Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Solichin
"Kekurangan Energi dan Protein (KEP) pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. KEP pada balita merupakan akibat langsung dari kurangnya asupan zat gizi dan status kesehatan yang buruk karena penyakit infeksi, dan akibat tidak langsung dari ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, lingkungan dan faktor yang terdapat pada balita sendiri. Data PSG Balita di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang tahun 2001 s/d 2003 menunjukkan adanya kecenderungan meningkat kasus gizi buruk walaupun sempat turun pada tahun 2002, namun kembali meningkat pada tahun 2003.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan basis data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang yang dapat memberikan informasi tentang masalah gizi (termasuk sebaran gizi buruk) dengan cepat dan akurat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan/kebijakan dalam program perbaikan gizi masyarakat, baik yang sifatnya penanggulangan (intervensi), maupun pencegahan.
Pengembangan sistem yang dihasilkan berupa pengembangan basis data PWS Gizi di Subdin Kesga, Dinkes Kab. Serang. Keluaran (output) yang dihasilkan dalam pengembangan basis data PWS Gizi berupa data penimbangan bulanan balita (F/III/Gizi), data pelayanan program gizi (LB3 Gizi), grafik kecenderungan penimbangan bulanan balita, grafik kecenderungan balita yang berada dibawah garis merah (BGM), dan grafik kecenderungan balita yang menderita gizi buruk, serta peta penyebaran balita BGM dan balita gizi buruk.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PWS Gizi di Kabupaten Serang sudah sesuai dengan prosedur. Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan PWS Gizi meliputi 1) Komponen masukan dimana laporan dari Puskesmas sering terlambat dan tidak tepat waktu, 2) Komponen proses dimana pengolahan dan analisis data yang dilakukan masih secara manual, dan 3) Komponen keluaran dimana informasi yang didapat masih terbatas berupa laporan kegiatan untuk dilaporkan ke tingkat Propinsi.
Untuk mengatasi permasalahan ini diupayakan pembinaan administratif kepada Puskesmas, peningkatan kualitas pengelola program khususnya dalam pengolahan dan analisis data, di samping juga penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan PWS Gizi.
Daftar Pustaka: 39 (1979 - 2003)

Protein and Energy Malnutrition (PEM) among below 5 years children has been one of health problems burdening the developing countries, including Indonesia. These problems is a direct consequence of lack of nutrient intake and poor health status due to infectious diseases, and an indirect family food security, child rearing pattern, health care service, the environment, and internal factors of under fiver years children. Data of Nutrition Status Monitoring in Serang Regency from 2001 to 2003 showed that the number of malnourished increasing, whether decrease in year 2002 but increase in year 2003.
The objective of this study is to develop the database of local area monitoring on Nutrition Program in Serang Regency, which can give information of nutrition problems (including malnourished) faster and more accurate as source for decision maker in nutritional program, whether for intervention or to prevention.
The result of system development is the database of local area monitoring on Nutrition Program in Serang Regency. Output that resulted in database developing were the report of F/IIIIGizi, the report of LB3 Gizi, the graphic of monthly activity in Posyandu, the graphic of under red line (BGM) and malnourished children, and also the map of under red line (BGM) and malnourished children.
The result of this study showed that the implementing of local area monitoring on Nutrition Program in Serang Regency is good. The problem that faced are I) Input component that the report from Health Center is not routinely and also not on time, 2) Process component the method used in data processing is still manually, and 3) Output component the information still in report form that reporting to Province level.
To overcome the problems, it needed technical guidance for Health Center, enknowaging skill for officer especially in data processing and data analysis, beside to provide means and infrastructures properly in implementing the Local Area Monitoring in Nutrition Program at Serang Regency.
Refferences: 39 (1979 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heroe Sunarko
"Elemen yang penting dari manajemen suatu program adalah supervisi. Tanpa adanya supervisi sangat sulit kiranya obyektif suatu program dapat dicapai secara efisien dan efektif. Dalam pelaksanaan kegiatan UPGK di posyandu, pengetahuan dan keterampilan kader dipegaruhi oleh pembinaan dan bimbingan yang dilakukan oleh petugas puskesmas (TPG) pada waktu datang melakukan supervisi ke posyandu. Tetapi kenyataannya pelaksanaan kegiatan UPGK tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh TPG, namun sejauh ini belum banyak diketahui bagaimana pelaksanaan supervisi UPGK yang sebenarnya.
Adanya gambaran tentang pelaksanaan kegiatan supervisi UPGK yang dilakukan oleh TPG dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, adalah merupakan tujuan umum dari penelitian ini. Sedangkan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran tentang pelaksanaan kegiatan supervisi UPGK yang dilakukan oleh TPG di puskesmas, gambaran tentang karakteristik TPG dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan supervisi UPGK tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh TPG di 4 puskesmas sebanyak 16 kali pengamatan, dan wawancara mendalam (Focus Group Discussion) dengan TPG di 12 puskesmas di Kabupaten Bekasi.
Hasil penelitian adalah didapatnya gambaran tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh TPG, dimana jika ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan tindakan yang dilakukannya, maka supervisi UPGK belum berfungsi sebagai upaya untuk pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap kader di posyandu. Kegiatannya lebih banyak membantu dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain karakteristik TPG, sarana, dana, pedoman supervisi dan faktor-faktor yang menghambat lainnya. Namun demikian pelaksanaan supervisi masih bisa berjalan karena adanya faktor-faktor yang mendorong.
Saran yang diberikan, antara lain perlu peningkatan pengetahuan dan kemampuan TPG akan program TPGK, peningkatan sistem pengelolaan sarana, adanya pedoman supervisi yang operasional, menekankan akan pentingnya kegiatan supervisi terhadap keberhasilan suatu program, memanfaatkan forum-forum pertemuan yang ada untuk memberikan informasi tentang UPGK, pentingnya keterlibatan sektor lain yang terkait, dan himbauan kepada setiap petugas yang melakukan supervisi ke posyandu agar tidak mementingkan kegiatan salah satu program prioritas saja, tetapi juga program lainnya perlu mendapat perhatian yang sama.
Saran lainnya adalah contoh model supervisi dan "check list" supervisi yang mungkin bisa digunakan dan perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan supervisi TPGK dan faktor-faktor lain diluar faktor-faktor yang telah diamati secara kuantitatif."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Sahibul Falah
"ABSTRAK
Program Perbaikan Gizi telah berkembang dengan pesat, baik dilihat dari cakupannya maupun luasnya jangkauan program tersebut. Pada Pelita V, kebijaksanaan program ini ditekankan pada peningkatan kualitas program. Dengan demikian diperlukan suatu manajemen program yang baik, termasuk perencanaan program yang lebih baik pula.
Berdasarkan mekanisme perencanaan "bawah atas" (bottom up planning), Dati II dituntut untuk lebih berperan dalam siklus perencanaan Nasional. Masukan dari Dati II menjadi penting bagi perencanaan Provinsi dan Tingkat Pusat. Sebagai suatu sistem, maka kualitas usulan rencana dari Dati II akan mempengaruhi kualitas usulan rencana keseluruhan secara Nasional.
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang perencanaan Program Perbaikan Gizi adalah kurang baiknya kualitas usulan rencana tanunan program tersebut pada Daerah Tingkat II.
Memandang perencanaan sebagai suatu sistem, maka kualitas usulan rencana tahunan program sebagai output perencanaan akan dipengaruhi oleh faktor input dan faktor proses. Adapun faktor input tersebut adalah Struktur Organisasi Perencanaan, Kemampuan Tenaga Perencana, Ketersediaan Informasi, Adanya Petunjuk Pelaksanaan, Tersedianya Waktu dan Jadwal Perencanaan serta Tersedianya Dana dan Fasilitas untuk perencanaan. Sedangkan faktor proses adalah Koordinasi Perencanaan, Pendelegasian Wewenang, Bimbingan Perencanaan, Keterlibatan Staf dan Pelaksana Program serta Penggunaan Metode Perencanaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Faktor Input dengan Proses penyusunan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II, serta hubungan Faktor Proses dengan Kualitas usulan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Penelitian ini merupakan survei deskriptif dan analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di 9 Dati II Provinsi Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih karena mempunyai Program Perbaikan Gizi yang cukup lengkap dari segi penanggulangan masalah gizi maupun dari segi jenis sumber pembiayaan yang meliputi APBN, APBD maupun APBD II.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Siklus Perencanaan tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II Provinsi Jatim, mengikuti siklus perencanaan tahunan kesehatan yang telah diatur dan dibakukan. Namun berjalannya siklus ini tergantung dari berfungsi tidaknya Tim Perencana dalam menjalankan mekanisme kerja proses penyusunan usulan rencana tahunan tersebut. Walaupun siklus perencanaan tahunan kesehatan telah dibakukan.. tetapi masih belum sinkron sepenuhnya dengan siklus perencanaan pembangunan di Dati II. Keadaan ini ditunjukkan oleh ketidaksesuaian antara batas waktu penyelesaian dokumen usulan rencana tahunan kesehatan dengan diselenggarakannya Rakorbang Tk II. Rakorbang dilakukan lebih awal dibandingkan dengan selesainya dokumen usulan rencana tahunan kesehatan. Sedangkan dokumen tersebut merupakan bahan pembahasan dalam Rakorbang Tk II, yang dibahas dalam Rakorbang baru merupakan Dokumen Pra usulan yang datangnya dari Tk Kecamatan, dimana Pra Usulan tersebut belum sempat dibahas oleh Tim Perencana Kesehatan.
Wadah organisasi Perencanaan, dalam bentuk Tim Perencana yang bersifat fungsional, kurang dapat menampung fungsi dan beban tugas perencanaan. Keadaan ini diperburuk lagi dengan tidak adanya kejelasan mekanisme kerja Tim dan uaraian tugas masing-masing anggota Tim serta ketidak jelasan mengenai sumber pembiayaan untuk proses penyusunan rencana tersebut. Selain itu belum jelasnya petunjuk pelaksanaan penyusunan rencana tahunan dan informasi mengenai dasar penentuan kegiatan yang dibiayai dari APBN, APBD dan Bantuan Luarnegeri tidak jelas kriterianya. Hal ini menyebabkan Tim Perencana membuat usulan kegiatan-kegiatan yang sama dengan tahun yang lalu. Namun demikian ketersediaan informasi untuk penyusunan analisis situasi telah tersedia di sebagian besar Dati II.
Tingkat Pengetahuan Sikap dan Praktek (PSP) yang berkaitan dengan perencanaan dari Tim Perencanaan menunjukkan perlunya peningkatan. 22,2% Tim dengan katagori baik, 44,5% katagori cukup dan 33,3% dengan katagori kurang. Hal ini berkaitan dengan kurang memadainya bimbingan perencanaan dari tingkat provinsi maupun dari Pemda Tk II.
Koordinasi perencanaan Program Perbaikan Gizi secara lintas program terutama dengan program yang akan dilaksanakan di Posyandu, telah dilaksanakan oleh sebagian besar Tim. 33,3% Tim belum melakukan koordinasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan belum baiknya fungsi dan mekanisme kerja dari Tim Perencanaan. Sedangkan koordinasi perencanaan secara lintas sektoral yang merupakan ciri dari Program Perbaikan Gizi, belum berjalan sebagai mana mestinya. Forum koordinasi seperti Rakorbang TK II dan Rapat Badan Pelaksana Perbaikan Gizi Daerah (BP2GD), belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk Koordinasi lintas sektoral perencanaan tahunan Program Perbaikan Gizi. Keterpaduan lintas sektoral baru tercermin pada tahap keterpaduan perencanaan operasional kegiatan. Hal ini dilakukan setelah masing-masing program atau sektor menerima DIP/anggarannya.
Faktor input : Struktur Organisasi Perencanaan, Pengetahuan, Sikap dan Praktek (PSP) Tim Perencana, Ketersediaan Informasi, Kejelasan Petunjuk Pelaksanaan serta Tersedianya Waktu dan Jadwal Perencanaan mempunyai hubungan yang erat dengan Proses penyusunan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Faktor PSP Tim Perencanaan serta Ketersediaan Informasi Perencanaan merupakan dua Faktor Input yang hubungannya paling erat dengan Proses penyusunan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Kelima Faktor Proses yaitu Koordinasi Perencanaan, Pendelegasian Wewenang, Bimbingan Perencanaan, Keterlibatan Staf dan Pelaksana Program dan Penggunaan Metoda Perencanaan mempunyai hubungan yang erat dengan Kualitas usulan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Faktor Penggunaan Metoda Perencanaan dan Bimbingan Perencanaan merupakan dua Faktor Proses yang hubungannya paling erat dengan Kualitas usulan rencana tahunan Program Perbaikan Gizi Dati II.
Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan fungsi perencanaan di Instansi Kesehatan Dati II. Upaya tersebut antara lain memperjelas uaraian tugas dan mekanisme kerja Tim yang dikaitkan dengan Surat Keputusan pembentukan Tim tersebut. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang perencanaan bagi Tim Perencana dan Koordinator Gizi melalui bimbingan perencanaan. Perlunya disusun Juklak Penyusunan Rencana Tahunan yang dapat dimengerti oleh Tim Perencana. Dalam penyusunan ini sebaiknya melibatkan/dibahas bersama Tim tersebut dalam forum konsultasi yang ada. Ketersediaan Informasi perencanaan perlu ditingkatkan terutama yang menyangkut kriteria penentuan anggaran dan kegiatan yang dapat dibiayai dani APBN, APBD I, APBD II dan Bantuan Luar Negeri. Selanjutnya untuk waktu jangka panjang perlu pemikiran lebih lanjut mengenai pembentukan Unit Perencanaan dalam bentuk struktural di Dinas Kesehatan maupun di KanDepKes Dati II, untuk menampung fungsi dan tugas perencanaan yang bebannya semakin berat serta adanya kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan otonomi yang lebih besar dibidang kesehatan pada Dati I.I.
Diperlukan peningkatan Koordinasi perencanaan lintas program dan lintas sektoral, dengan lebih memfungsikan forum koordinasi yang telah ada seperti Rapat Tim Perencanaan, RakerKesDa, Pertemuan Konsultasi Koordinator Gizi. Rakorbang Tk II dan Rapat BP2GD. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Pramitha Mahatmi
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai estimasi VO2max aktivitas fisik status gizi dan asupan gizi energi protein vitamin B1 vitamin C zat besi dan kalsium antara kelompok peserta dan non peserta ekstrakurikuler olahraga Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain ecological study Sampel dalam penelitian ini adalah 66 orang siswa laki laki berusia 16 ndash 18 tahun yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 33 orang peserta ekstrakurikuler olahraga dan 33 orang non peserta ekstrakurikuler olahraga Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2013 di SMA Yaspen Tugu Ibu I Depok Nilai estimasi VO2max diperoleh melalui 20 m shuttle run test
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai estimasi VO2max pada kelompok peserta ekstrakurikuler olahraga lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok non peserta ekstrakurikuler olahraga Selain itu aktivitas fisik status gizi asupan protein asupan zat besi dan asupan kalsium antara kelompok peserta dan non peserta ekstrakurikuler olahraga diketahui juga berbeda secara signifikan Sekolah dianjurkan untuk menambah jenis ekstrakurikuler olahraga agar siswa tertarik untuk berolahraga Selain itu sekolah juga diharapkan mampu memberikan penghargaan atas pencapaian siswa di bidang olahraga melakukan tes kebugaran kompetisi olahraga penimbangan berat badan pengukuran tinggi badan dan penyuluhan gizi secara berkala

The purpose of this study was to compare estimated VO2max physical activity nutritional status and nutritional intakes energy protein vitamin B1 vitamin C iron and calcium between participants and non participants of sport extracurricular This study was an ecological study Sample of this study were consisted of 66 male students aged 16 ndash 18 and divided into two groups which were 33 participants of sport extracurricular and 33 non participants of sport extracurricular The data were collected from March to April 2013 at SMA Yaspen Tugu Ibu I Depok Estimated VO2max was measured by using 20 m shuttle run test
The results showed that estimated VO2max in participants of sport extracurricular were significantly higher than non participants of sport extracurricular Besides estimated VO2max physical activity nutritional status protein intake iron intake and calcium intake between participants and non participants of sport extracurricular were significantly different as well The school is suggested to add various kinds of sport extracurricular in order to make students more interested in engaging in sport activities In addition to suggestions school is also expected to give reward for student's achievement in sport examine cardiovascular fitness do sport competition weight and height measurement and nutrition education regularly
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmanadji Widajat
"ABSTRAK
Salah satu kebijakan Pemerintah selama PIP-II di bidang manajemen rumah sakit adalah pelaksanaan Program Akreditasi terhadap seluruh rumah sakit (RS), baik milik Pemerintah maupun Swasta di Indonesia. Tujuan dan manfaat program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, sekaligus untuk memudahkan program pembinaan bagi RS yang membutuhkan. Walau demikian, mengingat kendala dan keterbatasan yang ada, maka strategi pelaksanaan akreditasi RS dilaksanakan secara bertahap, baik jenis pelayanan yang diakreditasi maupun RS yang siap diakreditasi.
RSUP Dr. Kariadi, yang merupakan RS kelas Pendidikan juga mampu sebagai pusat percontohan mutu pelayanan RS. Oleh karenanya, di samping melaksanakan self assessment terhadap 5 jenis pelayanan dasar, dalam rangka uji-coba akreditasi tahun 1996, juga terhadap jenis pelayanan lain yang dianggap penting.
Salah satu jenis pelayanan RS yang dianggap penting ialah : Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Alasannya antara lain karena : RSUP Dr. Kariadi ditetapkan sebagai salah satu calon RS-panduan PGRS, sehingga berkinginan menjadi pusat rujukan ringan PGRS diwilayah sekitarnya.
Disamping itu hasil survei Tim Depkes (1995) terhadap 10 RS kelas A & B pendidikan belum menggembirakan (termasuk RSUP Dr. Kariadi), menunjukkan adanya kesenjangan antara keadaan sekarang dan gambaran/profil PGRS yang diinginkan.
Berangkat dari alasan dan masalah kesenjangan tersebut di atas, maka sangat bermanfaat bila diadakan suatu operational research (penelitian operasional) yang menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal pada Instalasi Gizi untuk Perumusan Strategik (Strategy Formulation) Standar optimal PGRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Metodologi penelitian operasional ini secara diskriptif dengan mempergunakan tehnik analisis strategik yang terdiri atas 3 tahap (David FR, 1995) : (I) Tahap input, dengan analisis faktor eksternal (EFE) dan faktor internal (DE), ( II) Tahap matching, dengan analisis SWOT dan SPACE, ( III) Tahap decision, dengan analisis QSPM (kalau perlu).
Penentuan bobot (weight) dan nilai (score) pada tiap-tiap faktor kritis dilaksanakan dengan cara good intuitive judgement dan dimantapkan dengan metode Delphi. Hasil ke tiga tahap analisis merupakan Strategi Terpilih (Strategic Choice) untuk mencapai standar optimal PGRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Hasil penelitian sebagai berikut :
1. Kedudukan strategik Instalasi Gizi dan PGRS di RSUP Dr. Kariadi masih cukup kuat secara finansial, namun tidak dapat tumbuh dan berkembang baik karena tidak mempunyai daya saing kuat. Tempat kedudukan ada di kuadrat kiri atas.
Tipe strategi yang paling tepat : Stategi Konservatif.
2. Prioritas Strategi Terpilih ialah : I. Tingkatkan citra RSUP Dr. Kariadi, khususnya PGRS, dengan cara konsolidasi dan program pemasaran yang terpadu. II. Tonjolkan produk unggulan PGRS yang bersifat revenue, sementara produk layanan lainnya tetap dimantapkan, III. Tingkatkan manajemen SDM (terutama motivasi kerja dan pemanfaatan SDM mahasiswa/siswa praktek).
Disarankan antara lain, agar analisis strategik seperti tersebut di atas dapat dipergunakan oleh pimpinan RS/Intitusi lain di lingkungan Dep. Kes untuk merumuskan strategi mencapai sasaran seseuai dengan visi/misi yang telah ditetapkan.

ABSTRACT
One of the Government's policy in the hospital management during 2nd-PIP (Longterm National Development) is an implementation of the Hospital Accreditation Program in Indonesia. The goals of this program are to increase the quality of the hospital services, as well as to aid the underquality hospitals. Since there are some constrains in practices, the Hospital Accreditation Program will be implemented stage by stage. At present time, the first stage is being done as a pilot project of self-assessing hospital accreditation towards 5 kinds of primary hospital services : Administration and Management, Medical Care, Nursing Care, Emergency Care, and Medical Records.
Dr. Kariadi hospital, as a largest Teaching Hospital and Medical Referral Hospital in Central Java, should also be able to be a center of the Hospital Nutrition Service (PGRS) networks. For these reasons, during self-assessing hospital accreditation at Dr. Kariadi Hospital in 1996, there will also be completed with other important services i.e. Hospital Nutrition Services (PGRS). Besides, the result of study by Depkes Surveyors Team is disappointed. They highlighted that the highest accreditation score among 10 teaching hospitals (to be centers of PGRS) were only fair score, even there were very low score in 2 teaching hospitals of them. There were some problems in each hospitals especially in the facilitation and human resource.
Because of these problems, it will be very important to perform a Study of the External and Internal factors of Nutrition Department for a Strategy Formulation to achieve the optimal standard of the Hospital Nutrition Services of Dr. Kariadi Hospital.
This is an Operational Research, and a descriptive study with 3 stages of strategic analysis and choice : ( 1 ).The input stage, consists of : Identifications, EFE (External Factor Evaluation) and 1FE (Internal Factor Evaluation), (2 ). The matching stage consists of : a SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) and a SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) matrix analysis and (3 ). The decision stage consists of : a QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) analysis.
Some integrations have to be combined between intuition and scientific analysis in the critical success factor evaluations. In this matter, a "good interactive judgment" in data scoring has to be done by a Delphi method.
The results of this study are as follow : (1 ). The strategic position of Nutrition Department is quite strong in the aspect of Financial Strength, but it is not able to grow up automatically due to the Competitive disadvantage (laid in upper left quadrant of SPACE matrix). (2 ). The appropriate type of strategy : Conservative Strategy. ( 3 ). The strategic choice that can be interpreted as The Grand Strategy are :
a). Market penetration & development, do an integrated marketing to increase a good reputation of Hospital Nutrition services (PGRS) in the community.
b). Product development and concentric diversifications, develop one or two new revenue product and while keeping on maintenance of the current products.
c). Increase the human resources management, especially how to motivate in working.
Even though it is such a recommendation to the hospital administrators to practice the strategic analysis and choice (especially SWOT analysis) for anything to achieve or to make a good strategic decision under conditions of uncertainty.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmiyani
"Menarche merupakan peristiwa datangnya menstruasi yang pertama kali bagi seorang perempuan. Menarche merupakan tahapan akhir dari pubertas yang menjadi ciri khas kedewasaan dan kesiapan bereproduksi. Saat ini menarche terjadi pada usia yang semakin muda. Penurunan usia menarche ini perlu mendapatkan perhatian karena semakin muda usia menarche semakin berisiko terkena kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai usia menarche dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarche. Penelitian berlangsung pada bulan Mei 2013 di SDN 11 pagi dan SMPN 62 Jakarta Timur. Desain penelitian Cross-sectional dan bersifat deskriptif. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 324 orang siswi. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat yang dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan 70,7% siswi telah mengalami menarche. Rata-rata usia menarche adalah 11,92 ± 0,98 tahun. Usia termuda 8,25 dan tertua 14,58 tahun. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan menarche dengan peluang siswi gemuk 2,2 kali (95% CI=1,7-2,8) jika dibandingkan dengan siswi status gizi normal. Hubungan yang bermakna juga pada lamanya waktu berlatih fisik selama 45 menit dengan peluang 1,6 kali (95% CI= 1,1-2,2 ) dibandingkan dengan siswi berlatih fisik selama 60 menit dan besarnya uang jajan siswa ≥Rp10.000,- berpeluang 1, 4 kali (95% CI 1,0-1,9) menarche cepat. Hal ini bermakna secara statistik ( nilai p=0,013). Disarankan untuk melakukan pengawasan terhadap asupan gizi siswi karena status gizi yang erat hubungannya dengan terjadinya menarche lebih cepat.

Menarche menstruation is an event for the first time a woman. Menarche is the final stage of puberty is a hallmark of maturity and readiness to reproduce. Currently menarche occurs at an increasingly young age. Decrease in age of menarche is necessary to get attention because of the young age of menarche increasingly at risk for breast cancer. This study aims to gain an idea of the age of menarche and the factors associated with the age of menarche. The research took place in May 2013 at SDN 11 am and SMP 62 Jakarta Timur. Cross-sectional research design and descriptive besifat. The sample size in this study were 324 students. Analyses were performed using univariate and bivariate analysis using Chi Square.
The results showed 70,7% girls had experienced menarche. The average age of menarche was 11,98 ± 0,98 years. Youngest age of 8,25 and the oldest 14,58 months. Bivariate analysis showed no association between nutritional status at menarche with opportunities chubby schoolgirl 2,2 times (95% CI = 1,7-2,8) when compared with a normal nutritional status schoolgirl significant relationship was also on the length of time of physical exercise for 45 minutes with a chance of 1,6 (95% CI = 1,1-2,2) times compared with female students physical exercise for 60 minutes and the amount of pocket money students ≥10.000,- chance of 1,4 (95% CI 1,0-1,9) times faster menarche. This was statistically significant (Pvalue = 0,013). It is recommended to monitor the nutritional intake of students since nutritional status is closely related to the occurrence of menarche sooner."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Ester
"Obesitas merupakan masalah global yang terjadi pada semua kelompok umur, termasuk anak usia pra sekolah. Anak yang mengalami obesitas memiliki risiko untuk tetap obesitas sampai dewasa dan kecenderungan untuk mengalami berbagai masalah kesehatan. Berbagai penyebab terus diteliti untuk mencari faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak. O leh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan faktor lainnya dengan kejadian obesitas pada anak usia pra sekolah. Disain studi pada penelitian ini adalah studi potong lintang pada murid TK A dan TK B di tiga TK Yayasan Bunda Hati K udus, Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan 23.3% anak mengalami obesitas. Faktor- faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas pada anak pra sekolah adalah asupan energi (p= 0.014 ; CI 95%) dan kebiasaan menonton TV (p= 0.013; CI 95%). Disarankan agar orangtua semakin berperan dalam mengawasi j umlah asupan anak dan memberikan batasan dalam waktu menonton televisi di rumah. P ihak sekolah perlu mengadakan penimbangan rutin serta meningkatkan kesadaran anak terhadap masalah obesitas melalui kegiatan akademik dan non akademik di sekolah.

Obesity is a global problem which may be happened in all ages group, including pre-school children. C hildhood obesity may lead children to be at risk being obese in adulthood and increase the tendency of having some health problems. Many researches has been conducted to find the factors which are associated with childhood obesity. Therefore, this research was designed to explore the associations between food habit and physical activity to obesity in pre-school children. This cross sectional study was done in three kindergarten schools of Yayasan Bunda Hati K udus, Jakarta. The prevalence of obese children was 23.3%. Moreover, intake energy (p= 0.014 ; CI 95%) and television watching (p=0.013; CI 95%) were significantly correlated with obesity. Thus, parents need to take more control in limiting the amount of food for their children and also limiting the time of watching television. In addition, school may help decreasing the number of obese children by conducting anthropometric measurement for all children and raising parents awareness about childhood obesity through academic or non academic activity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Friska Arthalina Permata
"Gangguan pola makan terjadi pada anak penyandang autis maupun anak normal. Penelitian terdahulu mengungkapkan gangguan pola makan yang terjadi pada kelompok autis lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak normal. Obesitas dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan pola makan, ketidakseimbangan asupan gizi, aktivitas fisik rendah, dan gangguan pola tidur. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara kejadian obesitas dan faktor-faktor lainnya pada kelompok autis dan kelompok normal.
Penelitian ini dilakukan pada 38 anak penyandang autis dan 38 anak normal yang berusia 5-11 tahun dengan desain ecological study sehingga dapat dilihat perbandingan dari kedua kelompok tersebut. Pengambilan data dilakukan menggunakan adaptasi dari kuesioner Brief Autism Mealtime Behavior Inventory (BAMBI), Physical Activity Questionnaire for older Children (PAQ-C), Pediatric Behavior Scale (PBS), dan food record.
Hasil dari penelitian ini adalah persentase obesitas lebih kecil pada kelompok autis (29%) dibandingkan dengan kelompok normal (60,5%). Selain itu, rata-rata asupan gizi {asupan energi (p 0,0001), asupan protein (p 0,0001), asupan lemak (p 0,0001), asupan karbohidrat (p 0,0001), asupan serat (p 0,045)} pada kelompok autis lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal. Rata-rata gangguan pola makan (p 0,0001) dan gangguan pola tidur (p 0,041) pada kelompok autis lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok normal. Perbedaan yang tidak signifikan terlihat pada aktivitas fisik (p 0,215) pada kedua kelompok. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat hubungan dari faktor-faktor tersebut terhadap kejadian obesitas pada anak penyandang autis dan anak normal.

Feeding problems are more pervasive among children with autism than typically developing children. Obesity can be influenced by the presence of feeding problems, positive energy imbalance, low physical activity, and sleep problems. The purpose of this study was to compare between the incidence of obesity and other factors in the autism group and the typically developing group.
This study was conducted on 38 children with autism and 38 typically developing children aged 5-11 years with ecological study design to see comparison of the two groups. Data were collected using adapted questionnaires from Brief Autism Mealtime Behavior Inventory (BAMBI), Physical Activity Questionnaire for older Children (PAQ-C), Pediatric Behavior Scale (PBS), and food record.
Results indicated higher percentage of obesity among children with autism (29%) than typically developing children (60,5%). Besides, lower average of nutrient intake {calories (p 0,0001), protein (p 0,0001), fat (p 0,0001), carbohydrate (p 0,0001), fiber (p 0,045)} indicated among autism children than typically developing children. Higher average of feeding problems (p 0,0001) and sleep problems (p 0,041) indicated among autism children than typically developing children. Significant difference was not seen in the physical activity (p 0,215) from these two groups. Further research is needed to examine the relationship between these factors with the incidence of obesity among children with autism and typically developing children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pemerintah RI, 2000
612.3 IND r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Makasar: DPP Pergizi angan Indonesia, 2002
641.1 PAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>