Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hidayat Gunawan
"ABSTRAK
Komite Medik adalah wadah baru dalam struktur organisasi perumah sakitan di Indonesia, terlahir dengan diberlakukannya SK Menkes no 983/1992. Komite ini bertugas membantu direktur rumah sakit untuk menjaga kualitas pelayanan medik dengan menghimpun, mengatur, mengawasi dan mengembangkan tenaga medis rumah sakit.
Akreditasi rumah sakit adalah salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia, dimana pelayanan medis merupakan salah satu aspek didalamnya. Para pelaksana pelayanan medis ini adalah tenaga medis yang pengaturan pengelolaannya dilaksanakan oleh Komite Medik, sehingga Akreditasi rumah sakit secara tidak langsung menilai Komite Medik.
Untuk melihat sejauh mana intervensi persiapan akreditasi rumah sakit mempunyai pengaruh pada pengembangan Komite Medik di RSU R Syamsudin, SH, diadakan penelitian yang dilakukan antara bulan Juni 1997 sampai dengan Maret 1998 di RSU R Syamsudin, SH Sukabumi.
Rancangan penelitian ini adalah Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif pada organisasi Komite Medik di RSU R Syamsudin, SH Sukabumi, dengan melakukan Pengamatan Berperan Serta terhadap pelaksanaan proses persiapan akreditasi, melaksanakan Wawancara Mendalam kepada direktur dan pengurus inti Komite Medik yang berkaitan dengan hambatan yang terjadi pada fase pra akreditasi dan kondisi minimal yang harus ada agar Komite Medik dapat tetap aktif pada fase pasca akreditasi serta pengisian kuesioner yang ditujukan kepada seluruh pengurus dan anggota Komite Medik yang isinya berkaitan dengan pengembangan yang terjadi setelah proses persiapan akreditasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi pada fase pra akreditasi adalah kurangnya informasi, kemandirian dokter yang berlebihan, "sense of belonging" yang kurang dan belum adanya "medical staff by laws". Pengembangan yang terjadi setelah proses persiapan akreditasi adalah terjadi peningkatan pengetahuan, aktivitas dan struktur Komite Medik. Dirasakan juga terjadi peningkatan motivasi dalam mengembangkan Komite Medik oleh para tenaga medik. Adapun kondisi minimal yang harus ada agar Komite Medik tetap konsisten pada fase pasca akreditasi adalah adanya komitmen bersama dari seluruh anggota Komite Medik, minimalisasi hambatan, disiplin yang tinggi pada jadwal program dan adanya dukungan direktur yang berkesinambungan.

ABSTRACT
The "Komite Medik" or Medical Committee is a new setting within organizational structure of a hospital, established through the Decree of Minister of Health number 983/1992. Its mission is to assist the hospital director in the conduct of recruitment, developing regulation, supervision and developing of the medical staff, in order to maintain the quality of medical service.
Accreditation of hospital is an attempt launched by Department of Health to upgrade the level of health service performance in all hospitals through out Indonesia. The accreditation of hospital service is very closely related to the performance of the medical staff which is administered professionally by the "Komite Medik".
This study attempts to identify and analyze to what extent the process of accreditation does influence the performance of the "Komite Medik" in R. Syamsudin Hospital, where the study was undertaken from June 1997 up to March 1998.
The design was a case study, using quantitative and qualitative approaches. Observation by active participation to all of the accreditation process, indepth interviews with director and main staff of "Komite Medik" in connection with resistances and obstacles and to find out minimal condition to maintain the performance of "Komite Medik" after intervention and interview using questionnaire addressed to all staffs and members of "Komite Medik" in connection with the development occurred after the process of accreditation were methods to collect data.
The result of the study showed that in pre accreditation period were lack or shortage of information, too great independency of individual staff, lack of sense of belonging, and the absence of medical staff by laws.
However, improvement of knowledge, developing of subcommittees as well as the increase of activities of "Komite Medik" were significantly seen after the accreditation process.
The minimal condition to maintain the existancee "Komite Medik" are common commitment by all members of "Komite Medik", minimalizing resistances and obstacles, maximaling discipline to obey scheduled program and above all by continuous support given by the hospital director.
"
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Halim
"ABSTRAK
Pelaksanaan akreditasi rumah sakit merupakan salah satu langkah strategis dari Departemen Kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia.
Pelayanan keperawatan adalah salah satu aspek yang akan diakreditasi, merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan sangat penting, karena baik /buruknya mutu pelayanan keperawatan sering menentukan baik /buruknya mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah Serang mendapat kepercayaan dari Depar temen Kesehatan untuk diakreditasi tahun 1996.
Rendahnya nilai penerapan standar asuhan keperawatan pada waktu diadakan self assessment dalam rangka pelatihan mempersiapkan RSUD Serang untuk diakreditasi, memacu manajer RSUD Serang untuk meningkatkan manajemen asuhan keperawatan.
Untuk melihat sejauh mana dampak upaya peningkatan ini, pada penerapan standar asuhan keperawatan diadakan penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 1996 dan bulan November 1996 di RSUD Serang.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan studi dokumentasi, yang merupakan Instrumen A dari Buku Pedoman Evaluasi dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI.
Upaya-upaya ini membawa dampak positif dengan meningkatnya tingkat penerapan standar asuhan keperawatan dari 26,83 % pada bulan Mei 1996, menjadi 59,17 % pada bulan November 1996.
Peningkatan yang cukup tinggi ini bila dibandingkan dengan nilai standar akreditasi (75 %) masih kurang, kemungkinan penyebabnya antara lain peserta pelatihan tidak seragam pendidikannya, beratnya beban kerja perawat, tingginya Turn Over tenaga kontrak kerja perawat.

ABSTRACT
Nursing service one of the aspect that will be accredited, is a very important part of health service, because the quality of hospital services is also depended on nursing service.
In 1996, Department of Health accredited General Hospital Serang. Prior to the accreditation process, the hospital was required to do self assessment. During the self assessment the hospital's Management Team discovered that nursing service quality was low.
The result the assessment stimulated the Hospital's management to improve the nursing service quality.
To understand the improvement of the nursing service, the nursing service on May 1996 and on November 1996 was reviewed.
Research method used was an approach of documentation study, used the A instrument from Evaluation Standard book and Standard Implementation of Nursing, published by Department of Health.
The study found that during the research nursing service was improved from 26.83 % on May 1996 to 59.17 % on November 1996.
The improvement was less than the accreditation standard (75 %). This condition may be caused by several factors, such as heterogeneous of the training participant, over work load of nurse, and highly turn over of contracted nurse.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widy Hartono
"ABSTRAK
Dunia saat ini sedang memasuki Revolusi Industri Keempat yang ditandai dengan
penggunaan teknologi informasi dan elektronika untuk otomatisasi produksi oleh
industri-industri yang ada. Hal ini akan memberikan dampak yang besar terhadap
seluruh industri barang maupun jasa. Industri kesehatan seperti rumah sakit juga tidak
akan terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi informasi dan elektronika ini.
Pertumbuhan rumah sakit di Indonesia semakin meningkat dengan pertambahan jumlah
rata-rata sebesar 5,2% sejak tahun 2012 sampai dengan bulan April 2018 yang
didominasi oleh rumah sakit swasta profit yaitu sebesar 17,3%. Persaingan antar rumah
sakit dalam meningkatkan pelayanan kesehatan menjadi semakin sengit. Pelayanan
rawat jalan merupakan salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang harus menjadi
perhatian karena merupakan etalase rumah sakit yang menjadi pintu masuk dan titik
pertama dari kontak awal antara pasien dan rumah sakit. Jumlah kunjungan pasien rawat
jalan yang besar, ramai dan padat akan menimbulkan berbagai dampak negatif. Kualitas
pelayanan merupakan salah satu determinan pendorong yang menjadikan teknologi
informasi sebagai salah satu prioritas kebutuhan di dalam pelayanan kesehatan saat ini.
Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang mulai diminati dan berkembang
adalah penggunaan teknologi mobile dan nirkabel di dalam pelayanan kesehatan.
Penggunaan teknologi ini sebagai bagian dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan suatu aplikasi digital untuk pelayanan kesehatan di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru. Penelitian ini merupakan
suatu penelitian kualitatif dengan disain analitik operasional dengan melakukan
wawancara mendalam untuk menggali berbagai permasalahan dalam pelayanan
kesehatan di rawat jalan. Permasalahan akses ke pelayanan kesehatan dan pertukaran
informasi menjadi permasalahan-permasalahan utama yang ditemukan dalam penelitian
ini. Fitur pendaftaran poliklinik, e-konsultasi, rekam medik mobile, informasi
pelayanan, informasi produk, edukasi kesehatan, hubungi kami, pengingat dan
permainan dalam suatu aplikasi digital dapat menjadi alternatif solusi terhadap
permasalahan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan.
Pengembangan aplikasi digital ini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang ada.
Kata kunci: Revolusi Industri Keempat, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kualitas
Pelayanan Kesehatan, Aplikasi Digital, Sistem Informasi Rumah Sakit

ABSTRACT
The world is currently on the cusp of Fourth Industrial Revolution which is
characterized by the use of information and communication technology for the
automation of industrial production. This revolution will impact the entire goods and
services industry. Health industries such as hospitals will also be affected. Hospital
growth in Indonesia has been increasing approximately by 5.2% since 2012 until April
2018, 17,3% dominated mostly by profit oriented private hospitals. The competition will
become tougher. Outpatient care is one of the hospital health services that should be
given more attention because it is the entrance and first point of initial contact between
patient and hospital. It will reflect the overall quality of hospital services. Large number
of outpatient visits and crowded environment will cause various negative effects.
Quality of service is one of the driving determinants for the importance and usage of the
information technology. It becomes priority in health services industry nowadays.
Mobile and wireless technology are amongst the most popular information technology
growing and used in health services. As part of the Hospital Information System, this
technology will be able to improve the quality of health services in hospital. This
research aims to develop a digital application for health services in the Outpatient
Department of Santa Maria Hospital Pekanbaru. This is a qualitative study with
operational analysis design by conducting in-depth interviews to explore the problems
in outpatient health services. Access to health services and information exchange are
the main problems found in this study. Features of polyclinic registration, econsultation,
mobile medical records, service information, product information, health
education, contact us, reminders and games in a digital application provide an
alternative solution to the health service problems in Outpatient Department. The
development of this digital application will improve the quality of health services.
Keywords: Fourth Industrial Revolution, Information and Communication Technology,
Health Services, Digital Applications, Quality

"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djuhari Suryasaputra
"Panitia Farmasi dan Terapi merupakan salah satu Panitia dan Komite Medik di RSU Tasikmalaya, yang fungsinya membantu Direktur rumah sakit dalam penggunaan obat dan kebijakan pengobatan di rumah sakit. Penampilan Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dirasakan masih belum optimal. Disamping itu, pimpinan rumah sakit merasakan bahwa hal ini berhubungan dengan salah satu fungsi manajemen yaitu fungsi penggerakan.
Penelitian ini mengidentifikasi proses penggerakan Panitia Farmasi dan Terapi periode April 1996 sampai dengan Maret 1997, dengan desain studi kasus retropektif pendekatan deskriptif analitik kualitatif Diidentifikasi pula faktor pendukung dan faktor penghambat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan telaahan dokumen. Data proses adalah fakta yang digali melalui pengungkapan pendapat pelaku proses atas faktor-faktor.
Hasil yang didapat adalah sebagian besar proses penggerakan kurang berjalan sebagaimana mestinya, sementara sebagian kecil berjalan baik..Penelitian ini dengan mengukur dan menilai jawaban yang relevan, kelengkapan proses dan keadekuatannya. Kesimpulan pokok adalah proses penggerakan yang berkaitan dan berpengaruh terhadap komunikasi, kepemimpinan, pengarahan, motivasi dan kemudahan.
Saran yang diajukan berupa upaya yang ditujukan untuk memperkecil faktor penghambat, langsung atau tidak langsung, yaitu antara lain saran untuk Direktur rumah sakit : untuk penanggulangan sikap malas dan kurang motivasi kerja dengan diusahakan mendapatkan angka kredit fungsional bagi anggota Panitia Farmasi dan Terapi, dan mempergunakan sistim insentif serta pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Direktur agar berinisiatif menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi, dengan demikian tidak usah menunggu petunjuk pelaksanaan begitu lama dari Depkes RI. Hasil penelitian ini merupakan masukan kepada manajemen rumah sakit, khususnya Panitia Farmasi dan Terapi dalam Komite Medik.

The Analysis of Actuating Management Function of the Pharmaceutical and Therapy Committee of Medical Committee in Tasikmalaya General HospitalThe Pharmaceutical and Therapy Committee as one of the Medical Committee in Tasikmalaya general hospital, its function is to assist hospital director in drug utilization and medical treatment policy in the hospital. Within the hospital, it is felt that performance of the committee was suboptimal. Furthermore, hospital managers felt that this is related to one management function, which is actuating.
This research identifies the actuating process of Pharmaceutical and Therapy Committee during the period of April 1996 till March 1997, designing the case study of retrospective approach and qualified analyze description. We also identify supported factors and handicaps factors. The collection of the data done by using depth interview and document study. The data process is the fact that profoundly exposures through the explained opinion of process worker on the factors.
The results which can be found is that most of the actuating process did not goes as we hope, while a small part of the process goes well. This research with measures and evaluates the relevancies answers. The principal conclusion is the actuating process dealing and influencing with communication, leadership, directing, motivation and facilities.
The suggestion that can be proposed is the will especially to minimize the handicaps factor, directly or indirectly, some of them namely : the suggestion for the Director of Public Hospital : to overcome the lazy attitude and less of the work motivation tried getting functional credit point for the members of Pharmaceutical and Therapy Committee, and use the incentive system and also give reward and punishment ; the Director have to own idea for arranging the technical work and technical guidance of Medical Committee and Pharmaceutical and Therapy Committee, so is not necessary waiting too long the technical work from the Central Health Department. The result of this research is the input to the management for hospital, especially for Pharmaceutical and Therapy Committee and Medical Committee."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Article 157 section 4 of the Limited Corporation Act stated that Company which does not reform its statuta within a periode of time arranged by article 157 section 3, the company can be dissolved by Court's decision based upon attorney's petition or authorized party. It does not mean automatically dissolve but should be liquidated. It could appen that a limited corporation may not reform its statuta after August 16th, 2008 but the company still exists because it does not automatically cause the last of its legal entity status. A limited corporation is still recognised as a legal entity eventhough the corporation does not reform its statuta according to Limited Corporation Act No. 40/2007 because there is no single article which arranges legal sanction for contravention of the article 157 section 4."
JUHUBIS
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Haryono
"ABSTRAK
Komite Medik RS. Pertamina Jaya Jakarta Pusat yang telah berjalan selama satu tahun, merupakan wadah fungsional untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai peningkatan multi pelayanan medik di rumah sakit. Melalui pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Komite Medik yang dilaksanakan selama 1 tahun dari periode 1 April 1997 s/d 31 Maret 1998 dibandingkan periode 1 April 1996 s/d 31 Maret 1997. Untuk mengetahui apakah masukan, proses, dan keluaran dari kegiatan Komite Medik berdasarkan SK Kepala RSPP/RSPJ dengan membandingkan pelayanan medik tindakan bedah RSPJ pada periode sebelum dan sesudah terbentuk Komite Medik.
Penelitian ini merupakan studi kualitatif, menggunakan pendekatan studi kasus pada Komite Medik RS. Pertamina Jaya dengan membandingkan sebelum dan sesudah terbentuk Komite Medik, menggunakan instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer dari informasi, data sekunder dari dokumentasi serta penggunaan kuesioner untuk penilaian tingkat kepuasan pasien, dengan meneliti masukan, proses dan keluaran yang sudah memiliki bentuk, khususnya yang berhubungan dengan masukan, proses dan keluaran kegiatan Komite Medik pada tindakan bedah di RS. Pertamina Jaya.
Dari hasil penelitian, didapat suatu gambaran pengorganisasian Komite Medik berdampak positif terhadap masukan, proses, keluaran tindakan bedah sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan Komite Medik di RS.Pertamina Jaya.
Selanjutnya pada peningkatan multi pelayanan medik di RS. Pertamina Jaya, perlunya Komite Medik membantu dan bekerja sama dengan Kepala Rumah Sakit dalam mengawasi dan evaluasi masukan, proses, keluaran secara berkesinambungan.

ABSTRACT
The Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital at Central Jakarta was a functional organization that had an obligation to implement progress on the quality of the medical service at the hospital. Through observations and evaluations, the performance of the two periods of Medical Committee, 1 April 1996 to 31 March 1997 and 1 April 1997 to 31 March 1998, were compared. To find out whether the input, the process, and the output of the Medical Committee activities were based on the decree of the Head of Pertamina Hospital Centre or Pertamina Jaya Hospital, the medical service of surgical action of the hospital on the periods before and after the Medical Committee formed was compared.
This research is a quality study using a case study approach on the Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital. The research instruments were used to collect primary data from information, secondary data from documentation and questioner in evaluating the degree of patients satisfaction, and then used to examine the input, the process and the output that had a shaped, especially related to the input, the process and the output of the Medical Committee's activities on the surgical actions at the hospital.
In the findings, a description of the organizing of the Medical Committee was discovered that it had a positive impact onto the input, the process and the output of the surgical action. Thus the findings of this research can be used as a foundation to improve the performance of the Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital in the future.
To increase the quality of the medical service of Pertamina Jaya Hospital, Medical Committee need to assist and cooperate with the Head of the Pertamina Jaya Hospital in observing and evaluating the input, the process, and the output continually.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardi Astradipura
"ABSTRAK
Sistim Rujukan adalah suatu sistim dalam pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan ilmu pengetahuan dan keterampilan ataupun pasien dari unit yang berkemampuan kurang kepada yang lebih mampu baik secara vertikal ataupun horizontal.
Rumah Sakit Umum Indramayu merupakan Rumah Sakit Rujukan untuk Puskesmas -puskesmas di wilayah Indramayu dan fasilitas kesehatan lainnya.
Pada kenyataannya jumlah pasien rujukan dari Puskesmas dalam tahun 1994. Sampai dengan tahun 1996 mengalami penurunan, juga tidak ada kunjungan dokter Spesialis ke Puskesmas-Puskesmas untuk rujukan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan sistim rujukan Depkes.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu Model Rujukan Medik yang sesuai dengan sarana dan prasaranayang ada di RSUD Indramayu.
Jenis Penelitian adalah kualitatif deskriptip.
Dengan membuat analisa SWOT terhadap Sistim Rujukan di RSUD Indramayu sekarang FGD dengan dokter spesialis, direktur RSUD Indramayu dan wawancara mendalam dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu serta kuesioner kepada 49 dokter Puskesmas maka dibuatlah Suatu model Rujukan Medik yang disepakati dan dianggap cocok dengan kendaraan sarana dan prasarana yang ada di RSUD Indramayu.
Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa model Rujukan Medik yang dipakai adalah dengan kunjungan dokter spesialis ke Puskesmas Kawedanaan/Puskesmas Perawatan untuk alih pengetahuan dan keterampilan kepada dokter Puskesmas di Wilayah Kawedanaan dalam satu bulan sekali dan mengunjungi forum pertemuan dokter poliklinik pabrik dan forum organisasi masyarakat serta organisasi profesi, juga dokter spesialis siap dihubungi selama 24 jam oleh dokter Puskesmas dalam kasus gawat darurat dan pasien dari Puskesmas bisa dirawat di Puskesmas Perawatan sebagai Sub Sentra Rujukan, Rumah Sakit Indramayu menjadi "RUMAH SAKIT TANPA DINDING".
Disarankan agar dibuat SK bersama antara Direktur RSUD Indramayu dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu dan SK Bupati untuk memperkuat SK diatas, serta adanya anggaran daerah untuk mendukung model rujukan Medik dimaksud.

ABSTRACT
The Development of Medical Refferal Model by Indamayu District General HospitalA Referral System is a system in the health administration where to occur of transfer a know ledge and skill or patient as well from the unit the has less ability to the unit that has more ability as well as vertical or horizontal.
Indramayu District general hospital is the referral hospital for the Puskesmas in the Indramayu area and the other health facility.
In the fact a large number of referral patient from the Puskesmas in 1995 until 1996, get down, Then is not visited specials doctor to Puskesmas for Referral a know ledge and skill agree with Referral system Health Department.
This research has purpose for make medical referral model agree with facility and infrastructure in the General Hospital District Indramayu.
Research classification is descriptive qualitative with to create FGD, The in depth interview and questioner.
With make analysis SWOT About Referral System PIN General Hospital District Indramayu Now, FGD With specialist doctor, director and the in depth interview with the head minister of health Department District Indramayu, with questioner to 49 doctor Puskesmas then to make as medical referral model that has agreed and consider with facility and infrastructure in the general hospital district Indramayu.
Form Research that has conclude about medical referral model as use is with visited specialist doctor to Puskesmas Kawedanaan/Puskesmas Perawatan form to occur of transfer a knowledge and skill to doctor Puskesmas in the Kawedanaan Area for in once month between specialist doctor according to rotation and to visitor from doctor forum factory, people organization forum and Professional Organization also is specialist doctor ready to contact for 24 Hours by doctor Puskesmas in emergency critical case and Patient
from Puskesmas can be care in Puskesmas Perawatan as Sub center referral, and Indramayu General Hospital can be , Hospital without wall.
To Propose that make together between director General Hospital District Indramayu with the headmaster of health Department district Indramayu and SK Bupati for to strength the SK Above, then to make regional budget to support medical referral model as meant.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Setiakusumah
"Perkembangan Komite Medik rumah sakit di Indonesia didasaarkan kepada Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XI/l92 yang bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme tenaga medis dan mengembangkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia. Konsep Komite Medik rumah sakit di Indonesia merupakan adopsi dari Medical Staff Organization rumah sakit di Amerika. Komite Medik bertanggung jawab kepada Direktur rumah sakit dan mempunyai fungsi sebagai berikut : menyusun standar pelayanan dan memantau pelaksanaannya, membina etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota dan mamantau pelaksanaannya, mengembangkan program pelayanan, mengembangkan program pendidikan dan latihan, mengembangkan penelitian dan pengembangan.
Medical Staff Organization rumah sakit di Amerika adalah grup dokter yang berkaitan dengan struktur organisasi dan fungsi khusus organisasi terbentuk dalam jalinan hubungan dokter dengan Governing Body. Medical Staff Organization tidak mengatur diri sendiri dalam arti sebagai badan otonom tetapi bertindak berdiri sendiri dalam arti sebagai pemeliharaan pengendalian dan disiplin. Mereka memilih pimpinannya sendiri dan peraturannya sendiri yang disetujui oleh Governing Body. Medical Staff Organization setingkat dengan Chief Executive Officer dan keduanya bertanggung jawab kepada Governing Body.
Joint Commission on Accreditation of Hospitals menetapkan prinsip dasar organisasi rumah sakit yaitu adanya organisasi staf medis tunggal yang bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap mutu pelayanan profesi yang diberikan seseorang clinicus dalam kewenangannya, sebagaimana juga tanggung jawab keabsahan laporan kepada Governing Body. Medical Staff Organization menampilkan paling sedikit lima fungsi : credential dan privilege, proctoring, performance measurement, peer review, dan corrective action. Penelitian masalah utama RS.Tugu adalah pengembangan Komite Medik RS.Tugu yang mengacu kepada Peraturan Pemerintah. Dan disain metodologi dan penelitian adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif.
Pada penelitian menunjukan cikal bakal Komite Medik telah terbentuk di RS.Tugu. Organisasi staf medis sebelum tahun 1996 yaitu Kelompok Fungsional atau Dewan Medik tidak menampilkan kegiatan dan anggotanya bertindak sebagai tenaga medis klinis profesional saja. Pada penelitian juga menunjukan bahwa semua dokter (100%) menyatakan Komite Medik perlu ada dan perlu dikembangkan. Akhirnya, penelitian merumuskan rekomendasi bentuk model Komite Medik RS.Tugu.

The development of Komite Medik in Indonesia Hospitals was based on the Ministry of Health's decree No.983/Menkes/SK/XI/92 which has the objective to maintain professional autonomy of doctors and to develop high quality medical services in Indonesia hospitals. Concept of Komite Medik in Indonesia hospitals adopted from Medical Staff Organization in America hospitals. Komite Medik is responsible to hospital Director and has functions as follow development and implementation of hospital medical standards, maintaining ethical conducts, development and implementation of clinical privileges, development of quality of medical services in hospitals, and conducting training and education, research and development.
Medical Staff Organization in America hospitals is a group of practitioners refers to an organizational structure and specific organizational functions that exist in order to relate practitioners to their health care center's Governing Body. The Medical Staff Organization is not self-governing in the sense of being autonomous. But the staff organization act as self-governing in the sense of maintaining self-control and self-discipline. They choose their own leader and their own bylaws which be approved by Governing Body to run their organization. Medical Staff Organization is at the same level with the hospital Chief Executive Officer and both of them are responsible to Governing Body.
The Joint Commission on Accreditation of Hospitals has established as a basic principle of hospital organization that : there is a single organized medical staff that has overall responsibility for the quality of the professional services provided by individuals with clinical privileges, as well as the responsibility of accounting therefore to the Governing Body. Medical Staff Organization performs at least five functions : credential and privilege, proctoring, performance measurement, peer review, and corrective action. The study of the main problem of Tugu Hospital was the development of Komite Medik of Tugu Hospital referred to Government Rules and Regulations. And the design of metodology of the study was a ease study with qualitative approach.
The study shown that embryo of Komite Medik had been already exist in Tugu Hospital. The organization of medical staff before year 1996 called Kelompok Fungsional or Dewan Medik performed no activities and the members acted as clinic professional physician only. The study also shown that all doctors (100 %) needed Komite Medik in Tugu Hospital to be exist and developed. Finally, the study made a recommended design of Komite Medik of Tugu Hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Stephanie Sri Rahayu Soetedja
"Komite Medik lahir dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.983/Menkes/SK/XI/1992 tanggal 12 Nopember 1992 , dengan orientasi tugas kepada pengendalian kualitas pelayanan medic di rumah sakit antara lain membantu direktur dalam menyusun standar pelayanan dan memantau pelaksanaannya, melaksanakan pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota staf medis fungsional, meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pclatihan serta penelitian dan pengembangan. Pembentukan Komite Medik di Indonesia ini mengadopsi konsep MSO ( Medical Staff Organization ) yang ada di dalam rumah sakit di negara Amerika Serikat dan memegang peranan panting atas mutu pelayanan rumah sakit.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan program akreditasi rumah sakit dengan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 436/Menkes/SK/VI/1993 tanggal 3 Juni 1993, dengan tujuan memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hasil akreditasi suatu rumah sakit secara tidak langsung mencerminkan kondisi Komite Medik yang ada.
Dalam rangka untuk mengetahui pelaksanaan tugas Komite Medik Rumkital Dr. Mintohardjo, setelah rumah sakit mendapatkan akreditasi dari Depkes RI , maka dilakukan penelitian selama 3 (tiga) minggu di Rumkital Dr. Mintohardjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif terhadap pengorganisasian dan pelaksanaan tugas Komite Medik Rumkital Dr. Mintohardjo, dengan melakukan wawancara mendalam antara lain kepada penentu kebijakan Rumkital Dr. Mintohardjo yaitu Wakamed merangkap sebagai Ketua Komite Medik dan Wakabin. Selain itu dilakukan penelitian dokumen dan pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan Komite Medik belum bekerja secara optimal dan tidak berkembang. Hal ini terjadi karena adanya beberapa kendala-kendala yang dihadapi Komite Medik dalam pelaksanaan tugasnya antara lain tidak adanya komitmen dari pimpinan dan ketua komite medik untuk mensosialisasikan Komite Medik, penerapan organisasi Komite Medik sebagai organisasi independen di Rumkital Dr. Mintohardjo tidak mudah.

The Medical Committee is established by the Decree of Indonesian Ministry of Health number 983/Menkes/SK/XI/1992 dated 12 November 1992. The Medical Committee is assigned to control the hospital medical services, to assist the Director in preparing and execution of the standard operational procedures, the execution of professional ethics guidance, the management of the medical staffs functional authority, to improve and promotes the medical service, education and training as well as the medical research and development. The Indonesian Medical Committee is adopted from the USA's MSO ( Medical Staff Organization) concept which is responsible for the quality of hospital's medical service quality.
In accordance to improve the hospital medical service, the Indonesian Ministry of Health establish an accreditation program for all hospital in Indonesia, by issuing the Decree of Minister of Health number 436/Menkes/SK/VI/1993 dated 3 rd June 1993. The purpose of the decree is to grant acknowledgement and accreditation for hospitals achieving its high qualified medical service standard .
The study is to analyze the performance in the tasks implemented by the Navy Hospital's Dr. Mintohardjo and the study was undertook for three weeks. The design of this study is a qualitative approach, using descriptive analyzing method. The data collected by conducting the method of indepth interview to 9 ( nine ) of the hospital staff, by study on hospital documents and by method of observation.
The result of the study verified that The Medical Committee did not optimally perform its duty and function. There are many obstacles and problems since there was no support of the hospital management. The chief of Medical Committee has lack of socialization and was not able to implement an independent Medical Committee within the hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuwanti
"Pada era globalisasi dan persaingan dalam bidang perumahsakitan saat ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien dan keadaan mutu pelayanan kesehatan secara obyektif di ruang rawat inap . Penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional . Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh pasien dan check list oleh pengamat. Analisa statistik yang dipakai adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif, analisa bivariat Anova untuk melihat perbedaan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat berbeda , analisa Korelasi dari Spearman dan uji Chi Square untuk melihat bagaimana hubungannya antara persepsi pasien dengan hasil pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien dan hasil pengamatan mutu pelayanan masih kurang baik. Didapatkan ada perbedaan tingkat kepuasan pada ruang perawatan yang berbeda. Faktor mutu keadaan fisik mempunyai hubungan yang baik dan siknifikan antara persepsi pasien dan pengamatan obyektif Sedangkan faktor mutu lainnya mempunyai hubungan yang lemah dan tidak siknifikan.
Berdasarkan penelitian ini disarankan ; perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien secara berkesinambungan, memprioritaskan peningkatan faktor mutu kepedulian dan keadaan fisik agar dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang dirawat di RSU.R.Syamsudin SH Sukabumi.

In this globalization and tough competition in business, hospitals are demanded to increase quality of health care services. One indicator to measure the quality of health care in hospital is patient satisfaction.
The goal of this research is to describe the degree of patient satisfaction and the objective quality of health service at ln-Patient Department. This research using a cross sectional approach and the primary data is taken by filling the questioner by patient and filling a check list by observer. Statistically analysis to be used are ; univariant analysis to show descriptive data , bivariant analysis with Anova to show the different degree of patient satisfaction and dimension of service quality from patient in different rooms and Spearman Correlation and Chi Square test to show how is the correlation between patient perceived and the result of the observation.
The result shows that the general degree of patient satisfaction and the observation result is not good . There is difference patient satisfaction in different service rooms. Dimension of tangibles have a meaningful correlation statistically between perceived patient and the observation , while the other dimensions has a bad correlation statistically and insignificant.
Based on the research, there are some suggestions such as ; measuring the degree of patient satisfaction, integratedly, prioritizing and increasing the dimensions of empathy and tangibles so that could give patient satisfaction at the general hospital R.Syamsudin SH Sukabumi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>