Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ila Fadila
"Penelitian ini mempelajari hubungan skinfoid thickness (penjumlahan biceps, triceps, subscapular, dan suprailiac)/RLPP/IMT dengan kolesterol serum pada orang dewasa. Variabel lain yang dianggap sebagai konfounder meliputi karakteristik responden yaitu : jenis kelamin, umur, indeks aktifitas, suku bangsa dan kebiasaan merokok. Analisis menggunakan data sekunder hasil Survei Gizi dan Kesehatan Pada Orang Dewasa (Kerjasama Direktorat BGM Depkes RI dan FKM-UI, Juni 1996) di 6 kota yaitu : Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Ujungpandang.
Desain penelitian adalah cross-sectional . Pemilihan responden (sampel) menggunakan rancangan klaster dua tahap, yaitu : (1) Probability Proportionate to Size (PPS) untuk memilih klaster, (2) Simple Random Sampling (SRS) untuk memilih rumah tangga (responden). Jumlah reponden yang diikutkan dalam analisis sebanyak 493 orang (laki-laki =170, perempuan = 323). Jumlah reponden ini merupakan sub-sampel dari penelitian Direktorat BGM Depkes RI bekerjasama dengan FKM-UI. Untuk membangun model prediksi kolesterol serum dengan penilaian status gizi digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Pada proses pemodelan digunakan tehnik backward elimination procedure.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya korelasi positif antara kolesterol dengan skinfold , kolesterol dengan umur, dan kolesterol dengan suku bangsa (p<0.01). Sebaliknya antara kolesterol dengan aktifitas terdapat korelasi negatif (p< 0.15). Sedangkan hubungan antara kolesterol dengan RLPP dan kolesterol dengan IMT tidak bermakna pada p< 0.05, tetapi bermakna pada p< 0.15, Rata-rata umur , indeks aktifitas dan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (p<0.01). Sebaliknya rata-rata skinfold thickness, IMT (p<0,01) dan kolesterol (p0.05) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dengan pertimbangan substansi, jenis kelarnin dimasukkan ke dalam model walaupun nilai p jenis kelamin di dalam model lebih besar dari 0.05.
Dari hasil pemodelan, terpilih model terbaik dengan persamaan regresi :
Kolesterol Serum = 153.58 + 0.36 Skinfold + 0.34 Umur -1.46 Sex (laki-laki) - 48.71 Aktifitas (bcrat) + 27.84 Suku. Model dapat menduga kadar kolesterol orang dewasa (urnur ~ 18 tahun) dengan kemampuan R2 = 12.63 %. Pada model terlihat bahwa kebiasaan merokok tidak memberi kontribusi terhadap model (p> 0.05). Sedangkan model yang dibangun berdasarkan RLPP maupun EMT mempunyai p> 0.05 sehingga kedua persamaan yang ada menjadi gugur.
Dari sudut kesehatan masyarakat, sebagai deteksi dini kadar kolesterol penggunaan ukuran skinfold thickness ini walaupun belum sensitif namun sebagai langkah awal perlu diperkenalkan dimasyarakat sesuai dengan kemampuan dan kepentingan yang ada. Selanjutnya perlu dilakukan validasi dengan parameter lain sebagai gold standard dan penambahan vaiiabel lain yang dianggap berhubungan.

Prediction Model of Serum Cholesterol based on Anthropometric Assessment of Nutritional Status (Skinfold Thickness, Waist Hip Ratio and Body Mass Index) Among Adults in Six Cities in Indonesia .The relationship between anthropometric measurement (skinfold thickness, WHR and BMI) and serum cholesterol contain among adult was explored in this study. The other variables assumed as confounder including respondent, namely: sex, age, activity index, ethnic, and smoking habitual. The analysis use secondary data from Health and Nutrition Survey Among Adult (collaboration of Nutrition Directorate -Ministry of Health of the Republic of Indonesia and The Faculty of Public Health - University of Indonesia, June 1996) in 6 cities: Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar and Ujungpandang.
The study design was cross sectional. The sampling method use two stages cluster design, they are : (1) probability proportionate to size (PPS) for choose the cluster; and (2) simple random sampling (SRS) for choose the household (respondent). The number of respondents involved in the analysis were 493 (170 males and 323 females), which were sub samples survey of Nutrition Directorate - Ministry of Health. To build prediction model of serum cholesterol with nutritional status assessment was used multiple regression analysis. Backward elimination procedure was used for model processing.
The study result indicated there was positive correlation between cholesterol and skinfold, cholesterol and age, and cholesterol and ethnic (p < 0.01). The relationship between cholesterol and activity indicated negative correlation ( p < 0.15). Meanwhile the relationship between cholesterol and WHR, cholesterol and BMI indicated no significant result on p < 0.05, but there were significant on p < 0.15. The average of age, activity index and WHRon males were higher than females (p < 0.01). On the contrary, average of skinfold thickness, BMI (p < 0.01) and cholesterol (p > 0.05) on females were higher than males. By substancial consideration, sex was included in the model eventhough p value of sex in the model was higher than 0.05,
Throughout the modelling, the best fit model in regression equation was :
Kolesterol = 153.58 + 036 Skinfo!d + 0.34 Age -1.46 Sex (male) - 48.71 Activity (heavy) + 27.84 Ethnic, the model could predict cholesterol among adult (age > 18 years) with R2 (coefficient of determination) is 12.63%. Smoking habitual not contribute to the model (p > 0.05). Meanwhile model which was built based on both of WHR and BMI had p > 0.05, so the two equations were failed.
By the public health aspect, as early detection of serum cholesterol, the usage of the measurement of skinfold thickness.need to be published and practiced on public user level, according to owned capability and interest priority_ Finally, validation with other parameter should be conducted as a golden standard assumed complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayangede Sutadarma
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh pemberian jus bayam 100 gram per hari selama empat minggu berturut-turut terhadap kadar NOx serum dan tekanan darah pada laki-laki dewasa muda. Penelitian ini merupakan uji klinis paralel, membandingkan 17 orang kelompok yang mendapat jus bayam disertai penyuluhan gizi (P) dengan 17 orang kclompok yang hanya mendapat penyuluhan gizi saja (K). Sebanyak 34 mahasiswa taki-lakt semester dua Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Data yang diambil meliputi usia. aktivitas fisik, indeks massa tubuh, asupan energi, natrium, dan nitrat anorganik dengan food recal/2 x 24 jam dan food recoNi, Pemeriksaan kadar nitrit, nitrat, dan NOx serum serta tekanan darah dilakukan pada awal dan akhir pcr!akuan. Anal isis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Sebanyak 17 orang kclompok P dan 16 orang kelompok K dengan median usia 18 (17~ 19) tahun yang mengikuti penelitian secara lengkap. Indeks aktivitas tisik subyek kedua kelompok termasuk rendah. Data awal tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>Q,05). Setelah empat minggu perlakuan, didapatkan persentase as11pan energi dibandingkan kebutuhan energi total termasuk kategori cukup pada kedua kelompok {8:4,93± 10,lebih rendah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 (1083.00 {834,84-1797,50) mg/hari vs 923,95 (676,20-2494,05) mg/hari. Asupan nimH anorganik lebih tinggl pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol (130,33 (107,28-195,85) mglhari vs 30,79 (9,47- 118,38) mg/hari. Pada kedua kelompok didapatkan peningkatan kadar nitrit, nitrat dan NO,. serum yang tebih tinggi pada kelompok perlakuan, namun secara statistik tidak bermakna (p->0,05). Tidak didapatkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang bemakna pada kelompok perlakuan (p>O,OS). Pemberian 1 00 gram jus bayam selama empat minggu berturut-turut tidak didapatkan peningkatan kadar nitrat, nltrit, dan NO,. serum sejak penurunan tekanan darah sistolik dan diastolk pada kelompok perlakuan.

The aims of this study were to investigate the effect of 100 gram per day spinach juice during four weeks on serum NO level and blood pressure in young adult male. The study was a parallel! randomized clinical trial Thirty four subjects of second semester male student Medical faculty of Udayana University were selected using certain criteria. The randomly (block randomization) thirty four subject were divided into two group. The treatment group {nc-·cJ7) received spinach juice and nutrition counseling; the control group (n"" 17) received nutrition counseling alone. Data collected included age, physical activity, body mass index, intake of energy, sodium, and inorganic nitrate using 2 x 24 hours food recall and food record. Laboratory findings {semm nitrite, nitrate, and NO.; levels) and blood pressure examination were done before and after intervention, For statistical analysis, unpaired Hest and Mann Whitney were used with the level of significance was 5%. Seventeen subjects in the treatment group and sixteen subjects in the control group completed the study and analyzed. Median of age were 18 (l7-19) years old. The physical activity index in both groups were low. The characteristic of the two groups were closely matched pH base line (p>0,05). After four weeks intervention, all subjects consumed energy achieved the recommended diet with an average of 84.93± 10,60 % in the treatment group and 88,19±5,47 % in the control group. The average intake of sodium in both groups were lower than Indonesian recommended dietary allowance 2004 (I 083,00 (834,84-1797,50) mg/day vs 923,95 (676,20-2494,05) mg/day). The average intake of inorganic nitrate in the treatment group increased significantly than in the control group (130,33 (107,28-195,85) mg/day vs. 30.79 (9,47-118,38) mg/day), 1n conclusion, there were increase in serum nitrite, nitrate and NOll levels which were higher in the treatment group, although not statistically significant (p>O,OS). There were also no significant decrease in systolic and diastolic blood pressure in the treatment group (p>0,05). In conclusions, the effects of lOO gram per day spinach juice during four weeks did not increase serum nitrite, nitrate and NOx level and also were not decrease systolic and diastolic blood pressure in the treatment group. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32849
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Aljufri
"Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tidak menular (PTM) adalah penyebab utama kematian di Indonesia. Penyakit Kardiovaskuler menjadi penyebab utama dengan 31,9% termasuk hipertensi (6,8%) dan stroke (15,4%).1 Risiko penyakit meliputi makanan. Salah satu makanan yang dipercaya mempunyai hubungan dengan penyakit jantung dan strok adalah durian. Durian (Durio spp.) adalah salah satu buah tropis yang disenangi di regio Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Berita yang beredar dimasyarakat menyatakan bahwa konsumsi durian dalam jumlah besar pada waktu relatif singkat dapat menyebabkan yang efek tidak baik untuk kesehatan. Maka, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah konsumsi durian dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat berpengaruh terhadap kadar kolesterol plasma tikus.
Dalam percobaan ini setiap grup yang terdiri dari grup kontrol maupun intervensi terdiri atas enam ekor tikus. Grup pertama mengkonsumsi durian selama satu minggu, grup kedua diberi intervensi durian selama dua minggu dan grup ketiga diberi intervensi durian selama tiga minggu. Durian yang diberikan dilarutkan dalam air dengan dosis yang sama dengan konsumsi lima buah durian/manusia/hari. Tikus lalu dikorbankan diakhir percobaan dan darahnya diambil untuk mengukur level dari kolesterol menggunakan kit (ST. Reagensia, Indonesia). Riset ini dilakukan dalam periode Juli 2012 sampai April 2013.
Pada minggu pertama, level kolesterol dari enam tikus yang hidup adalah 68,617 + 21,676 mg/dL. Pada minggu kedua experimen, level kolesterol darah dari grup kedua yang terdiri dari tiga ekor adalah 58,534 + 7,528 mg/dL dan grup perlakuan tiga minggu memiliki nilai kolesterol 55,654 + 0,489 mg/dL dengan nilai kolesterol darah dari kontrol keseluruhan sebesar 75,497 + 15,486 mg/dL. Dari percobaan ini, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai kolesterol darah. Namun, secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,5). Dapat dilihat bahwa kolesterol tidak meningkatkan level kolesterol darah.
Dari survei literatur, ditemukan bahwa durian tidak mengandung substansi yang berbahaya. Di sisi lain, hasil percobaan menunjukkan tidak ada peningkatan level kolesterol darah bahkan sebaliknya. Studi literature menyatakan bahwa durian mengandung substansi antioxidan yang secara tidak langsung dapat mengurangi level kolesterol darah.

Since long time, Durian (Durio spp.) is appreciated and consumed widely in Southeast Asia countries. However, there is a rumor among people that consuming durian in a relatively great number and in relatively short time could cause dangerous effect such as increase in the blood cholesterol level, heart attack, abortion, or even stroke. Therefore, the aim of this investigation is to test whether the durian consumption in relatively long time could increase the blood cholesterol level.
A number of rats were divided randomly into a group of 6 animals. The first group was fed with durian for 1 week, second group for 2 weeks, and the third group for 3 weeks. The durians were dissolved in water in a dose equivalent to five-durians/ human/day. The rats were sacrificed at the end of each period and blood was collected for cholesterol level, which is determined using a special kit (ST. Reagensia, Indonesia). The research was conducted from July 2012 to April 2013.
At the first week, the blood cholesterol level of 6 survival rat was 68,617 + 21,676 mg/dL. After 2 weeks of experiment, the blood cholesterol level of the second group 3 of 9 was 58,534 + 7,528 mg/dL. Later on, in 3 weeks intervention the blood cholesterol level (3 rats) was 55,654 + 0,489 mg/dL. Compare to blood cholesterol level in control group (5 rats), which was 75,497+ 15,486 mg/dL In conclusion, it seems that there were a decrease in blood cholesterol level in durian fed rats. However, statistical analysis shows that the different is not significant. It appears that the durian consumption did not increase blood cholesterol level.
From literature survey it is found that durian does not contain any harmful substance. Instead of increasing blood cholesterol level, durian contains antioxidant substance, which indirectly can reduce the blood cholesterol level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Maria Wahyuningtyas
"Penelitian ini adalah diketahuinya pengarub pemberian jus anggur 300 gram per hari selama dua minggu terhadap kadar NO serum laki-laki dan perempuan dengan kadar kolesterol total batas tinggi. Penelitian ini merupakan sebuab field trial, membandingkan Ul subyek dalam kelompok yang mendapatkan jus anggur disertai penyuluhan TIC (P) dengan 17 subyek dalam kelompok yang hanya mendapatkan penyuluhan 1LC (K). Subyek yang memenuhi kriteria penelitian dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi sederhana. Data yang diambil melipoti usia, jenis kelamin, riwayat hiperkolesterolemia dalam keluarga, akrivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), asupan energi, lernak, kolesterol, serat, dan polifenol dengan food record. Pemeriksaan kadar kolesterol total dan NO serum dilekukan di awal dan ekhir perlekuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kernaknaan 5%. Sebanyak 18 subyek pada kelompok P dan 14 subyek pada kelompok K, dengan rerata usia 35,57±5,20 tahun mengikuti penelitian secara lengkap. Indeks akrivitas fisik subyek kedua ke!ompok termasuk di bawah rata-rata. Data awal tidak didapatkan perbedaan bermakna (p>O,OS). Setelah dua minggu perlakuan, didapatkan persentase asupan energi terbadap kebutuhan energi total termasuk kategori cukup pada kelompok perlakuan dan kurang pada kontrol. Asupan lemak total dan kolesterol kadua kelompok adalah tergolong cukup. Asupan serat tergolong kurang. Terdapat perbadaan bermakna asupan polifenol pada kedua kelompok selama perlakuan (p<0,05). Terdapat peningkatan kadar NO serum sesudab perlekuan pada kedua kelompok yang tidak berbeda bermakna (p>O,OS), bahkan terdapat penurunan kadar kolesterol total serum pada kedua kelompok sesudah perlekuan meskipun tidak berbeda bermakna (p>0,05) dan masih dalam kategori batas tinggi. Pemberian jus anggur 300 gram per han tidak didapatkan perbedaan bermakna peningkatan kadar NO serum antara kelompok perlakuan dan kontrol.

The aim of this study was to investigate the effect of grape juice (that made from 300 grams of grapes per day) during two weeks on serum NO level in male and female subjects with borderline high total cholesterol level. The study was a field trial Thirty five subjects were selected using certain criteria and randomly (simple randomization) divided into two groups. The treatment group (n=18) received grape juice and nutrition counseling; the control group (n=l7) received nutrition counseling. Data obtained directly from the subjects were age, gender, history of hypercholesterolemia in .subject's family, physical activity, and body mass index, intake of energy, fat, cholesterol~ fiber and polyphenol using food record. Laboratory findings of serum NO level and total cholesterol level were done before and after intervention. For statistical analysis, unpaired t-test and Mann Whitney were used with the level of significance was S%. Eighteen subjects in the treatment group and fourteen subjects in the control group completed the study and analyzed. Mean of age was 35.57±5.20 years old. The physical activity index of bath groups were low. The characteristics of the two groups were closely matched at base line (p>O.OS). After two weeks intervention, subjects? energy consumed in the treatment group achieved the recommended diet, while in the control group was below. The average intake of total fat and cholesterol in both groups achieved the recommended diet, but the fiber intake were below. The average intake of polyphenol in the treatment group was increased significantly than the control group (pQ.05). There were decreased on serum total cholesterol level in bath groups, although not statistically significant (p>O.OS). The effect of gyape juice for two weeks did not significantly increase serum NO level in the treatment group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Wiyono
"Saat ini Indonesia tengah mengalami transisi demografi dan transisi epidemiologi. Beberapa cirinya antara lain di satu sisi terjadi penurunan angka kematian bayi dan anak karena penyakit infeksi, namun dipihak lain karena kemajuan bidang ekonomi dan meningkatnya pelayanan kesehatan maka terjadi peningkatan jumlah populasi penduduk tua.
Hasil studi indeks massa tubuh di dua belas kota besar di Indonesia (1996) bahwa prevalensi overweight mencapai 16-22.5% dan 4% diantaranya menderita obesitas. Obesitas mencerminkan kandungan lemak tubuh. Lemak tubuh yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner adalah lemak tubuh yang spesifik terdapat didalam rongga perut. Selain obesitas, untuk deteksi penyakit jantung- koroner sering diukur melalui kadar kolesterol. Gambaran kadar kolesterol dapat dilihat dari beberapa temuan, antara lain oleh penelitian Tim Monica Jawa Tengah (1996) yakni rata-rata Kolesterol Total sebesar 204.0 mg/dl. Sementara penelitian di Yogyakarta (1996) diperoleh rata-rata kadar Kolesterol Total sebesar 201.9 mg/dl, rata-rata kadar Kolesteol LDL sebesar 128.1 mg/dl dan rata-rata kadar Kolesterol HDL sebesar 52.6 mg/dl.
Untuk mengetahui kandungan lemak secara spesifik yang terdapat didalam rongga perut dapat dilihat dari nilai rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul/waist to hip ratio. Selanjutnya oleh penulis berasumsi bahwa lemak yang terkandung didalam rongga perut berhubungan dengan kadar kolesterol.
Dalam penelitian ini diperoleh nilai rata-rata rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) sebesar 0.86 dengan standar deviasi 0.06. Jika dikelompokkan berdasarkan Bray, maka 8.5% responden laki-laki termasuk kategori RLPP risiko (>0.95) dan 64.3% responden perempuan termasuk kategori RLPP risiko (0.80).
Responden memiliki rata rata Kolesterol Total sebesar 208.37 mg/dl, dan rata-rata Kolesterol LDL sebesar 136.48 mg/dl dengan standar deviasi sebesar 37.52 mg/dl, serta rata-rata Kolesterol HDL sebesar 44.80 dengan standar deviasi 10.42 mg/dl.
Rasio lingkar pinggang pinggul secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol Total. Kadar Kolesterol Total meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai RLPP setelah dikontrol oleh IMT dan Umur. RLPP, IMT dan Umur secara bermakna berkontribusi sebesar 11.00% tehadap kadar Kolesterol Total. Kontribusi RLPP sebagai variabel independen utama dalam persamaan terhadap Kolesterol Total sebesar 29.0%.
Rasio lingkar pinggang pinggul secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol LDL. Kadar Kolesterol LDL meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai RLPP setelah dikontrol oleh IMT dan Umur. RLPP, IMT dan Umur secara bermakna berkontribusi sebesar 6.10% tehadap kadar Kolesterol LDL. Kontribusi RLPP sebagai variabel independen utama dalam persamaan terhadap Kolesterol LDL sebesar 26.2%.
Rasio lingkar pinggang pinggul secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol HDL. Kadar Kolesterol HDL menurun sejalan dengan meningkatnya nilai RLPP setelah dikontrol oleh umur dan merokok . RLPP, umur dan merokok secara bermakna berkontribusi sebesar 11.00% tehadap kadar Kolesterol HDL. Kontribusi RLPP sebagai variabel independen utama dalam persamaan terhadap Kolesterol HDL sebesar 46.0%.
Peningkatan 1 unit RLPP meningkatkan 51.0 mg/dl Kolesterol Total, peningkatan 1 unit IMT meningkatkan 2.49 mg/dl Kolesterol Total, peningkatan 1 unit Umur meningkatkan 0.72 mg/dl Kolesterol Total. Peningkatan 1 unit RLPP meningkatkan 16.95 mg/dl Kolesterol LDL, peningkatan 1 unit IMT meningkatkan 1.65 mg/dl Kolesterol LDL, peningkatan 1 unit Umur meingkatkan 0.61 mg/dl Kolesterol LDL. Peningkatan 1 unit RLPP menurunkan 17.75 mg/dl Kolesterol HDL, dan merokok dapat menurunkan 5.80 mg/dl Kolesterol HDL.
Berdasarkan temuan tersebut selanjutnya direkomendasikan untuk dilakukan pemasaran sosial sebagai wahana kampanye untuk skrining lemak dalam rongga perut melalui pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Penyuluhan menurunkan berat badan bagi individu yang mengalami kegemukan dan penyuluhan berhenti merokok serta mencegah merokok. Juga perlu dilakukan penelitian lanjutan secara analitik dengan rancangan kasus kontrol khusus bagi penderita kegemukan.

The Relationship between Waist to Hip Ratio and Cholesterol Levels among Adult Population in Surakarta City 1996Now days, Indonesia has been in transition period both in demography and epidemiology. Several signs are identified, for example in one hand, among children, the infant mortality rate and infections diseases decrease but in another hand the prospect to have a long life in the old population improve because of better economics and health services.
The results of body mass index studies from twelve big cities in Indonesia (1996) show that the prevalence of overweight was ranged 16-22.5% and 4% for obesity. Obesity reflects the body fat contained in the body. The body fat that related to coronary heart diseases is body fat, specifically found in stomach hollow. Besides obesity, the blood cholesterol level is commonly used for early detecting of coronary heart diseases.
The study in cholesterol levels has been reported in several areas, e.g. MONICA research team 1996 found that the average total cholesterol in Central lava was 204.0 mg/dl and in Yogjakarta (1996) was 201.9 mg/dl whereas the average of LDL cholesterol and HDL cholesterol were 128.1 mg/dl and 52.6 mg/dl, respectively in Yogjakarta area.
The ratio of waist to hip specifically describes the fat level in stomach hollow. This study is aimed to evaluate the relationship between fat in stomach hallow and the level of cholesterol using total cholesterol, LDL cholesterol and HDL cholesterol.
This study found that the average of waist and hip ratio (RLPP) among the population aged 25-64 years was 0.86 ± 0.06. The result also shows that based on Bray's classification, 8.5% was categorized as population at risk in man (more than 0.95) and for women was 64.3% (more than 0.80). In addition, the total cholesterol level was208.37 ± 40.67mg/dl, LDL cholesterol was 136.48 + 37.52 mg/dl and HDL cholesterol was 44.80 ± 10.42mg/dl.
The relationship between RLPP and Total cholesterol is statistically significant. Increasing total cholesterol is likely increases RLPP controlled by BMI and age. The contribution of RLPP, BMI and age to total cholesterol are 11.0%. Independently, RLPP as a main variable contributes 29.0% to total cholesterol.
RLPP is significant correlated to the LDL cholesterol. Increasing LDL cholesterol is likely increases RLPP controlled by BMI and age. The contribution of RLPP, BMI and age to LDL cholesterol are 6.1%. RLPP as a main variable contributes 25.2% to LDL cholesterol, independently.
In HDL cholesterol found that HDL is statistically significant to RLPP. Increasing LDL is likely increases RLPP controlled by age and smoking status. The contribution of RLPP, age, and smoking status to HDL cholesterol are 11.0%. RLPP as a main variable contributes 46.0% to HDL cholesterol, independently.
Interestingly, this study suggested that the increase of 1 unit RLPP would increase 51.0 mg/dl of total cholesterol. The increase of 1 unit of IMT would increase 2.49 mg/dl of total cholesterol and the improvement of 1 unit of age would increase 0.72 mg/dl of total cholesterol. For LDL cholesterol, 1 unit RLPP would increase 16.95 mg/dl of LDL cholesterol. The increase of 1 unit of IMT would increase 1.65 mg/dl of LDL cholesterol and the improvement of 1 unit of age would increase 0.61 mg/dl of LDL cholesterol. For HDL, 1 unit RLPP would decrease 17.75 mg/dl of HDL cholesterol. The increase of 1 unit of smoking status would decrease 5.8mg/d1 of HDL Cholesterol.
In conclusion, maintaining an ideal body weight, decreasing the rate of fat stomach hollow development and not smoking are the best way for preventing the increase of LDL cholesterol and the- decrease of HDL cholesterol. It can be recommended that routine assessment of waist and hip in normal population may be socialized as indices to control fat stomach hollow levels. In addition, non-formal education in relation to normal body weight and stop smoking as well as prevent smoking would be prioritized. Furthermore, it is recommended for further investigation using case-control with the same topic in regard to RLPP and cholesterol.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Mukhlidah Hanun
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan determinandeterminan terkait profil lipid darah berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 pada kelompok umur 18-59 tahun. Desain penelitian Cross Sectional dengan sampel 21.055 orang. Data dianalisis dengan analisis multivariat Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar kolesterol total. Jenis kelamin, status perkawinan, merokok, aktivitas fisik, pola konsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan, dan konsumsi kopi berhubungan dengan kadar kolesterol HDL. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar kolesterol LDL. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, stres, dan pola konsumsi kopi berhubungan dengan kadar trigliserida. Umur menjadi determinan utama pada kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, dan kadar trigliserida. Sedangkan determinan utama pada kadar kolesterol HDL adalah obesitas sentral. Disarankan kepada masyarakat usia 18-59 tahun untuk menjaga gizi seimbang, meningkatkan aktivitas fisik, dan berhenti merokok untuk menjaga agar terhindar dari obesitas sentral yang berdampak kepada profil lipid darah tidak normal.

This study was conducted to determine the association between determinants of blood lipid profiles based on Riskesdas? data in 2013. This study used the cross sectional design methodology and 21.055 samples. Data analyzed by multivariate analysis Multiple Logistic Regression. The result of the statistical analysis is concluded that there is significant association of age, sex, marital status, central obesity, smoking, and physical activity with total cholesterol levels. And there are association of sex, marital status, smoking, physical activity, consumption of fatty foods, and coffee consumption with HDL cholesterol. And determinants of age, sex, marital status, central obesity, smoking, and physical activity associated with LDL cholesterol. And determinants of age, sex, marital status, central obesity, smoking, stress, and coffee consumption associated with triglyceride levels. Age becomes a major determinant on total cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride levels. While, the main determinant in HDL cholesterol levels is central obesity. This research suggested to people 18-59 years old to maintain balanced nutrition, increase physical activity, and stop smoking which can avoid from central obesity that can abnormal blood lipid profile.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Normayati
"Ièlth dilakukan suatu penelitian "Cross sectional study" pada para akseptor yang telah rnenggunakan kontrasepsinya antara 1 - 4 tahun dibandingkan dengan wanita yang baru akan menggunakan p11. Ada 3 golongan subyek penelitian, .yai
tu akseptor KB yang telah menggunakan p11 oral kombinasiberisi mestranol 0,05 mg dan noretindron 1 mg secara terusrnenerus, akseptor KB yang telah menggunakan AKDPL tipe Lippes Loop secara terus menerus dan wanita yang baru akan menggunakan pil dan minimal 3 bulan sebéluinnya tidak menggunakan alat kontrase p si apaun. Masing-masing golongan terdiri darf 30 orang, berusia 20 - 35 tahun.
Penentun kadar, kolesterol total den-an metode Siedel dkk. Kolesterol-HDL ditentukan dengan metode Burstein dkk.
Trigliserida ditentukan dengan metode Wahlefeld dkk. Sedang
kan kolesterol-LDL ditentukan secara tidak langsung dengan menggunakan rumus Friedewald; kesemuanya dilakukan dengan
menggunakan Kits Boehringer Mannheim.
Dengan uji statistik Anova satu arah dan tes "q", didapatkan hal-hal berikut Kadar rata-rata kolesterol total. dan kolesterol-LDL pada akseptor p11 oral lebih tinggl bermakna dari wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi (p < 0,05). Sedangkan
pada akseptor p11 oral lebih tinggi dari AKDR, tetapi perbedaannya tidak berrnakna pada "level significance" 5%.
Kadar rata-rata trigliserida pada akseptor pil oral lebih tinggi bermakna dan. akseptor AKDR dan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi ( p < O ,05). Kadar rata-rata k
lesterol total, kolesterol-LDL dan tnigliserida pada akseptor
AKDR leblh tinggi dari wanita yang tidak menggunakan alat kontrase p si, tetapi perbedaannya tidak bermakna pada "level significance" 5%. Tidak terdapat perbedaan bermakna dari kadar rata-rata kolestero1-HDL dan berat badan antara akseptor
p11 oral, AKDR dan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Usia rata-rata akseptor p11 oral dan AKDR
lebib tinggi bermakna dari wanita yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi (P-< 0,05), sedangkan akseptor AKDR lebih tinggi dari p11 oral, tetapi perbedaannya tidak bermakna pada "level significance" 5%.
Wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi tidak mempunyai
keluhan apapun, sedangkan akseptor AKDR mempunyai
lebih banyak keluhan subyektif yang menyangkut adanya faktor mekanis dalam saluran reproduksi daripada akseptor pil oral.

A cros sectional study was done on acceptors who -
have been using their contraception between 1 - LI years.It
was compared with women who will have used of the pill. -
There were 3 groups of subject acceptors who have been -
using combination oral contraceptives (0,05 mg mestranol +
I mg noretindrone ) continuously, acce ptors who have been -
using Intrauterine Device (IUD) continuously, and women who
will have used of the pill and they were not using contraception
(minimum 3 months before treatment).
P1 thod of Siedel et al. was used to measure the to -
tal Cholesterol levels; and Burstein et al. to measure the
HDL-Cholesterol; and ahlefeld et al. to measure the Tn -
glyceride. Indirect method of Fniedewald was used to estimate
the LDL-Cholesterol. The Boehringer MannheimKits were
used for this purposes.
By using the "One way analysis of variance" and test
"q", it was found that
The man levels of total Cholesterol and LDL-Choles
terol in oral pill acceptors were significantly higher -
than nonusers (p < 0 ,05). Oral pill acceptors were higherthan
IUDs, but not significant ( p > 0 , 0 5) . The mean level -
of Tniglyceride in oral pill acceptors was significantly -
higher than IUDs and nonusers (P< 0,05). The mean levels of total Cholesterol, LDL-Cholesterol and Triglyceride in-
IUD acceptors were higher than nonusers, but not signifi -
cant (P> 0 ,05). There were significant different of the -
mean level of HDL-Cholesterol and body weight between oral
pill, IUD acceptors and nonusers. The mean ages of oral -
pill and IUD acceptors were significantly higher than nonu
sers (p < 0,05). IUD acceptors was higher than oral pill,-
but not siificant (P> 0,05).
No corrlaint was found for nonusers; and IUD accep -
tors had more subjective complaint than oral gills in rela
tion with mechanic factor in the reproductive tube.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S31682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Valensia
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan penyempitan pembuluh darah arteri jantung yang berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid, dalam bentuk kolesterol dan trigliserid. Penyakit periodontal merupakan inflamasi kronis yang berperan dalam perkembangan PJK. Pada periodontitis dilaporkan terjadi perubahan profil lipid berupa peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar kolesterol dalam darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol.
Hasil: Kadar kolesterol darah penderita PJK berbeda dengan non PJK. Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kolesterol darah pada non PJK lebih tinggi daripada penderita PJK. Kadar kolesterol darah penderita PJK berhubungan dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Kadar kolesterol darah non PJK berhubungan dengan kedalaman poket.

Background: Coronary heart disease (CHD) is an abnormal narrowing of heart arteries associated with local accumulation of lipids, in the form of cholesterol. Periodontal disease is a chronic inflammatory that sugested link to the development of CHD. In periodontitis have been reported changes in lipid profile, include increased of cholesterol and LDL levels of blood.
Objective: to analyse correlation between blood cholesterol level with periodontal status of CHD patients and control group.
Methods: Periodontal status of 6 CHD patient and 40 control group was measured. Measurement of blood cholesterol level on both group.
Result: Blood cholesterol level in CHD patients differ from control group. Blood cholesterol level associated with periodontal status.
Conclusion: Blood cholesterol level in control group higher than CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth and clinical attachment loss in CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth in control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Junice Hutadjulu
"Sterol telah dimanfaatkan sebagai sUmber hormon
SL.eroid dalam rangka produksi 1:1-ontraseptif -oral. Untuk
mencari sterol tersebut, dinilai kemungkinan untuk
memanf-'aatkan limblah udang windu ( -f^_E^f_Li5_74 monodon)
sebagai sumber kolesterol,yang me rupakan komponen utama
sterol dalam krustasea.
Penetapan kadar sterol total dilakukan melalui
modifikasi cara sPektrofotometri berdasarkan reaksi.
Liebermarin-Burchard, dan kadar kolesterol ditetapkan
secaraa kromatografi gas- c-air. Kemudian dilakukan
penilaian hasil peneraparl cara penetaparl kadar sterol.
menurut kedua cara tersebut. Dalam penyiapan bahan
dilakukan hidrolisis dengan KOH-etariol pada berbagai
temperatur dan lamanya pemanasan yaitu 90 OC/60 menit
90 'C/ 1.0 menit dan ' 40 O C/55 menit. Sed'angkan tahap
penyarian menggunakan pelarut eter dengan penyarian tiga
kali dan wasbensin dengan penyarian sekali.
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan
analisis variansi menunjukd^.an perbedaan tak bermakna
antara faktor hidrolisis, cara penyarian dan metode
penetapan kadar.
Kadar sterol total udang windu adalah 2 .,22 + 0,07)
mg./g bahan berdasarkan reaksi Liebermann-Burchard dan
2,19 4 0,0,Tmg/9 baban secara kromatografi gas-cair.

Sterols have been used as source of steroid
hormones to produce oral-contraceptives. In searching
for sterols, it is evaluated possibility to use waste of
^ian4 tiger shrimp ("f-e-n-a-e-u-s- -m-o-n-o-d-o-n-) as source of cholesterol
which is the major sterol component-in Crustacea.
Determination of total sterols was done by the
modified spectrophotometric method based on tll^_
Liebermann-Burchard and the cholesterol level was
determined by gas-liquid chromatography (GLC). The
result of the two determinations were evaluated. To
prepare the sample, hydrolisis with KOH-ethanol at
different temperatures and times of heating were done.
The conditions were 90 OC/60 minutes, 90'C/10 minutes and
40"C/55 minutes.. Ether and petroleum benzene were used
as solvents for extraction. Extraction was done with
three portions of ether and one portion of petroleum
benzene.
Analysis of variance snowed no significant
differences between the different methods of hydrolisis,
extraction and determinations..
'l con
t
The total stero ent of giant ti ger shrimp
was 2,22 + 0,071 mg/9 samples determined by Liebermann-
Burchard reaction . and 21,^_',' + 0.,07,' mg/9 determined
samples by GLC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fl. Susiwi Lasmiwati M
"Ha Lam usaha mencari sumber sterol yang potensial
sebagai bahan dasar untuk memproduksi hormon steroid,
telah diteliti kepaia udang putih (Penaeus merguiensis).
Panelitian dilakukan dengan tujuan menilai
kemungkinan penerapan metoda enziinatik CHOD-PAP terhadap
udang dengan pereaksi siap pakai C reagen Kit ) yang
digunakan untuk penetapan kadar Kolesterol dalam darah.
sebagai pembanding digunakan metode Kromatograf i Gas
dengan fase diam SE-30 5 % pada Chromosorb W-HP dan
temperatur kolom 260°C. Juga untuk menentukan bentuk
Kolesterol dalam udang, dalam bentuk yang larut dalaia
air atau tidaJ^ serta untuk mengetahui apakah pereaksi
enzimatik CHOD-PAP dapat bereaksi dengan Fitosterol.
Dengan metode enzimatik CHOD-PAP dan Kromatografi
Gas diperoleh kadar Kolesterol dalam ekstrak eter
2,08 ± 0,55 dan 2,07 ± 0,41 mg/g sampel. Dengan metoda
enzimatik CHOD-PAP dan Kromatografi Gas diperoleh kadar
Kolesterol dalam ekstrak air 1,98 ± 0,34 dan 1,82 ±
0,31 mg/g sampel. n
Pada ekstraksi Kolesterol dengan eter diduga
ada zat yang mengganggu penetapan kadarnya secara enzima
tik CHOD-PAP sehingga disimpulkan bahwa metoda ini belum
dapat digunakan untuk ekstrak eter.
Kolesterol dalam udang berada dalam bentuk yang
larut dalam air ± 90 %. Fitosterol ternyata dapat bereaksi dengan pereaksi enzimatik CHOD-PAP sehingga reagen
ini tidak spesifik untuk penetapan kadar Kolesterol.

To seek potential sources of sterols as raw
material to produce steroid hormones, head of white
shrimp ( Penaeus merguiensis ) has been investigated.
The investigation is done for evaluating the
possibility of application of CHOD-PAP enzyifiatic method
on shrimp using ready for use x'eagent available for
the determination of Cholesterol in sera. As a standard
Gas Chromatogreiphic method is used with SE-30 5 % on
Chromosorb W-HP, column temperature 250°C. To know
whether CHOD-PAP enzymatic reagent could react with
Phytosterols.
By enzimatic CHOD-PAP and Gas Chromatographic
methods on the ether extract Cholesterol contents of
2,08 ± 0,55 and 2,07 ± 0,41 mg/g sample were obtained.
By enzymatic CHOD-PAP and Gas Chromatograpic methods
on the water extract Cholesterol contents of 1,98 ±
0,34 and 1,82 ± 0,31 mg/g sample were obtained.
When extracted with ether, a substance
interfering with CHOD-PAP enzymatic determination
seemed to be present so that it' s concluded that this
method couldn't be used yet for the ether extract.
Cholesterol in shrimp exists in soluble form for about
90 %. Infact, Fhytosterol could react with enzymatic
CHOD-F•? reagent so that this reagent isn ^ t spesific
for detexmsination of Cholesterol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S31771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>