of life of elderly hospitalized patients, assessing the EQ-5D relations component of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM and to assess the relationship between the elderly who work or do not work against the disease such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases.
Methods : A cross-sectional descriptive observational design. The study was conducted on 150 respondents who obtained consecutively, aged ≥ 60 years and met the study criteria. Assessment of quality of life questionnaires European Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), examination of cognitive function using the Mini Mental State Examination form (MMSE), assessment of activities of daily life with the Barthel Index, the examination form of depression using the Geriatric Depression Scale (GDS), as well as evaluating the health condition of
respondents day by showing it to the Visual Analogue Scale (VAS).
Results : Assessment of quality of life using the EQ-5D shows that most
respondents do not have a problem or a value of 1, except for the components of a sense of pain / discomfort most respondents as many as 97 respondents (64.7%) showed some problem or the value 2. All respondents had a MMSE score normal with mean 27 where in the minimum value of 25 and a maximum of 30. In the Barthel Index assessment middle values 17 obtained with a minimum of 5 and a
maximum value of 20 as well as the mode of 19 (32%). On examination using GDS obtained mean of 3 with a minimum value of 0 and a maximum of 9 and mode 2 (37.3%). Assessment of quality of life using the EQ VAS score is the middle values 70 with a minimum of 50 and a maximum value of 100 as well as the mode of 70 (30.7%). The median age of 68 years (range 60-88 years).
Conclusion : EQ-5D component that is most related to the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM is a flavor component of pain / discomfort. There is a significant relationship with the negative correlation between all the components of the EQ-5D of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM. There is a significant association between advanced age who work or do not work against diseases such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases.;Objective : To determine which of the components of the EQ-5D are most related
to the quality of life of elderly hospitalized patients, assessing the EQ-5D relations
component of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM and to assess
the relationship between the elderly who work or do not work against the disease
such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases.
Methods : A cross-sectional descriptive observational design. The study was
conducted on 150 respondents who obtained consecutively, aged ≥ 60 years and
met the study criteria. Assessment of quality of life questionnaires European
Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), examination of cognitive function using
the Mini Mental State Examination form (MMSE), assessment of activities of
daily life with the Barthel Index, the examination form of depression using the
Geriatric Depression Scale (GDS), as well as evaluating the health condition of
respondents day by showing it to the Visual Analogue Scale (VAS).
Results : Assessment of quality of life using the EQ-5D shows that most
respondents do not have a problem or a value of 1, except for the components of a
sense of pain / discomfort most respondents as many as 97 respondents (64.7%)
showed some problem or the value 2. All respondents had a MMSE score normal
with mean 27 where in the minimum value of 25 and a maximum of 30. In the
Barthel Index assessment middle values 17 obtained with a minimum of 5 and a
maximum value of 20 as well as the mode of 19 (32%). On examination using
GDS obtained mean of 3 with a minimum value of 0 and a maximum of 9 and
mode 2 (37.3%). Assessment of quality of life using the EQ VAS score is the
middle values 70 with a minimum of 50 and a maximum value of 100 as well as
the mode of 70 (30.7%). The median age of 68 years (range 60-88 years).
Conclusion : EQ-5D component that is most related to the quality of life of elderly
inpatients in RSUPNCM is a flavor component of pain / discomfort. There is a
significant relationship with the negative correlation between all the components
of the EQ-5D of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM. There is a significant association between advanced age who work or do not work against diseases such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases. ;Objective : To determine which of the components of the EQ-5D are most related
to the quality of life of elderly hospitalized patients, assessing the EQ-5D relations
component of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM and to assess
the relationship between the elderly who work or do not work against the disease
such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases.
Methods : A cross-sectional descriptive observational design. The study was
conducted on 150 respondents who obtained consecutively, aged ≥ 60 years and
met the study criteria. Assessment of quality of life questionnaires European
Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), examination of cognitive function using
the Mini Mental State Examination form (MMSE), assessment of activities of
daily life with the Barthel Index, the examination form of depression using the
Geriatric Depression Scale (GDS), as well as evaluating the health condition of
respondents day by showing it to the Visual Analogue Scale (VAS).
Results : Assessment of quality of life using the EQ-5D shows that most
respondents do not have a problem or a value of 1, except for the components of a
sense of pain / discomfort most respondents as many as 97 respondents (64.7%)
showed some problem or the value 2. All respondents had a MMSE score normal
with mean 27 where in the minimum value of 25 and a maximum of 30. In the
Barthel Index assessment middle values 17 obtained with a minimum of 5 and a
maximum value of 20 as well as the mode of 19 (32%). On examination using
GDS obtained mean of 3 with a minimum value of 0 and a maximum of 9 and
mode 2 (37.3%). Assessment of quality of life using the EQ VAS score is the
middle values 70 with a minimum of 50 and a maximum value of 100 as well as
the mode of 70 (30.7%). The median age of 68 years (range 60-88 years).
Conclusion : EQ-5D component that is most related to the quality of life of elderly
inpatients in RSUPNCM is a flavor component of pain / discomfort. There is a
significant relationship with the negative correlation between all the components
of the EQ-5D of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM. There is a significant association between advanced age who work or do not work against diseases such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases. , Objective : To determine which of the components of the EQ-5D are most related
to the quality of life of elderly hospitalized patients, assessing the EQ-5D relations
component of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM and to assess
the relationship between the elderly who work or do not work against the disease
such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases.
Methods : A cross-sectional descriptive observational design. The study was
conducted on 150 respondents who obtained consecutively, aged ≥ 60 years and
met the study criteria. Assessment of quality of life questionnaires European
Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D), examination of cognitive function using
the Mini Mental State Examination form (MMSE), assessment of activities of
daily life with the Barthel Index, the examination form of depression using the
Geriatric Depression Scale (GDS), as well as evaluating the health condition of
respondents day by showing it to the Visual Analogue Scale (VAS).
Results : Assessment of quality of life using the EQ-5D shows that most
respondents do not have a problem or a value of 1, except for the components of a
sense of pain / discomfort most respondents as many as 97 respondents (64.7%)
showed some problem or the value 2. All respondents had a MMSE score normal
with mean 27 where in the minimum value of 25 and a maximum of 30. In the
Barthel Index assessment middle values 17 obtained with a minimum of 5 and a
maximum value of 20 as well as the mode of 19 (32%). On examination using
GDS obtained mean of 3 with a minimum value of 0 and a maximum of 9 and
mode 2 (37.3%). Assessment of quality of life using the EQ VAS score is the
middle values 70 with a minimum of 50 and a maximum value of 100 as well as
the mode of 70 (30.7%). The median age of 68 years (range 60-88 years).
Conclusion : EQ-5D component that is most related to the quality of life of elderly
inpatients in RSUPNCM is a flavor component of pain / discomfort. There is a
significant relationship with the negative correlation between all the components
of the EQ-5D of the quality of life of elderly inpatients in RSUPNCM. There is a significant association between advanced age who work or do not work against diseases such as infectious diseases, cardiovascular and other diseases. ]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruby Valentine
"Tujuan : Mengetahui rerata waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut, mengetahui tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM (Functional Independence Measure) pada usia lanjut, dan mengetahui hubungan antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional pada usia lanjut.
Metode: Disain penelitian ini adalah potong lintang. Populasi terjangkau adalah usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha DKI Jakarta yang memenuhi kriteria dan mau berpartisipasi dalam penelitian selama kurun waktu April s.d. Agustus 2012. Sampel didapatkan berdasarkan cluster random sampling dari 5 panti di DKI Jakarta, yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran. Utuk menilai kemampuan mobilitas digunakan waktu tempuh uji jalan 400 meter, sedangkan tingkat kemandirian dinilai menggunakan instrumen FIM.
Hasil : 58 subyek penelitian usia 60 tahun ke atas dianalisa pada penelitian ini. Nilai waktu tempuh uji jalan 400 meter pada usia lanjut di PSTW adalah median 413 detik (6:53 menit) dengan minimum 281 detik (4:41 menit) dan maksimum 901 detik (15:01 menit). Tingkat kemandirian fungsional berdasarkan instrumen FIM pada usia lanjut adalah sebesar rerata 120 ± 5, dengan 13,8% subyek mempunyai tingkat mandiri penuh. Terdapat hubungan kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan tingkat kemandirian fungsional (r = - 0,941, Spearman p < 0,001), dengan nilai 7 menit sebagai batas waktu yang membedakan kemampuan kemandirian secara signifikan.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang kuat antara waktu tempuh uji jalan 400 meter dengan kemandirian fungsional pada usia lanjut. Kemampuan kemandirian terendah yang harus diperhatikan pada usia lanjut adalah pada domain locomotion (stairs, walk), transfer (toilet dan shower), dan social cognition (problem solving dan social interaction). Waktu tempuh cukup baik untuk memprediksi kemampuan kemandirian usia lanjut di aspek locomotion, transfer dan selfcare (dressing lower body, bathing, dan toileting), tapi tidak akurat untuk memprediksi sphingter control dan kognitif. Batas waktu tempuh uji jalan 400 meter sebesar 7 menit, dapat menjadi cut-off point yang membedakan kemampuan kemandirian pada usia lanjut.

The aim: To know the avarage of timed to finish 400 meter walk test in elderly, to know the functional independency level in elderly, and to know the correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly.
Methods: The design of the study was cross sectional. The population was the elderly at Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) DKI Jakarta who fit the criteria and want to partcipate in April-August 2012. Sampling method was cluster random sampling from 5 PSTW in DKI Jakarta. The mobility capacity was assessed by measure the timed to finish 400 meter walk test, and to asses the functional independence was used the Functional Independence Measure (FIM) instrument.
Results: 58 subjects aged 60 years old and above were analyzed in this study. The median value of 400 meter walk test timed was 413 seconds (6:53 minutes) with minimum 281 seconds (4:41 minutes) and maximum 901 seconds (15:01minutes). The mean of functional independence level according to FIM tools was 120 ± 5, with 13,8% subjects were complete independence. There were strong correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly (r = - 0,941, Spearman p < 0,001), with the boundary seven minute as the cut-off point that differentiate independence level significantly.
Conclusions: There was strong correlation between timed to finish 400 meter walk test and functional independency in elderly.The lowest functional independence level in elderly that must be concerned of were on locomotion (stairs, walk), transfer (toilet and shower), and social cognition (problem solvingand social interaction) domain. Timed to walk 400 meter was good enough to predict functional indenpendence in elderly, at locomotion, transfer, and selfcare (dressing lower body, bathing, and toileting) domain, but can’t predict sphincter control and cognitif level accurately. Seven minutes is a cut-off point time to differentiate independence level among elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>