Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ismiadi
"Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Tempat Penitipan Anak mengacu pada konsep bagaimana mempengaruhi pembentukan sikap didalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan TPA. Dari aspek individu yang mempengaruhi pembentukan sikap meliputi 2 aspek utama yaitu : Aspek Demografis, tercakup dalam faktor demografis, meliputi income, umur, gender, kelas sosial, family life cycle, pendidikan, pekerjaan, agama dan latar belakang etnis. Kerangka Evan dan Barman dalam Susilo, 2001 : 32). Aspek Sosiografis Pada dasarnya perilaku membeli, yang dipengaruhi aspek demografis individu mempertimbangkan usage rate dan benefits desired atau perilaku konsumen didasarkan pada keuntungan fungsional (functional benefit) dan keuntungan emosional (emotional benefit), Hal yang pertama lebih condong pada pemenuhan kebutuhan/need, sedang hal yang kedua adalah pemuasan akan keinginan/want. Disamping itu, menurut Evan/Berman dalam Susilo, 2001, konsumen dipengaruhi oleh profit sosialnya. Disamping kedua aspek tersebut aspek lingkungan (James F. Angel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard, 1994) dan bauran komunikasi (Kotler, 2000) dapat mempengaruhi pembentukan sikap dalam mengambil keputusan.
Penulis melakukan Penelitian tentang perilaku keputusan orang tua dalam menitipkan anaknya di TPA ini dilakukan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat ekspanatif dengan melakukan wawancara melalui kuesioner pada sampel dari orang tua yang memanfaatkan TPA di Jakarta sebanyak 60 responden. Untuk melengkapi data yang kuantitatif, penelitian ini juga melakukan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 6 pengasuh TPA di DKI Jakarta yaitu TPA. TPA Taman Mini, TPA Tunas Jaya, TPA Sasana Bina Balita "Mitra", TPA Harapan Ibu, TPA Pertiwi, dan TPA Tat Twan Asi.
Model hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan tempat penitipan anak di DKI Jakarta menunjukkan hubungan antara variabel independen aspek demografis, aspek sosiografis, aspek lingkungan dan bauran komunikasi dengan pemanfaatan TPA terlihat bahwa aspek demografis mempunyai hubungan pemanfaatan TPA dengan nilai R sebesar 0,551 dengan kekuatan yang sedang dan nilai signifikansi 0,000, aspek sosiografis mempunyai tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan TPA dengan nilai R sebesar 0,011 yang berarti sangat lemah dengan signifikansi 0,935, aspek lingkungan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan TPA dengan mempunyai nilai R sebesar 0,040 yang berarti sangat lemah dengan signifikansi 0,764, dan communication mix mempunyai hubungan dengan pemanfaatan TPA dengan nilai R sebesar 0,254 dengan kekuatan yang lemah dan nilai signifikansi 0,050.
TPA di DKI Jakarta yang memiliki potensi untuk berkembang hal ini dapat dilakukan mengingat banyak anak yang masih membutuhkan pengasuhan di saat ibu bekerja baik di TPA perumahan seperti TPA Taman Mini, TPA Kantor seperti TPA Sasana Bina Balita Mitra, TPA Harapan lbu, TPA Tat Twan Asi, TPA Pertiwi_ Dalam penyelenggaraannya perlu diperhatikan pada sumber daya apa yang tersedia di TPA itu sendiri, dan berusaha untuk menyediakan sumber daya yang dirasakan perlu seperti tenaga pengasuh yang mengerti atau berlatar belakang pendidikan yang berhubungan dengan sosial anak berupa bimbingan, mengajarkan sopan santun terhadap anak. Perlunya pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial beserta jajarannya di tingkat pusat hingga tingkat daerah untuk membantu mengembangkan pemberdayaan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi dari TPA ini sebagai salah satu alternatif dalam membantu pengasuhan anak mengingat makin banyak ibu rumah tangga yang bekerja baik untuk membantu mencari nafkah keluarga maupun yang bekerja untuk karir."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntari D. Ludiro
"ABSTRAK
Pada hakekatnya setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sama, apakah is seorang pria atau wanita. Terutama dalam masyarakat modern dewasa ini, dimana wanita justru dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan, yang merupakan salah satu azas pemerataan sebagaimana dituju dalam Pelita III. Mendapat kesempatan untuk mewujudkan potensi-potensinya secara optimal sekarang ini merupakan kebutuhan dari tidak sedikit wanita Indonesia, juga dari mereka yang telah berumah tangga.
Namun meskipun ibu bekerja, perlu dipahami bahwa bagaimanapun hubungan antara orang-tua dan anak sangat penting artinya bagi perkembangan kepribadian anak. Sebab orang tuanyalah yang merupakan orang-orang pertama yang dikenal oleh anak. Melalui orang-tualah ia mendapatkan kesan-kesan pertama tentang dunia luar. Banyak yang bisa dilakukan oleh ibu terutama untuk merangsang perkembangan intelektual anak sebelum mereka masuk sekolah. Sejak permulaan abad ke 20 teori-teori psikologi menekankan pentingnya lima tahun pertama dari kehidupan manusia bagi perkembangan kepribadiannya. Dasar-dasar pembentukan kepribadian ditentukan oleh apa yang dialami serta dihayati dalam 5-6 tahun pertama ini. Yang masih kurang disadari ialah bahwa lima tahun pertama ini juga sangat penting dan menentukan perkembangan mental seorang anak dan betapa pentingnya peranan ibu dalam periode usia ini. Motivasi bekerjanya seorang wanita atau ibu rumah tangga memang beragam, tetapi apapun motivasinya akan berpengaruh terhadap anak balitanya.
Penelitian ini bertolak pula dari keinginan kami untuk mengetahui beberapa hal penting sehubungan dengan bekerjanya wanita yang telah berkeluarga yakni; bagaimana pola kerja ibu (dalam hal ini karyawati dan staf pengajar wanita Universitas Indonesia), pola interaksi ibu dan anak balitanya, serta masalah pengasuhan anak oleh ibu maupun pengasuh anak. Selain itu, karena dalam beberapa tahun terakhir ini mulai di kenal pula bentuk bantuan untuk ibu-ibu bekerja berupa Tempat Penitipan Anak, maka penelitian ini juga ingin mengungkapkan pendapat/pandangan responden tentang kemungkinan adanya alternatif tersebut. Metodologi penelitian yang dipergunakan bersifat Deskriptif, dengan mengambil responden karyawati serta staf pengajar FISIP, Psikologi dun Rktorat UI.
Responden penelitian ini terlihat mempunyai keterikatan emosional yang besar dengan anak-anak balitanya, menyadari pentingnya peranan mereka yang dominan terhadap pengasuhan anak balitanya serta pentingnya pengasuh pengganti selama ibu bekerja. Penelitian ini juga mengungkapkan interaksi yang terjadi antara ibu dengan anak balitanya disela-sela kesibukannya bekerja. Ternyata bahwa interaksi yang terjadi cukup intensif, serta mencakup kebutuhan sehari-hari anak balitanya. Tempat Penitipan Anak di tempat bekerja tampaknya juga merupakan alternatif yang mulai dirasakan kebutuhannya, meskipun masih ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eugenia Marianne Russiav
"Latar Belakang: Pertumbuhan anak merupakan suatu indikator kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor internal dan eksternal. Studi mengenai efek pendidikan anak usia dini terhadap pertumbuhan anak masih sangat sedikit.
Metode: Riset ini menggunakan metode potong lintang dengan menganalisa kecepatan pertumbuhan tinggi, berat badan, dan lingkar kepala anak di kelompok bermain dan penitipan anak Taman Pengembangan Anak Makara, Universitas Indonesia, Depok selama enam(6) bulan atau antara bulan Mei 2016 dan November 2016. Kuesioner mengenai status kelahiran anak dan keterlibatan orang tua diberikan kepada orangtua subyek. SPSS versi 20 dengan Chi square, Fishers exact tes, T-test tidak berpasangan, dan uji Mann-Whitney digunakan untuk menganalisa data.
Hasil: Kecepatan pertumbuhan berat dan tinggi badan di kelompok bermain dan tempat penitipan anak TPA Makara mempunyai perbedaan signifikan (p=0.001).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan yang bermakna dan asosiasi antara kecepatan pertumbuhan berat dan tinggi badan dengan program (kelompok bermain dan penitipan anak) TPA Makara.

Background: Child growth have shown to be an important health indicator which can be affected by various factors, such as internal and external factors. Only few studies have been conducted regarding the effect of early childhood education on child growth.
Method: This research applied cross-sectional study method by analyzing the height, body weight, and head circumference growth velocity of children in playgroup and daycare of Taman Pengembangan Anak Makara, Depok in six (6) months period or between May 2016 and November 2016. Questionnaires about child birth status and parent involvement are given to the subjects parents. SPSS 20th version with Chi-square, Fishers exact test, unpaired T-test, and Mann-Whitney test were used to analyze the data.
Result: Children weight and height growth velocities in playgroup and daycare of TPA Makara show significant difference (p = 0.001).
Conclusion: There is a significant difference and association between weight and height growth velocity and TPA Makara program (playgroup and daycare).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Ayu Pertiwi
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
S21228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1998
362.732 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : PKPM Unika Atma Jaya, 1999
362.7 ANA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ismet Syaefullah
"TPA Harapan Ibu adalah organisasi pelayanan sosial yang didirikan Departemen Sosial dengan tujuan menutup kesenjangan kebutuhan anak balita akan asuhan, perawatan dan pendidikan selama ditinggal ibu bekerja. Dengan adanya TPA Harapan Ibu, diharapkan pegawai Departemen Sosial maupun ibu-ibu yang bekerja di lingkungan Kantor Departemen Sosial dan masyarakat sekitar yang memiliki anak balita dapat bekerja dengan tenang karena anak -anak mereka memperoleh perawatan dan pengasuhan yang memadai dari TPA.
Pelaksanaan operasional pelayanan TPA Harapan Ibu didukung oleh Departemen Sosial melalui bantuan Menteri Sosial dan subsidi proyek dari Direktorat Keluarga Anak dan Lanjut Usia Departemen Sosial. Sedangkan pembinaan pengelolaan maupun pelayanan anak di TPA Harapan Ibu dilakukan oleh Unit Dharma Wanita Departemen Sosial.
Terjadinya likuidasi Departemen Sosial pada tahun 1999 mengakibatkan hilangnya bantuan atau subsidi dari Departemen Sosial. Namun dengan kondisi tersebut TPA Harapan Ibu tetap bertahan. Bertahannya TPA Harapan Ibu dalam situasi sulit sampai saat ini merupakan upaya manajemen TPA dalam mempertahankan komitmennya untuk tetap memberikan pelayanan kepada anak dalam situasi apa pun juga. Tanggung jawab dan dedikasi tersebut dikarenakan rasa kecintaan pada anak didik meski pada hakekatnya karir mereka tidak berkembang.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas maka penelitian ini ingin mendeskripsikan tentang upaya manajemen TPA Harapan Ibu dalam mengatasi kondisi tidak diperolehnya subsidi dari Departemen Sosial, serta kondisi pelayanan TPA Harapan Ibu saat ini akibat tidak diperolehnya lagi subsidi. Untuk mengetahui hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian deskriptif terhadap upaya manajemen TPA dan kondisi pelayanan yang ada kemudian dilakukan analisa secara kualitatif.
Dari hasil penelitian seperti direkomendasikan bahwa, upaya yang perlu dilakukan manajemen TPA Harapan Ibu untuk tetap bertahan adalah dengan melakukan pengorganisasian untuk mencapai organisasi yang solid dan fungsional, melakukan efisiensi dan efektivitas pelayanan, kepemimpinan yang akomodatif, penciptaan suasana yang kondusif di TPA dan melakukan penyesuaian pembiayaan operasional pelayanan TPA. Sedangkan kondisi pelayanan anak akibat tidak diperolehnya lagi subsidi mengalami penurunan-penurunan, seperti tidak adanya lagi pemeriksaan kesehatan anak oleh dokter secara berkala, tidak diberikannya lagi susu dan vitamin bagi anak, terbatasnya peralatan permainan edukatif bagi anak, dan pakaian seragam anak yang kurang layak.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tetap bertahan dan terus meningkatkan pelayanannya maka manajemen TPA perlu meningkatkan upayanya. Manajemen TPA Harapan Ibu harus mulai merancang suatu perencanaan strategis untuk mengantisipasi berbagai masalah yang akan datang dan merancang perencanaan untuk pengembangan pelayanan. Selain hal tersebut di atas TPA Harapan Ibu perlu mempersiapkan pola swadana dengan melakukan berbagai aktivitas penggalangan dana seperti, mencari donatur atau sponsor untuk membantu biaya pelayanan anak melalui pola kerjasama saling menguntungkan kedua belah pihak.
Namun penelitian ini belum dapat mengungkap tentang mengapa begitu dominannya Dharma Wanita dalam menentukan kebijakan manajemen TPA. Sedangkan di sisi lain kontribusinya bagi peningkatan pelayanan tidak nampak. Untuk itu Departemen Sosial sebagai "pemilik" TPA seharusnya dapat mengembalikan pembinaan TPA ke Direktorat Teknis di bawahnya, sehingga pembinaan terhadap TPA konsisten dan selanjutnya dapat memberi memberi manfaat lebih bagi masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardeanissa Dian Pramesthi
"Penelitian ini membahas kualitas pelayanan pengasuhan dalam program Family-Like Care di LKSA Peduli Anak dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil penelitian pada tahun 2007 dimana ditemukan kebanyakan panti sosial asuhan anak atau lembaga pengasuhan anak sejenis di Indonesia lebih berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan akses pendidikan kepada anak daripada sebagai sebagai lembaga alternatif pengasuhan anak oleh orang tua atau keluarganya. Setting panti telah dikritisi karena kurangnya bukti akan kemampuan dalam menyediakan pelayanan yang berkualitas yang mana dapat memberikan dampak yang positif kepada anak-anak dan remaja. Penting bagi lembaga pengasuhan alternatif yang seringkali dihadapkan dengan tekanan pertanggungjawaban atau akuntabilitas untuk menilai kualitas pelayanannya. Diketahui LKSA Peduli Anak hingga saat ini sedang berada dalam tahap pengajuan sertifikat akreditasi karena masa berlakunya telah habis sejak tahun 2020. Oleh karena itu, hingga saat ini belum diketahui bagaimana kualitas pelayanan pengasuhan LKSA Peduli Anak semenjak mengubah pelayanan pengasuhannya yang sebelumnya dengan model shelter menjadi model berbasis family-like care, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, observasi, dan wawancara. Penelitian berlangsung dari bulan September 2021 sampai Mei 2022. Hasil penelitian ini menggambarkan kualitas pelayanan pengasuhan dalam program Family-Like Care yang mana dikaji menggunakan Standar Pelayanan Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor: 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Berdasarkan hasil temuan, LKSA Peduli Anak telah berupaya memenuhi seluruh indikator yang tertera pada Standar Pelayanan Berbasis LKSA, yaitu indikator pelayanan pengasuhan yang diterima anak sesuai dengan setting LKSA; indikator peran sebagai pengganti orang tua yang diperankan oleh Ibu Asuh dan Konselor; indikator martabat anak yang didukung dengan adanya kode etik untuk staf; indikator perlindungan anak yang ditopang dengan adanya Kebijakan Perlindungan Anak di LKSA dan pedoman perilaku untuk pengasuh; indikator perkembangan anak yang didukung dengan kehadiran mentor untuk anak-anak, dan kesesuaian tanggung jawab yang diemban anak-anak; indikator identitas anak yang mana dokumennya sudah berusaha dilengkapi sejak klien pertama kali diterima di LKSA; indikator penjalinan relasi anak yang unggul dengan kelekatan antara anak dengan Ibu Asuhnya; indikator partisipasi anak, dimana anak didukung menyampaikan pendapat pilihan hidup dan pilihan sehari-hari mereka; Indikator makanan dan pakaian yang sudah sangat memadai; indikator akses kesehatan yang mana didukung dengan adanya klinik Peduli Anak, dan akses pendidikan yang ditunjang dengan adanya Sekolah Peduli Anak; indikator pengaturan waktu anak yang diakomodasikan dengan keseimbangan waktu anak-anak untuk bersekolah, bermain, dan beristirahat sesuai umur mereka; dan indikator aturan, disiplin, dan sanksi yang sudah sesuai dengan standar tanpa ada unsur kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKSA Peduli Anak telah memenuhi hampir semua indikator dalam standar, namun hanya dua poin dari indikator saja yang tidak sesuai, yaitu adanya pembatasan komunikasi antara anak asuh dengan keluarga, dan review menu dan kebutuhan nutrisi yang tidak dilakukan oleh ahli di bidang kesehatan sebanyak enam bulan sekali. Selain daripada itu LKSA unggul dan sudah sangat sesuai dalam semua indikator dalam standar yang menunjukan pelayanan pengasuhannya sudah berjalan dengan sangat baik.

This study discusses the quality of care services in the Family-Like Care program at LKSA Peduli Anak from the discipline of Social Welfare. Orphanage settings have been criticized for lack of evidence of their ability to provide quality care which can have a positive impact on children and youth. It is known that LKSA Peduli Anak is currently in the stage of submitting an accreditation certificate because the validity period has expired since 2020. Therefore, until now it is not known how the quality of care services for LKSA, which raises the question of whether it is in accordance with applicable standards. This study uses a qualitative approach with a descriptive type of research. Data collection methods used are literature study, observation, and interviews. The study took place from September 2021 to May 2022. The results of this study describe the quality of care services in the Family-Like Care program which is assessed using Child Welfare Institution-Based Service Standards based on the Minister of Social Affairs Regulation Number: 30/HUK/2011 concerning National Child Care Standards For LKSA. Based on the findings, LKSA Peduli Anak has attempted to fulfill all the indicators listed in the LKSA-Based Service Standards, namely indicators of care services received by children in accordance with LKSA settings; indicators of the role as a substitute for parents played by Foster Mothers and Counselors; indicators of child dignity supported by the existence of a code of ethics for staff; child protection indicators supported by the Child Protection Policy in LKSA and behavioral guidelines for caregivers; indicators of child development that are supported by the presence of mentors for children, and the appropriateness of the responsibilities that are carried out by children; an indicator of the child's identity where the documents have been completed since the client was first admitted to the LKSA; indicators of child relations fulfilled with the attachment between children and their foster mothers; indicators of children's participation, where children are supported to express their opinions about life choices and their daily choices; Indicators of food and clothing that are already very adequate; indicators of access to health which are supported by the existence of a clinic, and access to education which is supported by the existence of Sekolah Peduli Anak; indicators of children's timing that are accommodated with a balance of children's time for school, play, and rest; and indicators of rules, discipline, and sanctions that are in accordance with standards without any elements of violence. The results showed that LKSA Cares for Children had met almost all indicators in the standard, but only two points of the indicators were not appropriate, the limitation of communication between foster children and their families, and menu reviews and nutritional needs that were not carried out by health experts once every six months. Apart from that, LKSA is very appropriate in all indicators in the standard which shows that the care services have been running very well."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mahri
"Latar Belakang: Emergence delirium (ED) merupakan kondisi yang dapat terjadi saat anak pulih dari anestesi dengan cara yang tidak nyaman. ED dapat menyebabkan cedera pada anak, dan kekhawatiran pada orangtua. Berbagai intervensi dilakukan untuk menurunkan ED, namun belum ada standar khusus yang rutin dilakukan untuk mencegah ED. Deksmedetomidin dan midazolam dikatakan efektif untuk mengurangi ED. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas premedikasi deksmedetomidin intranasal dibandingkan midazolam intranasal untuk mencegah ED pada anak yang menjalani operasi mata. Metode : Penelitian ini adalah uji klinik tersamar ganda, pada pasien anak usia 1- 12 tahun dengan status fisik ASA 1 dan 2 yang menjalani operasi mata dengan anestesia umum menggunakan agen inhalasi Sevoflurane. Subjek penelitian 64 orang, didapatkan dengan consecutive sampling selama Februari-Mei 2019 yang kemudian dikelompokan menjadi kelompok deksmedetomidin dan midazolam setelah proses randomisasi. Efektivitas dinilai dari kejadian ED, waktu pulih, dan kejadian desaturasi pasca premedikasi. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Uji Mann-Whitney. Hasil : Kejadian ED pada kelompok deksmedetomidin sebesar 11,18% sedangkan kelompok midazolam 28,12% (p=0,109). Waktu pulih didapatkan median yang sama 6 menit, dan tidak didapatkan kejadian desaturasi di kedua kelompok. Simpulan : Pemberian premedikasi deksmedetomidin intranasal 30 menit sebelum induksi secara statistik tidak lebih efektif dibandingkan midazolam untuk mencegah kejadian ED pada anak yang menjalani operasi mata.

Background: Emergence Delirium (ED) is a condition that can occur when a child recoverds from anesthesia in a uncomfortable way. ED can cause injury to children and worries to parents. Various interventions were carried out to reduce ED, but there were no specific standards has been estabilished to prevent ED. Dexmedetomidine and midazolam are said to be effective in reducing ED. This study aims to determine the effectiveness of intranasal dexmedetomidine premedication compared to intranasal midazolam to prevent ED in children undergoing eye surgery. Method : This study is a double-blind clinical trial, in pediatric patients aged 1-12 years with physical status ASA 1 and 2 who underwent eye surgery under general anesthesia using Sevoflurane inhalation agents. There were 64 childen obtained by consecutive sampling, who underwent eye surgery in our institution during February-Mayl 2019. The subjects then grouped into dexmedetomidine group and midazolam group. Effectiveness was assessed from ED events, recovery time, and post-premedication desaturation events. Data analysis using Chi Square test and Mann-Whitney test. Result : ED incidence in the dexmedetomidin group was 11.18% while the midazolam group was 28,12% (p = 0.109). The recovery time was the same median 6 minutes, and no desaturation was found in either group. Conclusion : There are statistically no difference between the effectiveness of intranasal dexmedetomidine and midazolam premedication 30 minutes before induction to prevent ED occurrence in children undergoing eye surgery. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1997
WS141 Sug N97T
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>