Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151384 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maharani Utami Dewi
"Untuk membuat suatu perencanaan pemasaran ataupun rencana promosi dengan baik, tentu saja kita tidak dapat mengabaikan pengetahuan mengenai perilaku konsumen dalam membeli suatu barang atau jasa pelayanan. Perilaku pembelian seseorang adalah hasil saling pengaruh mempengaruhi berbagai faktor yang kompleks. Banyak dari faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, akan tetapi faktor-faktor itu berguna untuk mengidentifikasi dan memahami konsumen sehingga pemasar dapat berupaya untuk mempengaruhinya.
Paviliun Dr. R. Darmawan P.S. diselenggarakan dalam rangka menjawab tantangan terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum yang semakin meningkat. Untuk menyikapi hal tersebut, tentu saja pelayanan yang diberikan juga harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tetapi pada saat ini belum didapat gambaran mengenai pasien dan faktor yang melatarbelakangi pemilihan rawat inap di Paviliun Dr. R. Darmawan P.S.
Sebagai lanjutan dari pengamatan diatas, dilakukan suatu studi kasus dengan pendekatan kualitatif untuk melihat faktor-faktor lokasi, tarif, fasilitas medis, fasilitas non medis, pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi, kemudahan pelayanan, kecepatan pelayanan dan pemasaran yang berkaitan dengan pemilihan rawat inap di Paviliun Dr. R. Darmawan P.S. RSPAD Gatot Soebroto. Cara yang dilakukan adalah dengan wawancara mendalam dengan beberapa informan, dilengkapi dengan data sekunder yang didapat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki Paviliun Dr. R. Darmawan P.S. adalah dari pelayanan dokternya dimana dokter-dokter yang berpraktek adalah dokter senior RSPAD yang berpengalaman dan dikenal oleh masyarakat umum dan ditunjang dengan peralatan dan pemeriksaan yang lengkap di RSPAD. Paviliun ini juga banyak menerima pasien yang ditanggung oleh perusahaan dan asuransi sehingga peluang untuk penajaman pada pangsa pasar ini menjadi lebih besar. Kelemahan terletak pada lokasi yang jauh dari pintu masuk dan tempat parkir yang menyebabkan pasien kesulitan menjangkau paviliun ini serta pada pemberian pelayanan medis dan non medis yang belum maksimal. Juga image dari RSPAD yang merupakan rumah sakit khusus untuk tentara masih melekat di masyarakat. Ancaman yang ditemukan adalah adanya persaingan antar tenaga pelaksana di unit swasta sehingga otomatis mempengaruhi profesionalitas kerja.
Untuk lebih memahami konsumen, diperlukan orientasi baru dari pihak manajemen rumah sakit. Produk dan fasilitas yang disediakan agar lebih berorientasi pada konsumen. Tenaga pelaksana dibekali ketrampilan, sarana dan kewenangan untuk dapat membina hubungan yang erat dengan konsumen dan adanya kerjasama dari semua pihak dalam organisasi untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas dan profesionalitas dalam memberikan pelayanan kepada konsumen.

The Quality Analysis on Choosing Pavilion Dr. R. Darmawan P.S. RSPAD Gatot Soebroto in the Year of 1997/1998 up to 2000/2001 Budget
In order to arrange marketing plan or well promoting plan, it's obvious that we couldn't ignore the knowledge on consumer's attitude while buying goods or services. Personal buying attitude is the result complexes affecting factor. A lot of these factors are uncontrollable, although those factors are useful to identify and understand consumer so that the marketer is capable to influence it.
Pavilion Dr. R Darmawan P.S. is held in order to respond the challenge on increasing public health's need. To act such things, the health services are obviously supposed to be equal as public's demands. The problem is there are no description about the patient and reason behind it on choosing Pavilion Dr. R Darmawan P.S. Referred to above observation, it had been done a case study with quality approachment to observe location's factor, cost, medical facility, non medical facility, doctor's services, nursing services, administration services, how easy to get health services, how fast the services is, and marketing on choosing Pavilion Dr. R Darmawan P.S. Deep interview were done with several informant and completed by collected secondary data.
The research has shown that the power of Pavilion Dr. R Darmawan P.S. is the doctor's service which is senior, well-known, and experienced doctor in RSPAD and also by the use of recent medical tools and full examination in RSPAD Gatot Soebroto. This Pavilion is also accepting a lot of patients who is paid by the company or insurance, so that the possibility to increase the target market in this area is better. There is also weaknesses in Pavilion Dr. R Darmawan P.S., such as the location is too far away from the entry gate and the parking lot causing the patients hardly reach the Pavilion, medical and non medical services to the patient which is not maximal yet and public's image strongly assumed that RSPAD is only for the Army. The threat is the competition between the workers in private unit which is automatically affecting professionalism.
To more understand the consumer, we need new orientation from hospital management's division. Product and facility is served in order to be more consumer oriented. The worker is skilled, facilitated and authority to make good relationship with the consumer, and also cooperation from all authorizes people in organization to participate in raising quality and professionalism in order to serve the consumer."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Anggraini
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kerja dan harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial yang dilakukan oleh kepala ruangan rawat inap Pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain penelitian survei dan pengumpulan data secara cross-sectional. Hipotesa yang dibuktikan dalam dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik perawat dengan kepuasan kerja perawat, adanya hubungan antara karakteristik perawat dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan dan adanya hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen pengukuran kepuasan kerja dan harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan.Instrumen kepuasan kerja dibuat berdasarkan pendapat Loher et.all (1985 ) yaitu adanya empat komponen yang berpengaruh kuat terhadap kepuasan kerja perawat, sedangkan instrumen harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan dikembangkan berdasarkan gabungan pendapat Hersey, 1993 , Evans & House dan Swansburg, 1990.
Instrumen kepuasan kerja terdiri dari 35 butir penyataan dan instrumen harapan terdiri dari 40 butir pernyataan,Instrumen telah diuji reliabilitasnya dengan Cronbach Alpha kemudian diadakan perbaikan pada butir-butir pemyataan sehingga akan didapatkan r = 0,7828 untuk instrumen kepuasan kerja dan instrumen harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial kepala ruangan mencapai r = 0,9542.
Sampel penelitian adalah 83 orang tenaga perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap pavilyun Kartika RSPAD Gatot Soebroto yang diambil dari seluruh populasi perawat pelaksana di ruang rawat inap dengan masa kerja lebih dari 3 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat disini mencapai kepuasan kerja (X = 3,86) dan komponen yang mencapai tingkat kepuasan paling tinggi adalah interaksi (X = 4,00 ), sedangkan yang terendah adalah penghasilan ( X =3,45 ). Harapan perawat terhadap gaya suportif mencapai tingkat harapan yang paling tinggi ( X = 4,38 ) , sedangkan harapan terhadap gaya kepemimpinan direktif mencapai tingkat harapan yang paling rendah (X=2,16).Harapan terhadap pengarahan oleh kepala ruangan mencapai skor tertinggi (X = 4,43 ), sedangkan pengawasan mencapai skor terendah ( X = 4,11 ).
Dari analisis hubungan ternyata dari karakteristik perawat umur mempunyai hubungan bermakna dengan kepuasan terhadap citra profesi, dengan p = 0.000, pendidikan dan status perkawinan mempunyai hubungan bermakna dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan yang direktif, dengan p= 0.036 dan 0.004, pendidikan juga berhubungan bermakna dengan harapan terhadap pengorganisasian yang dilakukan kepala ruangan. Sedangkan komponen kepuasan kerja yaitu komponen otonomi dan citra profesi berhubungan bermakna dengan harapan terhadap pengawasan yang dilakukan kepala ruangan (p = 0.000 & 0,023 ), komponen penghasilan berhubungan bermakna dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan direktif dan kegiatan perencanaan yang dilakukan kepala ruangan (p = 0,011 & 0,034 ), komponen interaksi mempunyai hubungan bermakna dengan harapan terhadap gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif (p = 0,050 & 0,045 ), juga dengan harapan terhadap perencanaan, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan oleh kapala ruangan (p = 0,03E , 0,048 & 0,023).
Berdasarkan hasil oenelitian iri makes pihak manajemeri pavilyun Kartika disarankan perlu mempertahankan aktivitas sosial yang diadakan diantara karyawan Kartika sehingga kepuasan terhadap interaksi dapat dipertahankan, juga evaluasi terhadap kepuasan kerja hendaknya dilakukan secara berkala karena kepuasan kerja bukanlah hal yang menetap tetapi akan berubah setiap waktu sesuai dengan perubahan situasi dan lingkungan, selain itu penelitian terhadap harapan perawat juga perlu dilanjutkan, karena seperti yang disebutkan oleh Locke dalam teori ketidak sesuaian yaitu adanya perbedaan atau selisih antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diharapakan akan menimbulkan kepuasan atau ketidak puasan.Penelitian lanjutan tentang persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan dan tentang harapan perawat terhadap gaya kepemimpinan dan kegiatan manajerial dengan metode riset kualitatif diusulkan untuk dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyantoro
"ABSTRAK
Pelayanan kesehatan bagi peserta asuransi kesehatan (Askes) wajib, merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit khususnya rumah sakit pemerintah (Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI). Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi perbedaan kepentingan yaitu pihak rumah sakit menganggap tarif yang diterapkan bagi peserta Askes wajib terlalu rendah sehingga menjadi beban biaya operasional, sedangkan pihak PT (Persero) Askes kemampuannya terbatas , karena premium yang diterima hanya sebesar 2% dari gaji pokok peserta. Supaya ada titik temu antara pihak manajemen rumah sakit sebagai penyedia pengelola dana Askes wajib, maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya pelayanan sebagai pedoman dalam penentuan kebijakan tarif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan melakukan analisis biaya terhadap salah satu bentuk pelayanan bagi peserta Askes wajib yaitu paket rawat inap harian yang terdiri atas kamar perawatan, paket ronsen, paket laboratorium, paket obat (sesuai DPHO / Daftar dan Plafon Harga Obat), jasa medik dan paket fisioterapi.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien Askes wajib di ruang Perawatan Umum RSPAD Gatot Soebroto pada Tahun Anggaran 1997/1998, menunjukkan bahwa tarif yang berlaku untuk paket rawat inap harian bagi pasien Askes wajib (Rp 35.000,00) masih lebih rendah sebesar Rp 11.200,55 dibanding biaya satuan aktual (Rp 46.200,55). Disamping itu bagi RSPAD Gatot Soebroto juga harus melaksanakan kebijakan MENHANKAM yaitu bagi peserta Askes wajib yang berasal dari pumawirawan ABRI dan pensiunan PNS Hankam / ABRI serta keluarganya, harus mendapatkan fasilitas rawat inap sesuai pangkat / golongan terakhir (kelas VIP, I, II, atau III), padahal hak semua pasien Askes wajib hanya di kelas Kebijakan tersebut tanpa disertai dengan dukungan dana / anggaran untuk subsidi biaya pelayanannya. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan bagi peserta Askes wajib, RSPAD Gatot Soebroto harus menanggung beban subsidi ganda yaitu tarif Askes wajib yang lebih rendah dan biaya satuan dan beban dan pasien yang dirawat melebihi haknya sebagai peserta Askes wajib (lebih tinggi dari kelas III ).
Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu pengkajian ulang terhadap komponen paket dan nilai tarif Askes, serta kebijakan MENHANKAM terutama yang terkait dengan penambahan beban biaya.
Kepustakaan : 36 (1982 - 1998)

ABSTRACT
Every privileged health insured (ASKES) member is entitled to health care and services of government hospitals (Department of Health, Provincial Government, the Armed Forces). However, a conflict of interest arises between hospitals and the health insurance company (PT. ASKES). There former considers the tariff imposed on health insured members too low and a burdensome operational cost while the latter seems to have very limited funds out of the 2% premium levied on the basic salary of every health insured (ASKES) member. Hence, an analysis of medical service cost is necessary in formulating a good tariff policy agreeable to both parties.
This research is an analytical descriptive research taking into consideration the cost analysis of medical services such as daily hospitalization package cost comprising wardroom, X-Ray package, laboratorium package, medicine package (According to Price List of Drugs) medical service fee and physiotherapy package for privileged health insured (ASKES) member.
The research carried out on privileged health insured (ASKES) member hospitalized in the General Care Ward of the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) for the Fiscal Year 1997/1998, shows that the tariff for daily hospitalization package for privileged health insured (ASKES) by Rp. 11.200,55 compared to an actual cost of (Rp. 46.200,55).
The Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) is obliged to obey the policy of the Minister of Defense and Security (MENHANKAM) concerning medical care for privileged health insured (ASKES) members who are retired Armed Forces members and retired civilians of the Defense and Security Department / Armed Forces together with their family members. These people are entitled to hospitalization according to their ranks / last position (VIP Class, First Class, Second Class or Third Class).
This instruction is contrary to the fact that all privileged health insured (ASKES) patients are only entitled to third class. Furthermore, no extra funds / budget / subsidy is provided for it Thus, the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) must bear the burden of double subsidy that is lower cost for privileged health insured (ASKES) members and the "Special Ones".
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudianti P.S. Ariono
"RSPAD Gatot Soebroto sebagai rumah sakit rujukan tertinggi untuk TM-AD dan ABRI, juga memberi pelayanan Kesehatan untuk masyarakat umum, sehingga dituntut untuk dapat menghadapi persaingan bebas rumah sakit, dengan memberi pelayanan yang balk, efisien, efektif dan tarif yang sesuai (rasional). Pelayanan Hemodialisis (Cuci darah) merupakan salah satu layanan unggulan RSPAD-G yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat dan bahan habis pakai, yang sangat terpengaruh dengan krisis moneter yang terjadi saat ini. Agar layanan unggulan ini tidak menjadi beban subsidi rumah sakit, perlu dilakukan analisis biaya sebagai pedoman penetapan alternatif tarif yang dikaitkan dengan kebijakan yang berlaku di RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat operasional, dimana dilakukan analisis biaya terhadap kegiatan layanan Hemodialisis di Unit Renal RSPAD Gatot Soebroto selama tahun anggaran 1997/1998.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui biaya satuan hemodialisis, yang dapat memberi gambaran kinerja rumah sakit atau Unit Renal khususnya, sehingga dapat dilakukan perencanaan Anggaran dan Pengendalian biaya lebih baik, serta melakukan Penetapan Tarif sesuai kebijakan yang berlaku dengan lebih rasional, agar dapat melakukan persaingan sehat antar Rumah sakit, dan melakukan negosiasi harga dengan pihak ketiga penyandang dana.
Hasil Penelitian memperlihatkan bahwa biaya satuan hemodialisis yang didapat dari analisis biaya lebih tinggi dari tarif yang berlaku, sehingga diketahui selama tahun anggaran 1997 / 1998 sebenarnya terjadi defisit yang berupa subsidi Rumah sakit kepada pasien Swasta. Ternyata bila dikaitkan dengan kebijakan yang berlaku dan tingkat inflasi yang terjadi akibat krisis moneter, maka didapatkan alternatif tarif yang cukup tinggi. Diketahui pula bahwa dengan melakukan reuse ginjal buatan, dapat menekan biaya cukup berarti. Diharapkan dengan tarif hasil penelitian ini, dapat dilakukan pengendalian biaya operasional Rumah sakit.

Cost Analysis and Pricing Alternative on Haemodialysis in Renal Unit RSPAD Gatot Soebroto for the Fiscal Year 1997/1998As a Top referal Army Hospital in Indonesia, RSPAD Gatot Soebroto also gives Public Health services. For that reason, it requires the ability to face hospital free competition and give a good, efficient, effective services with rationable price. Hemodialysis is the one superior and expensive service of RSPAD Gatot Soebroto, because of very expensive cost for medical supply, medicine and current substances, which are having a great deal influences from monetary crisis that happening here now. In order to prevent this superior service become a burden for the hospital, it needs cost analysis as a guide for pricing alternative according to hospital policies. This study is an operational study, where the cost analysis are treated on hemodialysis service activities in Renal Unit RSPAD Gatot Soebroto for 19971 1998.
The purpose of this study is to understand unit cost of haemodialysis, which can give global hospital activities performance or more specific in Renal Unit, and so the budget planning and cost control could be done better, and also determining price according to hospital policies and rationable for good hospital competition and negotiated the price with sponsor.
The result of this study is that unit cost for haemodialysis higher than the prevailing price, and so founded deficit for the fiscal year 1997 1 1998, with hospital subsidies to private pasien. Apparently if it connected with be in effect hospital policies and inflasion rate, it will give more higher alternative price. Also known that re-use for dialyzer could pressed enough the haemodialysis price. With alternative price from this study, the controlling for the hospital operational cost are hoped to be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitorini
"Rawat jalan adalah pintu gerbang rumah sakit yang merupakan cermin rumah sakit secara keseluruhan dan mempunyai arti strategis. Rawat jalan menjadi faktor penentu daya saing rumah sakit dan berfungsi sebagai profit center serta menampakkan citra rumah sakit. Permintaan rawat jalan pada sebuah rumah sakit dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, baik faktor dari pengguna maupun dari faktor penyedia jasa pelayanan yang merupakan satu kesatuan dalam menghasilkan suatu produk pelayanan di rumah sakit. Produk pelayanan suatu rumah sakit sangat erat kaitannya dengan orang orang yang menghasilkan produk layanan seperti : dokter, perawat serta tenaga administrasi. Oleh karena itu, kinerja yang baik dari pemberi pelayanan kesehatan akan meningkatkan kepuasan bagi penguna layanan kesehatan. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto memiliki pelayanan khusus untuk masyarakat umum bernama Paviliun Kartika. Pada evaluasi di tahun 2011 ditemukan pemanfaatan / utilisasi poliklinik sore Paviliun Kartika tidak maksimal. Perlu diketahui faktor internal dari sisi dokter, dari sisi manajemen Paviliun Kartika serta dari sisi kebijakan RSPAD, yang berhubungan dengan utilisasi poliklinik sore Paviliun Kartika. Motivasi dalam diri seseorang berupa daya dorong untuk berbuat sesuatu dan tujuan yang ingin dicapai dengan berbuat sesuatu tersebut. Motivasi juga dipengaruhi perasaan aman dalam bekerja, gaji yang sesuai, lingkungan kerja yang menyenangkan, kepemimpinan dan penghargaan. Oleh karena itu sebagai salah satu sumber penghasilan terbesar rumah sakit, unit rawat jalan harus dikelola dengan profesional, kinerja dan motivasi ditingkatkan sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal dan mampu memberikan kepuasan bagi pengguna layanan kesehatan.

Outpatient hospital is the gate which is the overall hospital mirrors and has a strategic significance. Outpatient be the determining factor of competitiveness and the hospital serves as a profit center as well as revealing the image of the hospital. Demand outpatient at a hospital affected by internal and external factors. Many factors that influence the utilization of health care facilities, both factors of users and service providers of the factors which are an integral part in producing a product of service in hospitals. Products service of a hospital is closely associated with the people who produce services such as doctors, nurses and administrative staff. Therefore, the good performance of the health service will increase user satisfaction for health care services. Gatot Soebroto Central Army Hospital have specialized services to the general public named Pavilion of Kartika. In the evaluation in 2011 found the use / utilization clinic Pavilion of Kartika in the afternoon was not optimal. Keep in mind the internal factors of the physician, of the management of the Pavilion of Kartika and RSPAD policy, relating to utilization clinic of Pavilion Kartika in the afternoon. Motivation in the form of a thrust oneself to do something and the objectives to be achieved by doing these things. Motivation is also influenced by a sense of security in the work, an appropriate salary, pleasant working environment, leadership and respect. Therefore, as one of the biggest sources of income hospitals, outpatient unit should be managed by a professional, improved performance and motivation so as to give maximum contribution and able to provide satisfaction for users of health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihotang, Pastina R.
"Kepuasan kerja perawat searah dengan kepuasan pasien dan kepuasan pasien merupakan hasil kerja perawat berkualitas. Banyak hal yang mempengaruhi kepuasan kerja, salah satu adalah iklim kerja. lklim kerja dibentuk oleh berbagai dimensi, dalam penelitian ini adalah kesesuaian, tanggung jawab, standar, penghargaan, kejelasan dan tim kerja. Kepuasan kerja secara komposit dilihat dari upah, otonomi, syarat pekerjaan, kebijakan organisasi, status professional dan interaksi.
Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional dengan potong lintang (cross sectional) terhadap dua populasi yaitu perawat pelaksana di ruang rawat inap(RRI) dan ruang rawat jalan (RRJ). Sampel terdiri dari 260 perawat yang tersebar di 27 RRI dan 115 perawat yang tersebar di 19 RRJ. Kemudian dilakukan uji beda mean pada kedua populasi. Penelitian dilakukan tanggal 27 juni sampai 10 juli 2002. Instrumen penelitian terdiri dari 29 pernyataan untuk mengukur iklim kerja dan 30 pernyataan mengukur kepuasan kerja. Kuesioner yang digunakan di RRI sama dengan di RRJ.
Gambaran karakteristik responden di RRI, 90% dari 241 perawat adalah perempuan, 53,1% lulusan SPK, 0,8% sarjana dan sisanya lulusan Akademi. 51,0% perawat berusia antara 21-37 tahun, dengan rata-rata lama kerja 7-8 tahun(61,8%). Responden di RRJ n= 121 perawat, 79,3% perempuan. Umumnya responden lulusan SPK (81,0%), 68% mereka berusia antara 43-57 tahun dengan rata-rata lama kerja 12 tahun, dan 52,1% diantaranya mempunyai lama kerja antara 12-30 tahun.
Deskripsi iklim kerja di RRI memperlihatkan bahwa rata-rata perawat ragu terhadap adanya iklim kerja kondusif di tempat kerjanya dimana nilai pada skala Likert antara 3,0-3,96. Rata-rata pendapat terendah adalah yang mereka rasakan terhadap penghargaan dengan R= 3,0 dan tertinggi pada tim kerja dengan Rh= 3,96. Di RRJ rata-rata perawat berpendapat tidak setuju terhadap penghargaan (X= 2,95) dan ragu terhadap tim kerja yang mendukung dengan 3C= 3,92.. Deskripsi rata-rata yang dirasakan perawat terhadap kepuasan kerja berada antara 3, 07- 3,54 dengan nilai terendah adalah perasaan terhadap status professional dan tertinggi terhadap kebijakan organisasi dengan SD= 0,4- 0,5.
Hasil analisis bivariat (Pear-sons correlation) antara iklim kerja ( kesesuaian, tanggung jawab, standar, penghargaan, kejelasan dan tim kerja) dengan kepuasan kerja memiliki nilai p= 0,0001 (
Uji t pada kedua populasi menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata yang dirasakan perawat terhadap iklim kerja yaitu dimensi tanggung jawab, tim kerja, kesesuaian dan kejelasan di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan (pa ). Rata-rata kepuasan kerja perawat pada kedua populasi juga berbeda khususnya pada komponen otonomi, syarat pekerjaan, interaksi dan kebijakan organisasi (p
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pimpinan RSPAD kiranya meningkatkan kernampuan manajer di semua lini agar handal dalam proses manajemen yang menciptakan iklim kerja kondusif yang berdampak terhadap kepuasan kerja staf. Hendaknya proses menenukan manajer keperawatan memenuhi kriteria kepemimpinan, terutama melalui proses pengkaderan. Perlu meninjau kembali tanggung jawab manajer dan staf disejajarkan dengan tujuan organisasi disertai pendelegasian jelas. Dibutuhkan kejelasan struktur organisasi yang memberdayakan staf secara optimal. Meninjau dan menegaskan kembali standar pelayanan (struktur & proses) dan sistem penghargaan sesuai kebutuhan. Kepala ruangan kiranya senantiasa meningkatkan ketrampilan kepemimpinan dan kemampuan berperan sebagai model (role model) bagi staf keperawatan yang dipimpinnya. Untuk dapat memperoleh hasil lebih baik, penelitian ini perlu dilanjutkan dengan wawancara mendalam bahkan dengan suatu kuasi eksperimen,
Daftar Pustaka = 72 (1971 - 2001)

Comparative and Relationship between Working Climate and Working Satisfaction for Nurses Staff In-patient Ward and Out-patient Ward in Gatot Soebroto Army Hospital JakartaNurse's working satisfaction is paralel with patient's satisfaction. It is a result of the performance of qualified nurse. There are some factors that influence working satisfaction, one of them is working climate. It is formed by many dimensions, in this research are conformity, responsibility, standard, reward, clarity and team spirit/team work. The composite of working satisfaction is shown composite are pay, autonomy, working requirements, organization policies, professional status and interaction.
This research is descriptive correlational by cross sectional toward two populations, namely practising nurse in the ward for in- patient and in out- patient department. Sample consist of 260 nurses in 27 in-patient wards and 115 nurses in 17 out-patient wards. Then comparative was analyzed between those two populations. Research was conducted from 27 June to 10 July 2002. The instruments consist of 29 questionares related to working climate and 30 questionares related to working satisfaction. It was used the same questioner for nurses working in in-patient department as well as for the nurses in out patient department.
Description of characteristic respondent in in-patient wards were 90% of 241 nurses are female, 53,1 % SPK graduates, 0,8 % Faculty graduates and the rest is graduated from Academic of Nursing or Academic of Midwifery. 51,0 % of nurses has age within the range of 21-37 years old. Working experiences of them within average 7-8 years (61,8 %). The member of respondents in out-patient department n = 121 nurses, 79,3 % of them are female. The respondents are graduates from SPK (81,0%). Their age range from 43- 57 years old, and 52,1% of them have had working experiences for 12-30 years.
Description of working climate result findings showed that responding of the nurses related to conducive working climate in their working place using Likert Scale is ambigous with the value range from 3,0 to 3,96. Average score toward reward with x = 3,0 and the highest score is team work with x = 3,96. The average of nurses who work in out patient department, responding that they did not agree with the reward (x = 2,95 ) and ambigous toward team work supportly by x = 3,92. Average description nurses toward working satisfaction is 3,07-3,54 with the standart deviation of 0,4-0,5. The lowest value is the professional status, while the higst value is the organizational policy.
Findings using Pearsons correlation between working climate (conformity, responsibility, standard, reward, clarity and tern work) with working satisfaction has value p < a (0.0001). It_ means that there is a relationship between those two variables significantly, which define positive relationship from moderate to strong. The lowest relation in in patient ward is the team work and in out patient ward is the reward while the strongest relationship in in-patient ward is clarity and in out patient ward is responsibility. Multi tinier regression analysis using Backward method found that the correlation which is most significant in in- patient ward are responsibility, clarity and reward by R2 = 0,377 and value p = 0,0001 and then in out-patient ward are responsibility, standard and team work.
Comparative study using T-test findings of those two populations that the average perception of the nurses who are working in in-patient ward and out-patient department to ward working climate related to dimension of responsibility, team work and conformity has significant different ( p < a ) while toward the dimension of standard, clarity and reward, there is no different (pia). The average of nurse's working satisfaction in those two populations is different especially related to component of autonomy, working requirement, interaction and organization policy (p < a ) while the component pay and professional status is not different (p > a ).
Based on the research result is recommended to Gatot Soebroto's Army Hospital leader to improve the capability of managers in all levels so that they have competencies in management process, in regard to create conducive working climate which will have impact to the working satisfaction of the staff. Training or in-service education could be conducted in order to full M. the requirements of nurse managers in leadership and management ability, It is essential to evaluate the manager and staff responsibility based on the goal of hospital organization. The nursing service administration role should be clearly shown in organizational structure of the hospital in order to be able to supervise and to control nursing care delivery system. Nursing care standard and reward system should be reviewed and improved based on the merit system. To obtain the better result of this research need to proceed with depth interview or a quasi experiment.
Bibliography = 72 (1971 - 2001)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 10789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Dystra Maharani
"Geriatri rentan terhadap masalah terkait obat dikarenakan perubahan fisiologis yang berkaitan dengan usia yang dapat mengubah sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat, komorbiditas dan penggunaan beberapa obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah terkait obat pada pasien rawat inap geriatri dengan diabetes mellitus di RSPAD Gatot Soebroto tahun 2015 yang dianalisis berdasarkan PCNE V6.2. Pengambilan data dilakukan secara prospektif menggunakan resep, rekam medis, kardeks/catatan perawat. Sampel penelitian adalah data 26 pasien geriatri dengan DM yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yaitu resep, rekam medis, kardeks/catatan perawat yang dapat terbaca dan lengkap, data pasien dengan usia > 60 tahun dan data pasien yang menjalani rawat inap maksimal satu bulan perawatan periode Februari - April tahun 2015. Analisis dilakukan terhadap 299 terapi obat dari 26 pasien. Terdapat 166 jumlah masalah yang berhasil diidentifikasi. Persentase masalah efektivitas terapi (50,6%) dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (49,4%) dengan penyebab yang paling besar dikarenakan kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk kejadian interaksi obat (20,4%).

Geriatric is vulnerable to drug-related problems due to physiological changes associated with age which can alter the pharmacokinetic and pharmacodynamic properties of drugs, comorbidities and use of some medications. This study aimed to analyze drug-related problems in hospitalized geriatric patients with diabetes mellitus at Gatot Soebroto Army Center Hospital 2015, drug related problems were analyzed based on PCNE V6.2. Data were collected prospectively using prescriptions, medical records, index card/nurses records. Sample was data of 26 hospitalized geriatric patients which were readable and complete prescriptions, medical records, index card/nurses records, data of patients with age > 60 years and patient data who got inpatient treatment maximum one month from February to April 2015. The analysis was conducted to 299 drug treatment of 26 patients. One hundred and sixty six number of problems were identified. The percentage of treatment effectiveness (50.6%) and adverse drug reactions (49.4%) with the greatest causes due to a combination of drug-drug or drug-food inappropriately including the incidence of drug interactions (20.4%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puji Astuti
"Pasien pediatri rentan mengalami masalah terkait obat dikarenakan penggunaan obat untuk anak merupakan hal khusus dan berbeda dengan orang dewasa terkait perbedaan laju perkembangan organ, sistem enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi masalah terkait obat berdasarkan kategori yang dikelompokkan Pharmaceutical Network Europe versi 6.2.
Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medik, kardeks dan catatan perawat. Sampel merupakan data pasien rawat inap pediatri dengan diare yang berusia 1 sampai dengan <5 tahun pada tahun 2013-2014 tanpa penyakit penyerta. Analisis dilakukan terhadap 343 jenis terapi obat dari 65 pasien.
Jenis masalah terkait obat yang paling banyak terjadi adalah masalah efektifitas terapi sebesar 50,8% dengan sub domain tertinggi yaitu pasien menderita efek obat tidak optimal sebesar 32,3%. Masalah terkait obat lainnya yaitu ROTD sebesar 49,2% dengan sub domain tertinggi adalah ROTD bukan alergi sebesar 32,7%. Penyebab masalah tertinggi yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah penggunaan obat tanpa indikasi sebesar 38,%.

Pediatric patients susceptible to drug-related problems due to the use of medicines for children is special and different from adults related to differences in rates of organ development, responsible enzyme system for the metabolism and the excretion of drugs. This study aimed to evaluate the drug related problems in pediatric patients that were grouped based on Pharmaceutical Network Europe version 6.2.
This research method is descriptive and retrospective that using medical records, index card and nurse records data. Samples were pediatric hospitalized patient data with diarrhea which aged 1 to <5 years old in 2013-2014 without comorbidities. The analysis was performed on 343 types of drug treatment of 65 patients.
The most common drug related problem was treatment effectiveness (50.8%) with the highest sub domain was effect of drug treatment not optimal (32.3%). Other drug related problems was adverse drug reactions (49.2%) with the highest sub domain was adverse drug event non allergic (32.7%). The highest cause of problem identified in this study was drug use without indication (38%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Buana
"Pada penelitian ini, dilakukan perumusan strategi pemasaran untuk rawat inap kelas Utama dan VIP di lantai VI RSIA Budi Kemuliaan, dengan mempertimbangkan analisis situasi yang diperoleh dari seluruh faktor eksternal dan internal. Dengan analisis SWOT dan melalui proses Concensus Decision Making dapat ditentukan peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang ada. Dari hasil tersebut diketahui bahwa posisi pelayanan rawat inap lantai VI adalah pada kuadran 2 ,yaitu Internal Fix-it . Tahapan selanjutnya adalah dengan memperhatikan kesesuaian antara Road map jangka panjang rumah sakit yang ada dengan analisis situasi dan posisi yang didapatkan, sehingga dapat dilakukan penyusunan dan penetapan strategi pemasaran secara tepat dengan melakukan bauran pemasarannya atau marketing mix, yaitu product, place/distribution, price, dan promotion.

Research was done in formulating marketing strategies for the First and VIP Class inpatient rooms at the sixth floor of the Budi Kemuliaan Women?s and Children?s Hospital by taking into consideration the situational analysis which was obtained from all external and internal factors. Through a SWOT analysis and a consensus decision making process, opportunities, threats, strengths and weaknesses were determined. This resulted in an outcome where the service of the sixth floor inpatient room was positioned in quadrant 2, i.e., Internal Fix-it. The next step was observing how the hospital`s long term road map matched with the outcome of the situational analysis, so that appropriate preparation and marketing strategies could be done through a marketing mix, i.e., product, place/distribution, price and promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28443
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>