Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182521 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Handiarti Effendi
"Kondisi persaingan dalam dunia perumahsakitan saat ini semakin meningkat dengan adanya peraturan dan kebijakan yang membuka luas usaha di bidang ini oleh pihak swasta serta datangnya era globalissasi. Untuk itu rumah sakit yang telah ada dituntut untuk menerapkan suatu strategi agar bisa tetap bertahan hidup dan tidak tenggelam dalam arus globalisasi tersebut.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Lestari merupakan rumah sakit khusus swasta yang berada di daerah Cirendeu, Ciputat dan telah berdiri sejak tahun 1992. Dalam perjalanan pelayanannya, tampak bahwa kinerja rawat inap masih di bawah standar dan masih kalah dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan makin ketatnya persaingan di dunia perumahsakitan, dipandang perlu untuk membuat perencanaan pemasaran untuk layanan rawat inap kebidanan, selain itu juga karena rumah sakit ini belum mempunyai program pemasaran yang terintegrasi.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif; dilakukan dengan mengumpulkan data primer melalui observasi dan wawancara mendalam serta mengumpulkan data sekunder dengan penelusuran dokumen yang mendukung. Dilakukan pula FGD (Focus Group Discussion) dalam tahap awal dan tahap keputusan.
Dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal rumah sakit dapat dipilah-pilah mana faktor yang merupakan peluang dan ancaman serta mana yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi. Kemudian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap layanan rawat inap digunakan untuk penyusunan Matriks EFE dan IFE kemudian dianalisa dengan menggunakan matriks TOWS dan matriks IE.
Pada tahap ini didapatkan strategi pengembangan produk sebagai strategi terpilih dengan alternatif program : 1. meningkatkan penjualan dengan perbaikan mutu layanan, 2. memodifikasi produk dengan membuat paket persalinan, 3. membuat produk baru yaitu senam hamil, 4. paket antenatal care dan 5. mengembangkan penelitian pemasaran.
Melalui FGD, dilakukan penentuan prioritas program yang akan dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu Quantitative Strategic Plannning Matrix, dan terpilih program peningkatan mutu layanan melalui peningkatan kualitas SDM, perbaikan sarana dan prasarana serta penambahan dokter spesialis kebidanan/kandungan tetap.

The 2003 Marketing Strategic Plan of Inpatient Service In Lestari Hospital, Ciputat, TangerangThe competition among hospitals keeps on increasing due to the open policy and the effect of globalization that allow private sectors to join in the business. For that reason, it is necessary for hospitals to implement a certain strategy to survive.
Lestari Hospital, which specialized in delivering service for mothers and children, has been established since 1992. Along the way, the performance of its inpatient service is still below standard and positioned it self below other competitors. Facing tight competition and it?s a necessity to organize a marketing strategic plan for maternity inpatient service. Besides that, the hospital is doesn't have an integrated marketing program.
A qualitative research was conducted by gathering primary data through observation and in-depth interview while checking the related documents was done to gather secondary data. Focus Group Discussion (FGD) was carried out during the initial and decision making stage.
By analyzing external and internal factors, factors that were considered opportunities and threats as well as strength and weaknesses can be determined. The influencing factors for inpatient service were used in EFE and IFE Matrix. TOWS and IE matrix were used in the analyzing process.
In this stage, product diversification came out as the chosen strategy with 5 alternatives: increasing sales by improving the service quality; product modification with maternity package; developing new products such as maternity exercise; antenatal care package; and marketing research.
Through FGD, the prioritized program was set using Quantitative Strategic Planning Matrix with the following result: improving service quality through human resource development, improving the facilities and adding more permanent gynecologist."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 10925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riwayat Suyono
"Untuk mengetahui keinginan dari konsumen tentang pelayanan kesehatan yang merupakan karakteristik pasien rawat inap Rumah Sakit Pelni "Petamburan" Jakarta, telah dilakukan penelitian terhadap 49 pasien kelas perawatan VIP dan 86 pasien kelas perawatan Non VIP. Banyaknya sampel tersebut telah memenuhi persyaratan penelitian yang ditetapkan.
Penelitian dilakukan dengan latar belakang bahwa rumah sakit mampu untuk menyelenggarakan pelayanan rawat nginap yang baik, tetapi belum dapat dimanfaatkan konsumen secara optimal untuk menghadapi peluang yang ada. Peluang tersebut adalah demand konsumen terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik karena adanya peningkatan pendidikan dan keseiahteraan masyarakat serta semakin membaiknya perekonomian negara sebagai hasil pembangunan yang telah dilakukan bangsa Indonesia.
Serta untuk menghadapi persaingan dengan sesamanya, rumah sakit perlu berupaya melakukan pemasaran produk jasa pelayanan rawat inapnya. Upaya pemasaran ini dilakukan terhadap produk jasa pelayanan kelas perawatan VIP dan Non VIP agar dapat memberikan nilai tambah bagi rumah sakit. Nilai tambah ini dimaksudkan agar rumah sakit mampu mengatasi biaya operasionalnya yang semakin meningkat.
Hasil penelitian yang merupakan karakteristik pasien kelas perawatan tersebut diharapkan dapat menjadi landasan bagi rumah sakit dalam menyusun upaya pemasaran, agar dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
W. Handoko Widjaja
"Sejalan dengan perkembangan manajemen Rumah Sakit, manajemen ketenagaan merupakan salah satu unsur yang perlu mendapatkan perhatian bagi pengelola Rumah Sakit.
Tidak tersedianya jumlah dan jenis tenaga yang cukup pada Rumah Sakit, tidak mungkin akan dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu dan dapat mengantisipasi demand masyarakat yang selalu meningkat dari tahun ketahun.
Perencanaan merupakan inti manajemen, dimana perencanaan membantu untuk mengurangi ketidak pastian di waktu yang akan datang. Rencana ini dipakai oleh pengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
Tolok ukur yang paling umum untuk menilai mutu suatu Rumah Sakit adalah faktor layanan rawat inapnya. Dengan kata Iain rawat inap sering menjadi wajah mutu layanan Rumah Sakit.
Penelitian ini merupakan pengukuran kerja dengan metoda Work Sampling yang dilakukan pada dua ruang rawat inap.
Hasil penelitian yang didapat adalah :
1. Gambaran beban kerja lenaga perawatan di ruang rawal inap Rumah
Sakit Dr.OEN.
2. Asuhan keperawatan yang diterima oleh setiap pasien di dua ruang
rawat inap yang saling berbeda.
3. Estimasi jumlah tenaga perawatan.
Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa untuk beban kerja administrasi medis oleh perawat sangat tinggi sehingga kerja perawat untuk tindakan medis kurang maksimal. Perencanaan kebutuhan dengan meioda Filipina yang sangai sesuai dengan estimasi kebutuhan, sehingga dapat sebagai pedoman dajam perencanaan tenaga paramedis diruang rawat inap R.S. Dr.OEN."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Waharti
"Dengan adanya pergeseran pola pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit juga harus merubah pola pelayanan menjadi pelayanan kesehatan yang berdasarkan customer oriented. Pelayanan jenis ini memerlukan partisipasi seluruh karyawan sehingga diperlukan motivasi kerja, komitmen dan kepuasan kerja yang tinggi.
Berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan, yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah peningkatan motivasi kerja dan penyusunan pola penggajian. Hal ini sesuai dengan teori Herzberg bahwa apabila faktor dissatisfier dianggap tidak memuaskan, tenaga kerja akan merasa kecewa dan akan banyak masalah hubungan industrial yang timbul. Pada dasarnya memang tidak ada korelasi langsung antara upa/lgaji dengan produktivitas, akan tetapi gaji dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong motivasi apabila diciptakan kebijakan dan sistem yang memberikan penghargaan kepada prestasi kerja yang tinggi.
Hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan motivasi kerja di RSIAA adalah mengenai sistem imbalan dan pola penggajian. Adanya ketidak puasan karyawan terhadap penentuan golongan jabatan yang hanya berdasar tingkat pendidikan, disamping belum adanya pengaturan sistem penggajian yang dihubungkan dengan prestasi kerja.
Untuk tujuan itu di RSIAA dilakukan penelitian yang mempunyai tujuan umum membuat struktur golongan jabatan pada berbagai jenis jabatan fungsional di rumah sakit yang lebih obyektif melalui evaluasi jabatan untuk menyusun struktur gaji dasar. Kemudian dikaitkan dengan penyusunan pola insentif prestasi kerja untuk membuat rancangan formulasi gaji tetap. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan nilai jabatan-jabatan fungsional, dimana merupakan nilai relatif dari hasil mengkuantifikasikan sesuatu yang kualitatif.
Penelitian ini merupakan riset operasional, dengan metode deskriptif analitik, melalui pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah 32 jabatan fungsional yang dipegang oleh karyawan purna waktu.
Dibuat uraian jabatan dari hasil analisa jabatan yang telah dilakukan. Kemudian diidentifikasi faktor-faktor jabatan yang akan dipakai sebagai dasar evaluasi jabatan. Faktor-faktor jabatan ini nantinya diberi nilai dan bobot untuk setiap jenis jabatan. Kemudian disusun pola insentif atas dasar kriteria prestasi kerja yang dicapai tiap individu. Aktivitas tersebut didiskusikan dan disepakati dalam diskusi kelompok (peer review) diantara panitia evaluasi jabatan dan antara direksi rumah sakit dengan wakil yayasan.
Diharapkan sistem penggolongan jabatan dan pola penggajian yang lebih obyektif tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga menghasilkan kinerja yang baik untuk meningkatkan mutu pelayanan.

The Arrangement of Basic Salary Structure Through Job Evaluation Relates With The Incentives Pattern Based on The Work Performance for The Fixed Salary Formulation Design at the Mother and Child Hospital (RSIAA) of AN-Nisa, TangerangChanges and new direction in health services push hospital management to provide health care with survey customer orientation. This new direction need to be understood by all hospital employees, so that they have adequate motivation, commitment and satisfaction in work life. Furthermore, it is expected their performances will match to the current changes and direction in health services demand.
In relation to high quality health service, it is needed to establish incentive and salary system. This is suggested and in the line with Herzberg's theory, which stated that if dissatisfied factors are unfulfilled will brought dissatisfaction and work relation problems. It is well understood that incentives and 1 or salary does not have direct relationship with worker productivity, however, accurate performance based salary system will increase staff motivation.
In RSIAA hospital, the current situation shows that employees have low work motivation and dissatisfaction to salary system. The complain mainly the current salary system does not relate to merit system, and only relate to educations level.
In this relation, this study was aimed to develop the job rank structure on many type of job title on the hospital that becomes more objective through the job evaluation to arrange the basic salary structure. And then relates with the incentive system based on work performance to makes the fixed salary formulation. In this study, we make account job value of functional employment which is the relative value of quantitative result from qualitative things.
This study is operational research, used the analytical descriptive method, with the quantitative approach. Research population are 32 job title that be held by the full time employee.
Job descriptions have been described from the job analysis that has been done. Job factors have been identified, to base for job evaluation. That job factor is going to appraise every kind of job title. And then arranging basic criteria of the work performance that will be gained by each of individual. Those activities have been discussed and reviewed in a group discussion between the job evaluation committee and between the hospital board of director with the vice organization.
Hopefully the job rank system and the salaries pattern that more objective will increase staff motivation, so it can makes good performance to increase the quality service."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Suryanti
"Salah satu aspek di Rumah Sakit yang paling mendatangkan keluhan pasien adalah menunggu. Departemen Penerimaan Pasien (Admission Department) mempunyai peranan penting bagi Rumah Sakit, karena departemen ini merupakan tempat pertama kali pasien datang ke Rumah Sakit.
Pada Departemen Penerimaan Pasien Rawat Inap di RSPI, tempat tersebut merupakan tempat pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan dan informasi. Departemen ini dikeluhkan karena waktu proses pendaftaran rawat inapnya lama. Penghitungan awal waktu proses penyelesaian administrasi pendaftaran rawat inap yang dilakukan pada tanggal 6 - 11 Agustus 2001 pada 20 pasien di dapat waktu rata-ratanya adalah 30 menit (pasien belum diantar ke ruangan).
Waktu proses pendaftaran pasien rawat inap ini, kalau menurut hasil studi yang dilakukan bulan Mei 1993 dl oleh NAHAM (National Association of Health care Access Management) adalah 10,57 menit/pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lamanya proses pendaftaran pasien masuk rawat inap di RSPI, serta faktor-faktor apa yang ada hubungannya dengan lamanya waktu proses tersebut. Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), yaitu melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu, serta mencatat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian setiap tahapan proses pendaftaran pasien rawat inap.
Penelitian dilakukan selama 22 hari, dengan jumlah sampel 131 pasien yang mendaftar rawat inap di RSPI (yang bukan dari emergency). Pengambilan sampel dengan metoda proposional random sampling berdasarkan jenis pembayaran yang berlaku di RSPI, yaitu Cash (69%), Asuransi (16%) dan Kerjasama Perusahaan (15%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pendaftaran rawat inap mempunyai alur proses yang berbeda antara pasien yang melakukan pembayaran rawat inapnya dengan cash, asuransi atau kerjasama perusahaan. Rata-rata lamanya waktu proses pendaftaran pasien masuk rawat inap di RSPI adalah 32 menit 7 detik.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dilakukan uji Chi-Square, maka hasil didapat dari 8 variabel bebas yang diteliti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan lamanya waktu penyelesaian proses pendaftaran pasien rawat inap (variabel terikat), yaitu kesiapan ruang rawat dalam menerima pasien, kesiapan pasien untuk diantar ke ruang rawat, mencari bed (alokasi bed) dan pemberian tanda kunjungan dan tanda parkir.
Dengan teridentifikasinya rata-rata lama waktu proses pendaftaran pasien rawat inap dan faktor-faktor penghambatnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki prosedur penyelesaian pendaftaran pasien rawat inap agar lebih singkat lagi.

Factors Influencing the Administration Processing Time for In-Patients Admitted at Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) (2002)One of the common aspects in hospital that complained by patients is "waiting time?. The admission department in hospital plays an important role as the initial point for patient to obtain various hospital services.
The admission department in Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) is the location where patients make inquiries and do their admission to be treated as in-patient out-patient. The department has been complained due to its long administration processing time, particularly for in-patients.
A survey conducted on 6 - 11 august 2001 to 20 samplers showed the average administration processing time for in-patients admitted in RSPI was 30 minutes/patient, prior to their admission.
Meanwhile, according to study carded out by NAHAM (National Association of Healthcare Access Management) in May 1993, the ideal time of administration process for in-patients are 10.57 minutes/patient.
The objective of this thesis is to find out the length of administration processing time for in-patients in RSPI; and to identify factors influencing the processing time. The method adopted on this study is descriptive by qualitative and quantitative approach through in-depth observation to the activities involved in the admission process.
The field study was performed in RSPI for 22 days to 131 samples, excluding the emergency-unit patients. The sampling method carried out is a proportional random sampling based on the type of payment in RSPI, which covers cash (69%), insurance (16%) and company cooperation (15%). The study indicates that different types of payment have different admission process, with the average processing time of 32.07 minutes/patient
To find out the correlation between `dependent variables' and 'independent variables', Chi-Square method is applied. The study reveals that 3 out of 8 independent variables observed have direct correlation to the length of administration processing time (as the dependent variable). These three in depended variables are: room/bed preparation, room/bed allocation, patient preparation and issuing the visitor badge & parking ticket.
By identifying the average length of administration processing time for inpatients and the impediment factors, it is expected that the processing time can be reduced in order to increase patient's satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Agustin
"Promosi Kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Program unggulan promosi keehatan adalah PHBS yang mencakup lima tatanan diantaranya tatanan Institusi Kesehatan yang disebut PKRS, dengan sasaran masyarakat rumah sakit dan lingkungan sekitarnya. Tujuan PKRS adalah mengembangkan pemahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita serta hal-hal yang perlu dilakukan oleh keluarganya, dalam membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Apabila dilaksanakan dengan baik PKRS dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu dan citra pelayanan kesehatan.
PK Saint Carolus merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe utama yang telah melaksanakan program PKRS, dirintis sejak tahun 1991 hingga saat ini, namun pelaksanaannya masih dalam pembenahan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan metode wawancara mendalam, FGD dan analisa data sekunder. Dengan informan penentu kebijakan, ketua pelaksana PKRS, koordinator bidang, petugas di rawat inap dan pasien.
Hasil dan Kesimpulan dari penelitian dapat diketahui bahwa:
Jumlah tenaga PKRS di PK Saint Carolus untuk tingkat rumah sakit berjumlah 15 orang dan cukup memadai, dengan pendidikan minimal S1 di Bidang Kesehatan dan telah mengikuti lokalatif tentang PKRS. Selain sebagai panitia PKRS, seluruhnya telah mempunyai tugas pokok dan fungsi utama. Untuk PKRS tingkat pasien, petugas belum terlatih dan jumlahnya dirasa masih perlu ditambah. Dana untuk pelaksanaan PKRS dibebankan pada anggaran Direksi P.K. Saint Carolus. Sarana dan prasarana, telah ditetapkan SK Panitia PKRS dan telah tersedia ruang sekretariat, lengkap dengan peralatan meja, kursi, lemari buku, media cetak dari beberapa sumber, komputer, OHP, Wireless, VCD berada di Unit kebidanan serta multimedia berada di biro direksi, box-box PKRS terletak di setiap bidang. Televisi yang ada disetiap ruang tunggu dan ruang perawatan belum digunakan secara maksimal.
Perencanaan kegiatan PKRS, menggunakan sistem bottom up, yaitu unit-unit kerja membuat rencana kemudian dibicarakan dengan seluruh panitia dan diusulkan kepada Direksi. Pengorganisasian PKRS dalam bentuk kepanitiaan, dilengkapi dengan uraian tugas yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, PKRS di unit perawatan dilakukan secara perorangan antara petugas dan pasien, jarang diadakan penyuluhan kelompok, kecuali unit kebidanan. Di tingkat Rumah Sakit PKRS dilaksanakan berupa penyuluhan, seminar, lokalatif dan telah direncanakan studi banding PKRS di RS Dr. Soetomo Surabaya. Belum pernah dilakukan tindak lanjut penilaian/evaluasi, baik dari manajemen RS, Depkes. maupun Dinkes provinsi DKI. Langkah-langkah pengelolaan kegiatan PKRS, jika dilihat dalam buku Panduan Promosi Kesehatan, pada umumnya PKRS PK Sint Carolus telah melaksanakan sesuai tahapan.
Saran penulis untuk meningkatkan kualitas PKRS di PKSC yaitu Sarana televisi agar dimanfaatkan lebih maksimal sebagai sarana PKRS dengan menambah alat berupa sentral audio, PKRS diusulkan mendapat dukungan dari pihak pengelola program yaitu Depkes khususnya Ditjen Yanmed dan Pusat Promosi Kesehatan serta rencana PKRS masuk sebagai salah satu komponen akreditasi RS supaya ditindak lanjuti. Bagi peneliti lain, agar bisa menindaklanjuti penelitian ini khususnya untuk pelaksanaan PKRS yang di luar rumah sakit.
Analysis on Implementation of Health Promotion in Hospital at Saint Carolus Health Service, Jakarta 2003Health Promotion is an empowerment effort of community in preserving, increasing, and protecting their health and environment. The prime program of health promotion is PHBS that covers 5 (five) arrangements: among others is Health Institution which called Health Promotion in Hospital (HPH), with the community of hospital and its surrounding as the targets. The objective of HPH is to develop the comprehension of patients and their families regarding the disease suffered and things that need to be done by the families themselves in helping the recovery and preventing the relapse condition of the same disease. If it is done well, HPH can give its contribution towards the increase of quality and health service image.
Saint Carolus Health Service is one of prime-type private hospital that has conducted the program of HPH. It has begun in 1991 up to now; nevertheless the implementation is still in straightening-up.
It is a qualitative research using in-depth interview method, FGD and secondary data analysis. By the informant of policy maker, the chief of Implementation HPH, the officers for hospital treatment, and patients.
Based on the result and conclusion of this research, it can be found that:
The amount of HPH officers at Saint Carolus is 15 people for the hospital level, which it is quite sufficient. The have minimum education of Master Degree majoring in health and have followed HPH training. Besides as committee of HPH, they all have had main duties and functions. For HPH in the patient level, the officers have not been trained yet, and the amount is felt need to be added. The budget for implanting HPH is from Saint Carolus Direction Board budget. The equipment and infrastructure have been determined in Decree Letter of HPH committee; they are a secretariat room which is completed with table, chairs, book shelf, printed-media from several sources, computer, OHP and wireless, VCD which is in obgin Unit, multimedia that is direction bureau, boxes HPH located in every field, and television that exists in each waiting room and nursery room used in maximal yet.
The planning of HPH uses bottoms-up system which is each working units has made the plan that will be discussed next entire committee and will be proposed to the Direction. The organization of HPH is in the form of committee that is completed by the job description that has not been fully conducted. HPH in nursery unit is done personally between officer and patient. It is rarely done in-group expect for obgin unit. In the hospital level of HPH is done education, seminar, training and has been planned a comparison study on HPH at Dr. Soetomo Hospital in Surabaya. It has never been done an evaluation follow up from Ministry of Health (MOH), Hospital management or provincial Health Office of DKI. The organizing steps of HPH can be seen in the Health Promoting Guideline which Saint Carolus generally has been done based on its steps.
The suggestion of the writer to increase the quality of HPH in Saint Carolus Health Service is the means of television is better to be used in maximal as the means of HPH by adding audio central. HPH is proposed to get support from program implementers which is MOH, especially Directorate General of Medical Service and Central of Health Promotion as well as the plan of HPH that is included as one of hospital accredited component so that it can be followed up next. Other researchers need to pay their attention in following up this research particularly the implementation of HPH that is done Outreach hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Derita
"Telah dilakukan penelitian tentang perencanaan strategi Pemasaran Instalasi Bedah Sentral RS Persahabatan. Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menentukan alternatif strategi dan menetapkan strategi terpilih yang sesuai bagi posisi IBS RS. Persahabatan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan strategik. Pengumpulan informasi dilakukan melalui wawancara mendalam, sumber data sekunder dan observasi oleh peneliti sendiri.
Teknik penyusunan strategi dilakukan melalui tiga tahapan. Tahap pertama (tahap input) meliputi analisis lingkungan eksternal dan internal RS Persahabatan, evaluasi faktor lingkungan eksternal dan internal dengan menggunakan matriks EFE dan IFE. IBS Tahap kedua (tahap pencocokan) meliputi penetapan tujuan jangka panjang RS Persahabatan dan menentukan alternatif strategi dengan menggunakan matriks, TOWS, dan IE. Dan pada tahap ketiga (tahap keputusan) dilakukan penetapan strategi terpilih IBS RS Persahabatan dengan menggunakan matriks QSPM. Cara pengambilan keputusan menggunakan metode CDMG (Consensus Decision Making Group).
HasiI penelitian menunjukkan bahwa dengan matriks TOWS dan matriks IE, diketahui posisi IBS RS Persahabatan pada internal fix-it kuadran dan pada sel V (hold & maintain) serta strategi yang sesuai adalah strategi penguatan internal dan pengembangan produk.

Marketing Strategic Plan of Central Surgery unit RS PersahabatanResearch for marketing strategic plan of Central Surgery unit RS Persahabatan has been done. The scope of the research consist of external environment analysis, internal environment analysis, define strategic alternative and the chosen strategy which suitable to its condition.
The kind of this research is descriptive analytic research used information as base information of taking strategic decision. The collecting information was done through deep interviewed, secondary data source and observation by the researcher himself.
The techniques strategy compositions were done through three stages. Stage I (input stage) included external and internal environment analysis, evaluation of external and internal environment factor used EFE and WFE matrix. Stage II (matching stage) included established of long term objective and decided alternative strategy used, TOWS and, IE matrix. And stage III (decision stage) was done by decided chosen strategy of IBS RS Persahabatan used QSOM. The taking of decision was made using CDMG (Consensus Decision Making Group) method.
The result of this research shows position of IBS could be known by TOWS matrix and IE matrix an internal fix-it quadrant and cell V (hold and maintain) and also appropriate strategy is internal strengths strategy and product development. This research is also give ideas and suggestions to implementation chosen strategy to make vision and mission also determined long term objective to be accomplished.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yullita Evarini Yuzwar
"Rumah sakit Yadika sebagai institusi pemberi layanan kesehatan dituntut untuk mengupayakan pemanfaatan setiap fasilitas layanan yang dimiliki secara optimal agar dapat tetap survive dalam situasi yang cukup kompetitif seperti sekarang ini. Salah satu fasilitas layanan yang penting adalah rawat inap, selain karena keberadaannya dibutuhkan untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan pasien, bila dikelola dengan baik, akan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi rumah sakit yang bersangkutan.
Adanya kesenjangan yang cukup menyolok antara jumlah kunjungan rawat jaian kebidanan di rumah sakit Yadika dengan jumlah kunjungan rawat inap kebidanan akan berpengaruh terhadap kelancaran layanan dan sekaligus mengurangi kesempatan menambah penghasilan bagi rumah sakit Yadika.
Untuk dapat mengoptimalkan peran rawat inap dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah sakit perlu dilakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan antara minat pasien rawat jalan kebidanan dengan kunjungan rawat inap kebidanan di rumah sakit Yadika.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, Pengumpulan data primer dilakukan meialui wawancara terpimpin terhadap 100 orang pasien, dan wawancara mendalam terhadap 5 orang dokter. Sementara data sekunder adalah laporan bulanan dan tahunan rumah sakit.
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang berobat ke rumah sakit Yadika adalah ibu-ibu yang bekerja, bertempat tinggal dekat, berpendidikan tinggi, membayar sendiri, berpersepsi biaya pengobatan mahal, berpersepsi fasilitas lengkap, berpersepsi sikap dokter ramah, berpersepsi dokter terampil, berpersepsi dokter jelas dalam memberikan informasi, berpersepsi sikap perawat ramah, berpersepsi perawat terampil, dan dokter tidak memberikan rekomendasi kepada pasien.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari l4 variabel bebas yang diteliti, terdapat 2 variabel (tempat tinggal dan persepsi tentang fasilitas rumah sakit) yang terbukti mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan minat kunjungan rawat inap kebidanan di rumah sakit Yadika dan fasilitas rumah sakit merupakan variabel bebas yang mempunyai hubungan terkuat dengan minat kunjungan rawat inap kebidanan rumah sakit Yadika.
Saran untuk penelitian ini adalah rumah sakit melengkapi dan memperbaiki fasilitas dan sarana baik di poli kebidanan, kamar bersalin dan kamar operasi. Manajemen memberikan reward bagi dokter yang telah memberikan kontribusi besar bagi rumah sakit serta menjalin kerjasama dengan sarana kesehatan lain yang ada di sekitar rumah sakit.

Factors Analysis Which Related to Interest of Out-Patients Obsgyn with Visiting of In-Patients Obsgyn at Yadika Public HospitalThe Yadika Public Hospital as a service provider is demanded to carry out optimally the use of it's every service facility in order to survive in the current competitive situation. One of the prospective service facilities is in-patients obsgyn. Beside to fulfill the whole medicine needed by the patient, if it is well managed, could become one of the profit centers of the hospital.
The sharp gap between the number of the out-patients obsgyn of the Yadika Public Hospital and the number of in-patients obsgyn will affect the level of services as well as reducing the opportunity to increase the income.
In order to optimize the role of in-patients obsgyn to increase revenue of the hospital, a research needs to be done. The objective of this research is to obtain a description on the related factors to the interest of in-patients obsgyn with visiting of in-patients obsgyn at Yadika Public Health.
There fore, this thesis is a research report of problem analytical description with quantitative and qualitative approaches. Primary data collection is performed through guide interviews toward 100 patients, and depth interviews toward 5 doctors. While secondary data is obtained from hospital monthly and yearly reports.
The research has shown that respondents who are come to hospital are having mothers worker, having residences close by hospital, having high education, having self payment of medicine, having perception that medicine is expensive, having perception that the facility is available, having perception that the doctors are friendly, having perception that quality of the doctors are good, having perception that the doctors are communicative, having perception that the nurses are friendly, having perception that quality of the nurses are good, and the doctors are unrecommendation their patients.
The results of this research show that 2 out of 14 variables (residences, facility or hospital) have significant statistical relationship with visiting of in-patients obsgyn at Yadika Public Hospital and facility of hospital has the strongest relationship with the binding variable. It is suggested that the hospital completes and develops the medical equipments and others supplies. The management should think to the doctors who give big contribution to the hospital and the management also develops networking with other surrounding medical facilities."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Ibrahim
"Rumah sakit Pemerintah menghadapi berbagai tantangan dalam mengemban fungsi sosial pada masa mendatang. Terlihat kemampuan pemerintah mensubsidi rumah sakit baru mencapai 50-60 % dari kebutuhan rill, Oleh karena itu muncul harapan rumah sakit menjadi lebih mandiri atau otonom dalam pengelolahannya namun tetap menjalankan misi pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai otonomi RS Fatmawati yang meliputi: Manajemen strategik, Pengelolaan/Administrasi, Manajemen SDM, Manajemen Keuangan serta Pengadaan dengan menggunakan konsep Chawla (1996) dan konsep RS Perja (2000). Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian memperlihatkan gambaran peran yang erat antara Dewan Pengawas dengan derajat otonomi rumah sakit. Kesimpulan yang di dapat adalah: Dewan Pengawas merapakan unsur penting dalam menentukan derajat otonomi suatu RS; Menurut kerangka model otonomi Chawla, derajat otonomi RS Fatmawati tinggi pada Manajemen Strategis, Administratir'manajemen operasioral, Manajemen SDM non PNS, manajemen keuangan bersumber pendapatan fungsional dan Pengadaan untuk pendanaan bersumber dari RS. Untuk itu peneliti menyarankan kepada Depkes untuk memilih Dewan Pengawas yang profesional dan mewakili simbol masyarakat. Mengobah pandangan terhadap rumah sakit ke model RS dengan Pandangan Pihak Berkepentingan (Stakeholders View). Untuk RS Fatmawati disarankan untuk mengkaji UU NO.19 tahun 2003 tentang BUMN, mengembangkan analisis jabatan berdasarkan Rencana Strategik dan penyusunan sistem insentif yang lebih baik, menyusun tariff berdasarkan unit cost. Disamping juga melakukan diversifikasi produk serta melakukan proses sosialisasi intern RS.

Analysis of the Implementation of Policy on Hospital Autonomy A Case Study at the Fatmawati Hospital, Jakarta 2003In the future, Government's Hospitals are facing to several challenges in shoulder it social function. It is obviously seen that government's capacity in subsidizing hospital only reach about 50-60% of real needs of a hospital. Therefore, it is a raising expectation to have a self sufficient or autonomous hospital but at the same time is still running government's missions. This research aimed at evaluating the autonomy of Fatmawati Hospital in the scope of: strategic management, management/administration, human resources management, management of finance, and procurement by using the concept of Chawla (1996) and the concept of state owned enterprise (Perjan) hospital. The design of study is a case study using quantitative and qualitative approach. The results of research show a significant relationship between the role of Board of Supervisor and the degree of autonomous. The conclusion of the research are: Board of Supervisor is an important component that determining the degree of autonomus of a hospital; according to the concept of Chawla. The degree of autonomy of Fatmawati Hospital is high interms of strategic management, operational managementladministration, non-civil servant human resources management, management of finance based on functional income, and procurement of hospital. Therefore, it suggested to the department of Health to choose professional and publicly representative Board of Supervisor. Change the paradigm of hospital to a model of hospital that using stakeholders' view. For the Hospital of Fatmawati it suggested to analysis the Law No. 1912003 about State Owned Enterprise, developing job analysis based on stategic planning, developing a better incentive system, and developing pricing based on unit cost analysis, and also diversify the produk and socialized it at the internal hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Haniputra
"ABSTRAK
Nama : Riza HaniputraProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Perbedaan Besaran Jasa Pelayanan dan JasaSarana Rumah Sakit Berdasarkan Tarif INA-CBG rsquo;s danTarif Rumah Sakit pada Pelayanan Rawat Inap RSUDKudungga Tahun 2017Pembimbing : Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARSDengan diimplementasikannya program Jaminan Kesehatan Nasional JKN pada 1Januari 2014, rumah sakit dihadapkan pada 2 dua tarif, yaitu tarif rumah sakit yangdisusun berdasarkan biaya satuan sesuai dengan amanat BLU, dan tarif INA-CBG rsquo;s yangmerupakan tarif paket yang akan dibayarkan atas pelayanan rawat inap pasien BPJS.Terdapat perbedaan sistem pembayaran pelayanan kesehatan, perbedaan sistempembayaran tersebut mengakibatkan adanya perbedaan selisih penerimaan rumah sakitantara tarif INA-CBG rsquo;s dengan tagihan klaim rumah sakit berdasar pada tarif rumahsakit, jasa pelayanan dan jasa sarana rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan menggunakan data sekunder klaim tagihan pasien rawat inap BPJSRSUD Kudungga bulan Februari-Mei 2017 sebanyak 1187 klaim, dan data primerwawancara mendalam beberapa informan. Hasil dari penelitian ini didapatkan selisihpositif sebesar Rp. 755.096.435,- 13 pada penerimaan total rumah sakit pada seluruhkelas ruang perawatan, selisih positif pada jasa pelayanan sebesar Rp. 845.964.814,- 40 , dan selisih negatif pada jasa sarana rumah sakit sebesar Rp. 90.868.379,- -3 .Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan rumah sakit adalah melakukan upaya kendalimutu dan kendali biaya dengan efisiensi rumah sakit, meningkatkan jumlah kunjunganpada ruang perawatan yang memberikan selisih positif, standardisasi pelayanan melaluipenerapan clinical pathway dan formularium obat serta melakukan pengembanganSIMRS. Upaya kendali mutu dan biaya harus dilakukan rumah sakit sebagai langkahstrategis dalam implementasi program JKN.Kata Kunci: Tarif Rumah Sakit, Tarif INA-CBG rsquo;s, Perbedaan, Jasa Pelayanan, JasaSarana
ABSTRACT
Name Riza HaniputraStudy Program Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Analysis of Differences of Hospital Service Cost danFacility Cost Based on INA CBG rsquo s Tariff and HospitalTariff on Impatient of RSUD Kudungga Year 2017Counsellor Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARSWith the implementation of the National Health Insurance JKN program on January 1,2014, the hospital is faced with two tariffs, namely hospital tariff based on unit cost inaccordance with BLU mandate, and INA CBG 39 s tariff which is the package rate to bepaid for patient care of BPJS. There is a difference in the health service payment system,the difference between the payment system resulted in differences in hospital admissionsbetween INA CBG 39 s tariffs and hospital claims based on hospital tariffs, hospital servicesand services. This research is a qualitative research using secondary data claims of BPJSinpatients of RSUD Kudungga in February May 2017 as many as 1187 claims, andprimary data of in depth interviews of several informants. The results of this study founda positive difference of Rp. 755,096,435, 13 on total hospital admissions for allclasses of treatment rooms, positive difference in service cost of Rp. 845,964,814, 40 , and the negative difference in hospital facilities is Rp. 90.868.379, 3 . Thefollow up plan to be performed by the hospital is to make quality control and cost controlefforts with hospital efficiency, increase the number of visits in the treatment room whichprovide positive difference, standardization of services through the implementation ofclinical pathway and drug formulary and develop SIMRS. Efforts to control the qualityand cost must be done by the hospital as a strategic step in the implementation of JKNprogram.Keywords Hospital Rates, INA CBG rsquo s Rates, Differences, Differences"
2018
T49457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>